ASMARA LOKA : ๐น๐‘œ๐‘Ÿ๐‘”๐‘’๐‘ก ๐‘€...

By ItsBarm

259 72 11

๐ŸšซSEBELUM MEMBACA MOHON DIFOLLOW DULU๐Ÿšซ ๐ŸŒทDESCRIPTION๐ŸŒท Kisah dari seorang remaja laki-laki dengan tanda tany... More

๐š™๐š›๐š˜๐š•๐š˜๐š๐šž๐šŽ
โฐยน
โฐยฒ
โฐยณ
โฐโต
โฐโถ

โฐโด

27 10 4
By ItsBarm

Aku tidak bisa sepenuhnya tertidur, sesekali aku akan terbangun, lalu berusaha melihat ke arah jam digital di nakas kamar Gandhi. Dan kembali tidur dikala merasa masih terlalu pagi untuk bangun.

Untuk yang kesekian kalinya aku terbangun, namun kali ini aku tidak mencoba untuk kembali tertidur. Melainkan, aku bangkit dari ranjang dan berkeliling sekitar ruangan ini.

Ruangan ini nampak sangat luas, mungkin karena masih banyak sisi yang kosong. Karena penasaran, aku berjalan menuju almari, kubuka almari itu dengan pelan agar tak menimbulkan suara. Ternyata, almarinya masih kosong, tak terisi apapun.

Merasa tak ada hal lain untuk dilihat, aku kembali menaiki ranjang. Dan aku terdiam mendengarkan kesunyian dan detak jantungku sendiri, lalu tak kusadari tangan ku memelintir selimut ranjang ku dan menggulung tubuhku dengannya.

Suhu diruangan ini dingin, sangking dinginnya membuat tubuhku sedikit mengigil.

Kriek....

Suara decitan ranjang terdengar dari ruangan sebelah, aku langsung berpura-pura tertidur.

Cklek....

Pintu kamar mandi dibuka, lalu aku mengangkat kepalaku mencoba melihat ke arah ranjang diruangan sebelah. Gandhi ternyata bangun dari tidurnya dan memasuki kamar mandi. Otakku ku langsung memerintahkan badan ku untuk bangun disaat itu juga.

Aku berjalan mengendap-endap dan dari balik tembok, aku mencoba mengintip kearah pintu kamar mandi diujung lorong. Aku ingin memastikan bahwa Gandhi benar-benar berada didalam kamar mandi, dan tersenyum simpul ketika melihat cahaya lampu kamar mandi menyala.

Dengan itu aku mulai mendekati pintu keluar dari kamar ini dan kuputar knop nya yang langsung menghadiahi ku dengan pemandangan Bi Tri yang tengah bersusah payah menyeret sekarung beras bersama Tante Desi.

"Eh!" Kagetku. Karena merasa tidak enak, aku memutuskan untuk ikut membantu walaupun tetap dengan cara menyeret karung beras itu.

"Pasya kenapa udah bangun?" Tanya Tante Desi.

"Saya nggak bisa tidur Tante" Tante Desi mendengus tersenyum. Beliau lalu beranjak menghidupkan kompor elektrik dan memulai kegiatan memasak sarapan.

Aku berdiri disisi meja mini bar dapur. Melihat Tante Desi dan Bi Tri yang memasak mengingatkan aku akan kejadian makan malam kemarin, yang dimana begitu memalukan dan aku merasa tak enak hati bahkan sampai sekarang, agar perasaan tak enak ku menghilang jadi kuputuskan untuk maju dan ikut membantu.

"Tante, saya boleh bantu ngga?"

Tante Desi mengiyakan, aku mengambil bagian yang termudah. Yaitu mengupas sayuran seperti wortel dan memotongnya lalu beralih ke beberapa buah-buahan.

Selanjutnya aku mengambil alih kegiatan mengaduk sup yang ada didalam panci agar Bi Tri melakukan pekerjaan yang lain dan sarapannya cepat selesai.
Kebanyakan pekerjaan memasak disini dilakukan oleh Bi Tri dan Tante Desi.

Disaat aku tidak diberikan pekerjaan maka aku akan pergi meminggir dan berdiri mematung sembari menjadi p penonton kegiatan memasak ini. Sampai sekitar pukul enam pagi Bi Tri dan Tante Desi baru beranjak untuk mengatur sarapannya di meja makan. Aku ikut membawa beberapa piring makanan dan menata nya di meja makan.

Saat itu juga Om Hesa keluar dari kamarnya dengan setelah seragam berwarna hijau yang sedikit gelap. Selanjutnya Tante Desi meminta pertolongan Bi Tri untuk membangunkan Isa dan mempersiapkan Galang untuk bersekolah.

Kedua bocah itu lalu keluar berjalan menuju meja makan. Galang terlihat sudah siap dengan seragam sekolah lalu Isa dengan mata yang tertutup dan muka bantalnya, sesekali mereka menguap dan menempatkan kepala mereka diatas kedua lengan yang dijadikan sebagai bantal diatas meja.

"Isa, Galang. Sarapan dulu yukk" ucap Tante Desi, beliau mengelus pucuk kepala Isa lembut.

Kedua bocah lucu yang tadinya setengah tertidur kini perlahan-lahan mengangkat kepala mereka yang terlihat sangat berat. Melihat itu, aku menjadi sedikit cekikikan yang membuat Tante Desi melihatku dengan tersenyum.

"Pasya, ayo duduk"

"E. Eh.., Gandhi nya ngga dipanggil Tante?"

"Udah gausah, nanti dia sarapan sendiri" aku mengangguk saja dengan canggung.

Lalu aku memutuskan untuk duduk, kulihat Om Hesa membenarkan posisi duduk dari Galang yang membungkuk. Tante Desi mulai menyuapi Isa, Galang menyantap sarapannya sembari mengantuk dan Om Hesa yang makan dengan tergesa-gesa.

Aku juga ikut menyantap sarapannya, menikmati makanan kolaborasi Bi Tri dengan Tante Desi dan Diriku. Cukup menggugah selera dari tampilannya, tak lupa rasa dari hidangannya yang cukup enak.

Yang paling pertama menyelesaikan sarapannya adalah Om Hesa yang langsung bangkit menuju kamarnya dan kembali keluar menenteng sebuah briefcase kulit.

Beliau mendekati Tante Desi dan berpamitan, lalu beliau beranjak mencium kening putih milik Isa. Galang juga berpamitan pada Tante Desi. Tak lupa juga mereka berdua berpamitan padaku.

"Om berangkat dulu ya Pasya" ucapnya sebelum keluar dari rumah.

"I.. iya Om, hati-hati" balasku.

Lalu Isa yang juga sudah menyelesaikan sarapannya berdiri dan pergi memasuki kamarnya, sepertinya Isa dan Galang masih berbagi kamar dengan Om Hesa dan Tante Desi.

Kenapa aku tau? Itu karena mereka keluar dari ruangan yang sama pagi ini. Ditambah mereka berdua masih tergolong bocah, jadi belum tentu berani untuk tidur sendirian.

Kini tinggal aku dan Tante Desi yang baru akan memulai kegiatan menyatap sarapannya.

Kecanggungan kembali kurasakan, aku diam dan berusaha menyantap sarapanku yang belum habis tanpa menimbulkan satupun dentingan antara piring dengan sendok.

"Pasya kenapa ngga bisa tidur?" Tiba-tiba Tante Desi bertanya disela-sela kesunyian didapur.

"Eh?"

Tante Desi tertawa kecil, "Tadi katanya ngga bisa tidur, kenapa tuh?".

"O. oh, karena udah ngga ngantuk? Hehe" jawabku yang membuat senyum muncul dari wajah Tante Desi.

"Kalau Gandhi buat kamu ngga nyaman jangan sungkan bilang ke Tante ya" aku membalas dengan anggukan kecil. Kami lanjut menyantap makanan dengan canggung, well setidaknya itu hanya aku yang merasa canggung.

Ceklek...

Gandhi keluar dari kamar, Ia berpakaian seragam lengkap. Yang mana membuatku terkejut melihatnya, aku tidak tahu hari ini dia sekolah dan itu berarti aku seharusnya bersekolah juga, aku melupakan hal itu bahkan buruknya aku tidak tahu hari apa ini. Mataku terbelalak, Tante Desi yang melihatnya sempat kebingungan.

"Ma aku berangkat dulu" Ucap Gandhi sembari berjalan menuju pintu rumah.

"Eh, Ngga sarapan dulu?!"

"Ga ma, Jay udah diluar" Sahut Gandhi sebelum benar-benar keluar dari rumah setelahnya.

Sedangkan aku masih terbelalak, aku menghilangkan rasa malu ku dan bertanya pada Tante Desi.

"Tante, berarti saya sekolah juga dong?" Tanyaku.

"Ohh... Engga, kamu sekolah mulai minggu depan aja"

Aku sedikit berfikir mendengar jawaban Tante Desi.

"Udah gausah difikirin, mending sekarang Pasya mandi dulu. Baju nya kamu ambil di paperbag dikamar Tante. Disebelah meja rias Tante ya. Baju nya cukup untuk seminggu ini." karena aku juga memang ingin mandi, jadi kubalas dengan anggukan dan pergi.

Aku memasuki kamar milik Tante Desi dan Om Hesa. Diatas ranjang terdapat Isa yang tengah tertidur pulas. Karena tak berniat mengganggu jadi kupercepat proses mencari paper bagnya. Saat ketemu aku langsung keluar dan memasuki kamar mandi di kamarku bersama Gandhi.

Didalam ada dua buah wastafel dengan cermin panjang yang tertempel di dinding. Sisi sebelah kiri terlihat sudah berisi beberapa barang-barang perawatan tubuh dan wajah. Aku yakin itu merupakan sisi kamar mandi milik Gandhi. Oh ya, didalam sini kembali terdapat dua pintu yang masing-masing terletak disebelah kanan dan kiri ku.

Karena kurasa pintu yang disebelah kiri merupakan teritori Gandhi, maka aku memasuki pintu yang berlawanan dan aku memulai kegiatan pagi ku dengan menyikat gigi, beruntung dalam paperbag yang diberikan Tante Desi sudah berisi tiga buah sikat gigi dan pasta giginya, bahkan ada handuk juga.

Aku melanjutkan dengan kegiatan mandi dari shower yang kuyakini sudah dilengkapi water heater. Aku menyalakan shower nya dan benar saja, air hangat mengucur dengan tiba-tiba membasahi tubuhku, terasa melegakan. Suasana dalam kamar mandi ini juga seketika menjadi menghangat, kupeluk tubuhku sembari berdiri dibawah kucuran air. Suhu disekitar yang berubah tak membuat badanku mengigil lagi.

Setelah rampung, aku mengeringkan tubuhku sepenuhnya dan memakai pakaian yang ada dalam paperbag tadi.
Dan saat aku keluar dari kamar aku bisa melihat Tante Desi sedang berbincang dengan Bi Tri.

"Tante, ini handuknya taruh dimana ya?"

"Oh, dibelakang aja Pasya. Dijemur sekalian di rak penjemuran itu"

Dengan itu aku berjalan menuju taman belakang rumah ini lalu kembali menuju dapur karena aku merasa tak enak berdiam mengurung diri di kamar. Lebih baik berada ditempat yang bisa dilihat oleh para penghuni rumah ini.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

5.4M 230K 54
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
6.1M 10.4K 1
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
844K 28.6K 55
cerita ini menceritakan kisah seorang " QUEENARA AURELIA " atau biasa dipanggil nara.gadis yang bekerja sebagai pelayan cafe untuk memenuhi kebutuha...
448K 35.3K 24
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...