TOXIC - YEJISU X RYUJIN [COMP...

By Midziis

1.7K 102 16

Yeji, Lia dan seseorang dari masa lalu lia bernama Ryujin More

Ch.1
Ch. 2
Ch. 3
Ch. 4
Ch. 5
Ch. 6
Ch. 7
Ch. 8
Ch. 9
Ch. 10
Ch. 11
Ch. 12
Ch. 14 (BONUS)
Ch. 15 (BONUS 2)

Ch. 13 END

149 9 2
By Midziis

Author POV

Ryujin membangkitkan tubuhnya. Menghapus air mata yang mengalir kemudian memutuskan untuk mengambil batu berukuran cukup besar yang berada tak jauh dari jangkauan tangannya. membawa batu itu, mendekati Yeji yang kini kembali menghampiri Lia dengan menunjukkan raut wajah sangat khawatir.

"Kau baik-baik saja? Aku akan membawamu kerumah sakit sekarang..." Yeji mengulurkan tangan. Berencana menjangkau tangan Lia yang juga terulur padanya. Namun ketika sedikit lagi Yeji bisa memegang tangan Lia, tiba-tiba kedua mata Lia terbuka lebar. Mendapati Ryujin sudah mengangkat batu besar yang ia bawa dan mengarahkan batu itu pada Yeji yang kini secara spontan membalikan tubuhnya kebelakang karena melihat reaksi Lia.

"RYUJIN JANGAN !!!" Lia berteriak ketika batu yang Ryujin bawa berhasil mengenai kepala Yeji dan membuat Yeji jatuh ketanah.

"Membusuklah dineraka !" Bentak Ryujin setelah menghantamkan batu itu pada Yeji. Mencampakan batu itu begitu saja. Merasa sangat puas karena satu-satunya penganggu yang selalu menghalanginya mendapatkan Lia kini sudah ia singkirkan. Yang artinya kini Ryujin dapat dengan leluasa memiliki Lia tanpa lagi diganggu oleh keberadaan Yeji.

"...y.yeji..." Lia menarik tubuhnya sendiri. Mendekati Ryujin yang sekarang kehilangan kesadaran karena hantaman batu dikepalanya. "Y-yeji....yeji sadarlah....." Lia mengguncang tubuh Yeji. Mulai menjatuhkan lagi air mata yang tadi sempat kering.
Lia menyentuhkan telapak tangannya yang bergetar pada luka menganga dikepala Yeji, menatap cairan pekat berwarna merah yang kini mulai keluar dari luka itu dan membuat Lia terlihat sangat shock sekaligus takut.

"....Yeji sadarlah.......aku mohon..." Lia mulai terisak. mengguncang tubuh Yeji lagi dan lagi.

"Ikut aku.... " Ryujin merendahkan tubuhnya. menarik tangan berlumuran darah Lia. Memisahkan Lia yang masih sangat terpukul atas apa yang terjadi pada Yeji. menangisi kondisi Yeji yang terlihat tidak baik-baik saja. Yeji tak bergerak dan masih terbaring ditanah dengan kedua mata tertutup.

"Lepaskan aku !" Lia menepis tangan Ryujin hingga tangan Ryujin berhasil terlepas dari tangannya. ".....kenapa kau lakukan ini?!!" Teriak Lia. Menunjukkan rasa sedih bercampur marah pada Ryujin yang seakan tak memiliki hati. Ryujin bahkan terlihat tenang disaat seharusnya dia yang paling panik melihat kondisi Yeji yang seperti ini.

"Kau pikir untuk apa aku melakukan ini? Semua yang kulakukan hingga detik ini semuanya hanya untukmu Lia, untuk mendapatkanmu kembali hingga kita bisa hidup bersama..." jawab Ryujin tanpa merasa bersalah. Hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa memandang orang lain yang menderita karena ulahnya.

".....tapi kenapa dengan melakukan ini?!" Teriak Lia disela tangisnya.

"Kenapa kau berteriak padaku?! Apakah aku bersalah? Seharusnya kau tau, hanya ini caranya. Bukankah aku sudah memintamu secara baik-baik? dan kau terus mengabaikanku dengan tetap menginginkan Yeji. Kemudian disaat aku memaksamu kau juga mencoba melarikan diri dariku untuk kembali bersama Yeji. Hanya ini cara yang bisa kulakukan agar kau mau kembali padaku Lia....hanya ini....." Ryujin menautkan keningnya. Menjelaskan apa yang ada dihatinya kepada Lia sembari Menatap lekat-lekat kedua mata kecokelatan Lia  yang berlinang air mata. ".....a-aku mencintaimu Lia......karena itu, aku mohon.....aku mohon jangan menganggapku jahat karena semua yang kulakukan ini hanya untukmu" Ryujin mengangkat tangannya. Bermaksud menyentuhkan telapak tangannya pada pipi Lia untuk menghapus air mata Lia yang mengalir deras. Berharap Lia luluh dan mau kembali menerimanya.

namun belum sempat Ryujin melakukan itu sebuah tamparan justru mendarat dipipi Ryujin dengan sangat keras dan berhasil membuat wajah Ryujin berpaling karena tamparan itu.

"Aku membencimu ! sampai kapanpun aku tak akan pernah mau bersama denganmu! aku lebih baik mati ! daripada harus kembali pada seseorang sepertimu yang akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang kau mau!!" Teriak Lia untuk kesekian kalinya. Begitu membenci Ryujin yang seakan tak pernah menyerah dan terus saja memaksanya untuk tetap menjalin hubungan disaat hatinya bahkan sudah tak memiliki ruang untuk Ryujin tempati.

"...apa yang kau katakan?" Ryujin kembali menatap Lia. mengerutkan keningnya mendengar perkatan Lia yang terdengar seperti petir ditelinganya.

"aku membencimu Ryujin! Aku menyesal karena dulu pernah mengatakan menyukaimu !! Aku berharap kita tak pernah bertemu dan kau tidak membuat hidupku hancur seperti sekarang !!" Lia terlihat penuh amarah saat mengatakannya. Tatapannya tajam penuh kebencian. Tatapan yang Ryujin tak harapkan karena bukan ini yang ia mau.
Ryujin ingin Lia kembali mencintainya namun Lia justru melakukan hal sebaliknya.

Untuk beberapa saat waktu seakan berhenti berputar disekeliling Ryujin. Berpikir apakah ini balasan dirinya karena terlalu mencintai Lia? Disalahkan. bahkan seseorang yang ia perjuangkan selama ini, sekarang mengatakan membencinya.

"...aku bersumpah, aku bersumpah akan membunuhmu jika sampai terjadi sesuatu pada Yeji..." kali ini Lia memperingatkan Ryujin. namun bukannya takut Ryujin justru menarik kedua sudut bibirnya. Merespon perkataan Lia dengan tawa yang kini menghiasi bibirnya.

Jujur sebenarnya hati Ryujin sangat sakit ketika mendengar Lia mengatakan membencinya setelah semua yang ia perbuat untuk mendapatkan Lia kembali. Namun bukannya air mata yang keluar dari dalam matanya melainkan tawa yang Ryujin sendiri tak tau kenapa dirinya bisa merespon kata kata menyakitkan Lia dengan tawa itu.

"Aku benar-benar akan melakukannya..." kata Lia tak main-main.

"Kalau begitu aku akan menantikannya, bunuhlah aku selagi kau memiliki kesempatan !" jawab Ryujin, menghentikan tawa bibirnya kemudian kembali menarik tangan Lia. Kali ini dengan paksaan. mengangkat tubuh Lia. Membawa Lia dengan meletakan tubuh Lia dikedua tangannya. Tak mengidahkan perkataan Lia dan kembali berusaha membawa Lia bersamanya.
Ryujin bahkan tak mencoba memperdulikan perkataan Lia yang terus mengatakan membencinya, tak peduli karena didalam hatinya ia hanya menginginkan Lia. Mencoba tak merasakan rasa sakit yang kini menggelayuti hatinya. Rasa kecewa karena semua yang telah ia lakukan masih saja tak bisa membuat Lia berpaling padanya. Ryujin tak peduli seberapa besar Lia membencinya, asalkan Lia bisa berada dekat dengannya Ryujin akan membuat Lia kembali mencintainya. Apapun akan Ryujin lakukan, Loa harus kembali mencintainya meskipun ia harus memaksa untuk mewujudkan hal itu terjadi.

"Tidak lepaskan aku ! Aku harus membawa Yeji kerumah sakit, aku tak bisa meninggalkan dia begitu saja !!" Lia memukul-mukul bahu Ryujin. Mencoba melepaskan diri dari Ryujin namun Ryujin dengan segera mengeratkan pegangannya, tak memberikan Lia ruang gerak dan tetap kokoh membawa Lia dalam pelukannya. Berjalan menuju mobil yang terparkir dan membiarkan Yeji yang masih juga tak sadarkan diri begitu saja.

"Lepaskan !!!! Biarkan aku pergi !!" Lia kembali berteriak. Menggerak-gerakan tubuhnya sendiri ketika mereka sudah sampai dimobil Ryujin dan Ryujin mencoba memasukan Lia kedalam mobil itu.

Lia berusaha dengan sekuat tenaga melepaskan pegangan tangan Ryujin, Lia bahkan kembali menggigit lengan Ryujim namun kali ini Ryujim tidak terlihat kesakitan dan lebih memilih membanting tubuh Lia kekursi belakang.

"Ryujin aku mohon....aku mohon kita harus membawa Yeji kerumah sakit. Atau....atau setidaknya bawa Yeji kedalam klinik itu.....kita tak bisa membiarkan Yeji, dia bisa mati...aku mohon Ryujin, aku mohon...." ucap Lia terdengar memohon. Mengatupkan kedua tangannya. Berharap sekali saja Ryujin mau mendengarkannya. Tapi Ryujin hanya terdiam dan membalikan tubuh Lia hingga bagian tubuh depan Lia kini menghadap kebawah. Memasangkan sesuatu yang tak Lia ketahui dikedua tangannya yang Ryujin tarik kebelakang. Mungkin sejenis tali agar Lia tak bisa lagi lari atau melakukan hal diluar kendali.

"Ryujin aku mohon, aku mohon Ryujin tolonglah Yeji...tolong dia, dia bisa mati...." Lia kembali terisak. Memohon sejadi-jadinya pada Ryujim karena ia tak ingin meninggalkan Yeji dengan kondisi seperti itu.

"Berhentilah menyebut nama Yeji, aku sudah sangat muak mendengarnya..." ucap Ryujin kemudian menarik sedikit bahu Lia kebelakang agar ia dapat melihat wajah Lia dengan jelas. Mengecup bibir Lia sekilas kemudian menyiapkan sejenis kain yang ia ikatkan kedalam mulut Lia agar Lia tidak lagi berteriak atau menyebutkam lagi nama Yeji.

"Lupakan dia, anggaplah dia sudah mati dan aku lah yang akan menjadi penggantinya..." Ryujin membelai rambut berantakan Lia. Sedikit menyunggingkan senyumnya pada Lia yang terlihat semakin banyak menjatuhkan air mata. Tak lagi dapat melakukan apapun karena Ryujin sudah memblock jalan untuknya lari.

"Ryujin lepaskan dia !" Tiba-tiba Chaeryeong muncul dari balik pintu mobil. Menatap Lia kemudian Ryujin yang wajahnya terlihat babak belur.

"A-ada apa? Kenapa wajahmu....." kedua mata Chaeryeong melebar ketika melihat kondisi wajah Ryujin yang dipenuhi darah dan lebam keburuan.

"Rupanya kau juga disini?" Ryujin turun dari mobilnya kemudian menutup pintu. Tak mengijinkan Chaeryrong masuk karena ia tau Chaeryeong pasti juga akan membawa Lia jika ia tidak segera mengamankan Lia.

"Apa yang terjadi? Kenapa kau terluka seperti ini?" Tanya Chaeryeong. Merasa khawatir dengan kondisi Ryujin sekarang.

"Jangan berpura-pura peduli padaku. Kau yang mengatakan pada Yeji tentang semuanya kan? Kau mengkhianatiku?!" Suara Ryujin terdengar meninggi. Marah pada Chaeryeong yang tega mengkhianatinya.

"Sebaiknya kau masuk kedalam, biarkan ajjushi merawatmu. kau terluka parah Ryujin..." Chaeryeong menarik tangan Ryujin. Menyuruh Ryujin untuk masuk kedalam agar ia dapat segera diobati karena luka Ryujin terlihat sangat parah.

"Aku tak peduli pada diriku, aku akan segera membawa Lia pergi dari sini" Ryujin menepis tangan Chaeryeong. Tak mendengarkan perkataan Chaeryeong karena Ryujin yakin Chaeryeong hanya berpura-pura baik agar nantinya ketika Ryujin telah dirawat didalam, Chaeryeong akan diam-diam melepaskan Lia dan membawa Lia pergi darinya.

"Kau tak akan bisa membawa Lia kemanapun, ini sudah berakhir..." ucap Chaeryeong, merasa sangat kasihan pada Ryujin. Ryujin bahkan tak memperdulikan dirinya sendiri dan sangat terobsesi pada Lia.

"Apa maksudmu dengan berakhir? Aku baru saja akan memulainya lagi bersama dengan Lia..." Ryujin tak mengerti.

"Aku tak mengijinkanmu bertindak lebih jauh dari pada ini..." Chaeryeong menautkan kedua alisnya.

Ryujin tersenyum sinis mendengar perkataan Chaeryeong. "Kau pikir kau siapa? Aku tak perlu meminta ijin untuk melakukan apapun yang aku mau..."

"Aku memang bukan siapa-siapamu. tapi aku peduli padamu Ryujin, aku peduli pada orang-orang yang kau lukai karena sifat egoismu. Apakah kau tak sadar kau telah melukai ayahmu yang selalu berusaha melindungimu. Karena itu sebagai orang yang peduli padamu aku mohon berhenti. kau tidak bisa melakukan ini lagi, kau harus melepaskan Lia sekarang juga sebelum semuanya menjadi semakin kacau.." Chaeryeong mencoba menyadarkan Ryujim bahwa apa yang selama ini ia perbuat telah melukai banyak orang termasuk ayahnya sendiri.

Ryujin meletakan telapak tangannya yang dipenuhi darah kering miliknya keatas mulutnya yang terbuka. Tertawa keras karena perkataan Chaeryeong terdengar tidak masuk akal untuknya. "Kau pikir aku peduli? Yaak Lee chaeryeong, Kenapa sekarang kau berubah menjadi seseorang yang tak kukenal seperti ini? Kau benar-benar sangat menyebalkan......kau bahkan ikut menyalahkan aku. Kau tak ada bedanya dengan father dan orang-orang itu" Ryujin menghentikan tawanya, berganti menjadi ekspresi dingin yang kini hanya berfokus pada Chaeryeong yang sekali lagi gagal menasehati Ryujin.

"Jika benar kau peduli padaku seharusnya kau mendukungku, membantuku yang berjuang mendapatkan cintaku kembali. Kau tau aku sangat mencintai Lia. Seharusnya jika kau peduli kau tidak mengkhianatiku dan hampir membuat perjuanganku selama ini sia-sia..."

"Tapi dia tidak lagi mencintaimu Ryujin. apakah kau tak juga mau melihat kenyataan itu? Jika benar kau mencintainya seharusnya kau ikut bahagia melihatnya bahagia dan bukan justru memaksanya berbalik mencintaimu dengan melakukan hal seperti ini..." Chaeryeong menjawab perkataan Ryujin.

"Kau tak mengerti Chaeryeong..." Ryujin menggelengkan kepalanya. "Aku tak bisa, kau tak tau bagaimana rasanya. Aku sudah terlalu sakit dengan semua rasa sakit melihat Lia bersama dengan orang lain selain aku. Aku tak bisa lagi menerima rasa sakit itu.......bagaimana bisa kau menyuruhku hanya berdiam diri dan melihat Lia bahagia dengan orang lain selain aku?"

"Tapi ini salah, kau harus segera menghentikannya. Kau sudah melukai banyak orang, kau bahkan melukai Lia seseorang yang seharusnya kau lindungi..."

"Apa kau bilang? Aku melukai Lia? Sejak kapan kau tau tentang aku Chaeryeong? Hanya karena kau mengenalku lama bukan berarti kau bisa menilaiku seperti itu..."

"Lepaskan Lia sekarang juga atau aku akan memanggil polisi untuk datang...." kata Chaeryeong. mengancam Ryujin yang tetap pada pendiriannya.

"Kau mengancamku?"

"Aku tak punya pilihan lain..." Chaeryeong merogoh saku celananya untuk mengambil iphone miliknya.

Kali ini Ryujin terdiam. Menatap Chaeryeong dan iphone ditangan Chaeryeong bergantian.
"Sebaiknya kau datangi Yeji, aku yakin dia sedang sekarat sekarang dan bukan justru mencampuri urusanku..." katanya kemudian.

"Apa maksudmu? Yeji sekarat?" Kening Chaeryeong berkerut mendengar Ryujin yang menyebutkan nama Yeji disela percakapan mereka.

"Kau tak lihat semua luka ini? Dia mencoba membunuhku dengan berkali-kali memukuliku. Dan sampai pada akhirnya aku memiliki kesempatan untuk membalasnya.." Ryujin menyunggingkan sedikit senyumnya. Mencoba memancing Chaeryeong yang terlihat sangat khawatir.

"Apakah kau gila? Apa yang kau lakukan padanya?!" Chaeryeong kembali mendekati Ryujin. Meremas baju yang Ryujin pakai dengan wajahnya yang kini berubah marah.

"Kenapa? Apakah kau marah karena aku melukainya? Kau masih mencintai Yeji kan?" Tanya Ryujin menebak alasan kemarahan Chaeryeong.

"Sudah kukatakan untuk tidak mengusik Yeji kenapa kau tidak mendengarkan aku?!" Bentak Chaeryeong keras. Sangat marah ketika Ryujin tidak menepati janjinya.

"Bukankah kau yang pertama mengkhianatiku? Kenapa sekarang kau menyalahkan aku ketika aku berbalik mengkhianatimu?" Ryujin mendelik.

"Dimana dia sekarang?!" Chaeryeong mengeratkan pegangannya pada baju Ryujin.

"Kau harus mencarinya sendiri karena aku tak akan mau memberitahukannya padamu..."

"Katakan dimana dia ! sebelum aku benar-benar akan menghubungi polisi datang dan menangkapmu !!"

"Kau tak akan bisa mengancamku Chaeryeong..." kali ini Ryujin memegang kedua tangan Chaeryeong yang masih meremas bajunya kemudian menarik kedua tangan itu hingga pegangan Chaeryeong terlepas."carilah dia sekarang. karena jika tidak, dia benar-benar akan segera mati...."

Chaeryeong mengepalkan kedua tangannya. Terlihat ingin melampiaskan amarahnya pada Ryujin namun kemudian dia hanya menahannya dan memutuskan untuk memundurkan tubuhnya beberapa langkah. mengurungkan niatnya untuk memanggil polisi dan bergegas menemukan Yeji.

"Bodoh...." Ryukin berbisik lirih ketika Chaeryeong mulai berlari menjauhinya untuk mencari keberadaan Yeji.

Ryujin tau Chaeryeong masih menyimpan rasa cintanya pada Yeji. Terbukti dengan kemarahan yang Chaeryeong tunjukan tadi. Hanya saja Chaeryeong hanya menyimpannya seorang diri. Membiarkan orang yang ia cintai bahagia bersama dengan orang lain dan tidak mencoba untuk membahagiakan dirinya sendiri bersama orang yang ia cintai.

Ryujim membenarkan baju yang ia pakai kemudian membalikan tubuhnya. berencana pergi secepatnya dari tempat ini.
Namun baru saja Ryujin akan beranjak, letusan pistol tiba-tiba menghentikan langkahnya. Untuk beberapa saat tubuhnya terasa membeku mendengar suara itu, namun kemudian Ryujin memutar tubuhnya. membuka matanya lebar begitu kedua matanya menangkap sosok tifanny yang ternyata sudah berada disana bersama dengannya. Tifanny yang terlihat menatapnya dengan sebuah pistol yang menghiasi kedua tangan wanita itu. Pistol yang ujung matanya terarah pada Ryujin yang tidak bergerak dan hanya mematung.

"Apa kau lakukan?....."

Suara letusan pistol kembali terdengar. Kali ini membuat wajah Ryujin menundukan kepala. Menatap luka baru ditubuhnya karena letusan pistol itu kembali mengotori bajunya dengan warna merah.

"Aku mencintaimu Ryujin..." isak tifanny bersama air mata yang mengalir dari kedua matanya.

"Tifanny...j-jangan.." Ryujin mengangkat kepalanya. Menautkan keningnya merasakan rasa sakit yang tifanny berikan saat peluru dari pistol itu serasa mengoyak isi perutnya.

"Aku tidak bisa membiarkanmu pergi..."

"K-kita bisa bicarakan ini tifanny, t-turunkan pistol itu..." ucap Ryujin. Mencoba menenangkan tifanny yang seperti sudah kehilangan akal sehatnya.

"maafkan aku. Kau milikku, selamanya akan menjadi milikku......" tifanny meremas gagang pistolnya. Kembali menembakan peluru didalam pistolnya pada Ryujin. Beberapa kali hingga membuat tubuh Ryujin terkapar ditanah tanpa perlawanan.

Tifanny menurunkan pistol ditangannya. Mendekati Ryujin yang sudah tak lagi bergerak. Menatap Ryujin beberapa saat sebelum akhirnya menempatkan ujung pistol itu tepat dikepalanya. "Dengan begini kau akan tetap menjadi milikku kan?..." lirih tifanny. Membunuh dirinya sendiri hanya dengan sekali menekan pelatuk pistol ditangannya.

Chaeryeong membalikan tubuhnya begitu mendengar tembakan terakhir yang tifanny layangkan untuk dirinya sendiri. Chaeryeong segera bergegas kembali ketempat parkir tempat suara pistol itu berasal. Menatap dengan kedua mata terbuka lebar sembari menutup mulutnya melihat pemandangan didepannya yang menampakan tubuh Ryujin dan tifanny yang telah terbujur kaku dengan darah yang keluar dari tubuh mereka masing-masing.

.

Lia POV

Tak ada yang tau apa yang sebenarnya terjadi. Semua terjadi begitu saja. Suara tembakan yang terdengar berkali-kali. Dan kemudian Chaeryeong datang membuka pintu mobil tempatku berada. Melepas tali yang mengikat kedua tanganku kemudian menenangkan aku dengan memelukku. Mengikis ketakutanku. Tak sedikitpun melepaskan pelukannya dan kemudian suara sirine mobil polisi datang bersama dengan ambulance. Mengevakuasi kami, Yeji dan juga 3 mayat yang salah satunya terdapat Ryujin didalamnya. Seorang wanita dan lelaki berumur 60an yang ditemukan mati didalam klinik.

Tak ada yang tau kenapa kejadian ini bisa terjadi tapi kemudian Chaeryeong menjelaskan jika wanita bernama tifanny itu yang telah membunuh ayah juga Ryujin lalu membunuh dirinya sendiri. Hal yang kemudian menghebohkan seluruh korea karena hal semacam ini jarang terjadi. Ditambah Ryujin yang sudah memiliki nama didunia selebritas meskipun tak berada diurutan atas. Namun beritanya menjadi sangat besar, beberapa dilebihkan dan beberapa hanya menduga-duga. Tak ada saksi mata kenapa wanita bernama tifanny itu dengan tega membunuh ayahnya dan juga Ryujin. yang jelas untuk seminggu terakhir ini beritanya begitu menggemparkan.

"Berhentilah melihat berita itu...." kumatikan televisi yang sedang Yeji lihat dari atas ranjang rumah sakitnya. Meletakan remote yang kupegang kemudian mendekati Yeji, duduk disampingnya kemudian memberikan senyum terbaikku padanya.

"Bagaimana keadaanmu hari ini?" Tanyaku. Menatap wajah Yeji yang terlihat masih sangat pucat. Ada perban yang melingkar dikepalanya dan aku sangat bersyukur dia masih bisa tertolong meskipun dokter mengatakan Yeji kehilangan banyak darah karena pukulan dikepalanya.

"Lebih baik...." jawabnya ringan.

Yeji menarik kedua tanganku yang kemudian ia genggam. Menghela nafasnya sembari kedua matanya terpejam untuk beberapa saat.

"Aku tau kata maaf tak akan cukup untuk membayar semua yang telah kulakukan padamu selama 5 tahun terakhir ini. Aku tau aku terlalu bodoh karena bisa mempercayai Ryujin dan tidak mendengarkanmu sejak awal.......aku minta maaf, aku benar-benar menyesal Lia. Aku berharap Ryujim memukul kepalaku lebih keras hingga aku bisa mati dan menebus semua dosaku padamu..." air mata Yeji mulai menitik. Terlihat sangat menyesal karena tak mempercayaiku dan mengabaikan aku selama 5 tahun ini.

"Aku sangat mencintaimu, aku tak ingin kehilanganmu. Aku terlalu cemburu dan rasa cemburu itu membutakan mataku......aku tau aku benar-benar bodoh. Aku sangat menyesal. Aku menyesal telah berbuat jahat padamu......aku bahkan berselingkuh dengan wanita lain didepanmu untuk membalas dendam. Agar kau tau bagaimana rasanya ketika orang yang kau cintai mengkhianatimu tapi kau tetap setia menungguku. Aku tau aku benar-benar orang tidak berguna. Aku seorang pengecut yang seharusnya musnah dari muka bumi ini..." suara Yeji terdengar bergetar diakhir kalimatnya. Dia terisak. Menjatuhkan lebih banyak air mata sembari menggenggam tanganku erat.

".......aku tak memintamu memaafkan aku karena dosaku sudah sangat banyak terhadapmu. Aku hanya ingin kau tau jika aku benar-benar menyesal. Aku bahkan membenci diriku sendiri karena telah melukaimu selama ini...." Yeji tertunduk. Meluapkan isi hatinya yang mungkin sudah ia tahan.

"Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri. Aku sudah maafkanmu, jangan lagi merasa bersalah karena aku telah melupakan segalanya...." kutarik sudut bibirku. Mengangkat kembali wajah Yeji kemudian menghapus air matanya. menyakinkan Yeji jika kejadian yang lalu tak ingin lagi aku ingat dan sudah kukubur dalam-dalam.

"Aku sangat malu padamu Lia. Seharusnya kau tidak mencintai pecundang sepertiku..." Yeji kembali terisak.

"kau bukan pecundang. Aku tau kau tidak seperti itu..." kugelengkan kepalaku menyanggah perkataannya.

"Tapi aku memang pecundang, aku orang terbodoh didunia ini karena tak mau mempercayai seseorang yang tulus mencintaiku..."

"Ssssst jangan lagi katakan apapun...." kuletakan telunjukku didepan bibir Yeji. Menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya membawa Yeji kedalam pelukku. Tak ingin meneruskan pembicaraan ini karena kami sudah sama-sama menderita selama ini dan aku tak ingin Yeji kembali menyalahkan dirinya lagi atas hal yang bukan sepenuhnya salahnya.

"Kita lupakan segalanya. Kita buka lagi lembaran baru. Lupakan semua yang sudah terjadi dan kita mulai lagi dari awal. kau mau kan memulai lagi bersamaku?" Tanyaku. Melepas pelukanku kemudian kembali menatap wajah sembab Yeji.

"Kau mau kan?" Tanyaku mengulangi perkataanku.

Yeji mengangguk dengan kedua mata masih berlinang air mata. "Tentu saja aku mau, aku masih sangat mencintaimu...." jawab Yeji mengiyakan.

"kali ini aku mohon percayalah padaku? Aku juga sangat mencintaimu Yeji. Aku tak pernah berencana meninggalkanmu, aku sudah berjanji pada diriku sendiri akan terus berada disisimu dalam segala kondisi. karena itu jangan pernah lagi berpikir aku akan meninggalkanmu apalagi mengkhianatimu...." kataku. Yang kemudian Yeji jawab dengan anggukan kepala dan kembali memelukku. Menangis bersama karena kesalahan pahaman diantara kami akhirnya selesai. Aku sangat lega karena setelah penantian panjangku, setelah semua rasa sakit dan penderitaan yang kualami akhirnya kami bisa kembali bersama. Kali ini aku berharap kami akan tetap bersama hingga akhir. Hidup bahagia tanpa ada lagi penganggu seperti Ryujin yang akan menghancurkan hubungan kami.

.

Setengah tahun kemudian

Airport
.

"Kau benar-benar tak ingin pergi?" Father menatapku dengan tatapan kecewa. Kecewa karena aku menolak keinginannya untuk kembali kecalifornia bersama.

Setelah perusahaan kami mengalami kerugian dan bangkrut father memang memilih untuk kembali ke california dimana keluarga besar kami tinggal. Menjual rumah juga beberapa aset yang bisa dijual dan berencana memulainya lagi dari awal dikota kelahirannya.

Father tak lagi menyalahkan aku dan memilih berdamai dengan keadaan.

"Aku akan tetap disini bersama dengan Yeji..." kataku. Menggenggam tangan Yeji yang sekarang berada disampingku.

Father menatapku dan Yeji secara bergantian kemudian menghela nafasnya. "Kalian masih bersama setelah aku menyuruh kalian untuk berpisah?" Tanyanya ketus namun tidak menggebu-gebu seperti sebelumnya saat dulu kami bertiga bertemu.

"Kami tak akan pernah berpisah. Tak akan pernah meskipun father menyuruh kami untuk melakukannya..." jawabku memberanikan diri.

"Aku benar-benar tak mengerti lagi, apa yang sebenarnya kau harapkan dari wanita itu Lia?" Tanya father tak habis pikir. Memecit dahinya yang sudah ditumbuhi kerutan.

"Dia membuatku hidup kembali setelah semua hal yang kulalui. Dia membuatku bahagia father, lalu apa lagi yang aku harapkan selain itu?"

Father kembali menghela nafasnya. Terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya membawa koper yang sudah ia siapkan. Menyudahi perbincangan kami. pergi dari hadapan kami untuk masuk kegate penerbangannya. Tak mengatakan sepatah katapun lagi karena sejak awal dia memang tak pernah menyetujui hubunganku dengan Yeji.

Berbeda dengan orang tua Yeji, father sangat menentang kami. Dia bahkan pernah menampar Yeji dan mengutuknya berulang kali. Mengatakan Yeji telah mempengaruhiku hingga menjadi seperti ini. Yang kemudian kusanggah karena aku memang seperti ini. Sebelum bersama dengan Yeji aku bahkan menjalin hubungan dengan Ryujin yang sama denganku. karena itulah father tidak berhak mencaci maki Yeji karena aku begini bukan karena Yeji tapi karena alami berasal dari dalam diriku.

"Tidak apa apa, suatu hari nanti ayahmu pasti akan mengerti dan berbalik menyetujui hubungan kita.." Yeji mengelus tanganku. menyunggingkan senyumnya padaku yang masih menatap kepergian father. Memberi energi positif padaku yang sebelumnya sempat terlarut dalam rasa sedih karena selama bertahun-tahun kami bersama, father tetap saja tidak merubah keputusannya untuk menyetujui hubungan kami.

Aku mengangguk. Ikut tersenyum. Membuang pikiran negatif didiriku dan mempercayai perkataan Yeji.

"Ayo kita pulang...." Yeji menarik tanganku. Berjalan beriringan melewati lalu lalang orang-orang disekeliling kami yang terlihat sibuk. Kembali keapartemen kami. Tempat teraman dimana tak akan ada orang yang menilai kami dan kami bisa menjadi diri sendiri.

"Kau ingin melakukan ini?" Yeji menatapku yang kini berada diatas tubuhnya dengan wajahnya yang memerah.

"Kau tak ingin melakukannya?" Tanyaku. Mengatur nafasku yang naik turun karena sebelum ini kami sempat berciuman cukup lama sehingga membuat nafas kami berdua terasa kosong.

"Aku hanya ingin meminta persetujuanmu terlebih dahulu, aku tak mau membuatmu tak nyaman karena memaksamu melakukannya..." jawab Yeji sedikit berbisik. masih menatapku dengan kedua matanya yang kini beralih pada bibirku.

Aku menarik sudut bibirku. Melepas baju yang kugunakan kemudian melemparkan baju itu keatas meja. Tepatnya meja ruang tv tempat kami berada sekarang.

Aku kembali merendahkan tubuhku. mencium bibir Yeji, hingga lidah kami saling bertemu. Cukup lama. sebelum akhirnya bibirku turun kelehernya. Mengecup leher Yeji beberapa kali kemudian beralih pada dada Yeji. Menyingkirkan baju Yeji keatas, menatap dada Yeji yang ternyata hanya terbungkus bra sport berwarna hitam.

Kulirikan kedua bola mataku pada wajah memerah yeji yang kini juga menatapku. Menyunggingkan senyum kemudian menarik turun bra sport yang Yeji gunakan. Menjilat puncak payudara Yeji yang mengeras. Berulang kali. Kiri dan kanan. Kemudian kembali menurunkan wajahku melintasi perut datar Yeji. Namun kemudian Yeji segera menarik wajahku. Mencium lagi bibirku. Seakan tak mengijinkan aku bertindak lebih jauh dan mendorong tubuhku kesamping hingga kini aku berada dibawah tubuhnya.

"Kali ini biarkan aku yang melakukannya....." lirih Yeji dengan nafasnya yang berat. Mulai menjelajahi tubuhku. Sama seperti yang sebelumnya kulakukan padanya. Bedanya dia lebih teratur dibandingkan aku yang terlalu terburu-buru.

Kupejamkan mataku. Menikmati semua sentuhan yang sedang Yeji berikan padaku. Menikmati kecupan demi kecupan bibir Yeji yang seperti melelehkan tubuhku sedikit demi sedikit. Untuk beberapa saat aku seakan lupa akan dataran.
sebelum akhirnya suara bell apartemen tiba-tiba berbunyi dan memaksa kami menghentikan sementara aktifitas kami.

Aku dan Yeji saling berpandangan untuk beberapa saat. Mencoba tidak membuat suara agar seseorang didepan sana menyerah dan memutuskan pergi. Lagipula kami tidak mungkin kan menyudahinya? Kami baru saja mulai dan seseorang penekan bell itu seperti tak tau moment dan mencoba menganggu nuansa romantis kami.

"Apakah tidak sebaiknya kita buka saja?" Kata Yeji setengah berbisik. Namun aku segera menggelengkan kepala, tidak menyetujui perkataan Yeji yang menyuruh stranger dibalik pintu itu untuk masuk.

"Bagaimana jika itu eomma dan appa? Mereka bilang mereka akan datang untuk melihat kita hari ini..." lagi-lagi yeji berbisik. Bersamaan dengan suara bell yang tak juga berhenti berbunyi.

"Kenapa kau tak memberitahuku jika eomma dan appa akan datang?" Kataku. Merasa kesal pada yeji yang selalu mengatakan hal penting didetik-detik terakhir.

"Maafkan aku, aku benar-benar lupa...." yeji terlihat menunjukan ekspresi wajah menyesal.

"Oh kau dengar? Suara bellnya berhenti..." kataku ketika suara bell apartemen sudah tak lagi terdengar.

"Kau benar bellnya sudah berhenti...." Yeji menunjukan senyumnya yang sumringah. "Kita lanjutkan lagi?" Tanya Yeji dengan raut wajah yang entah mengapa terlihat sangat mesum.

Yeji merendahkan tubuhnya untuk kembali mencium bibirku namun disaat itu pula iphone Yeji yang ia letakan diatas meja berdering. Menunjukan nama eomma yang langsung membuatku tak lagi bersemangat.

"Maafkan aku...." ucap Yeji menunjukan wajah sedihnya. Turun dari atas tubuhku kemudian mengambil iphonenya untuk menerima sambungan telpon dari ibunya. Sedangkan aku, aku membenarkan bra dan celana yang kupakai. mengambil baju, dan coat yang tergeletak dimeja lalu masuk kedalam kamar. Meninggalkan Yeji yang terdengar mulai berbincang entah membicarakan apa.

Kutaruh baju dan coat ditanganku kedalam keranjang pakaian kotor didalam kamar. Membuka lemari baju, bermaksud mengganti semua itu dengan yang baru. Namun baru saja aku akan mengambil baju tanpa lengan yang tergantung didalam lemari. Sepasang tangan muncul dari belakang. Mengangkat tubuhku. Membawaku ketempat tidur kemudian membantingku keatasnya.

"Apa yang sedang kau lakukan? Kita belum selesaikan?" Yeji membuka bajunya yang belum sempat ia buka ketika tadi kami berdua berada diruang tv. Kembali menggodaku yang tak lagi bersemangat untuk melakukannya.

"Kita sudah menyelesaikannya sejak tadi. Lagi pula eomma dan appa akan datang kan?" kataku datar. Sama sekali tak terpengaruh pada godaan Yeji.

"Tapi aku sudah berbohong pada eomma dan appa agar kita bisa melanjutkannya...." Yeji terlihat kecewa.

"Kau membohongi mereka?" Aku bangkit. Menatap Yeji yang tidak biasanya melakukan hal seperti ini. Selama aku mengenalnya Yeji tak pernah sekalipun berbohong. Dia hanya melakukannya sekali dua kali dan itupun aku yang menyuruhnya untuk melakukan itu. Jika dia berbohong dia akan merasa bersalah dan segera mengatakan hal yang sebenarnya.

"Kukatakan pada mereka jika kita berdua sedang tidak berada dirumah dan menyuruh mereka kembali lagi besok..."

"Yaak kau benar-benar anak nakal, bagaimana bisa kau melakukan hal itu pada orang tuamu sendiri...." kataku tak habis pikir.

"Aku hanya ingin menghabiskan waktu hari ini denganmu. Lagipula ini pertama kalinya aku bisa menyentuhmu lagi setelah 5 tahun dan aku sangat menantikannya...." ucap Yeji dengan wajahnya yang tiba-tiba berubah merah.

Mendengar Yeji mengatakan itu wajahku ikut memerah. Menutup wajahku sendiri, tak menyangka Yeji akan mengatakan hal seperti itu dihadapanku. Jadi selama ini dia menahannya?

"Maafkan aku...apakah aku terlihat pervert sekarang?" Katanya kembali membuka mulutnya.

"...kau lebih terlihat seperti ajjushi yang sedang menggoda anak remaja untuk berkencan dengannya" jawabku menahan tawa.

"Jadi aku seperti ajjushi? Kalau begitu mau kah remaja sepertimu berkencan dengam ajjushi sepertiku?" Tanya Yeji. Kembali menggodaku dengan perkataan yang benar-benar tak cocok untuknya.

Kali ini aku tak menjawab. Lebih memilih memajukan wajahku. Mengecup bibir Yeji yang entah mengapa terlihat berwarna merah merona.

Yeji membalas kecupanku. Mempersilahkan aku yang kini mulai duduk dipangkuannya kemudian mengalungkan kedua tanganku dilehernya. Melanjutkan apa yang tadi sempat tertunda. Menyatukan tubuh, hati dan pikiran kami. Berharap setelah ini hubungan kami semakin membaik dan kami dapat hidup berdua bersama dalam damai.

Kami akan menua bersama. Ya....kami akan menghabiskan masa tua kami dengan bahagia sampai maut memisahkan.

.

END

Yang mau season 2 boleh komen ya. Ada kejutan yang bakal gue masukin. Terima kasih udah mau baca :)

Continue Reading

You'll Also Like

7.2K 400 41
Castiel Novak has always been the smart kid in the family who keeps out of trouble, even though hard at times. Castiel is known for excelling in scho...
16.6K 674 22
Kronii is from a Noble Vampire family. Who rebels against her family's old teaching and wants to live together with the humans. But then, she meets M...
103K 5.8K 45
//도전 혹은 죽음// ! fantasy, mystery, comedy ! dare: go downstairs and stab a random person! ^^ dare: death. in which loona can't control dare or dare an...
1.7K 405 39
"Im useless person.. I don't know what I want.." - Lee Chaeyeon "Im afraid with my own feelings..I don't want put a hope in this relationship.." - Hw...