Saranjana [END]

By xyjaeva

120K 13K 824

[revisi] "Kapan gue bisa idup tenang?" "Kapan lagi coba ngungkap misteri turun-temurun sekolah?" "Gue niatnya... More

Prolog
Cogan SCTV
Chap 1 : Peraturan Tidak Tertulis
Chap 2 : Sosok Hitam Sekolah
Chap 3 : Kotak Misterius
Chap 5 : Hantu Tengil
Chap 6 : Anak Sejarah
Chap 7 : Ketua Gang
Chap 8 : Forensik itu Asik
Chap 9 : Sebatang Kara
Chap 10 : Ikatan yang Terikat
Chap 11 : Ruqyah yang Aneh
Chap 12 : Pesan atau Pertanda?
Chap 13 : Informasi
Chap 14 : Hasil Forensik
Chap 15 : Tragedi Agustus Berdarah
Chap 16 : Ditutupnya Kasus
Chap 17 : Ruang Arsip
Chap 18 : Pengakuan Eric
Chap 19 : Hacker
Chap 20 : Pangeran Yunani
Chap 21 : Ingatan yang Kembali
Chap 22 : Sejarah Kaditula
Chap 23 : Ruqyah Pembawa Duka
Chap 24 : Introgasi dan Dugaan
Chap 25 : Aksi Demo XII MIPA 1
Chap 26 : Saatnya di Mulai!
Chap 27 : Lara Amerta
Chap 28 : Keturunan Sura
Chap 29 : Selamat dan Selamat Tinggal
Chap 30 : Sampai Bertemu Lagi
Epilog : Life is Still Going On
Hiraeth
Exchap : Dream
Exchap : Graduation
Exchap : Precious Friend
Exchap : Leave To Return
Vlog For Reader's

Chap 4 : Gangguan Mistis

3.3K 380 28
By xyjaeva

Jaemin pulang ke rumahnya pas sekali saat magrib, sebenarnya sudah di tahan berkali-kali oleh Eric dan Hyunjin tapi Jaemin bersikeras untuk pulang. Lagipula kasihan adiknya menunggu di rumah.

"Bang? Kok telat?" Jisung, adik Jaemin yang berbeda 2 tahun darinya.

"Tadi ke rumah temen," Jisung yang sedang menonton tv menaikkan alisnya.

"Baru sekolah langsung dapet temen? Gak biasanya lo," heran Jisung.

"Ngejek. Lo sendiri gimana sekolahnya?"

"Seru lah, temen-temen gue pada asik kek Sunghoon, Jake, Jay, Yedam, Hyuka, Taehyun, banyak lagi dehh!" Jaemin mengangguk sambil mencomot keripik kentang Jisung.

"Temen lo emang rada-rada sih kalo gue liat," Jisung tertawa kecil.

"SMA seru juga ternyata bang. Tadi juga ada pohon-pohon baru yang di tambah buat sekolah makin hijau," ucap Jisung menjelaskan dengan semangat tentang pohon di sekolahnya.

"Ntar tinggal lo kasih nama satu-satu, abis tu lo ajak ngomong dah tuh," Jaemin tertawa kecil saat di pukul oleh adiknya.

"Jan bikin kesel napa sih bang, menurut Prof. Nararya Jisung A. Kalau berbicara dengan benda mati itu dapat menghilangkan stress berkepanjangan tau gakk," Jaemin tertawa.

"Teori lo aneh banget heran. Apa tadi? Profesor? Katanya pengen jadi astronot."

"Profesor cadangan bang, pengennya tuh jadi astronot biar bisa ketemu alien. Ntar kalo gue pulang dari planet lain gue bawain alien buat lo biar dijadiin samsak," Jaemin tertawa lepas.

Adiknya benar-benar aneh, membawa alien? Pikiran adiknya benar-benar di penuhi makhluk luar angkasa yang masih dianggap tidak ada itu.

"Udah makan lo?" Jisung menggeleng.

"Emang lo mau dapur ke bakar lagi sama gue?" Jaemin sedikit merinding mengingat kenangan kelam dimana kekuasaannya terbakar.

"Yaudah, gue masak dulu ntar gue panggil."

"Siap komandan! Eh iya, abis masak mandi dulu bang, gue tunggu," Jaemin mengangguk pelan.

Jisung mengambil alih tas dan membuka jaket Jaemin lalu membawanya ke kamar Jaemin. Jaemin tersenyum kecil melihat bentuk perhatian adiknya, lucu.

Akskaks pliss, Jisung adek idaman ga sii???

Jaemin menuju dapur dan menyiapkan bahan-bahan untuk untuk masak. Dia hanya memasak menu simpel, ayam goreng dan sayur serta tahu tempe sebagai pelengkap.

Saat hendak membuka kompor, dia tersentak saat kompor yang tiba-tiba menyala sendiri. Tapi dia hanya mengacuhkannya dan meletakkan kuali itu ke kompor, dia kecilkan apinya.

Dia menggoreng ayamnya dengan tenang, lalu di lanjutkan dengan tempe dan tahu. Saat ingin menumis sayur, dia ingin memasukkan air menggunakan gelas, tapi anehnya gelas itu bergeser arah dengan tiba-tiba.

Lagi-lagi Jaemin mengacuhkan itu. Setelah sayurnya selesai dia meletakkannya di atas meja. Ayam, tahu, dan tempe itu di masukkannya ke sambal yang sudah harum.

Setelah semuanya selesai dia susun letaknya, baru saja di tinggal karena mengisi air untuknya dan Jisung, dia terkejut melihat makanan yang dia susun letaknya berantakan di ujung meja. Untung isinya gak keluar.

Tubuh Jaemin bergetar sambil memegang erat teko itu untuk melampiaskan kekesalannya. Dia letakkan teko itu dan menyusun semuanya kembali. Dia menatap WC yang berada tidak jauh dari dapur.

Ada sesosok Kuntilanak mengerikan dengan bajunya yang putih lusuh dan wajah yang hancur menatapnya di sana. Bukannya takut Jaemin malah mendekat ke sana.

"Lo yang idupin kompor?" hantu wanita itu menggelengkan kepalanya.

"Gue kan udah bilang, kalo gue lagi masak jan di ganggu, gue usir beneran mampus lo," hantu itu kembali menggeleng.

"Bukan lo?" dia masih menggeleng.

Jaemin mengerutkan dahinya, lalu dia pergi ke dapur dan melihat ke bawah meja, terlihatlah makhluk kecil mungil tapi menyeramkan.

"Lo kalo nyuri gak masalah di gue, duit gue banyak, tapi jan ganggu gue masak," manusia bertubuh mungil itu menggelengkan kepalanya.

"Boong dosa," tapi si mungil itu bersikeras kalau bukan dia.

Jaemin melihat sekelilingnya, dia hanya melihat penunggu rumah yang di kenalnya, tidak ada entitas lain di sini. Atau... dia bersembunyi?

"Karti, sini lo," Kuntilanak bernama Karti itu mendekat ke Jaemin.

"Popo di luar kan?" Kuntilanak itu mengangguk pelan.

"Lo sama Popo aja di luar, biar gue urus yang baru datang ke sini. Ngeri gue liat muka ancur lo ketakutan gitu."

Kuntilanak itu mengangguk dan menghilang menemui Popo si Pocong yang bersemayam di pohon besar tepatnya taman depan rumah Jaemin.

"Yulo, gue tau lo pada ngeliat dia sekilas kan?" Tuyul menganggukkan kepalanya.

"Aura kuat dan pekat," Jaemin menganggukkan kepalanya.

Tuyul bernama Yulo itu pun ikut menghilang dari bawah meja meninggalkan Jaemin menatap tajam sekelilingnya. Ada yang ikut pulang ternyata?

Setelah memberi tahu Jisung, Jaemin pergi menuju kamarnya yang ada di atas. Di rebahkannya tubuhnya sesaat untuk melepas lelah. Tiba-tiba kamarnya mendadak sangat dingin, lalu dia merasa ada sesuatu di bawah kakinya.

Saat dia melihat tidak ada apa-apa, Jaemin bangun dari rebahannya dan bersiap untuk mandi. Saat mandi pun, dia kesal setengah mati saat air pancuran yang tiba-tiba mati.

"Anj— gue tau lo iseng ngikutin gue, tapi bentar dulu woi, perih nih mata gue!"

Seakan patuh air pancurannya kembali hidup membuat Jaemin bisa membersihkan rambutnya dengan tenang. Saat ingin bersabun, tiba-tiba letak sabunnya tiba-tiba berpindah.

Jaemin geram, jarang ada hantu sejahil ini, biasanya hantu itu yang takut dan tidak berani menganggunya. Jaemin mengambil sabun dan mandi dengan perasaan kesal. Dia tidak melihat hantu itu, sial sekali dia tidak ingin menampakkan dirinya dan memberikan gangguan kecil seperti ini.

Setelah mandi dia turun dan makan malam bersama Jisung yang setia menunggunya.

"Bang, gue liat si Karti keluar rumah, tumben. Biasanya males keluar dari WC," ucap Jisung.

"Gue suruh, lo ada liat setan baru sini?"

"Setan baru? Ahh, gue liat sih, cuma mukanya ngeri banget banyak darah di wajahnya, gak bisa di kenali," Jaemin mengerutkan dahinya.

Bukan bayangan hitam di perpustakaan?

"Dia item?" Jisung menggelengkan kepalanya.

"Kek manusia bang cuma dia rada ancur aja. Tapi auranya kuat banget. Jujurly gue sempat merinding, dia ngeliat gue kok, di kasih senyum malah."

Jaemin bingung, kenapa semua setan dan Jisung melihatnya sedangkan dia tidak? Wah nih setan keknya mau main-main.

"Emang kenapa bang? setan baru tuh temen lo?" Jaemin menggelengkan kepalanya.

"Setan nyasar keknya, udah makan aja," Jisung patuh dan menghabiskan makanannya.

"Tapi bang, gue ngerasain perasaan sedih banget dari sosok setan itu, seperti rasa bersalah?"

•••

Jaemin duduk bersila di atas kasur sambil melihat buku novel? Usang yang belum di buka ataupun dia sentuh. Jaemin melipat tangannya di dada, menatap dengan dalam buku itu.

"Kalian minta bantuan apa sebenarnya? Gue niat sekolah, bukan mecahin masalah."

Jaemin langsung buka halaman kedua, dahinya mengerut.

Ada 5 orang pemuda. Yang hidup tenang, namun dalam kebohongan belaka.

Pendek sekali, ada 5 pemuda yang hidup tenang tapi dalam kebohongan? Hidup mereka di bohongi begitu? Jaemin kembali membuka halaman berikutnya.

Aku salah satu pemuda, kami menulis ini saat Sura dengan teganya menghilangkan kami. Ini bukan ideku, tapi dari si bungsu keempat. Aku yang tertua, namun aku juga yang paling waras. Aku seorang yang berkedudukan, dan cukup terkenal di sekolah.

Ku kira dengan posisi ku yang kuat, aku bisa mendapatkan keadilan untuk mereka. Namun posisi yang kuat malah menjatuhkan ke dalam lingkaran tiada akhir. Aku gagal, sebagai pemimpin, dan gagal sebagai teman.

Untukmu yang berkulit putih, berahang tegas, dan fisik yang kuat. Yang selalu mengandalkan fisik dari pada otak. Janganlah kamu menyalahkan fakta, bertindaklah dengan kepala dingin. Dia merahasiakan ini demi kebaikanmu. Jangan menyesal saat yang kau anggap tidak berharga di ambil darimu. Maafkan aku yang tidak bisa menghentikan mereka, tapi aku yakin kalian berdua akan mendapatkan hak kalian kembali.

Alis Jaemin terangkat, ini sepertinya bukan novel, tapi buku diary yang meninggalkan pesan. Jaemin sempat melihat tulisan terakhir yang berada di halaman 9. Namun anehnya ada beberapa lembar lain yang kosong. Jaemin mengabaikan itu.

Lalu dia membalik halamannya. Tulisannya berbeda-beda, jelas sekali kalau ini di tulis oleh para 5 pemuda itu. Tapi tulisan mereka cukup bagus.

Aku yang kedua, aku saudara kembar dari yang pertama. Aku aktif di organisasi baris-berbaris berpakaian serba putih. Dan yang terpenting, aku suka bereskperimen memakai pakaian putih labor, itu terlihat keren.

Namun sayangnya sampai di akhir aku tidak bisa merasakan bagaimana memakai pakaian putih yang sesungguhnya. Sura amat kejam pada kami, hingga mengubah kami menjadi sosok yang begitu gelap. Aku gagal, dalam segalanya. Andaikan waktu bisa terulang, mungkin kami bisa menyelamatkan mereka, dan angkatan di bawah kami tidak bernasib sama.

Untukmu yang menyukai sains dan selalu berpikir dengan logika. Jangan terlalu lama menyimpan rahasia, kasihan dia yang harus hidup dalam kebohongan. Maafkan kami berdua karena tidak bisa menjaga kalian. Jika kalian sudah tahu siapa kami, tolong bantulah agar kami bisa kembali ke tempat seharusnya kami berada. Kembar, kami menyayangi kalian.

Sejujurnya dia tidak mengerti maksud dari buku itu. Sudah lah judul dan isi sangat bertolak belakang. Karena Jaemin adalah seorang manusia yang tidak suka ribet dan sangat pemalas, dia hanya membaca sampai halaman 2. Jaemin menjilat bibirnya sambil berpeluk tubuh.

"Slice of life."

"Maklumlah, yang nulis gabut."

Jaemin melihat ke depan melihat orang? Bukan orang, arwah yang duduk bersila dan menatapnya dengan senyuman pepsodent dengan wajah berdarah-darahnya yang membuat kesan pertama dia lihat dari arwah itu, creepy.

"Lo sosok hitam itu?" dia terkekeh geli.

"To the point banget lo."

"Gue ga ada waktu, gue ngantuk."

"Dih? Hmm, gue bukan sosok itu. Tapi gue kenal siapa dia."

Jaemin mengangguk, sedetik kemudian dia menatap tajam sosok itu membuat hantu di sampingnya kikuk.

"Lo yang ganggu gue masak dan mandi tadi kan?!"

Sosok itu tertawa keras dan menggema, tapi tentunya hanya dia yang bisa mendengar tawa keras itu.

"Hahaha! Lawak weh, lo meraba kran pancuran kek orang buta!"

Jaemin berdecak sebal, setan laknat emang.

"Maaf, gue cuma pengen main-main aja kok. Gue penasaran sama lo."

"Sekarang udah gak kan? Mending lo pergi."

"Yah, kok gitu... gue mau temenann."

Jaemin bergidik ngeri melihat setan itu bergelayut di lengannya. Sepertinya ini perdana dia melihat setan yang bergelayut manja padanya, mana serem lagi bentukannya. Untung aja Jaemin sudah terbiasa dengan mantan human yang selalu mengganggu ketenangan hidupnya sejak jaman orok.

"Menjauh lo setan, balik sono ke habitat lo."

"Gue mau temenan pokoknya!"

Jaemin menggaruk rambutnya kasar, setan banyak mau. Jaemin menatap datar sosok hantu di depannya. Merasa menyesal karena memiliki kemampuan jadi indihome, eh indigo.

Jaemin perhatikan sosok itu dari dekat, dia memakai seragam sekolah yang tidak rapi, bahkan nama pengenalnya sendiri tidak ada. Contoh anak SMA berandalan yang urak-urakan memang. Tapi ada perasaan lain saat Jaemin melihat hantu itu.

"Gue terlalu ganteng yak?"

"Najis setan narsis. Muka udah ancur gitu di bilang ganteng."

"Nyebelin lo manusia!"

Hantu itu terlihat kesal, tapi hanya sesaat. Dia pun memberikan tangannya, ah Jaemin paham maksudnya. Rasanya de javu, sudah berapa kali dia berkenalan dengan orang baru?

Eh tapi ini bukan orang.

"Panggil gue Chan, salam kenal Nana!" Jaemin menatap tajam Chan.

"Kenapa lo juga ikut-ikut an manggil Nana?!"

"Hahaha! Maaf! Lagian gue kebawa panggilan temen lo yang namanya Hyunjin itu. Cocok juga emang!"

"Urgh, awas lo Jin, tunggu jitakan gue besok."

"Lo dendaman. Btw, panggilan itu tahan ya?"

Alis Jaemin terangkat, tapi dia memilih abai dan merebahkan tubuhnya. Chan malah ikut tidur disebelahnya dan memeluknya. Jaemin mendelik kesal, sudahlah di sekolah dia bertemu setan dirumah dapat setan lagi yang suka nempel kek Hyunjin teman barunya.

'Hidup gue emang gak pernah lepas dari setan, di tambah temen-temen yang tingkahnya melebihi setan.'

Di sisi lain Hyunjin yang sedang tertidur sambil bermimpi seorang remaja laki-laki yang menghantuinya selama beberapa tahun ini, malah berganti dengan Jaemin yang datang dan memberikan jitakan membuat dia terbangun.

"Anjir, mimpi apa gue dapet jitakan Nana weh? Firasat gue buruk, gak usah sekol kali yak?"

"Tapi Na, jujur mending lo aja yang masuk mimpi gue dari pada dia."

•••

Hyunjin berjalan ke kelas memegangi jidatnya yang sedikit merah karena dijitak Jaemin. Padahal dia sudah membawa panci untuk berjaga-jaga, tapi tenaga Nana kuat banget, bahkan dia sampe ambil panci tuh balik dan mukul pantat Hyunjin saking keselnya kek cewek PMS.

"Nana, Unjin sakit loh:( apa salah Unjin?"

"Gak ada, badmood aja," ucap Jaemin berjalan di samping Eric.

"Kek disengat lebah Jin:v" ejek Jeno lalu menoel bekas jitakan Jaemin.

"Sakit anjeng! Lo gak tau seberapa sakit jitakan Nana. Huaa jidat ganteng gue:(" ucap Hyunjin dengan drama queen nya.

"Udah lah Jin, capek kita layani drama lo gak habis habis kek drama India," celetuk Sunwoo yang memasukkan kedua tangannya dalam saku.

"Nanti kalo jidat ganteng gue jadi jenong gimana? Aaa gak mau, gak ridho," yang bikin Jaemin kaget adalah Hyunjin yang merengek di lantai seperti anak kecil memegangi jidatnya.

Sunwoo, Eric, dan Jeno yang sudah terbiasa hanya menatap datar. Lain halnya dengan Jaemin yang sedikit merasa bersalah mungkin? Perasaan dia jitaknya pelan kok bisa sesakit itu? Nah mulailah muncul jiwa keibuan Nana kita.

"Sakit banget?" Jaemin berjongkok lalu mengelus jidat Hyunjin. Gak sakit kok weh serius, Hyunjinnya doang yang lebaynya minta ampun.

"Udah Na, drama doang itu. Langganan playing victim kok di percaya," celetuk Eric cosplay jadi provokator.

"Na, sakit Na," adu Hyunjin mengabaikan ketiga kawannya yang sewot.

"Iya, maafin gue. Udah cup cup, maaf ya?" serentak mereka bertiga jatuh rahangnya mendengar suara Jaemin yang melembut.

Hyunjin aja sampai terdiam mencerna perkataan Jaemin barusan. Jaemin meniup dahi Hyunjin, lalu di elu elusnya seperti seorang ibu yang mengobati anaknya.

"Shu shu, sakit go go. Jangan sakitin Hyunjin, shuu. Masih sakit?" tanya Jaemin tiba-tiba memasang wajah polos.

Mereka semua terdiam, bahkan orang yang lewatpun terheran melihat mereka yang seperti patung.

"Gue gak belok kan?" Eric dengan buku limanya meninju pipi Hyunjin sampai wajah tuh anak tertoleh ke samping trus jatuh.

Jaemin terkejut melihat Eric yang memukul dengan wajah datar, "Biar nyadar dikit, batang sama batang takkan bisa menghasilkan zigot."

Jeno dan Sunwoo yang masih menganga, auto ngakak liat pipi Hyunjin yang langsung memar karena Eric.

"Anjing, ini baru cocok dikasihani. Sampe berdarah tuh bibir lo Jin," kata Sunwoo yang ngabrut sambil mukul-mukul si Jeno saking ngakaknya.

"Bangga gue," celetuk Jeno disela-sela tawanya.

"KALIAN SEMUA JAHATTT! AKU TUH GA BISA DIGINIIN!"

Beberapa saat kemudian...

Wajah menyedihkan Hyunjin langsung berganti dengan raut wajah ketakutannya. Tiba-tiba saja mereka langsung terbang ke auditorium dengan Jaemin yang asik berkeliling dan Eric seperti pemandu wisata. Lalu Jeno dan Sunwoo yang main di mimbar tempat pidato bapak kepsek.

"Ini dimana, gue siapa, kenapa gue disini," tanya Hyunjin memilih mematung di dekat pintu, berjaga-jaga jika dia melihat sosok hitam, cukup Eric. Jangan dia.

"Lo ngapain disitu ngang ngong ngang ngong? Sini lah," ajak Sunwoo.

"Takut cok, ini ngapain sih kita ke sini?!"

"Ya kan buat nemenin Nana yang kepo auditorium kita kek apa. Lagian kemaren gak sempat kan, gara-gara kejadian waktu itu?"

"Ya udah siap kan? Udah liat kan Na? Buruan kelas," ajak Hyunjin.

Jaemin mengabaikan rengekan Hyunjin dan memilih berpura-pura berkeliling demi mencari sosok hitam yang ada di sini. Entah kenapa dia sebegitu kepo dengan Sosok Hitam itu.

"Biasanya gue ga sekepo ini, tapi permintaan sosok-sosok ini bikin pusing tujuh keliling," gumam Jaemin menelusuri auditorium.

Auditoriumnya sangat luas dan megah, ada kesan tradisional berpadu dengan modernisasi menambah ke aesthetic annya. Sibuk melihat sekeliling dia terpaku pada sesosok hitam yang dikatakan Eric.

Dia berada di sudut panggung atau mimbar memperhatikan Jeno yang bermain bersama Sunwoo yang cosplay jadi kepsek. Jaemin bisa melihat mata merah itu seperti menyiratkan kerinduan pada Jeno, lalu dia mengalihkan pandangannya pada Eric yang berceloteh ria di sampingnya.

"Berteman baik dengan mereka ya? Segera cari tahu tentang kami. Kami butuh bantuan kalian."

Jaemin semakin yakin kalau 'kalian' yang dimaksud Sosok-sosok ini adalah mereka berlima. Melihat sosok hitam auditorium yang terlihat mengenal Jeno dan Eric sepertinya mereka punya hubungan.

"Bisa jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?" bisik Jaemin.

"Sura, harus menghilang. Dengan begitu kami bisa terbebas dari siksaan yang tiada henti ini."

"Sura? Sura yang di buku itu? Siapa dia sebenarnya?"

"Dia adalah kegelapan yang menyamar menjadi cahaya. Sejarah tertipu dengan dia yang dikenal penyelamat manusia."

"Apa maksudmu dengan-"

"Na? Lo ngapain bisik-bisik kek gitu?" Jaemin tersadar lalu menoleh pada Eric yang menelengkan kepalanya.

"Hm? Gakk, itu si Jeno Eric. Gue lagi ngomong sendiri ngeliat mereka niruin kepsek ceramah di mimbar. Ada-ada aja kelakuannya," mari ucapkan selamat pada Jaemin yang bisa berakting dengan mudah.

"Hmm wajar itu mah. Mereka berdua agak lain sih. Yaudah yok buru, ntar Pak Taeyong masuk lagi. Kasian juga liat Hyunjin kek mayat hidup nunggu di pintu," Jaemin mengangguk dan mengajak Jeno dan Sunwoo untuk keluar.

Jaemin juga menyempatkan diri melihat sosok itu, yang anehnya tersenyum padanya. Dia hanya membalas dengan senyum tipis, dan pamit dengan sopan.

'Lain kali gue bakal nyempetin ke taman belakang.'
































Gimana menurut kalian ada setan yang gelayut manja di tangan kalian?

Dan gimana rasanya di posisi Hyunjin pertama di jitak, dipukul pake panci, di bogem:)?

Btw makasih loh udah hampir, neomu saranghee!

Tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

558K 18.9K 45
"Jangan terlalu membenciku, jatuh cinta baru tau rasa!" -KATHRYNXDANIEL- Kathryn, seorang gadis yang masih berusia 18 tahun itu mau tak mau harus me...
2.1K 889 20
Aku tidak perlu membenci apa itu takdir aku hanya harus bersyukur karena takdir. tuhan tau apa yang baik untuk ku itu semua sudah dituliskan dalam bu...
2K 311 22
Balada insan muda yang di pertemukan oleh semesta namun berakhir duka. _________ Perihal, pria yang mengingkari janjinya pada sang tambatan hati, ber...
517K 44.8K 26
"Ini tentang si laki-laki nyaris sempurna, kekurangannya hanya satu yaitu menyandang gelar anak yatim piatu." ⚠️LAGI REVISI ULANG⚠️ ©NunaLullaby, 1 J...