Ackerley Case

Od meynadd

587 129 17

Sebuah penyerangan besar secara diam-diam terjadi di istana kerajaan Ackerley. Menewaskan beberapa anggota ke... Více

Prologue
Chapter II : The Night After Tea Banquet
Chapter III : A Big Responsibility
Chapter IV : Unaware
Chapter V : Two Faces At Dining Table
Chapter VI : Women Talk
Chapter VII : King Darwin's Partner
Chapter VIII : Knights Of Finlein
Chapter IX : Brother Plans
Chapter X : Yorefall City Park
Chapter XI : Run Away
Chapter XII : The Deductions

Chapter I : Attendance

71 16 6
Od meynadd

     Tepat pukul enam sore, bandul pada jam kayu tua berdenting keras, bergema ke ujung lorong dan sudut tempat. Tampak empat pria, akhirnya tiba di pelataran istana sesuai tenggat waktu. Para pengawal pun siap siaga menuntun mereka masuk ke dalam kediaman sang raja. Dan tentu saja, tidak sembarang orang yang bisa memiliki akses tersebut. Dilihat dari pakaian modis ala abad-19 yang dikenakan oleh mereka, menandakan bahwa mereka bukanlah dari kalangan orang biasa.

     Di lain tempat, seseorang dengan terusan gaun hijau dan putih terlihat sangat elegan bila dipadu-padankan dengan sepasang anting berlian tak lupa rambut keriting keorenannya tersanggul rapi. Dia melangkah anggun menyusuri lorong istana. Hingga langkahnya terhenti. Lalu mengetuk pintu di hadapan, sesaat kemudian memasuki kamar besar setelah suara berat menyahut dari dalam.

     "Yang Mulia, saya mendengar kabar  bahwa anda ingin melakukan pertemuan bersama para anggota kerajaan. Apakah itu benar?" tandasnya. Berdiri di hadapan seseorang yang kini membelakanginya.

     "Virginia ... untuk ke sekian kali, jangan terlalu formal padaku jika berada di dalam kamar kita. Bisa?" keluh seseorang yang  berdiri menghadap langsung ke jendela kamar. Pria berambut hitam lurus dengan setelan jas kerajaan merah cerah itu berbalik badan. Kedua netra berwarna cokelat gelap menatap kedua netra di seberangnya  berwarna hijau cemerlang.

     Ratu Virginia menghela napas, lalu membungkuk badan sedikit "Kalau begitu. Sesuai permintaanmu, Darwin."

     Sementara Raja Darwin menggerutu, lalu menggeleng-geleng kepala. Beliau tidak habis pikir melihat sang istri melekatkan diri sepenuhnya pada etiket kerajaan. Sehingga membuat hidupnya cenderung kaku, tidak fleksibel. Apalagi ketika berada di kamar pribadi sekalipun. Raja Darwin mendesah pelan. Memakluminya.

     "Tadi, apa yang kau katakan, Virginia?"

     Kali ini, giliran Ratu Virginia mendesah. Entah sang suami tidak menyimak dari awal atau memang tuli seperti biasanya. Itu sudah jadi alasan mengapa Raja Darwin selalu mengutus salah seorang kepercayaan sebagai pendampingnya. Untuk berjaga-jaga kalau dia  sulit mendengarkan lagi.

     Sang ratu berkata, "Yang Mulia, apakah benar anda akan melakukan pertemuan dengan para bangsawan?"

     "Benar. Memangnya kenapa?"

     "Saya telah mendapatkan undangan dari Duchess Eliza Hekkins, untuk menghadiri perjamuan teh malam ini di kediamannya, Yang Mulia. Jadi, saya tidak bisa menyambut kedatangan mereka ke istana apalagi sekadar berbincang."

     Sang raja mengernyitkan dahi. "Benarkah? Istri Duke Mark Hekkins mengundangmu?" Ratu Virginia mengangguk.

     "Padahal aku juga mengundang beliau ke istana. Tidak tahu kalau istrinya mengundangmu kesana."

     Raja Darwin terkekeh renyah bila membayangkannya. Sementara Ratu Virginia memutar kedua bola matanya.

     Suara debum pintu pun terdengar. Memperlihatkan seorang pria muda berambut keriting  keorenan dengan setelan jas non resmi kerajaan yang berwarna biru pekat, melangkah santai menuju sepasang suami istri tersebut. Dia tersenyum manis kepada keduanya, hingga lekuk pada pipi terlihat sehingga menambah kadar ketampanan pria muda satu ini. Serta kedua netra hijaunya mengerling-ngerling.

     "Oh ... kemarilah jagoan ayah."

     Pria muda itu merekah bibir tinggi-tinggi. Lalu menyambut uluran lengan sang ayah dan kemudian berpelukan, menepuk punggung  satu sama lain. Setelahnya mereka berdua mengurai pelukan, lalu melakukan tos melalui kepalan tangan mereka masing-masing.

     "Charles, bagaimana dengan perjalananmu?"

     "Sangat menyenangkan, Ibu. Aku bisa melihat keindahan kerajaan Ackerley dari berbagai sisi."

     Pangeran Charles dengan wajah berseri-seri menghampiri, lalu mengecup pipi kanan-kiri sang ibu. Ratu Virginia tersenyum tipis, mengelus wajah sang anak yang begitu mirip, malah  semua gen genetik diwarisi olehnya.

     Raja Darwin lantas terkekeh seraya berkata, "Baguslah. Dengan begitu kau akan mudah mengenali wilayahmu dan menjadi penerus takhta berikutnya, nak!" Dia meninju pelan lengan putranya. Pangeran Charles turut terkekeh.

     "Belum saatnya, ayah. Aku baru berusia 27 tahun. Lagipula ayah masih memegang takhta kerajaan sampai masa kekuasaannya habis."

     "Lalu di usiamu yang tak lama lagi menginjak kepala tiga. Apakah ada niatan untuk menikahi gadis bangsawan?" Akhirnya giliran Ratu Virginia yang bersuara. Menatap lamat mata putranya. Hijau bertemu dengan hijau.

     "Tentu saja, ibu. Aku akan menikahi Lady Morain Hekkins dalam waktu dekat ini."

     Begitu mendengar pernyataan tersebut Raja Darwin terkekeh. Kekehannya semakin melengking. Ratu Virginia hanya memelotot kepada Pangeran Charles.

     "Apa?"

     "Oh ya ampun. Kebetulan macam apa lagi ini? Keluarga Wallenscoot mendapati diri mereka membahas seputar keluarga Hekkins dalam satu waktu. Sungguh tanpa  diduga-duga," ujar sang raja berusaha menahan tawanya.

     Sang ratu hendak menyela, bertanya bagaimana bisa Pangeran Charles memiliki seorang calon dan kenapa tidak memberitahu  hal tersebut sejak awal. Charles memang terkenal sebagai pangeran yang tampan dan  berkepribadian hangat di antara gadis-gadis bangsawan. Tak jarang, banyak gadis bangsawan yang luluh dan berkeinginan menjadi ratunya kelak.

     Namun, tak disangka Pangeran Charles yang notabenenya perjaka dan tidak punya maksud untuk mengencani satu gadis pun berkeinginan untuk menikah?

     Sebelum sang ratu bertanya, Pangeran Charles sudah lebih dulu mengalihkan obrolan.

     "Omong-omong soal keluarga Hekkins. Aku sebenarnya mau mengatakan kepada kalian berdua bahwa anggota-anggota kerajaan sudah berada di istana sekarang."

     Tawa sang raja kian berhenti. Lantas menegakkan badan. Kemudian memasang pembawaan penuh wibawa. "Baiklah. Karena pertemuan ini cukup penting. Kau juga ikut, Charles. Sekalian menggantikan pendampingku yang sedang sakit."

     Pangeran Charles lantas membusungkan dada. Raut wajahnya mulai  terlihat serius seraya membungkukkan badan.  "Sesuai dengan perintahmu, Yang Mulia."

     Mereka berdua berjalan bersisian menuju ke ambang pintu, meninggalkan Ratu Virginia yang menggeleng-geleng kepala. Dia tersenyum geli melihat sikap suami dan putranya yang begitu kompak. Padahal tadi saja mereka bersikap hangat selayaknya seorang ayah dan anak kemudian kembali  bersikap formal  selayaknya Raja dan Pangeran.

     Ratu Virginia lantas menyusuli mereka, dan menyempatkan diri untuk menyambut para bangsawan sebelum bisa pergi menghadiri perjamuan teh nanti malam.

***

***

     Raja Darwin Wallenscoot, mengundang para anggota kerajaan alias para bangsawan untuk mendiskusikan banyak hal mengenai perkembangan dari wilayah kekuasaan mereka masing-masing di kerajaan Ackerley. Secara geografis kerajaan Ackerley  terletak di bagian paling selatan negara inggris. Dan separuh besar kepulauan tersebut merupakan wilayah kekuasaan inggris.

     Sementara separuh kecilnya adalah bagian dari Ackerley, yang termasuk ke dalam negara berwilayah kekuasaan sempit. Ditambah ada pertimbangan besar untuk memperluas wilayah kekuasaan dengan melakukan diplomasi terhadap negara tetangga.

     "Salam, Yang Mulia.Terima kasih telah mengundang kami untuk pertemuan kali ini."

     Raja Darwin mengangguk di singgasananya tak lupa ditemani Ratu Virginia dan Pangeran Charles duduk tepat di sisi kanan-kiri sang raja.

     Perwakilan anggota kerajaan itu kembali membungkuk  diikuti tiga anggota kerajaan di belakang.

     "Terima kasih juga kepada, Baginda Ratu dan Putra Penerus Takhta  turut menyambut dan menerima kami semua dalam pertemuan kali ini." Ratu Virginia dan Pangeran Charles mengangguk secara bersamaan di singgasana masing-masing.

     Tak lama berselang, usai sang raja memberitahu tabiatnya mengundang para bangsawan ke istana. Seorang pegawal kerajaan tiba-tiba memasuki ruangan sembari membawa  sebuah gulungan perkamen.

     "Yang Mulia, seseorang baru saja mengirimkan surat kepada Anda."

     "Dari siapa, pengawal?"

     "Saya tidak tahu pasti namanya. Tapi dia mengaku sebagai kerabat Anda."

     "Baiklah. Serahkan surat itu nanti di ruang rapat, pengawal."

     Pengawal tersebut membungkuk, kemudian meninggalkan ruangan singgasana.

Mereka semua akhirnya berpindah lokasi ke ruangan rapat khusus kerajaan. Sementara Ratu Virginia lekas pamit dari istana menuju kediaman Keluarga Hekkins dengan kereta kuda.

***

     Dari jendela kereta, terlihat langit berubah oren kemerahan, beberapa saat langit kemudian berubah biru keunguan begitu matahari tenggelam di sudut cakrawala. Roda-roda kayu berdecit menyentuh permukaan tanah, hentakan kaki kuda mengetuk-ngetuk kencang sepanjang perjalanan. Semilir angin mengelus lembut wajah sang ratu dari balik jendela yang terbuka lepas. Hawa dingin pun kian terasa, Ratu Virginia semakin mengerat jubah tebal pada tubuhnya.


     Setelah menghabiskan waktu selama berjam-jam dan langit yang sudah menggelap. Ratu Virginia yang tertidur di kereta sontak membelalakkan mata. Tubuhnya terdorong ke depan, nyaris menubruk bangku di hadapan. Kereta kuda mendadak berhenti.

     "Pengawal ...  apa yang sedang terjadi?" tanya sang ratu masih terkejut.

     "Maaf, Yang Mulia. Jalan kita terblokir dengan pengguna jalan lain," teriak pengawal dari kemudi depan. Ratu Virginia dengan penasaran langsung turun dari kereta sembari merapatkan jubahnya. Dia berjalan anggun, menaikkan dagu tanpa meninggalkan rasa wibawa sedikitpun.

     Di situasi seperti ini, kata panik bukanlah gayanya. Pembawaan yang menenangkan itu, dia sampai dijuluki  "Diamond of the Silence" oleh kalangan  rakyat dan  bangsawan.

Jalan yang dilewati adalah jalan yang menghubungkan akses internal dan eksternal dua wilayah.

     Mengingat bahwa kereta kuda itu baru saja melintasi kawasan hutan belantara sebelum akhirnya tiba di pemukiman daerah sebelah, wilayah kekuasaan Duke Mark Hekkins. Bernama Reakstone. Sang ratu mungkin saja bisa datang tepat waktu di perjamuan teh kalau saja insiden ringan di jalan tidak terjadi.

Dengan pencahayaan remang-remang pada lentera kereta kuda. Ratu Virginia mendapati sebuah gerobak besar  yang ditarik oleh seekor keledai.

     Seorang pria berbadan tegap, berpostur besar turun dari kemudinya begitu mengetahui bahwa seorang wanita yang dipuja-puji seluruh negeri tersebut tengah berdiri di hadapannya. Seseorang itu mengucek-ngucek mata, memperhatikan lamat Ratu Virginia dari bawah ke atas.

     "Salam, Yang Mulia. Saya tidak tahu kalau kereta kuda ini ternyata membawa Anda," ujarnya seraya membungkuk hormat. Pria itu lantas melepaskan topi koboi miliknya.

     Ratu Virginia mengangguk pelan. Kemudian merotasi sepanjang jalanan itu, ternyata jalan yang mereka lewati hanya dapat diakses satu arah. Pantas saja jalannya terblokir lantaran akses jalan yang tidak memadai. Ratu Virginia berdeham.

     "Maafkan saya Tuan. Bisakah Anda memutar balik gerobaknya? Saya ada urusan penting di Reakstone."

     Pria itu tampak tersentak, menggaruk-garuk kepalanya.

     "Tapi, Yang Mulia saya tidak bisa putar balik begitu saja. Saya harus mengantarkan barang bawaan ke Finlein segera," imbuhnya lagi sambil menunjuk tumpukan jerami di gerobak.

     Ratu Virginia memicingkan mata tajam. Fokusnya teralihkan ke bagian pergelangan tangan pria tersebut. Sebelah sarung tangan tersingkap sedikit dan memperlihatkan sebuah goresan hitam yang berbentuk kalajengking. Malah seperti sebuah simbol.

     Pria itu menurunkan telunjuknya, lalu menghadap ke sang ratu. Ratu Virginia mengernyitkan dahi. Mengingat apa yang dikatakan pria di depannya barusan.

     "Kalau boleh tahu, Tuan membawa muatan itu berasal dari mana? Dari Reakstone? Sebetulnya saya tak pernah melihat penduduk Finlein menerima barang kiriman dari penduduk Reakstone. Kecuali adanya pihak dari Reakstone yang mengirimkan beberapa pengusaha untuk berbisnis di Finlein menjelang musim semi nanti."

     Pria tegap itu menelan air liur pahit. Finlein, wilayah kekuasaan Marquis Rupert Quill, sebagai pusat ekonomi dan perdagangan Ackerley setiap menjelang musim semi akan mengadakan bazar besar-besaran dalam rangka festival musim semi yang diikuti oleh perwakilan tiap-tiap daerah termasuk Reakstone. Dan musim semi baru tiba pada bulan Maret mendatang.

     Ratu Virginia tahu, Finlein yang terkenal maju dalam perekonomian dan juga kaya akan sumber daya alam tidak mungkin meminta daerah sebelah mengirimkan sumber daya alam mereka. Contohnya jerami. Jerami di Finlein banyak. Melimpah. Kenapa pula pria tersebut ingin membawa tumpukan jerami ke sana?

     Pria tegap itu terbata-bata hendak membuka mulut. Sepintas walau terdengar samar-samar, terdapat suara erangan dari balik gerobak tersebut. Alis sang ratu terangkat dan hendak meminta salah satu pengawal untuk memeriksanya. Namun, pria itu buru-buru berkata.

     "Baiklah, Yang Mulia. Saya akan putar balik seperti yang Anda perintahkan." Lalu tanpa membutuhkan waktu lama, gerobak yang ditarik keledai itu berbalik arah. Berjalan cepat meninggalkan kereta kuda kerajaan di belakang. Hingga tidak menunjukkan tanda-tandanya lagi.

     Ratu Virginia menggeleng-geleng, kembali naik ke kereta. Kemudian kereta kuda kerajaan itu melesat, membelah hutan belantara. Sang ratu masih terperangah, masih mengulang-ngulang kejadian yang dilihatnya di kepala sampai kereta tersebut sudah memasuki perbatasan Reakstone dan berakhir meleburkan bayang-bayang tersebut seketika.

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

2M 315K 69
Kapan nikah??? Mungkin bagi Linda itu adalah pertanyaan tersulit di abad ini untuk dijawab selain pertanyaan dimana sebenarnya jasad I Gusti Ketut Je...
Anak Buangan Duke Od Luna

Historická literatura

33.4K 5.9K 17
[Brothership story!] "Padahal hanya anak buangan, tapi kamu seolah memiliki kuasa seperti seorang raja!" Kalimat itu ditujukan pada Arthevian Montros...
Ken & Cat (END) Od ...

Historická literatura

7.2M 766K 53
Catrionna Arches dipaksa menikah dengan jenderal militer kerajaan, Kenard Gilson. Perjodohan yang telah dirancang sejak lama oleh kedua ayah mereka...
1M 93.2K 71
Seorang gadis berumur 17 tahun. meninggal karena tertabrak Lamborgini. ya, sangat elit memang. bisa bisanya ia tertabrak dengan Lamborgini. gadis itu...