EPOCH [Selesai]โœ“

By trajec70ries

42.1K 7K 442

Lavanya Yozita harus mengalami hal aneh di hidupnya. Karena setelah kecelakaan malam itu, dunia Lava berubah... More

โ€ขPROLOGโ€ข
[1] Siapa kamu?
[2] Masih Shaga
[3] Jawaban Tuhan?
[4] Pasar Malam
[5] Jembatan Untuk Pemberhentian
[6] Dunia Asing
[7] Dunia Karangan?
[8] Merah
[9] Spiderman Badungan
[10] Seni Memahami
[11] Sesederhana Rembulan
[12] Bumi Dan Cinta
[13] Tentang Satu Hari
[14] Perihal Rasa
[15] Sajak Yang Bersuara
[17] Perbatasan Antara Hidup Dan Mati?
[18] Tangis Yang Disembunyikan Peluk
[19] Malam Manis
[20] Sebuah Petaka
[21] Buku
[22] Lembaran Kosong
[23] Siapa Pembunuhnya?
[24] Tidak Berdetak
[25] Titik Terang?
[26] Kekacauan Manis
[27] Isyarat Mimpi
[28] Mawar Merah dan Rimbawa
[29] Jalan Yang Tertutup Kabut
[30] Bunga Terakhir (End)
โ€ขEPILOGโ€ข

[16] Kebutuhan Hati

980 185 9
By trajec70ries


JANGAN LUPA FOLLOW AKUN MEDIA SOSIAL HOTKOPILATTE :

INSTAGRAM : -aksaralatte
                        -nadpilatte

TIKTOK : hotkopilatte
TWITTER : hotkopilatte

HAPPY READING!

“Kisah yang hampir sempurna itu telah ditulis habis oleh pengarangnya dengan akhir yang bahagia. Karena untuk menua bersama hanya diperlukan membuka lembaran epilog pada bukunya. Bukan pada perjalanan nyata. Sebab, kita adalah nyata yang fatamorgana.”

Tenang saja, cerita milik kita yang tak diselesaikan oleh pemilik alam semesta ini, kini telah ditulis habis oleh penulis awam yang bersandar pada semestanya. Bacalah bila kau ada waktu. Bukalah halaman terakhir buku itu. Sebab hanya di sana kau akan menemukan halaman paling membahagiakan yang saya beri judul; menua bersama.

hotkopilatte

===

[Kemarin di tik-tok ada yang komen suruh banyakin kata-kata kek di atas. Jadi nanti di setiap bab EPOCH insyaallah bakalan aku sisipkan kata-kata, ngoghey👍]

Satu lagi, aku mau pesen hal ini ke kalian. Barangkali kalian suka sama kata-kata yang aku buat atau mungkin dari penulis-penulis favorit kalian yang lain, tolong tetap memperhatikan hak cipta kalo mau menulis ulang yaa.
Tapi kan biar karya kakak dikenal banyak orang, kak...
• Saya suka karya kakak jadi mau ikut mempromosikan...

Iya, aku senang kalo kalian suka dengan karya yang aku buat dan jujur akan sangat membahagiakan kalo karya buatan aku dikenal banyak orang, tapi kalo ada yang menulis ulang tanpa mencantumkan nama penulis aslinya, apa itu bentuk mengapresiasi karya dari sang penulis asli itu sendiri? Jawabannya jelas TIDAK. Jadi, ayolah saling menghargai satu sama lain. Jadilah pembaca yang bijak. Kan biar sama-sama nyaman dan aman juga. Oke?

Udah itu dulu aja, sengaja aku kasih pesan di atas biar kalian baca hehe, karena aku ngerasa aku tetap punya tanggung jawab untuk mengingatkan kalian🤍


HAPPY READING!!!

Pada sore itu, di alas bumi yang berlukiskan manisnya semburat senja. Semesta membisikkan segenggam rahasia di keheningan sepi.

“Ada yang jatuh,” ucapnya.

Bukan linangan gerimis yang menepuk tanah dengan gemasnya.
Bukan juga daun kemuning yang ditiup helaan nafas dari alamnya.
Melainkan jatuhnya sepotong hati kepada sepasang kelopak teduh milik sang jiwa yang tak pernah sampai di pelukan.

Naas sekali memang,
untuk kesekian kali ada yang harus jatuh dan lumpuh.
Sebab untuk bangkit dan berlari menjauh adalah kemustahilan dari cideranya hati yang jatuh pada pesona (jatuh hati).

"Kita ini sebenarnya apa si, Ar?" adalah kalimat utama yang di lisankan oleh Gladia. Seakan tak kuasa menapaki alas memori mengenai jatuh hati, yang dimana akan selalu Gladia yang jatuh dan ditarik pahitnya rasa tak terbalaskan.

Untuk sesaat, Arkan menjadikan helaan nafas panjang dan sisiran kasar pada rambutnya sebagai bentuk jengah akan kelakuan Gladia. Dimana ia yang tak suka dengan aksi Gladia yang menariknya secara mendadak di pertigaan koridor. Mencari tempat sepi untuk sekedar berdialog mengenai kebutuhan hati.

"Glad, kita udah bahas ini sebelumnya, gue sama lo itu cuma sebatas temen. Lo dan gue cuma akan ada kalo kita lagi butuh satu sama lain."

"Apa itu nggak terlalu egois, Ar?" tanya Gladia dengan suara yang sedikit bergetar.

"Egois buat siapa? Buat lo?"

"Buat kita semua! Gue, lo dan juga... dan juga Lava!" Gladia sengaja melirihkan suaranya di kalimat terakhir.

"Ya makanya lo jangan cerewet, kita sama-sama jaga perasaan Lava."

Sejurus kemudian, Gladia menatap Arkan dengan tatapan tidak percaya. Lalu, senyum miris pun Gladia layangkan di sana. "Terus gimana sama perasaan gue?"

"Glad, gue sama lo itu..."

"Gue suka sama lo, Ar! Terus nanti gimana perasaan gue?! Gimana? Lo bilang supaya gue diam untuk jaga perasaan Lava. Terus gimana sama perasaan gue? Gimana, Ar?" bersamaan dengan kalimat terakhir yang bergetar, tangis Gladia pun akhirnya pecah.

"Glad, please! Nggak usah berlebihan kayak gini!"

"Berlebihan lo bilang?!" Gladia menaikkan nada suaranya.

"Cowok plin-plan kayak gitu aja ditangisin," sebuah suara tiba-tiba saja menyapa indra pendengaran dari kedua anak manusia di sana. Dan benar saja, Shaga berdiri tak jauh dari mereka. Masih dengan tampilannya yang seperti biasa. Berseragam lengkap, rapi dan berkacamata. Sangat jauh dari kata berandal.

"Jauh-jauh deh lo dari modelan cowok yang kalo mau beli permen aja kudu cap-cip-cup dulu. Ya kan, Ar?" tanya Shaga yang dimana pertanyaannya itu menyulut emosi Arkan.

"Nggak usah ikut campur lo, cupu!"

"Cupu cupu gini punya prinsip. Ketimbang cakep tapi nggak ada prinsip, itu konsep hidupnya gimana? Insaf dah kalo kata gue, keburu cewek-cewek yang ngejar lo sadar," ucap Shaga santai.

Arkan dengan emosi yang kian memuncak pun mendekati Shaga. "Lo nggak ada urusan ya sama gue! Nggak usah banyak bacot. Banci banget, kalo berani sini lawan pake otot."

"Jadi bener nih semua kata-kata gue tadi sampe lo gemeteran gini? Banci itu yang takut sama fakta-fakta mengerikan tentang dirinya sendiri, sampe-sampe dia harus bersembunyi di balik kata otot supaya nggak keliatan lemah. Bener apa bener nih?" Shaga mengangkat sebelah alisnya.

Dengan begitu saja, Arkan mengangkat tangannya, berniat memukul Shaga. Namun bersamaan dengan teriakan Gladia, seorang guru pun ikut menghentikan aksi Arkan.

"Eh, eh ada apa ini? Ada apa?! Kalian mau ribut, iya?! Mau berkelahi di sekolah?!" ucap sang guru berkacamata bulat.

Arkan masih belum melepaskan tangan yang mencengkram kerah baju Shaga, begitupun sebelah tangannya yang masih terkepal di udara. Tatapannya masih sangat berapi-api di sana.

"Arkan! Kamu dengerin saya nggak?! Lepasin Shaga! Kalo masih mau berantem, saya akan bawa kalian ke ruang BK!" ancam sang guru.

Mau tak mau, Arkan melepaskan cengkeramannya itu dengan kasar. "Sekarang lo lepas dari gue! Besok gua jamin nggak akan ada kesempatan buat lo kabur!" ancam Arkan.

"Gue tunggu kesempatan itu," jawab Shaga santai seraya tersenyum miring.

"Udah bubar-bubar!!!" ucap sang guru.

Orang pertama yang melenggang pergi dari tempat itu adalah Arkan. Dimana ia pergi dengan perasaan dongkol yang masih sangat kental. Bagaimana pun ia merasa bahwa Shaga yang telah terlebih dahulu mengibarkan bendera perang.

"Kalian juga! Bubar sana! Masuk kelas," ucap sang guru sebelum akhirnya meninggalkan koridor.

Shaga sempat menunduk sopan. Lalu, ia menyempatkan diri untuk menatap Gladia yang nyatanya juga tengah menatap Shaga dengan tatapan yang sulit di deskripsikan. Tanpa mau memikirkan arti tatapan dari Gladia, Shaga lebih memilih pergi. Tapi suara Gladia akhirnya menghentikan langkah Shaga.

"Ga, lo denger semuanya?"

Shaga membalikan badan. "Lo tenang aja. Gue terbiasa buat pura-pura nggak denger dan nggak liat hal-hal menjijikan kayak tadi. Jadi, lo nggak usah canggung sama gue. Bersikap biasa aja. Karena gue pun akan ngelakuin hal yang sama," jelas Shaga.

"T-tapi, gimana sama Lava?" tanya Gladia ragu-ragu.

"Urusan gue?"

Mendengar itu Gladia merasakan ada sesuatu yang menohok jantungnya. Perasaannya pun mendadak sesak. Dimana semua kata terasa menggumpal di kerongkongannya. Gladia terdiam.

"Aturannya, berani berbuat, berani sama konsekuensinya kan? Hidup jangan mau enaknya mulu. Kalo mau bagian enaknya doang mah tinggal ngambang aja sana kayak tai di sungai."

***

Langkah kaki Shaga masih berderap teratur. Meniti tiap alas koridor yang masih tampak ramai. Sesekali bola matanya mengawang ke atas lalu dilanjutkan dengan senyuman geli. Memikirkan hal konyol yang tiba-tiba saja terlintas di sana,

"Emang enak ya jadi tai ngambang di sungai? Kok tadi gue ngomong gitu anjir,"

"Heh!"

"Eh tai ngambanggg!" teriak Shaga yang terkejut oleh suara gadis di sana.

Mendengar itu Lava pun ikut terkejut. "Apaan si lo!"

Shaga mengusap-usap dadanya, "kamu yang apaan! Ngagetin anjir!"

"Ya siapa suruh kagetan banget,"

Shaga berdecak, "salam dulu kek, ini pake nongol-nongol segala kayak kunti promosi nasi padang."

"Enak aja!" Lava tak terima.

"Ada apa manggil-manggil tadi? Kangen?" ujar Shaga seraya menaik-turunkan alisnya.

Reflek Lava pun bergidik ngeri. "Najis, gue cuma mau ngasih catetan tugas yang di kasih Pak David kemarin! Kan kita bolos tuh kemarin, nah ini ada PR. Kita suruh nyelesaiin hari ini juga."

Shaga mengambil catatan kertas itu. Dimana mereka diperintah untuk merangkum karya tulis milik salah satu legendaris di Indonesia. "Ya udah ayok!"

"Eh kemana?"

"Kelas lah, ngerjain ini!"

Lava berdecak. "Kita suruh ngerjain di perpustakaan sampai jam pelajarannya Pak David habis hari ini."

Shaga mengangguk-ngangguk paham. "Oh ya udah ayok!" ajak Shaga yang tampak semangat sekali.

"Lo di kasih PR kok malah bahagia banget!" cibir Lava.

"Ya kan ngerjainnya berdua, sama kamu."

***

Ada sebuah kebun yang gersang di musim penghujan. Lalu setangkai mawar merah tumbuh cantik di sana.

Ini akan sama dengan kehidupan seseorang yang hampa ditengah hiruk pikuk alam raya dan isinya. Lalu seseorang datang. Seseorang yang berani singgah dan menetap, mengisi ruang sepi yang sebelumnya tak pernah diperlihatkan pada semesta.

Tapi naasnya, mawar tetap lah mawar. Si bunga cantik yang berduri. Terlalu semu untuk diselimuti dengan dekapan hangat. Sebab duri dan dekapan yang erat justru akan saling menyakiti nantinya. Entah tubuh yang akan berdarah atau mungkin mawar yang akan mati layu. Tapi yang pasti, keduanya akan kalah.

Sebuah narasi yang terletak di akhir buku itu sedikit menggugah jiwa Shaga. Kini ia berdiri di depan salah satu rak, dimana kemudian ia memperhatikan Lava yang tengah duduk di meja perpustakaan, sibuk menulis— menyelesaikan tugas yang tak kunjung selesai. Sedangkan Shaga, dia sudah selesai dari 20 menit yang lalu.

Lalu dengan segera, Shaga mengambil duduk dihadapan Lava. Dimana dengan sembarangan ia meletakkan buku itu di atas kertas yang tengah Lava kerjakan. Lava reflek berdecak dan melotot garang. "Nggak usah mulai!"

"Udah mulai," celetuk Shaga.

Satu tarikan nafas Lava ambil sepanjang-panjangnya, sebelum akhirnya ia menghembuskannya perlahan dan penuh kesabaran. "Apa?"

"Kamu pilih jadi kebun yang gersang atau setangkai mawar?" tanya Shaga.

"Lo sendiri pilih kuburan atau rumah sakit?"

Dengan begitu saja Shaga meneguk ludahnya bulat-bulat, "galak amat."

"Udah itu baca dulu yang aku kasih, lagian tau banget aku kalo kamu jenuh nulis terus," ucap Shaga penuh pengertian.

Walau sedikit tak ikhlas, Lava tetap mengambil buku yang diberikan Shaga. Perlahan ia membaca bagian penutup buku itu, dimana Lava berani bertaruh bahwa isi buku tersebut adalah seputar tentang mengikhlaskan.

"Gue nggak mau kayak kebun gersang dan juga setangkai mawar. Kenapa nggak biarin mawar itu mati aja? Kalo nggak biarin kebun itu mati tanpa ada tumbuhan satu pun," ucap Lava.

"Kalo kata aku si, kenapa nggak biarin mawar itu tumbuh lebih banyak? Rawat mawar itu, biarin kebun di sana jadi hidup kembali," ujar Shaga.

"Ini kayak kebutuhan hati. Sebenarnya mawar sama kebun gersang itu sama-sama membutuhkan. Mawar yang butuh kebun untuk terus tumbuh, dan kebun yang butuh mawar untuk menghidupkan lahannya yang gersang. Keduanya sama-sama membutuhkan kan?"

Lava masih menyimak di sana.

"Oke, mungkin di buku itu emang berbicara tentang mencintai nggak harus memiliki, atau mungkin mengikhlaskan sebelum menggenggam. Tapi kalo dari sudut pandang yang lain, aku rasa ini semua akan sama dengan kebutuhan hati dari keduanya."

"Walaupun naasnya mungkin begini, aku butuh cinta kamu dan kamu yang cuma butuh keberadaan aku. Setidaknya ada kata saling membutuhkan di dalamnya."

Lava dan Shaga terjerat keheningan setelahnya. Sama-sama terdiam akan rentetan kalimat yang Shaga berikan tadi. Atau mungkin untuk kalimat terakhir tadi yang cukup menusuk.

Benarkah akan begitu? Mungkin akan sama-sama membutuhkan. Mungkin kata membutuhkan di dalamnya akan dijadikan penguat untuk tak saling pergi. Atau mungkin juga sebagai alasan agar mampu saling mempertahankan dari segala kemungkinan yang akan menyerang. Perpisahan.

Tapi bukankah itu akan saling menyakiti nantinya. Yang membutuhkan cinta hanya akan terus menunggu dengan sepinya balasan dan pahitnya harapan. Lalu untuk yang membutuhkan keberadaannya saja hanya akan terus berteman dengan hampa. Sebab ia tidak merasakan sebuah cinta di dalam hatinya. Maka semua hanya sebatas menahan saja. Tidak ada yang benar-benar bahagia. Hanya sakit yang diredam kata kebutuhan.

"Udah ah, gue mau lanjut nulis." Lava akhirnya memutuskan topik di sana. Sesekali mengusap tengkuknya dengan perasaan yang mendadak tak enak. Berubah drastis dari sebelumnya.

Lalu tiba-tiba saja, ia teringat kalimat yang berada dikertas usang kemarin. Walau tidak ada hubungannya dengan pernyataan yang Shaga ucapkan tadi, tapi Lava masih penasaran apa maksud tulisan di sana.

Ada hubungannya kah dengan dunia anehnya saat ini?

"Kalo aku hidup di dalam buku ini, kayaknya aku bakalan jadi kebun gersangnya deh," Shaga bergumam sendiri seraya membolak-balikan buku tersebut.

"Kamu setangkai mawarnya. Kamu cantik walaupun dengan duri-duri tajam di batangnya," Shaga melihat Lava setelahnya. "Kamu tetap cantik walau dengan luka-luka yang kamu pendam di hati kamu."

Ya, Lava akan tetap terlihat cantik di mata Shaga. Walaupun nanti luka-luka yang Lava pendam akan melukai Shaga juga. Luka yang dimana akan menimbulkan racun di dalam isi kepala Lava, membuat siapapun yang ingin memberikannya pelukan akan di pandang sebelah mata oleh Lava. Bukan mati rasa, hanya saja luka yang berlarut-larut di pendam itu suatu saat akan mengendap dan membuat si korbannya memandang gelap ke semua hal. Dan secara tidak langsung, itu akan melukai Shaga juga. Ketulusan dan kesabaran Shaga akan dilukai oleh sikap Lava.

Setelah lama termenung seraya memandang kertas dihadapannya, Lava pun akhirnya menatap Shaga dalam-dalam. "Dan gue nggak mau hidup di dalam buku yang isinya mengikhlaskan. Gue mau hidup di dalam buku yang isinya bahagia. Walaupun untuk menua bersama cuma ada di buku yang di karang penulisnya. Gue mau hidup di sana. Sama seseorang yang mau gue ajak hidup bersama, sampai menua bersama."

Tepat, Lava teringat dengan kertas usang kemarin. Mungkin kertas kemarin adalah potongan cerita yang bagian-bagian lainnya raib entah kemana. Dan untuk saat ini, Lava tidak benar-benar peduli dengan bagian-bagian lain yang mungkin menghilang di telan bumi. Tapi yang jelas, bagian yang Lava temukan kemarin menandakan bahwa kisah itu berakhir bahagia.

"Terus siapa yang mau kamu ajak buat menua bersama di dalam buku itu? Siapa tokoh utama yang bakalan beruntung buat dampingin kamu sampai akhir khayatnya?"

"Karena yang aku tau, kamu nggak bakalan pilih aku. Siapa dia, Lav?"

***

To be continue

Heyy! Aku updateee lageeehhh. Masih seru nggak nih????????

Btw Kalian udah pada follow tiktok hotkopilatte /medsos hotkopilatte yang lain belum nih? Kayaknya kalian harus lebih cermat lagi disetiap kata-kata yang aku post deh. Siapa tau kan mengandung spoiler atau kunci jawaban. Ya elahhh kunci jawaban kek ujian nasional ajaaa wkwkwk...

Intinyaa yang cermat cermat yaahhh, jan lupa vote dan komen jugaaa. Promosikan juga ke teman teman kalian, siapa tau suka dan mau ikut berpetualang di dunia mereka! Sampai jumpa di bab selanjutnyaaa!!! Babay!

Selasa, 14 Juni 2022.

Continue Reading

You'll Also Like

Hey Jia! By zara

Teen Fiction

15.4K 2.6K 31
[ Segera diterbitkan ] Berawal dari Chat mereka kembali bertemu. Jia Indira Lituhayu. Cewek yang dikenalkan seseorang lewat chat pada Arkan. Katanya...
14.6K 2.8K 37
"Es saja bisa mencair, masa Dika enggak?" -Eca. โš ๏ธFANFICTION ---- ยฉItscanee 7 november 2021 ๐ŸŽ‰Rank : #1 penulispemula [041221] #1 guinnmyah [261121] ...
17.9K 1.4K 7
Deskripsi Cerita itu apa? Judul sebelumnya ALAN, Jangan Balikan!
2.1K 1.6K 16
Ini adalah cerita kami di hari kelulusan SMA, baik buruk seseorang terungkap di cerita ini. Berharap saja ini bisa menjadi kenang-kenangan sebelum ka...