Love Me, Love Me Not

By Aurora_Rogers

10.2K 572 39

Kim Bum, Kim So Eun More

Sinopsis
PART 1
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14

PART 2

496 48 1
By Aurora_Rogers

-Love me, Love me not-

Pada pagi yang tersenyum disapa mentari, sepeninggal malam yang telah berlalu pergi, cahaya menyelinap masuk melalui celah gorden putih pada dinding kaca kamar Kim Bum. Sinar yang menciumi permukaan kulit wajah dan juga kelopak mata pria itu, memaksanya pulang dari tidur lelapnya.

Kim Bum menggeliat pelan, menggerak-gerakkan matanya menghalau sinar mentari saat ia mencoba membukanya. Menarik napas pelan untuk menyambut pagi dan bersiap untuk melakukan rutinitas.

Sekujur tubuhnya sedikit nyeri, juga ada kebas pada lengan kanannya. Menimbulkan ingin Kim Bum untuk melakukan peregangan pada otot yang agak menegang. Namun niat itu harus ia urungkan mendengar ponselnya meronta-ronta. Terdengar berbunyi namun dari kejauhan, pada ruang tamunya. Sepertinya tertinggal tak sengaja sebelum ia pindah tidur ke dalam kamar.

"Sialan!!!"

Umpatan yang terlalu pagi disuarakan.

Tiba-tiba Kim Bum membuka mata lebih besar, dan kali ini serius. Karena umpatan bukan berasal dari mulutnya. Pria itu menatap ke depan bersaman dengan terbukanya mata yang lain, dan menemukan sebuah tatapan sangat terkejut di pagi itu hingga mereka terdiam beberapa lama.

"Kim So Eun?" Ujar Kim Bum dengan lambat melihat seseorang yang dia sebut dengan Kim So Eun berada pada rengkuhan tangan kanannya, juga berada di atas ranjang bersamanya.

"Oh..., Lord..."

Seketika So Eun yang tadi mengumpat menoleh ke arah lain, merasakan bahwa seluruh tubuhnya panas, terbakar oleh tatapan Kim Bum dan juga rasa malu pada dirinya.

Mereka juga tidak bisa berteriak keras seperti yang terjadi dikebanyakan drama. Karena kecanggungan yang sangat keras telah nenyerang, Kim Bum dan So Eun tiba-tiba tidak bisa saling menatap menyadari bahwa mereka berdua di atas ranjang tanpa pakaian dan bisa merasakan kulit tubuh satu sama lain. Sudah bisa disimpulkan apa yang terjadi hingga mereka berakhir seperti sekarang.

"Hais...", Kim Bum menutup mata menyesal, berdecak keras pada diri sendiri yang bisa sangat memalukan ini.

Sadar situasi ini sangat canggung, dan Kim Bum tahu So Eun tidak akan mengatakan apapun untuk menolong keadaan mereka berdua, "So Eun, aku....."

"Maaf, Pak. Tapi bisakah kita tidak membahasnya?" Potong So Eun cepat dengan suaranya yang agak bergetar.

"Ya. Karena aku juga tidak tahu apa yang harus ku katakan", jawab Kim Bum, namun tak satupun di antara mereka yang beranjak dari ranjang untuk menyudahi kecanggungan sialan itu.

"Can I go now?" Tanya So Eun terus mengalihkan tatapan dari Kim Bum, dan pria yang sedang merutuk diri itu mengangguk, "baiklah. Pergilah", jawabnya menghadap ke sisi kiri saat So Eun turun dari ranjang kemudian memungut pakaiannya.

Semua rasa malu dan canggung sudah bersatu di dalam kamar itu. Tidak ada yang bisa menolong keduanya atas keadaan itu. Bahkan setelah So Eun selesai mengenakan kembali semua pakaiannya, dan gadis itu menunduk kepada Kim Bum untuk pamit, dan tak menatapnya sama sekali.

Akhirnya So Eun mulai berbalik dan menciptakan langkah untuk segera menyingkir dari hadapan Kim Bum. Sungguh, So Eun bisa berubah menjadi daging merah jika terus di sana

"So Eun..."

"Oh Sialan...", Umpat So Eun dalam hati sambil menahan langkah kaki mendengar Kim Bum memanggilnya. Apapun itu, haruskah pria itu mengatakannya saat ini? Dalam keadaan ini?

So Eun berbalik dan memasang senyuman paksa paling hebatnya. Kemudian dilihatnya Kim Bum menunjuk ke arah kanan.

"Pintunya di sana", ujar Kim Bum yang seketika menambahi malunya So Eun berkali lipat menyadari kecanggungan itu membuatnya lupa letak pintu kamar Kim Bum.

"Benar, pintunya", balas So Eun dengan senyuman kikuk. Kemudian melanjutkan langkah keluar dari sana untuk pulang atau ke neraka sekalian.

Kim Bum tidak lagi menjawab, ia hanya berdecak keras mengutuk dirinya sendiri setelah So Eun benar-benar menghilang dari kamarnya.

Ya, ini bukan persoalan So Eun atau dengan siapa dirinya tidur. Tapi mengapa ia sampai di titik sekacau itu, hingga kehilangan kendali terlalu parah. Dia bahkan tidak pernah terpikir melirik seseorang, sekarang dia meniduri seseorang? Dan itu Sekretarisnya sendiri? Serusak itukah sudah dirinya karena patah hati?

"Mengapa orang sepertiku bisa hidup?" Decak Kim Bum pada diri sendiri sambil membuang napas. Berjalan menuju kamar mandi karena dia harus membersihkan diri dan bekerja.

Sekacau apapun saat ini pagi dan juga harinya, Kim Bum harus tetap melakukan apa yang harus dilakukan. Dia tetap harus pergi ke kantor, dia bukan pemilik perusahaan yang bisa datang kapanpun dia mau. Kim Bum masih digaji, dan masih bekerja untuk orang lain, artinya apapun alasannya Kim Bum harus tetap melakukan kewajiban. Salah satunya tetap ke kantor seburuk apapun pikiran dan hidupnya.

Tentang So Eun? Baiklah, itu biar menjadi urusan nanti. Bagaimana mereka saling menghadapi, atasi saat bertemu saja.

Ya, Kim Bum dan So Eun adalah orang dewasa. Hal-hal yang mereka lakukan sudah tidak aneh jika terjadi. Tidak perlu membuatnya semakin rumit dengan membawa-bawa dosa.

-Love Me, Love Me Not-

Kim Bum memerlukan puluhan menit untuk bersiap ke kantor, dan 45 menit lebih mengemudi di jalan, dan beberapa menit melalui basement hingga sampai di lantai kantor dimana ia bekerja.

Beberapa langkahnya disapa pagi para Karyawan di sana, dan seperti biasa Kim Bum menebar senyum. Berjalan menapaki lantai untuk sampai di ruangannya.

Langkah itu harus diinterupsi oleh getaran ponsel pada saku coatnya. Di depan pintu masuk ruangannya, Kim Bum sempat mengeluarkan ponsel, memeriksa siapa yang memiliki kepentingan dengannya sepagi ini.

Sambil mendorong pintu ruangan, Kim Bum membaca namanya dan segera ia mengehala napas. Tidak ada hentinya Kim Ji Won melakukan panggilan. Secinta itu sang mantan kekasih, dan Kim Bum sok menjadi Tuhan yang mengetahui hal terbaik untuk Ji Won dengan meninggalkannya.

Diputuskan Kim Bum mengabaikan panggilan itu, kemudian meredupkan ponsel kembali. Setelah mulai menciptakan langkah ke dalam sambil memasukkan ponsel itu kembali ke dalam saku. Namun, tiba-tiba langkahnya berhenti tak sengaja bertemu mata dengan So Eun, sang Sekretaris yang ternyata sampai di sana lebih dulu.

Untuk sampai di ruangan kerja Kim Bum, memang dipintu utama harus melewati Sekretarisnya lebih dahulu sebelun Kim Bum. Kemudian dinding kaca yang menjadi pemisah ruangan mereka.

Jadi, untuk siapapun yang memiliki kepentingan dengan Kim Bum, mereka harus melewati So Eun dahulu.

Tak sengaja bertemu, dilihatnya So Eun segera mengalihkan tatapan ke arah lain, dan membungkuk singkat kepadanya.

"Pagi, Pak" , sapa So Eun namun menghindari kontak mata di antara mereka yang mulai risih untuk dihadapi Kim Bum.

Mendadak hubungan kerja itu menjadi canggung setelah dulu mereka adalah rekan yang bersinergi. Cinta satu malam mereka merusak dan tentu mempengaruhi kinerja keduanya jika mereka tetap seperti ini.

Kim Bum tidak menjawab sapaan So Eun, pria itu hanya menghela napas atas tingkah So Eun yang menurutnya mendadak menjadi terlalu berlebihan.

Mereka sama-sama sudah dewasa, dan mereka sama-sama sepakat melakukannya, mengapa sekarang ini menjadi alasan untuk tidak profesional bekerja? Menyebalkan.

Kim Bum melanjutkan langkah untuk sampai di meja kerjanya. Melepaskan coat kemudian meletakkan tas kerjanya, dan melihat lembaran kertas yang tergeletak di atas mejanya.

Kertas itu dari So Eun, Sekretarisnya itu telah menyusun agenda kegiatan Kim Bum di sana, juga menjadwalkan dan mengatur jadwal kegiatan pertemuan Kim Bum hari ini.

Kim Bum mencuri pandang kepada So Eun melalui dinding kaca pemisah mereka, sejak kapan So Eun memberikannya hal seperti ini? Dia tak punya mulut untuk mengatakannya langsung?

Ini sudah tidak benar, So Eun yang bereaksi berlebihan atas cinta satu malam mereka bisa merusak kinerja. Akan berdampak buruk pada pekerjaan mereka. Dan Kim Bum tidak suka seperti itu.

Jengkel atas cara So Eun, Kim Bum segera meraih telepon kabel di samping komputernya. Panggilan untuk sang Sekretaris yang menoleh terkejut ke arahnya dari dinding kaca itu.

"Kemari, dan lalukan sekarang!"

Kim Bum mempertegas suaranya dengan menatap So Eun melalui dinding kaca itu. Dilihatnya juga So Eun sedikit menghela napas, bahwa dia tak ingin melakukannya. Namun harus dilakukan karena ini perintah.

So Eun memasuki ruangan Kim Bum dengan langkah agak ragu, memberanikan diri menatap Kim Bum yang sudah berdiri dan mengeluarkan tangan dari dalam saku celananya. Kemudian sang atasan memindahkan lembaran kertas yang ia letakkan beberapa menit lalu, menjadi lebih dekat kepadanya.

"Apa ini?" Tanya Kim Bum singkat dan tak mau meladeni sikap sok canggung So Eun yang sudah melewati batas toleransinya.

"Jika hanya untuk menulis seperti ini, kau pikir aku butuh Sekretaris?" Serang Kim Bum yang masih enggan dijawab So Eun.

"Jangan biarkan dirimu menjadi tidak profesional hanya karena alasan one night stand, Kim So Eun!!!"

Kim Bum mempertegas, kalimat yang mulai membuat So Eun mendongkak dan membalas tatapannya.

"Apa kau selalu seperti ini kepada setiap pria yang tidur denganmu?" Ujar Kim Bum dengan ujaran putus asa, dan jelas kalimat itu menjadi mulai menyebalkan bagi So Eun.

"Maaf Pak, tidur dengan para pria bukan satu-satunya yang ku lakukan di waktu senggangku", jawab So Eun dengan nada tersinggung.

Reakasi yang kemudian membuat Kim Bum menghela napas, "maafkan aku, bukan itu maksudku", balas Kim Bum cepat. Tahu bahwa kalimat itu sedikit kasar. Sekalipun bukan itu maksudnya.

"Yang ingin ku katakan adalah, bisakah kita bekerja dengan nyaman seperti biasa?" Tukas Kim Bum

Bagaimana So Eun bisa melakukannya semudah itu, Kim Bum? Butuh waktu untuk So Eun bisa berpura-pura nyaman, sekalipun ia pernah tidur dengan atasannya sendiri karena sama-sama sepakat, tetap akan terselip kecanggunan untuk bisa melihatmu setiap waktu.

"Aku tidak bermaksud kasar, tapi begini,..."

Kim Bum menarik napasnya untuk memberi So Eun keterangan demi hubungan kerja itu tetap sehat ke depannya. Dan entah mengapa So Eun terlihat diam dan menjadi penurut.

"Kau dan aku, kita berdua adalah orang dewasa. Kita sama-sama sepakat melakukannya. Tidak ada paksaan dan tentu kita tahu apa yang kita lakukan", terang Kim Bum serius

"Jika kau menyesalinya, aku minta maaf sudah menempatkanmu dalam posisi itu. Tapi, bisakah kau melakukan pekerjaanmu tanpa urusan kecanggungan itu? Kita tidak bisa bekerja seperti itu", lanjut Kim Bum tanpa nada sok menggurui atau menganggap itu tidak terjadi. Hanya berusaha mencari solusi yang baik untuk kelangsungan hubungan pekerjaan mereka.

"Bukan, Pak. Bukan itu alasanku", jawab So Eun yang segera diberi Kim Bum tatapan bingung.

"Lalu mengapa kau menghindariku, dan bertingkah seperti anak di bawah umur karena urusan one night stand?"

So Eun tak tersinggung, karena yang Kim Bum katakan benar. Kemduai gadis itu menatap Kim Bum dengan tahanan kata yang nampak ragu ia serukan.

Sangat memalukan mempertanyakan hal semacam ini. Seolah tidak mengingat apa-apa inti dari yang So Eun lakukan dengan Kim Bum. Namun harus dipastikan So Eun.

Sampai kemudian So Eun memberanikan diri, "kita menggunakan pengaman, kan?" Tanya nya dengan nada yang sangat ragu, "maksudku, alat kontrasepsi", lanjut So Eun memperjelas dan mulai mengubah tatapan Kim Bum.

"Aku tidak menyimpan benda seperti itu di kamarku", jawab Kim Bum, "kecuali kau membawa milikmu sendiri", lanjut pria itu dengan tegas. Dia bukan maniak seks yang sampai harus menyimpan benda seperti itu sebagai stok di rumahnya.

Mendengarnya, So Eun menggeleng dengan desahan pasrah, menggandai tanya dikepala Kim Bum dalam artian buruk.

"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan?"

"Aku dalam masa ovulasi", jawab So Eun dengan raut putus asa.

"And what is that mean?"

"Artinya adalah, waktu terbaik dalam berhubungan seks jika kau sangat ingin hamil dan punya anak", jawab So Eun cepat dan mendadak dengan nada kesal juga berani kepada Kim Bum.

Jawaban yang membuat Kim Bum terhenyak, dan terdiam beberapa saat. Kehabisan kata untuk memaksa So Eun bersikap seperti biasa, saat ternyata situasinya mengatakan So Eun mungkin akan sulit bersikap biasa.

"Apa kau sedang mengatakan, bahwa kau berkemungkinan hamil sekalipun kita hanya melakukan satu kali?" Tanya Kim Bum sedikit lemas, berharap So Eun mengatakan tidak.

Namun tatapan putus asa di mata So Eun sudah menjelaskan semuanya, "perasaanku tidak baik-baik saja dengan hal itu. Dan firasatku selalu benar", jawab So Eun yang memutus harapan yang tersisa di mata Kim Bum.

Mereka menghentikan percakapan itu beberapa saat, saling menghela satu sama lain. Namun tidak juga bisa menyalahkan yang lain. Mereka sama-sama sepakat melakukannya. Jadi mereka tidak bisa menemukan orang untuk disalahkan.

So Eun menarik napas, berusaha memberi mereka harapan bahwa mungkin itu hanya sejenis ketakutannya.

"Sebaiknya kita berdoa, aku tidak demikian", ujar So Eun menyemangati mereka berdua. Memaksa senyum kepada Kim Bum yang sudah tidak bisa tersenyum karena berhasil ditakut-takuti So Eun.

"Dan jika ternyata kau benar?" Timpal Kim Bum cepat, "what next?" Lanjut pria itu yang kembali membuat So Eun terserang khawatir yang berusaha ia tutupi.

"Aku sungguh tidak punya rencana ataupun ide tentang itu", jawab So Eun dengan tegang. Kembali ketakutan jika firasat buruknya terjadi, lalu bagaimana kedepannya?

Kim Bum dalam banyak masalah masih harus diberi beban menunggu sampai So Eun terbukti tidak hamil, satu bulan waktu yang panjang untuk mereka digalaukan tentang itu.

Sepaham dengan So Eun bahwa tak tahu apa yang harus dilakukan jika yang terjadi adalah kemungkinan terburuk, Kim Bum menarik napas dalam-dalam. Dengan serius pria itu menatap So Eun.

"Sepertinya kita harus memikirkan solusi untuk kemungkinan hal terburuknya"

So Eun mengangguk setuju, "jangan khawatir, aku bukan jenis gadis yang akan menangis di bawah shower penuh drama dan mengemis tanggungjawab hanya karena ditiduri", jawab So Eun berusaha bercanda. Berpikir mencairkan suasana tegang mereka, lupa jarak bahwa mereka tidak sedekat itu.

"Kim So Eun, aku tidak menidurimu. Kita melakukannya sama-sama", larat Kim Bum yang tidak sudi menyambut candaan So Eun. Apalagi terkesan menyalahkannya atas apa yang terjadi, sekalipun secara tidak langsung.

So Eun menelan senyumnya lagi, menyesal sok akrab kepada Kim Bum setelah dipupus pria itu cepat.

"Pikirkanlah baik-baik. Kita bicarakan beberapa hari lagi tentang ide kita masing-masing"

Kim Bum memutuskan dengan bijak, kemudian kembali duduk pada kursinya dan mengisyaratkan So Eun mengambil kembali kertas tadi.

"Bekerjalah seperti biasa. Kurangi tingkah anehmu, itu menggangguku", ujar Kim Bum mempersilhkan So Eun keluar. Tidak ada basa-basi sok manis dan meminta persetujuan untuk itu. Karena memang tanggungjawab So Eun..

So Eun menunduk sekilas, kemudian dengan malas membawa kakinya keluar dari sana. Kembali pada meja kerjanya dan sesekali menatap jengkel ke arah Kim Bum dan dinding kaca pemisah mereka.

Sampai sekarang So Eun masih penasaran, mengapa ada pria seperti Kim Bum. Yang menurut So Eun, kematiannya sendiripun tidak akan dibiarkan Kim Bum mengganggu pekerjaannya.

Dalam situasi seperti ini, tidak bisakah pria itu memberinya sedikit pengertian atas rasa canggung So Eun kepada hubungan mereka?

Tidak mudah untuk berpura-pura tidak terjadi apa-apa begitu saja seperti yang Kim Bum lakukan, dan dengan mudah fokus kembali pada semua urusan pekerjaan yang harus mereka tangani bersama-sama.

Seperti Kim Bum yang segera bisa kembali serius pada pekerjaannya, So Eun juga berjuang untuk fokus mengurus pekerjaan sendiri. Namun tetap saja sesekali ia terpikir yang Kim Bum katakan, untuk memikirkan ide terbaik jika nanti yang terjadi ternyata kemungkinan terburuk, dan So Eun hamil. Bagaimana seterusnya?

Sesekali So Eun memukul kepala, mengacaki rambut dan sesekali itu tentu juga dilihat Kim Bum dari dalam sana. Mungkin Kim Bum terlihat tenang, namun sebenarnya Kim Bum cukup panik setelah pernyataan dan penjelasan So Eun itu.

Setan dari mana yang merasukinya malam lalu sampai sejauh itu kepada seseorang yang bahkan tidak menarik di matanya?

Hanya karena So Eun cantik? Oh astaga, di luar sana juga banyak wanita cantik.

-Love me, Love me not-

Bersambung

Continue Reading

You'll Also Like

293K 8.7K 31
[Geminifourth area ✔️🔞] END!! #geminifourth#gay#bxb BELUM DI REVISI TYPO BERTEBARAN!! Fourth adalah seseorang yang sangat pendiam,tidak banyak berbi...
450K 45.5K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
387K 4.2K 84
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
56.2K 5.9K 19
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG