PSIKE | TELAH TERBIT

By Afnansyhrn

2.1K 397 245

"Gue gak bisa lari kemanapun, karena yang gue hadapi adalah jiwa gue sendiri. Segala hal yang menyakitkan dan... More

Introduction
Siapa Yang Tahu?
Kamu Tidak Sendiri
Dunia yang Seperti Ini
Siapa Aku?
Sisi Lainnya
Memang Begitu
Berlari
Kuat?
Titik-titik Cahaya
Melepas Luka
Permainan yang Gila
Target
Sesulit Itukah?
Semakin Jelas
Dewa Dimana?
Pengumuman!

Intuisi yang Tajam

91 22 14
By Afnansyhrn

Rangga tersenyum bangga begitu menemukan petunjuk di dalam rekaman video yang kedelapan. Ia telah mengumpulkan hampir dua belas video rekaman narapidana yang menjadi korban penusukan hingga tewas. Narapidana ini tewas beruntun dalam kurun waktu empat bulan belakangan, jika dihitung, setiap bulannya selalu ada tiga korban jiwa.

Polanya sama, penusukan berulang kali tepat di punggung belakang sebelah kiri dan bagian leher sisi. Jumlah tusukan berbeda pada setiap korban. Hanya saja jumlah tusukan itu selalu kurang dari angka sepuluh. Korban meninggal kehabisan darah, karena tersangka seperti tahu titik-titik vital dalam tubuh yang membuat seseorang mati dengan cepat.

Aneh, kenapa bisa para tersangka melakukan pembunuhan dengan pola yang hampir sama dan dengan motif yang sama pula. Para tersangka pun setelahnya dipindahkan ke lapas luar Jabodetabek. Seolah seperti semuanya sudah dibuat skenario tersendiri.

Sejak dua hari yang lalu Rangga dan Brian terus mencari bukti-bukti dan fakta pada apapun yang berkaitan dengan kasus ini. Hari ini rencananya mereka berdua akan memberikan laporan pengajuan penyelidikan ulang pada kepala pimpinan mereka, Pak Henry. Semoga saja diterima dan disetujui.

Rangga adalah salah satu profiler terkenal dan berprestasi di kotanya, bahkan namanya sudah besar hingga tingkat nasional. Banyak orang yang mengira profiler adalah seorang paranormal yang bisa dengan cepat menangkap pelaku kejahatan. Padahal profiler adalah seorang ahli profesional yang menempuh pendidikan di bidangnya.

Tugas seorang profiler adalah menganalisis pola psikologis dan perilaku pelaku dan membuat penyelidikan sehingga tersangka dapat ditangkap sesegera mungkin. Biasanya metode yang dilakukan profiler adalah dengan menggunakan akumulasi data untuk menganalisis pola kejahatan tertentu.

Mewawancarai narapidana adalah bagian dari metode tersebut. Entah sudah berapa banyak narapidana yang Rangga wawancarai, mulai dari narapidana yang kejahatannya tingkat biasa hingga luar biasa. Rangga sudah terbiasa mendengar pernyataan dan kisah-kisah brutal lagi sadis selama ia bekerja sebagai profiler. Rangga tahu, ia harus tahan dengan hal-hal seperti itu walau sebenarnya terkadang ia sangat ingin memukul para narapidana yang bahkan tak merasa bersalah sedikit pun.

Mereka memiliki pola perilaku unik dan berbeda, motif yang berbeda lagi mencengangkan, juga, sekelebat konflik batin, permasalahan psikologis, dan gangguan kepribadian kronis bin akut. Setiap pelaku kejahatan meninggalkan jejak. Tidak ada kejahatan yang sempurna di dunia ini, prinsip itu yang selalu membuat Rangga berani dan terus maju ke depan. Tingkah laku dan pola pikir pelaku kejahatan itulah yang dapat menunjukkan motif, juga apa yang ingin mereka capai dalam tindakan kriminal.

Dalam memecahkan suatu kasus profiler tidak sendirian, ada banyak divisi-divisi lainnya yang turut berperan penting. Seperti divisi forensik. Mereka bertugas menemukan bukti di TKP, dan setelah itu profiler akan menganalisis petunjuk maupun bukti tidak langsung berdasarkan pengalaman dari tiap adegan di TKP yang sebelumnya telah diberikan oleh divisi forensik.

Pada setiap kasus yang sudah Rangga tangani, ditemukan pola yang hampir sama. Banyak pelaku kriminal, seperti misalnya kasus pembunuhan. Para pelaku selalu memiliki masa kecil yang pahit, tak sedikit dari mereka waktu kecil adalah korban kekerasan. Entah itu kekerasan fisik, verbal, maupun seksual. Mereka memiliki trauma masa kecil yang kompleks. Ternyata, hal ini pun memang sudah dibuktikan melalui banyaknya penelitian science maupun psikologi.

Perilaku anarkis, kasar, cara bicara seperti membentak atau senang berteriak-teriak. Bisa menjadi indikator bahwa seseorang pernah mengalami kekerasan semasa hidupnya, terutama ketika masa kecil.

Kejahatan merupakan representasi konflik psikologis. Penjahat atau para pelaku kriminal pada umumnya memiliki ketidakmampuan membentuk ikatan kasih sayang. Variabel kasih sayang serta pengawasan ibu yang kurang cukup, konflik dengan kedua orangtua, kurangnya rasa percaya diri, kekerasan yang didapat dari ayah, bisa menjadi pencetus lahirnya tindakan kejahatan di kemudian hari.

Walau tidak semua kasus akan berakhir pada tindakan kejahatan, ada beberapa kasus yang berakhir dengan terganggunya pembentukan kepribadian seseorang, masalah psikologis berupa tidak stabilnya emosi dan hal lainnya yang berkaitan dengan kondisi mental dan jiwa.

Namun, kurangnya dukungan waktu kecil tidak selalu membuat orang menjadi seorang penjahat, tapi, justru beberapa orang tumbuh menjadi manusia yang lebih kuat. Contohnya mungkin Rangga sendiri, ia tumbuh dengan sosok seorang ayah pengedar narkoba yang senang mabuk-mabukan dan suka memukuli ibunya, Rangga juga mendiang adik perempuannya.

Sejak Rangga kanak-kanak hingga ia duduk di bangku SMP kelas dua ia tidak bisa merasakan kehidupan normal layaknya anak-anak dan remaja pada seumurannya. Ketika ia duduk di kelas 6 SD, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, kalau adik perempuan satu-satunya itu tewas di tangan ayahnya. Karena kejadian mengerikan dan menyakitkan itulah Rangga kini bisa menjadi seorang profiler. Begitu banyak hal menyakitkan dan memilukan yang telah Rangga lalui hingga ia bisa berada di titik ini.

Lihat, kan? Tidak semua hal di dunia bisa dibuktikan dengan science. Karena di atas science ada kekuasaan dan kekuatan yang lebih besar, kecerdasan tanpa batas, yang hanya bisa dimiliki oleh Tuhan.

Science mungkin membuktikan beberapa hal lainnya, tapi, Rangga tidak pernah sepenuhnya percaya mentah-mentah pada science maupun hasil penelitian. Sebab, ilmu pengetahuan, teknologi, terus maju dan berkembang. Otomatis, akan selalu ada perubahan prinsip dan nilai-nilai dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan science itu sendiri.

Lagipula, sekarang, tidak sedikit penelitian yang dilakukan atas 'pesanan' beberapa pihak atau pimpinan tinggi di atas sana demi kepentingan mereka. Rangga sudah membaca beragam kasus tentang ini dari banyak sumber, bahkan penelitian-penelitian tersebut lebih mirip dikatakan seperti skenario drama daripada sebuah penelitian science yang seharusnya tidak tersentuh dengan campur tangan manusia yang melakukan hal itu demi mewujudkan kepentingan sendiri, atau kepentingan kelompok.

"Menurut lu kenapa bisa sampai ada manusia macam gini?" tanya Brian tiba-tiba sambil sibuk membaca tumpukan laporan kriminal beberapa tahun yang lalu, berharap ia bisa mendapatkan informasi, petunjuk dan fakta yang bisa membantu memecahkan kasus yang sedang mereka berdua tangani.

"Kemarahan dan kebencian yang besar mampu merusak dan membunuh jiwa manusia. Yang pada akhirnya, manusia itu hanya akan dikendalikan dengan kebrutalan dan kekerasan. Tanpa tersisa sedikit pun rasa cinta dan empati," jawab Rangga sambil merapikan beberapa lembar kertas hasil print miliknya.

Brian mengangguk sambil bangun dari duduknya, "laporan selesai. Ayo kita menghadap Pak Henry sekarang. Udah siap, kan?"

Rangga mengangguk mantap sambil memberi hormat. Mereka berdua pun berjalan dengan langkah lebar menuju ruangan kepala pimpinan mereka yang kharismatik itu.

"Selamat pagi, Pak. Kami berdua bermakasud-,"

"Penyelidikan ulang, begitu?" tanya Pak Henry membuat Rangga dan Brian saling menatap satu sama lain.

"Silakan duduk dulu," Pak Henry lalu berjalan mendekati Rangga dan Brian yang sudah duduk di kursi panjang dengan wajah yang tegang. Brian dan Rangga sama-sama membawa lembaran kertas laporan yang cukup banyak, mereka berdua lalu meletakkannya di atas meja kaca berbentuk persegi panjang yang terlihat mahal.

"Tadinya saya ingin memanggil kalian berdua kemari. Tapi, sepertinya tidak perlu. Oiya, tunggu sebentar," Pak Henry bangkit lagi dari duduknya lalu berjalan menuju meja kerja yang besar dan mewah, ia terlihat mengambil empat lembar kertas yang berukuran A4.

"Ini, saya sudah membacanya dari sini. Kamu tahu? Ternyata para tersangka dari kasus empat bulan yang lalu itu semuanya dipindahkan keluar lapas Jabodetabek. Padahal, laporan yang mereka berikan pada saya seminggu yang lalu mengatakan bahwa para tersangka hanya dipindahkan ke lapas di daerah Jakarta Pusat. Belum lagi ada segelintir uang yang hilang terpakai tak jelas," terang Pak Henry sambil memberikan lembaran kertas itu pada Rangga dan Brian.

Brian mengambil lembaran kertas tersebut, lalu membiarkan Rangga ikut membacanya dengan serius. Setelah membaca lembaran kertas itu mereka berdua menganggukkan kepalanya, lalu menatap wajah Pak Henry seolah ingin menjelaskan hal lainnya.

"Sebenarnya, Pak. Hal itu yang ingin kami laporkan ke bapak. Juga, perihal motif kasus yang semuanya hampir sama percis. MO nya seperti sudah dibuatkan skenario tersendiri. Dan orang dibalik kasus ini seolah ingin menunjukkan kelihaiannya itu melalui beberapa petunjuk yang kami temukan dalam rangkaian kasus ini," terang Brian dengan jelas.

"Bukankah ini bisa dikatakan pembunuhan berantai? Karena kejadian ini memakan banyak korban dalam beberapa insiden yang terpisah dalam hitungan pekan, juga beberapa bulan belakangan. Apakah ada baiknya kita memberikan dan menyebarkan informasi pada semua divisi agar kasus ini kembali diselidiki?" kini Rangga bertanya dengan serius pada Pak Henry.

Pak Henry terdiam seperti berpikir. Kemudian ia berucap dengan suara pelan seperti berbisik, "jangan gegabah. Dalam laporan administrasi keuangan untuk pengeluaran empat bulan belakangan ini pun ditemukan banyak kejanggalan. Banyak dana yang dikeluarkan untuk hal yang ternyata fiktif. Saya rasa masalah ini pun ada kaitannya dengan kasus ini, karena tanggal dan waktu kejadian dimulainya kasus sama. Kamu mengerti, kan, maksud saya apa?"

Rangga dan Brian saling menatap satu sama lain, "ada orang dalam yang ikut campur."

Pak Henry mengangguk sambil menunjuk Rangga seolah ia setuju dengan jawaban Rangga dan Brian itu.

"Kalian pasti tahu. Jika ada kaitannya dengan orang dalam, berarti kasus ini bukanlah kasus biasa dan mudah. Kita perlu sangat berhati-hati dan waspada dalam bergerak. Sudah satu minggu lamanya saya sebenarnya menyelidiki kasus ini. Sekarang, kalian berdua resmi bergabung dalam operasi spionase saya. Kebetulan, saya sudah mengirimkan nomor kontak enam anggota lainnya ke ponsel kalian lewat chat dan beberapa dokumen pendukung untuk membantu menganalisis kasus. Mungkin sekarang sudah terkirim," jelas Pak Henry sambil melihat ke arah jam tangan kulit cokelat yang ia kenakan.

Brian dan Rangga lalu segera merogoh ponsel mereka dari kantung celana dan melihat pesan chat masuk dari Pak Henry. Mereka berdua hanya bisa tercengang, tidak salah Pak Henry menjadi seorang kepala pimpinan. Cara kerjanya luar biasa cepat dan teliti.

"Enam anggota itu terdiri dari intel, sipir, ahli hukum, ahli forensik dan detektif. Mereka semua sudah belasan tahun bekerja dalam beberapa operasi spionase saya dan menunjukkan kerja yang optimal lagi teliti. Kalian berdua bisa meminta bantuan pada mereka dan jaga komunikasi untuk saling mengabari perihal perkembangan kasus ini. Tidak perlu khawatir, walau ada anggota wanita. Mereka semua pandai bela diri," terang Pak Henry sambil tertawa renyah.

Brian dan Rangga mengangguk lalu ikut tertawa bersama Pak Henry. Firasat Rangga ternyata benar, bahwa kasus ini bukanlah kasus sembarangan. Brian menatap kawannya itu dengan tatapan penuh selidik. Bagaimana bisa intuisi dan insting Rangga begitu tajam? Seolah-olah ia bisa meramalkan masa depan.

Brian berjanji, akan totalitas dalam kasus kali ini. Karena ia sekarang paham, bahwa kasus besar ternyata adalah rangkaian kasus-kasus kecil yang selama ini ternyata terlupakan dan tidak dipedulikan.

Hal-hal besar memang selalu lahir dari kumpulan hal-hal kecil. Kejahatan sebesar apapun, harus ditumpas habis. Kalau tidak bisa menumpasnya langsung. Ada cara lainnya yang mungkin terdengar sedikit naif, tapi Brian pikir itu akan bekerja dengan baik.

Yaitu mengurai dan menghancurkan titik-titik kecil yang membuat kasus ini menjadi besar. Karena permasalahan sebenarnya justru adalah kumpulan hal kecil yang tak terlihat.

Dan juga, diabaikan.

Note:
Spionase adalah untuk memata-matai secara rahasia dan diam-diam.







🤝 Bersambung 🤝

Continue Reading

You'll Also Like

1M 15.2K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
1.5M 129K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
405 160 150
(401-600) Ling Ran, senior sekolah kedokteran, mulai melihat dunia seperti game UI. Dia menggunakannya untuk membuka jalan menuju kelulusan, residens...
895K 66.6K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...