KANAGARA [END]

AeriLHun által

7.3M 536K 40.6K

[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tah... Több

CAST
WELLCOME
P R O L O G
1. Kanagara bermata Elang
2. Wabyo
3. Terluka Karena Orang Dalam
4. Ojek Ganteng
5. Perjalanan Menuju Markas
6. Gombalan anak IPS
7. Tembok Belakang Sekolah
8. Sa Kanagara
9. Sial dari Bakso
9. Di hukum
10. 2day 2morrow 4ever
11. Bolos Sekolah☑️
12. Kepergian Sang Mama
13. Mulai Terluka
14. Luka atau Obat?
15. Pelangi Tanpa Warna
16. Yang Salah Sebenarnya
17. Kamar Abu-abu
18. Perasaan yang dipaksa Hilang
19. D A R G E Z
20. Pendatang Baru
21. Berubah Drastis
22. Mengejar yang Pergi
23. Tahan Rindu
24. Harga Mati
25. Hasil Seleksi
26. Kanagara & Arunika
27. Darz atau Dia?
28. Harus Kamu
29. Motor yang berbeda
30. Friendzone
31. Cemburu
32. Mutlak Harga Mati
33. Sparing
34. Bukan Segalanya
35. Tindakan Raksa
36. Kehilangan Status
37. Bukan Berhenti
38. Sunmori Dargez
39. Pembunuh?
40. Murid Baru Padja Utama
41. Mendatangi Bukan Berarti Kembali ☑️
42. Harga Diri Dibalas Harga Mati
43. Jahatnya Semesta☑️
44. Pemilik Pena yang ke-2?
45. Meet Family and He
46. KONYOL
47. Bersama Alda
48. Indah karena nya
49. Kurir Gofood
50. Hujan Sore..
51. Terluka setelah kemarin
52. Tidak selamanya
53. Gak Sengaja
54. Salah menduga
55. Tanggal Berapa?
56. Surat darinya
57. Ditemani Hujan
58. Deklarasi Hati
59. Perasaan yang Terlambat
60. Tentang 01.25
61. Manusia yang Pembohong
62. Rumah Raksa
63. Saksi Bisu Senja
64. 3 Villain?
65. Insiden Sore Hari
66. Villain yang Manipulatif
67. Rumah Yang Sakit
68. Setiap Alasan dari Tindakan
69. Pensi SMADJA
70. MENSIVERSARY KANAGARA & ARUNIKA
71. Antara Saya dan Dia
72. Rela Terluka
73. Wabyo Area☑️
74. Hanya berharap baik
75. Manusia adalah alasan terluka
76. Permulaan 24
77. Dia Pecundang
78. Pertaruhan Harga Mati
80. Tengah Malam
81. Salam Harga Mati
INFO LANJUTAN
ARUNIKA
Pre Order KANAGARA
85. E P I L O G
ARUNIKA : SEASON 2
PO ARUNIKA
PO #2 ARUNIKA | New Cover
PO #2 KANAGARA | New Cover

79. Wakil Ketua

48.3K 4.5K 1K
AeriLHun által

"Mereka yang mau rugi bersamamu memang teman. Tapi mereka yang mau mati bersamamu itu adalah saudara." -8 inti DARGEZ

***

Kanagara bermata elang itu mengambil langkah cepat berjalan ke arah bangunan tua di sana. Setelah menemukan tempat yang ia tuju matanya mulai menyorot datar dan dingin, tidak ada tatapan tenang lagi yang terpancar dari matanya, kepalan tangannya menandakan bahwa ia sedang di selimuti amarah yang membludak.

Brak!

Raksa menendang pintu dengan kasar. Ia masuk menelisik seluruh ruangan.

"HAI BRO!" Sapa Farel yang seperti sudah menunggu kedatangannya di sana. "Masih selamat?"

Rahang Raksa mengeras. Ia mepangkah tanpa mengatakan apapun.

BUGH!

Farel seketika tersungkur ke bawah, namun Raksa tidak berhenti sampai di sana. Cowok itu lanjut menindih Farel dan memukulinya dengan brutal seakan Farel adalah samsak.

BUGH!

BUGH!

Pukulan yang paling keras Raksa layangkan hingga sudut bibir Farel hampir robek dan mengeluarkan darah.

Srek!

Beberapa orang langsung menarik bahunya. Raksa memberontak, bahkan 3 orang berbadan kekar masih kewalahan menahannya.

"LEPAS ANJING! LO HARUS MATI SETAN!" Teriaknya hilang kendali.

Farel bangkit terekekeh seraya menyeka sudut bibirnya.

"Gua? Kenapa gak lo aja?"

Farel mendekati Raksa yang saat ini masih setia menatapnya dengan dendam. Farel menepuk bahu Raksa seraya menyeringai. "Gua gak berhasil ambil kepala lo, tapi gua berhasil ambil ini."

Farel menoleh, Raksa mengikuti arah tatapannya, tepat ia dapat melihat orang yang ia cari sejak pagi tadi, Alda, tubuhnya tampak lemas tanpa tenaga dan sedang di papah oleh—

Galuh?

Raksa menatap Galuh yang saat ini memapah Alda di sana. Farel mendengus geli dan mendekati mereka. "Gimana? Hadiah gua bagus?"

"BAJINGAN! LO APAIN CEWEK GUA!"

Raksa membrontak sekuat tenaga, ia tidak terima melihat Alda bisa selemah ini karena ulah mereka. Alda yang Raksa kenal bukanlah Alda yang menatapnya sayu, tapi Alda yang selalu menatapnya dengan binar bahagia setiap kali melihat dirinya.

"BERANI LO SENTUH DIA GUA GALI LIANG KUBUR LO!"

BUGH!

"Uhukk.."

"Sa!"

Raksa terbatuk saat perutnya di tendang asal oleh Farel. Sedangkan Galuh masih menahan Alda yang ingin mendekat kearah Raksa.

"Rel jangan sakitin Raksa." Lirih gadis itu.

Rahang Farel mengeras. Ia menarik jaket Raksa. "Puas lo ambil dia dari gua?" Tekan Farel.

BUGH!

"REL!"

BUGH!

BUGH!

"Arrghh.."

Raksa terbatuk lagi, darah segar memenuhi mulutnya setelah pukulan terakhir yang menyakitkan itu, matanya menatap Galuh yang saat ini hanya diam di sana. "Gal," lirih Raksa menahan sakit.

Farel tertawa kecil. "Rabun apa gimana? Jelas dia bukan temen lo lagi anjing, sadar!"

"REL LEPAS RAKSA! GUA MOHON!" Teriak Alda memberontak.

"Diem." Tekan Galuh.

Kepala Raksa terasa berat, ia berusaha bertahan meski darah sudah bercucuran dari mulutnya. Kanagara bermata elang itu terkekeh seraya menatap Galuh.

"Gal," panggilnya.

Raksa mendengus sinis, orang yang menahannya mulai mengeratkan tarikan mereka. "Lo yakin milih aliansi sama pecundang?" Tanya Raksa menatap Galuh. "Atau lo juga pecundang makanya gabung?" Lanjut Raksa membuat Galuh semakin terdiam.

Alda hanya bisa menangis melihat Raksa dari sana. Galuh menatap Raksa datar. "Gua dari awal bukan Dargez."

"Ahkk!" Alda memekik saat rambutnya di tarik oleh Galuh tiba-tiba. Melihat itu pun Raksa semakin hilang kendali. "Pengkhianat bangsat!"

Galuh menyeringai dan semakin menarik kuat rambut gadis itu membuat Alda merintih. "Gal, sakit."

"Jangan kasarin cewek gua!"

Galuh menghempaskan Alda kepada anggota Fazer membuat Alda langsung di tahan oleh mereka, lalu Galuh mendekat dengan rasa tanpa bersalah. Ia tersenyum dengan kekehannya. "Bodoh banget ketua gua."

"Mana yang katanya harga mati?" Tekan Raksa menatap marah.

"Gak punya, ngapain gua bela-belain mati demi geng sialan kaya lo sama mereka hah?"

Tawa anggota Fazer menguar setelah mendengar jawaban Galuh.
"Cih, nyawa gua lebih berharga daripada bacotan gak guna lo." Cibir Galuh.

Satu hantaman kuat dapat Raksa rasakan di hatinya. Mereka membangun solidaritas sejak lama, tapi kenapa ada pengkhianatan?

"Dargez udah bagian dari hidup lo bangsat. Apa yang membuat lo berubah dan lupa sama kita?"

"Berubah? Lo yang gak pernah kenal gua."

Raksa tertegun menatap Galuh, tidak dapat di jabarkan bagaimana perasaannya saat ini, namun satu hal, hatinya sangat sakit, di khianati oleh orang terdekatnya yang paling ia percaya ternyata sangat berdampak besar bagi perasaanya. Ternyata benar, orang yang menjadi pelindung bisa berpotensi menikam lebih tajam.

"Lo gak tau gua karena lebih mentingin sekolah lo sama dia." Tunjuk Galuh kepada Alda.

"Cuma itu?" Tanya Raksa heran.

"Cuma," Galuh mendengus sinis. "Gua bagian Fazer karena gua punya harga teman yang lebih tinggi daripada Dargez."

"Dan lo gak pantes jadi ketua." Pungkas Galuh membuat Raksa terdiam mencerna kalimatnya.

Raksa menatap kosong saat mendengar kalimat terakhir. Kalimat yang benar-benar membuat pikiraanya kabur mencari jawaban paling tepat untuk membalasnya. Apakah dirinya benar-benar tidak pantas menjadi seorang Ketua?

Jika tidak.

Harus dengan apa Raksa membayar semuanya? Kematian?

"Gua, minta maaf." Lirih Raksa menatap Galuh sendu.

Galuh hanya menatap Raksa datar, lalu Galuh menerima pemukul yang Farel berikan kepadanya, sedangkan Raksa hanya menatap sorot sahabatnya itu dengan keterdiaman yang membiusnya, serta perasaan nyeri karena tidak menyangka yang masih melekat.

Alda menangis di sana, tubuhnya sudah lemah dan hanya bisa memohon dengan lirihan. "Gal, selamatin Raksa Gal." Lirih Alda.

Galuh hanya diam dan mengepalkan tangannya seraya menatap Raksa yang saat ini terbatuk terlihat lemah di hadapan mata kepalanya sendiri.

"Hajar dia." Perintah Farel.

"RAKSA SAHABAT LO DARI LAMA SEHARUSNYA LO LEBIH PERCAYA DIA!" Teriak Alda.

Tatkala mendengar suara Alda yang histeris membuat Rachel dan Syabina yang saat ini ada di dalam pun menoleh kearah pintu.

"Bin Alda, Bin." Ujar Rachel.

"Lepasin gua dulu Chel." Balas Syabina seraya berusaha melepaskan tali yang mengikat pergelangan tangannya.

"Jangan macem-macem."

Mereka menatap Regal yang saat ini masih ada di sana. Syabina mengerling malas mendengar perintah Regal yang sangat menyebalkan itu.

"Emang tepat lo milih Raffa Chel, orang kaya gitu mana pantes dapetin lo." Sinis Syabina membuat Regal menatapnya.

Rachel menghela napasnya dan memilih diam seraya berusaha melepaskan diri.

"Kalo lo mau pulang, gua anter sekarang, tapi gak usah ikut campur." Kata Regal menatap Rachel.

Rachel balik menatapnya. "Gak."

"Di kira pengkhianat kaya lo apa? Najis." Desis Syabina.

Regal mendengus dan bangkit, cowok itu berjalan kearah Rachel dan berjongkok di hadapannya. "Dengerin gua, demi lo."

"Enggak, gua gak butuh simpati lo."

"Gua sayang Chel."

"Tapi gak dengan cara ini Re." Lirih Rachel dengan mata yang berkaca-kaca. "Gak dengan nyakitin orang-orang gak bersalah, gua butuh mereka." Lirih Rachel menatap Regal sendu.

"Gak semua orang terbaik buat lo." Balas Regal membuat Rachel menahan air matanya agar tidak keluar.

"Dan lo temasuk jahat."

"Gua lakuin ini demi lo, dia pergi karena dia benci sama keadaan. Dia milih dirinya sendiri daripada lo Chel, lo masih gak sadar?" Tanya cowok itu. "Gua yang selalu ada kenapa gak pernah lo anggap sedikitpun?" Tanya Regal.

Rachel memalingkan tatapnya saat air matanya jatuh tanpa permisi. Gadis itu menangis jika harus mengingat rasa sakitnya kembali.

"Raffa pergi karena bunuh diri."

"Enggak," lirihnya menggeleng lemah. "Raffa enggak pernah pergi Gal, Raffa ada." Isak gadis itu.

Syabina yang mendengar tangisan pilu Rachel hanya termennung. Karena ia paham, kehilangan seseorang karena kematian itu jauh lebih menyakitkan daripada berpisah dari suatu hubungan.

Regal mengusap air mata Rachel perlahan. "Believe me."

Rachel masih menolak, hal itu pun membuat Regal marah dan bangkit, matanya menatap Rachel dengan kekecewaan yang teramat sangat. "Bertahun-tahun gua nunggu balasan dari lo, hasil nya masih sama, nyakitin."

"Maaf,"

Regal tak mengindahkannya dan berjalan membuka pintu, ia pergi dari sana meninggalkan mereka berdua.

"Chel, kita harus lepas sekarang." Ujar Syabina.

Rachel menarik napasnya dalam dan mengangguk. "Kita coba sebisa mungkin."

***

3 Mobil hitam BMW VBX6 berada di sekitaran tempat gelap itu. Sudah 4 jam lamanya mereka menatau gedung tua yang menjadi tempat penyekapan Alda beserta Gibran dan dua gadis itu di dalam sana. Sampai Raksa muncul dan masuk ke dalam pun mereka tetap diam, memantau keadaan dan berusaha menjalankan rencana serapi mungkin.

Puluhan orang berbaju hitam telah bersiap, terutama dua orang yang memakai masker beserta topi hitam mereka, bukan jaket biasa, mereka mengenakan jaket anti peluru yang sudah di rancang semaksimal mungkin untuk meminimalisir tembusnya peluru jika mereka tertembak. Dan mereka bukanlah orang sembarangan.

Orang yang tengah menatap gedung itu dengan seksama adalah pria bertato serigala. Ya, dia adalah Kapten Gara, pendiri sekaligus Ketua generasi pertama dari geng beranama Dargez. Matanya menyorot tajam memperhatikan gerak-gerik yang ia lihat dari radarnya. Kapten Gara menoleh, pria itu menatap satu orang yang sudah memantau pergerakan Raksa dari lapang Antaraja hingga ke tempat ini sejak tadi.

"5 Menit dari sekarang, mulai." Perintah Kapten Gara.

Raffa Ardigan, sosok cowok yang merupakan saudara kembar dari Raksa Kanagara itu bangkit, ia turun dari mobil dan menurunkan topinya. Tangannya naik menghubungi seseorang lewat ponsel. "Kita gerak 5 menit dari sekarang, pastikan Dargez datang tepat waktu." Ujarnya.

"Oke, hampir tuntas."

Raffa kemudian mematikan sambungan panggilannya, ia menatap nama 'Dirga' yang tertera. Beruntung wakil dari aliansi Dargez bisa di ajak kerja sama, bukan penghianat.

Raffa segera mencabut kartu dari ponselnya dan mematahkan kartu itu dengan satu gerakan. Lalu kakinya mulai berjalan ke arah gedung tua di sana. Ia sendiri, hanya berjalan mengendap dan perlahan memastikan pergerakannya tidak terbaca sedikitpun.

"Lantai dasar, ruang ujung."

Mendengar arahan dari earphone nya Raffa berjalan ke belakang bangunan itu. Ia melirik mencari pijakan, hanya dengan beberapa langkah dirinya sudah berhasil ada di atas bangunan, matanya menelisik celah yang bisa dirinya masuki, dengan gesit Raffa mendekat dan mengecek ruangan kosong yang akan ia masuki saat ini.

"Jangan terburu-buru, mereka tidak akan menyakiti gadis itu."

Ingatannya kembali lagi pada Rachel, ia terdiam sejenak. Lalu Raffa turun perlahan, akhirnya ia berhasil mendarat di sana. Kepalanya mendongak menatap ke sudut ruangan mecari alat pemantau yang mungkin merekam gerak-geriknya. Perlahan Raffa melangkah ke pinggir ruangan, ia menatap dinding bercelah di sana, sudut bibirnya terangkat menyeringai tipis. "Too easy," gumamnya.

Tangannya merongoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah cip, ia menempelkannya pada beda itu. Cip yang merupakan pengendali tampilan monitor, hanya akan ada gambar ruangan kosong di sana, tidak ada dirinya yang terekam membuat pergerakannya tidak terawasi.

"First mission, completed." Raffa menekan earphone nya dan berjalan lagi. Ia mengendap perlahan keluar dari ruangan ini dan menelisik pintu-pintu di sana, salah satunya pasti adalah ruangan yang di gunakan untuk Fazer berkumpul.

"Ruang Ke dua."

Raffa menatap pintu hitam itu, mendengar suara beberapa orang dari dalam membuatnya yakin itu adalah ruangan utama Fazer. Raffa mendekat dan mengeluarkan sebuah gembok canggih lalu mengunci pintu itu dari luar.

Brak!

Pintu itu bergerak. "WOY BUKA! ANGGOTA YANG JAGA BUKA!" Sautan mereka membuat Raffa mendengus, ia berjongkok dan menggelindingkan tiga buah bola berisi gas. Cowok itu pun kemudian berlalu tanpa mendengarkan teriakan dari dalam ketika mereka protes karena asap itu.

"Misi selanjutnya dimana?"

Tak ada sautan dari kapten Gara. Raffa terus berjalan hingga suara rintihan itu membuatnya terhenti, suara yang sangat ia kenal memasuki indra pendengarannya. Raffa perlahan melangkah dan mengintip dari balik dinding.

"JANGAN SAKITIN RAKSA!"

"Arrgh.."

"RAKSAA!!"

"Uhuk!"

BUGH!

BUGH!

"Jangan sakitin Raksa Rel, gua mohon jangan."

Tangisan histeris seorang gadis dan rintihan dari sosok laki-laki yang sedang di hajar oleh mereka membuat matanya terpaku. Raffa melihat itu. Melihat bagaimana mereka memukul Raksa dengan keji di sana, seperti hewan yang di buru habis-habisan lalu di aniyaya dengan tanpa perasaaan. Tangan Raffa mengepal sempurna dengan kemarahan yang sudah ada di puncak. "Harga diri lo, Sa." Geram Raffa dengan urat-urat tangannya yang muncul.

Raksa tumbang di sana, melemah, sosoknya tidak seperti Raksa yang arogan dan selalu melawan segala hal. Raffa tidak terima saudaranya di hajar dengan tidak adil seperti ini.

"Dia baik-baik saja, hanya berakting lemah."

Raffa tidak menjawab, matanya masih menatap pergerakan mereka yang tengah memukuli adiknya. Raffa juga melihat Galuh di sana, beberapa detik mengamati karena mulai merasa tidak terkendali, cowok itu pun memilih membalikan tubuhnya dan berjalan menuju rencana berikutnya.

"Maaf, Sa." Lirih Raffa.

Raffa berjalan ke arah gudang itu. Ia perlahan membuka pintu itu dengan hati-hati berusaha menimbulkan suara.

DOR!

Dengan segera cowok itu menoleh ke arah luar. Matanya menatap beberapa orang yang tiba-tiba melakukan penembakan tanpa alasan. Raffa segera berlari kearah tempat tadi, ia melihat Raksa yang saat ini di terkulai lemah di sana. Anggota Fazer juga panik tanpa sebab, mereka tidak merencanakan penyerangan penembakan seperti ini.

"WOY SIAPA! MANA ANGGOTA?!" Teriak Farel.

"TIM SATU HARUSNYA JAGA!"

Tiba-tiba suasana menjadi tegang, beberapa orang berjas hitam tiba-tiba masuk ke dalam gudang. Alda segera berlari menekati Raksa yang terkulai dengan lumuran darah di dahinya. Gadis itu menangis seraya memeluk Raksa.

Raksa tersenyum. "Aku gak papa," lirihnya.

"Aku minta maaf Sa, aku minta maaf." Isak Alda seraya membersihkan darah itu dengan penuh hati-hati.

Raksa merapatkan matanya menahan sakit. "Kamu harus tolong Gibran——dia nyari kamu, uhuk.." Kanagara bermata elang itu menahan sakit di perutnya yang terasa perih.

"Enggak, kamu sakit, aku gak akan ninggalin kamu di poisis kaya gini." Tolak Alda membuat Raksa tersenyum.

"Ketua gini kuat, Al." Balasnya melupakan kondisi tubuhnya saat ini yang sudah babak belur.

Alda meneteskan air matanya. "Kamu berantakan Sa, aku tau, kamu rela hancur demi orang lain." Lirih gadis itu.

Raksa terenyum pahit, tangannya terangkat mengelus pipi gadis itu dengan lembut. "Gua yang berantakan menjadi rapih saat lo ada."

Alda hanya bisa memeluknya dengan berharap siapapun datang menolong mereka. Kondisi Raksa sudah terbilang miris, luka itu benar-benar tampak menyakitkan, wajahnya lembam, tubuhnya seperti remuk karena mendapatkan pukulan dari mereka, bahkan wajah sangar yang biasanya Alda lihat tidak ada di mimik Raksa sekarang, cowok itu tampak menahan sakitnya seakan mengatakan bahwa dirinya memang baik-baik saja, tapi Alda tahu itu bohong.

"Tahan Sa, Tuhan maha baik, pasti dia nolongin kita."

Raksa tertawa kecil. "Gua gak akan pergi, jika pergi pun gua pasti kembali buat lo, cantik."

Sedangkan beberapa orang yang mengepung mereka langsung menodongkan senjata api membuat Alda dan Raksa hanya bisa pasrah.

Raffa yang melihat kekacauan ini menekan earphone nya. "Kacau Kapten."

"Posisi awal, mundur, jangan lanjut."

Matanya menatap khawatir kearah Raksa, namun ia tidak punya pilihan, Raffa segera berlari kearah belakang dan pergi darisana.

***

Gibran berusaha keras melepaskan rantai di tangannya, bersyukur rantai pada tubuhnya sudah dapat ia tuntaskan, sekarang Gibran tinggal membuka pintu itu agar bisa keluar dan menyelamatkan Alda.

Gibran menggerakan tangannya sekuat mungkin. "Aarrghhh!"

"Bangsat!" Makinya karena rantai itu benar-benar susah untuk terlepas.

Matanya terarah pada pintu besi tiu tatakala pintu itu tiba-tiba terbuka. Ia menatap ke sana menunggu siapa yang akan datang, namun tidak ada seorang pun yang masuk ke dalam. Merasa ada kesempatan, cowok itu segera berdiri dan bangkit berjalan ke arah pintu. Dengan tangan yang masih terikat Gibran mengintip kondisi di luar.

"Gawat." Desisnya tatkala melihat banyak pria berbaju hitam di sana, terutama saat melihat punggung itu.

"Gib," Gibran menoleh, ia terkejut melihat dua gadis yang mendekat kearahnya.

"Lo telat, harusnya nolongin gua dari tadi kek." Dumel cowok itu.

Syabina menggeplak kepalanya. "Lo dateng bukan nolongin malah jadi beban, asu."

"Dih geer, gua gak niat nolongin lo, gua mau nyari Alda."

Syabina dan Rachel mengerling malas, kemudian mereka menarik Gibran membuat cowok itu mengeluarkan beberapa protesan lagi. "Lo bawa gua kemana anjir?"

"Diem, ikut aja." Balas Rachel dan menarik cowok itu menjauh dari area sana.

Sedangkan mereka semua mengangkat tangannya saat todongan pistol mengarah kepada mereka. Farel beserta anggota Fazer hanya bisa diam tanpa perlawanan, tentu mereka kalah karena tidak ada senjata yang bisa melawan segerombolan orang asing itu.

"Ikat mereka." Perintah seseorang yang sepertinya adalah atasan mereka.

Orang-orang berbaju hitam itu menarik Fazer termasuk Galuh dan mengikat agar berkumpul di sana sedangkan Alda masih memeluk Raksa.

Salah satunya berdiri di hadapan Alda. Alda segera memeluk Raksa berharap ia bisa melindunginya.

"Jangan ambil Raksa!" Sentak Gadis itu saat Raksa di tarik paksa.

Raksa pasrah saat tubuhnya di tarik untuk bangkit. Galuh terdiam melihat hal ini, ia tidak bisa berbuat apapun, begitupun Alda yang hanya bisa menangis melihat Raksa yang sudah lemah. "Raksa sakit! Jangan ambil dia," lirih gadis itu memberontak.

Mereka menarik Raksa dan mengikat tangannya pada kedua rantai. Raksa berdiri dengan posisi terlentang. Salah satu dari mereka berdiri di hadapan Raksa, melihat orang itu mengangkat pistolnya membuat Alda menjerit histeris.

"JANGAN! SIAPA LO BERANI NYAKITIN RAKSA!" Teriak Alda marah, ia menatap nyalang kearah orang itu.

Pria itu terkekeh, ia menoleh seraya menyesap rokoknya dengan santai. Pria itu berjalan mendekati Farel dan menepuk bahunya. "Bagus, kamu bisa di ajak kerjasama."

"Ini gak sesuai dengan rencana anjing! Lepasin gua!" Farel berusaha melepaskan diri, ia seketika berhenti saat merasa satu senjata api tepat tegak di atas kepalanya.

"Cukup diam, maka selamat."

Farel terbisu, ia hanya bisa menatap Alda dan Raksa saat ini. Tubuh Galuh di tarik agar megikuti perintah mereka, cowok itu menatap mata Raksa yang sendu tatkala melihat dirinya di giring, mereka membawa anggota Fazer keluar menyisakan Raksa, Alda dan Farel di sana. Mereka bertiga sama-sama di sekap dengan orang-orang yang tidak mereka kenal sama sekali.

"Rel, Raksa sakit." Lirih Alda memohon.

Farel hanya bisa mengeraskan rahangnya tanpa berkata apapun. Ia menatap ke arah lain tidak ingin melihat Alda menangis. Gadis itu berlutut di hadapan pria tadi. "Lepaskan Raksa, saya mohon lepaskan dia." Pintanya.

Pria itu hanya mendengus geli melihat hal ini. "Sudah lama kami mengincar dia, dan jangan berani kamu menghalangi jalan kami."

"Saya mohon! Lakukan apa saja asalkan Raksa selamat saya mohon."

Raksa menggeleng lemah melihat Alda seperti ini, ia terbatuk dan tidak mampu bicara lagi. Darah keluar dari mulutnya membuat Alda semakin panik. "Saya mohon lepaskan dia, katakan apa yang anda mau akan saya lakukan sekarang, saya mohon." Lirih gadis itu merapatkan matanya.

Pria itu menyeringai, ia melangkah mengelus puncak kepala gadis itu seraya menatap Raksa. "Milikmu akan menjadi milik saya, menarik bukan?" Ujarnya kepada Raksa membuat Raksa ingin menghajar orang itu habis-habisan, namun ia tidak mampu.

Alda terdiam dengan keringat dingin di sekujur tubuhnya, dalam hati ia merapalkan berbagai doa agar siapapun bisa menyelamatkan mereka sekarang. "Maaf Sa, cuma ini yang bisa aku lakuin."

Pria itu membasahi bibirnya seraya menatap lapar kepada Alda. Ia berjongkok dan mengelus pipi Alda membuat gadis itu merengut. Rahang Farel mengeras, ia hendak bangkit namun tekanan dari senjata api di kepalanya membuat dirinya mati kutu. Sial, dirinya tidak bisa melakukan apapun.

"Nama saya Damar Gardapati, salam kenal cantik." Ujar pria itu membuat Raksa terdiam tatakala mendengar nama itu.

Damar Gardapati, pemilik geng Fazer yang sudah mendekam dalam penjara selama puluhan tahun karena ulah kriminalnya, ia sudah berhasil membunuh puluhan orang tak bersalah dan merampas uang siapapun di jalanan. Preman legendaris yang tumbang karena Gara. Cerita itu bahkan sudah menjadi dongeng dari bibir ke bibir sejak belasan tahun lamanya.

Tapi Raksa diam, berharap Damar tidak tahu bahwa Alda orang yang ia cari selain Raffa. Jika itu terjadi, bisa fatal akibatnya.

"Langsung inti aja, Pah."

Regal datang berjalan santai mendekati Damar. Cowok itu menyeringai menatap Farel yang terduduk di sana.

"Untung lo bego Rel." Ujar Regal terkekeh.

Damar tertawa kecil dan menepuk bahu Regal. "Anak berbakti." Kata Damar.

Raksa menatap tajam kepada Regal, akal liciknya memang selalu membuat segalanya menjadi rumit.

"Oh, salam kenal lagi Rak, gua Regal Jaylien Wiranggara Gardapati." Ujar Regal membuat mereka tertegun.

Jadi?

"Gua anak ketua Fazer, gak usah kaget." Kata Regal seraya terkekeh.

Regal duduk di samping Farel dan merangkul bahu cowok itu dengan santai. "Tonton aja Rel, gak perlu buang tenaga." Katanya.

"MAIN NYAWA SINI!" Saut seseorang dari luar sana.

DOR!

DOR!

DOR!

Tiga tembakan membuat mereka siaga. Regal melihat ke arah sana menanti siapa yang datang, Damar mengeraskan rahanganya dan bangkit untuk mengajar siapa yang berani merusak waktu emasnya seperti ini.

"Darz," lirih Raksa lemah tatakala melihat kedatangan Arza, Banu, Divel dan Kenzo di sana, Dirga dan—

Juga Galuh.

Galuh menodongkan senjata api di tangannya kepada orang-orang itu dengan sorot mata tajam. "Mewakili ketua Dargez, Raksa Kanagara." Tekan Galuh.

"Dia berdarah, lo mati."

***

Hai😭🏴‍☠️

Seru? Apa pusing? Apa pasrah?

Salam buat RAKSA👉🏻

Salam buat ALDA👉🏻

Salam buat GIBRAN

Salam buat GALUH

Salam buat ARZA


Salam buat DIVEL

Salam buat SYABINA

Salam buat KENZO

Salam buat BANU


Salam buat GIANA

Salam buat RACHEL

Salam buat Raffa

Follow IG Draz dan Author

Tiktok


BYEEEEE🍬🍬🍬🍬🍬🍬🍬🍬

Olvasás folytatása

You'll Also Like

1.6K 579 22
Tentang areksa Ketua gang venom sadis dalam pertarungan namun lemah dalam cinta, tentang karla yang datang dan membuat areksa cowok yang engga pernah...
4.2K 1.3K 28
"Terkadang kebahagiaan datang dari orang yang tidak bisa kita miliki." Erlangga Alvendra Wijaya. "Berhenti suka sama gue, El, kita itu beda." "Gak...
ARUNIKA [END] isma_rh által

Ifjúsági irodalom

1.2M 107K 68
Season 2 dari KANAGARA [Telah terbit di Penerbit Galaxy Media] Tragedi tawuran antar pelajar SMA yang dilakukan oleh 3 geng motor di masa lalu menyer...
5.9M 517K 53
"Takdir mempersatukan kita dengan cara yang berbeda." [ BUDAYAKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA!! ] ⛔BACA CERITA INI MEMBUAT KAMU GILA DAN S...