sampai saat ini aku tetap mencintaimu, hanya saja berhenti menunjukkannya.
.
.
.
.
.
°°°°
Pulang sore adalah kebiasaan ku, mungkin seseorang yang tidak mengetahui ku mereka akan beranggapan bahwa aku bermain-main atau bisa disebut juga nglayab. Mereka juga beranggapan bahwa aku berjumpa dengan kekasihku dulu, yaa karena mereka pernah menjumpaiku berboncengan dengan seorang lelaki, dan jujur aku sangat tidak terima mereka mengatakan ia lelaki tidak benar.
Ya walaupun aku juga membenci orangnya, bagaimanapun juga ia pernah menolongku hingga tiga kali, tapi ketika benci itu telah lama aku berusaha untuk tidak menyimpan rasa dan aku rasa aku tetap menyimpannya hingga benci itu kian menjadi hal yang sangat menyebalkan
Siang itu setelah kemarin malam aku pulang dengan Bayu, kini aku berhadapan lagi dengan motor Vario nya, ia baru saja menjemputku, menggunakan seragam OSIS tidak lengkap dan tas abu-abu andalannya
Aku tertawa dalam diam mengingat beberapa jam lalu ia telah dimarahi oleh Mba sepupuku di telepon, memaksa untuk menjemputku, aku juga shock mendengarnya, mbak ku mengatakan sesuatu hal yang menusuk bagiku, ya itu masalah bensin, namun karena ini adalah yang pertama kalinya aku merasa tidak enak dengan Bayu, apalagi dia sudah jauh jauh menjemput ku dengan motornya
"Bay", aku berusaha membuka pembicaraan
"Uy", jawabnya
Aku melihat ke sepion hanya terlihat setengah pundaknya saja, aku mendekat ke telinganya
"Gimana Lo tadi dimarahi mbak gue? Maaf ya bay",
"Biasa aja si, mbak Lo umur berapa btw"
Aku membenarkan duduku malas, kenapa dia malah tanya mbak aku bertanya benar benar gimana perasaannya
"20an, udah punya anak juga", jawabku
"Ouh"
Aku memutar bola mataku malas, ga seru
"Surat-surat udah semua kan? Tinggal apa?", tanya nya.
"Gue rasa udah sih, cuman tinggal ngprint sama lanjut proposal"
"Selesai hari ini bisa?"
"Bisa kalo kita serius"
Tak ada jawaban lagi darinya, aku menghempaskan nafas, ada apa dengan Bayu? Tak seperti biasanya
Aku membenarkan dudukku kembali agar ada renggang ia denganku, namun saat itu juga, Bayu baru saja menyalip sebuah truk di tikungan, sebuah mobil terlihat didepan mata, aku shock memejamkan mata, hampir saja Bayu menabrak mobil didepan, alhasil ia membelokkan langsung stang motornya, aku memegang pundaknya sangat kencang, syukurlah kita berhasil menghindar
Aku terhuyung kedepan sejak tadi, menepuk pundaknya keras, "TOLOL LO BAY!"
Bayu tertawa keras, "Sante aja kali gitu doang",
Bisa-bisanya kita hampir mati, dia bilang gitu doang?
"Setres Lo bay",
Ia masih tertawa, aku merenggangkan jarak kembali, memilih menatap kesamping jalan
Tak ada perbincangan lagi setelah itu, setiap ia mengerem mendadak aku shock langsung memegang pundaknya, aku juga menahan agar tidak terlalu dekat dengannya, namun tetap saja aku terhuyung kedepan
Tepat saat kita berbelok disebuah tikungan sepi, seorang anak kecil berseragam merah putih sedang berjalan dengan arah yang sama
"Bay itu", tunjukku pada anak kecil itu, mungkin bayu sudah tau karena tanpa disuruh ia mengurangi laju motornya
"Samperin sono", tegas Bayu
Aku turun dan langsung menghampiri anak lelaki itu
"Ade, Ade mau pulang?", tanyaku tepat didepannya
Hanya dibalas oleh anggukan
"Ayo ikut Kaka aja",
awalnya dia menolak menggelengkan kepalanya, namun setelah aku paksa dia mau, aku langsung merangkul pundaknya membawanya kemotor Bayu
"Rumahnya dimana?", tanya Bayu
"Di pasar",
Aku kaget, jelas itu jauh menurutku, apalagi jalan kaki
Aku dan Bayu bertatapan, sangat menyedihkan sekali melihat anak itu, aku rasa aku kurang bersyukur
Bayu langsung membawanya duduk didepannya, awalnya aku menawarkan untuk bersamaku saja dibelakang namun karena anak itu menolak akhirnya ia memilih didepan dengan Bayu
Motorpun kembali melaju, sekarang hanya ada perbincangan anak kecil itu dengan Bayu, aku merasa dicueki, diabaikan, tak dianggap, akhirnya aku memilih diam diperjalanan
•••
"Tadi gue antar bocah SD pulang ke pasar, gila masa dia jalan kaki cuy dari Tuwel sampe pasar Bumijawa, gue ga nyangka aja, dia bilang si dia mantan pondokan terus sekolahnya di Tuwel karena udah ga mondok jadi dia pulang kerumahnya di Bumijawa, ga nyangka gue katanya setiap hari gitu, kasian"
Aku berjalan dibelakangnya setelah Bayu bergabung memasuki sekolah dengan temannya Nijar dan Ulum. Namun setelah Bayu bercerita aku langsung penasaran dan menyusup kedepan, jujur aku penasaran percakapan Bayu dengan anak itu saat dimotor tadi
"Nina!!!", teriak salah satu temanku, ia menghampiriku ku dan menarikku kembali keluar sekolah
"Lohh mau kemana?!", sentakku
"Please anterin gue beli sesuatu",
Awalnya aku ingin menolak namun dia dengan kasar menarik tangku kluar sekolah, dan pasrahlah diriku
"Demi apa ini pertama kali gue dijemput sama Nijar! AAAAA malu banget tauu!! Mana ya ampun motonya itu, bikin gue maju maju kan ya jadi gimana gitu"
"Yaelah gue juga sama Bayu gitu mana tadi hampir ketabrak, jadi romantis gitu dianya", Batinku
Paansi gue andir kokk jadi batin itu
"Ciee otw nih sama Abi Nijar"
"Hehh kok Abi!! Ngga yaa! Gue ini jomblo fisabilillah, cuman deket",
"Yee tetep aja. Dosa!!"
Gue juga deng hehehe
"Tapi Nin, Lo gada sama sekali perasaan sama Bayu? Kalo gue liat liat Lo makin cocok aja sama Bayu"
"Apa?!"
"Eh..."
.....
Lagi-lagi aku dimalaskan oleh satu anak ini, Bayu Samudra, bisa gasi Lo jangan masuk ke hati gue?! Inget Aghitsny Ninn,,
Kaku, itulah yang aku rasakan, bagaimana tidak?! Saat ini aku dengan dirinya di ruang BK, berdua. Aku menenangkan diriku, menarik nafas dan menoleh ke arah Bayu yang sedang duduk di samping ku, dia sedang merapikan surat-surat didepannya
"Bay, alat printnya rusak"
"Loh kok gue? Lo yang TKJ Lo yang tau, gue mah DKV", tanyanya
"Kok nyebelin?!!,"
"Nih lanjut tekukin", Bayu menyerahkan surat-surat itu padaku
"Gitu doang ga bisa!", dia berdiri beralih kesamping sebelah kananku
"Coba aja kalo bisa",
Dan benar saja, aku tertawa saat dia menoleh tersenyum padaku, "Yaelah napa si jadi rusak gini", gumam Bayu
"Bilang aja lu ga bisa bay, haha", aku tertawa
Aku mendekat, membuka print an yang sedang dipegang Bayu, ternyata kertas itu terperangkap disana, sepertinya karena tintanya habis
"Tintanya abis Bay, dijendela pinggir Lo tuh coba kayanya ada",
Bayu beranjak mengambil salah satu tinta cair, "ini Ijo apa item si?",
"Oren", candaku
"Stop Bay, banyakan itu",
"Biar ga cepet abis",
Aku menarik nafas, malas
"Dah lah lanjut tuh sama Lo, males gue"
"Ninaa jangan gitu Nina, masa gue sendirian disini, jangan jahat Nina"
"Jelehh Bay Astaghfirullah"
"Gue bantu deh beneran. Apa aja yang belum?"
"Tinggal print tu proposal, gue pergi bye"
Dia menarik bajuku, "Jangan gitu Nina!"
"Yaudah cepet!", aku kembali duduk, setelah melihatnya, aku kasian juga dengannya
Bayu memulai menggerakkan mouse nya, aku melihat kearah komputer, sangat membosankan, dia tak se ahli diriku, tau gini sama aku saja, lebih cepet!!
"Bay, sini lah biar gue aja", aku meraih mouse didepan Bayu, namun ia menerjangku hingga akhirnya aku malah memegang punggung tangannya
"Eh maaf...",
Bayu sontak melepasnya, menyembunyikan tangannya, ia berdecak, langsung mengambil handphone nya
Aku yang menyadari itu langsung membuang muka, apa dia marah? Atau salting? Atau dia jijik padaku, Astaghfirullah aku benar-benar tidak sengaja
Memang benar lelaki dan perempuan dilarang saling bersentuhan jika belum mahram, mungkin itu alasannya, aku juga tau dia anak yang pandai agama
Setelah itu tidak ada lagi perbincangan aku dengannya, keadaan kembali canggung, dia kembali membereskan laptop dan surat-suratnya, aku kembali melanjutkan print nan itu, dan kami selesai tepat anggota Pramuka kembali dari masjid