When You Lost It

By Delzy1

3.3K 1.9K 1.7K

Berawal dari mimpi buruk. Hari-hari yang seharusnya terdengar wajar bagi gadis itu mulai berubah sejak beber... More

Pengantar
Character List!
Opening
Malam tanpa Ketenangan
Hari yang Indah
Teman
Pertanda Pertama
Kenapa harus meminta maaf?
Pelukan Seorang Dewi
Sekali lagi, Hari yang Indah
Pertanda Kedua
Tak lagi bersama
Penyesalan dan Tuan berwajah teduh
Kartu Nama
Pergi untuk Sementara
Khayalan atau Penglihatan?
Mulai menginap
Sosok kedua
Hampir saja!
Pertanda Ketiga
Kupu-kupu Hitam
Akhirnya, mereka tahu
Apa aku tidak pantas untuk tau?
Tidak ada Keberuntungan (1)
Tidak ada Keberuntungan (2)
Tidak ada Keberuntungan (3)
Tidak ada Keberuntungan (4)
Dunia baru untukmu
Malam Perekrutan
Tekad dan Rencana
Pelatihan Pertama
Suara yang memanggil
Bertemu
Ucapan yang berguna
Bersaing!
Berkumpul
Di tengah kekacauan
Memperluas relasi
Dua golongan
Season 2 : The Beginning (1)
Season 2 : The Beginning (2)
Season 2 : The Beginning (3)
Season 2 : Awal yang buruk
Season 2 : Di Masa yang mana?
Season 2 : Pesta Malam
Season 2 : Kucing dan Kupu-kupu yang berwarna hitam
Season 2 : Foto itu Menghilang!
Season 2 : Pembuat Onar
Season 2 : Seseorang yang tak terduga
Season 2 : Dia yang tidak pernah disangka
Season 2 : Asap hitam
Season 2 : Di suatu malam sehabis kekacauan
Season 2 : Kedatangan pelanggar

Season 2 : Sebuah Foto

22 20 28
By Delzy1

Pagi kembali datang, suasana perkampungan yang begitu asri, juga sibuk. Aktivitas para warga telah terlihat bahkan pada saat dimana fajar belum menyambut dari ufuk timur.

Tidak seperti rutinitas ketika di padepokan yang biasanya akan bersiap lalu berlatih di arena. Karena Pak Yanto selaku pemimpin kampung telah menyetujui penjagaan terhadap kampungnya atau bekerja sama dengan padepokan Bahuwirya, para guru dan murid bertekad untuk tidak merepotkan mereka lebih jauh lagi. Alhasil kegiatan pagi disesuaikan dengan aktivitas warga di kampung tersebut, belanja ke pasar, membantu tuan rumah memasak, mencuci baju, dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar para warga kampung Purwoseso dan Padepokan Bahuwirya dapat membaur satu sama lain.

Hazel telah selesai mandi dan mengganti pakaiannya dengan yang biasa, sementara seragam padepokan dia masukkan kedalam ember untuk dicuci sore nanti bersama Dina di sumur kampung.

Gadis itu berjalan menuju dapur, lalu menemukan Bu Darni yang sedang mencuci sawi hijau. Beliau kadang juga berjalan ke arah kompor untuk memeriksa rebusan airnya, kemudian menutupnya lagi dan kembali mencuci sawi tersebut di wastafel.

"Saya bantu Bu Darni," ucap Hazel kemudian menghampiri wanita tersebut.

"Emm, kalau begitu potong terong hijau yang ada di meja, lalu masukkan ke panci rebusan itu ya, Mbak Hazel," jawab beliau menoleh ke arah meja yang terdapat sepiring sedang terong yang segar.

Hazel menuju ke arah meja itu kemudian duduk dan mempersiapkan talenan serta pisau,
"Satu buah, dipotong jadi berapa Bu?"

"Bagi dulu jadi dua vertikal, terus potong jadi empat per bagiannya," ucap beliau tersenyum ke arah Hazel kemudian meniriskan sawi yang telah beliau cuci.

Hazel mengangguk, mempraktekkan instruksi yang diberikan, memotong sayur adalah hal yang mudah bagi gadis itu, dia jadi teringat hati dimana ketika ibunya masih ada,

"Ibu, Hazel bantu yah??"

"Sudah mau selesai kok, lagipula Hazel baru pulang sekolah pasti capek kan?"

Hazel kecil mendengus kesal,
"Ahh ibuu..lalu kapan Hazel bisa membantu ibu di dapur?"

Ibu Hazel menghentikan aktivitasnya sambil mengeringkan tangannya dengan lap dapur,
"Gimana kalau besok? Besok kan Hazel libur?"

Dengan semangat Hazel menggangguk lalu berlari dengan senang menuju kamarnya.

Besoknya..

Crangg!!

"Ah, Ibu tangan Hazel berdarah..."

Ibu Hazel langsung membelalakkan mata, dan merebut pisau plastik yang runcing itu, menjauhkannya dari jangkauan putrinya.

"Bagaimana bisa zel, berikan tanganmu cepat, akan ibu obati ya?" ucap ibu Hazel namun dengan nada yang bergetar lalu menutupnya dengan plester luka.

Tidak lama kemudian, Hazel melihat ayahnya turun, berjalan cepat ke arah Hazel yang duduk, namun dihentikan oleh ibunya.

"I..bu.."

Pandangan Hazel samar, gadis itu merasakan sakit di kepalanya. Dia mendengar suara bentakan yang dilontarkan oleh ibunya, ayahnya terdiam, namun sorot mata ayahnya sangat tajam ke arah Hazel. Mengakibatkan Ibu Hazel semakin berteriak untuk menarik perhatian suaminya.

"..."

Hazel merasakan kepalanya semakin sakit, pandangannya semakin mangabur. Kemudian sebelum semuanya gelap, kedua orang tuanya menghampirinya yang tidak seimbang di kursi tinggi yang dia duduki saat ini.

"Hazel!"

Ah..kenapa Hazel tiba-tiba terpikir pada hari itu. Gadis itu segera menyadarkan dirinya lalu menuntaskan pekerjaannya. Setelah itu Hazel memasukkan sayur itu ke dalam panci rebus, kemudian menutupnya.

"Terimakasih, Mbak Hazel, yang lain dimana?"

"Teman-teman saya sedang membantu Pak Yanto membersihkan kandang burung," jawab Hazel tersenyum.

Bu Darni mengangguk.

Kemudian suasana menjadi sepi, hanya terdengar suara air yang bergejolak di dalam panci itu. Hazel yang sedikit merasa canggung itu mencoba mencari topik, namun dia hanya bisa memikirkan tentang kemarin malam. Apa dia bertanya saja ya ke Bu Darni? Namun gadis itu takut akan menyinggung sesuatu yang berhubungan dengan masa lalu kampung itu pada beliau. Apalagi beliau adalah istri dari pemimpin kampung ini.

"Dahulu, saat suami saya belum menjadi pemimpin kampung ini, terdapat rombongan juga yang datang, mereka juga izin untuk menjaga kampung pada waktu itu," ucap Bu Darni tiba-tiba.

Hazel menoleh ke arah Bu Darni.

"Saya ingat sekali waktu itu, hidangan kesukaan mereka juga pecel sawi yang saya buat, mereka baik dan menjalankan tugasnya dengan benar."

Kemudian bibir Hazel bergetar hendak bertanya sesuatu,
"Lalu dimana mereka sekarang, Bu Darni?"

Bu Darni terdiam, ekspresi sedih yang sama dengan Hazel lihat semalam, beliau seperti berat untuk menceritakannya kepada Hazel. Menyadari respon beliau yang seperti itu. Hazel terperanjat kaget, lalu dengan buru-buru segera meminta maaf pada beliau.

"Mohon maaf Bu Darni! Saya meminta maaf atas kelancangan saya untuk bertanya hal seperti ini pada anda, saya tidak bermaksud membuat anda tidak nyaman," ucap Hazel cepat, gadis itu merasa bersalah.

"Aku yakin setelah ini Bu Darni,tidak akan pernah mengizinkanku melakukan hal aneh apalagi sampai mengintip memori kampung ini, kamu bodoh sekali, Hazel!" pikir gadis itu.

Bu Darni kemudian menggelengkan kepala, membuat Hazel bingung.
"Tidak apa-apa, semua orang yang pernah datang ke kampung ini juga pernah saya beri tau hal ini."

"Ah, lalu-" lirih Hazel.

Bu Darni kemudian merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah lembar, berisi gambar.

Tunggu, itu foto.

"Namun, saya tidak pernah memberitahukan foto ini kepada siapapun kecuali kepada mbak," ujar beliau sambil menyerahkan foto itu kepada Hazel.

Hazel menerima foto itu dengan ragu-ragu, kemudian melihat isi didalamnya.

Terdapat sekitar lima belas orang yang terlihat di foto ini, sedang tersenyum, menghadap ke kamera, kemudian memakai luaran merah maroon yang senada. Mereka berdiri di depan gapura kampung, tulisannya masih penuh, tidak ada yang tercongkel. Di tengah ada pria dan wanita tua yang Hazel asumsikan sebagai pemimpin kampung terdahulu, lalu sepasang suami istri yang termasuk di dalamnya.

Mereka berdua mirip seperti Pak Yanto dan Bu Darni, sebentar, apa ini memang mereka?

Hazel menoleh ke arah Bu Darni untuk menemukan beliau mengangguk, sepertinya beliau tau apa yang gadis itu pikirkan.

"Apa mereka adalah rombongan yang ibu maksud?"

"Ya, mereka adalah rombongan pertama yang masuk ke kampung ini sekitar 7 tahun yang lalu."

Hazel kembali melihat foto itu secara seksama, melihat setiap wajah dari isi foto itu, kemudian menemukan beberapanya tidak asing dimata Hazel.

"Kenapa Ibu menunjukkan foto seperti ini kepada saya?"

Bu Darni terdiam.

Kemudian beliau kembali fokus terhadap sayur yang beliau rebus lalu mengambil alat tirisan. Setelah itu, beliau meletakkan sayur yang telah ditiriskan itu di dalam mangkuk.

"Mungkin suatu saat foto ini akan berguna bagi Mbak Hazel, tolong simpan dengan baik," kemudian beliau tersenyum.

Hazel bingung, namun untuk sementara yang bisa gadis itu lakukan hanyalah menyimpan foto itu untuk dia teliti lagi nanti.
"Terimakasih Bu Darni," ujar Hazel tersenyum.

Lalu Hazel membantu Bu Darni menata dengan rapih piring dan gelas di meja, untuk memulai sarapan pagi hari ini.

"Tolong Mbak Hazel panggilkan Bapak dan teman-temannya ya."

Hazel mengangguk.

"Cuci tangan dulu Liam, nanti ada kumannya loh," ucap Dina.

Semuanya masuk ke dalam rumah lalu bersiap untuk sarapan.

"Liam segini cukup?" Tanya Hazel.

"Sudah kak, terimakasih," angguk Liam.

Ketika mereka tengah makan, kemudian Pak Yanto membuka pembicaraan setelah berhasil menelan satu suap nasi itu.

"Ah, Saya baru ingat kalau nanti ada pesta malam di kampung ini,"

"Pesta malam dalam rangka apa Pak?" Tanya Dina.

"Untuk menyambut rombongan di tahun ini, setiap tahun kampung akan menggelarnya, karena kedatangan rombongan seperti kalian ini hanya ada setiap satu tahun sekali, itu sudah menjadi tradisi, kita juga ingin mneghormati kedatangan orang luar, sehingga mereka merasa nyaman tinggal disini," jelas Bu Darni disusul dengan anggukan dari Pak Yanto.

"Wah kedengarannya seru," balas Dina dengan mata berbinar-binar.

"Apa saja yang dapat kami temukan di pesta malam ini?" Tanya Hazel tersenyum.

"Makan bersama, menari, menikmati wedang jahe, api unggun, seperti itu,"

Liam tampak antusias juga ketika mendengarkan penjelasan dari Pak Yanto. Dia mengunyah sarapan dengan makin bersemangat hingga bumbu pecel itu sedikit mengotori bagian luar bibir Liam.

Hazel tertawa kecil kemudian mengambil sapu tangan di sakunya.

"Pelan-pelan dong," sambil mengusap bibir Liam dengan sapu tangan itu.

Pak Yanto kemudian berdeham lalu tersenyum melihat interaksi keduanya.

"Jika kalian setertarik itu, datang ke balai di ujung kampung ini sore nanti."

"Baik Pak!" Ucap keempat remaja itu serentak kemudian tertawa hangat di tengah sarapan pagi itu.
__________________________________

Continue Reading

You'll Also Like

16.9K 797 32
Kim Rena gadis indigo yang bisa melihat mereka yang tak terlihat dengan jelas, namun saat usia 12 tahun mata ketiganya sudah ditutup dengan rapat. sa...
25.9K 2.3K 57
🍀(Seri pertama : kota zombie)✅ Bertahan hidup ditengah hancurnya kota, dengan dua anak balita bersamaku. Membuat perasaanku menjadi campur aduk, apa...
95.9K 7.7K 87
[COMPLETED] Kematian seorang Guru di SMP GENTAWIRA membawa Zuna dan Diana kembali ke sekolah lama mereka. Awalnya hanya Zuna yang ditugaskan untuk me...
155K 18.4K 44
[FOLLOW TERLEBIH DAHULU!] Sekolah SMA GARDENIA. terkenal dengan sekolah angker, karena terdapat lorong yang panjang di ujung toilet perempuan, sekola...