I'm Your Psycho [feat Yeonjun...

By NagiNear

13.9K 2.6K 695

Azura Canceria seorang gadis yang mengidap anxiety disorder namun harus membuka lembaran baru dengan menerima... More

Penjelasan Medis
[Prolog] Evil's Symphony
[Bab 1] Evil's Smile
[Bab 2] Alldaylong
[Bab 3] You Can't Stop Me
[Bab 4] Lie
[Bab 5] Camaraderie
[Bab 6] Burning Like Fire
[Bab 7] The Red Shoes Prince
[Bab 8] Monster
[Bab 9] The Queen And Her Daughter
[Bab 10] Iridescent
[Bab 11] Solitude
[Bab 12] Ethereal
[Bab 13] Mi Amor
[Bab 14] Falicity
[Bab 15] Tacenda
[Bab 16] Surreptitious
[Bab 17] Blind
[Bab 18] Waltz With Devil
[Bab 19] Sycophant
[Bab 21] Kalopsia
[Bab 22] Purple Rose
[Bab 23] Limerence
[Bab 24] Adrenaline
[Bab 25] Hallucination
[Bab 26] Crescendo
[Bab 27] Devil's Egoista
[Bab 28] Tristitia
[Bab 29] Psyche
[Bab 30] Cariรฑosa
[END 31] Fรผr Elise
[Epilog] Evil's Symphony
Penutup Dari Nagi

[Bab 20] Bastard!

322 68 15
By NagiNear

"Aku ingin mendominasi duniamu
jadi aku akan menghancurkan
siapapun yang mengganggu.
Adu domba adalah hal paling
menarik saat lawan hanya mampu
mengangkat tinju tanpa
pernah berpikir.

Pada akhirnya aku yang akan
menjadi pahlawanmu, bukan
orang lain."

....

****

“Apanya yang anggota DS, dihajar satu orang saja sudah babak belur,” bisikku sambil mengoleskan salep luka pada sisi wajah Virgo.

Dia hanya diam saja sejak tadi entah karena merasa benci atau kalah, selama beberapa detik mengobatinya tidak kudengar suara mengeluh kesakitan, dia benar-benar begitu tenang dalam kesunyian.

“Apa kau baik-baik saja?”

“Iya.”

Perlahan kuoleskan salep luka pada ujung bibir Virgo, kasihan sekali, bagaimana jika Paman Logan sampai melihat kondisi wajah Virgo? Dia bisa dituduh berkelahi atau melakukan hal-hal buruk di sekolah.

“Bukankah bibirku indah?”

Ha?

Tanganku sontak berhenti saat akan mengoleskan lagi salep luka, apa-apaan sekali kalimat yang dia ucapkan barusan, bibir indah?

“Apa maksudmu?” ucapku mengalihkan wajah dengan ekspresi geli.

“Banyak orang mengatakan kalau bibirku sangat indah, semua orang menginginkannya, apa kau tidak pernah berpikir begitu?”

Menginginkannya? Ambigu sekali.

“Mereka memuji karena tidak tahu seperti apa perilakumu yang sebenarnya.”

“Benarkah?”

Bisik Virgo dengan pelan di dekat telingaku, sontak kepala ini bergerak menjauh, gila, apa yang dia lakukan? Bicara terlalu dekat di telinga persis seperti suara alunan lembut tapi menggelikan, merinding sekali.

“Astaga, berhenti melakukan ini!”

Dia hanya tersenyum seakan tidak pernah melakukan kesalahan, orang mesum ini benar-benar menyebalkan, jika bukan karena wajahnya sudah terlanjur babak belur oleh Yohan pasti sudah kutambah menjadi lebih banyak.

Lagipula untuk apa Yohan datang? Apakah dia ingin menjelaskan kejadian waktu itu?

Tadi tanganku sempat memukul Yohan, apakah terlalu berlebihan? Kalau dipikir-pikir aku melakukan itu demi siapa? diriku sendiri atau Virgo.

Pada kenyataannya aku masih merasa takut, tidak peduli seberapa keras mencoba tetap saja aku lari dari masalah.

“Apa kau baik-baik saja, Azura?”

“Iya, aku baik-baik saja.”

“Tapi tanganmu bergetar.”

Kuangkat kepalaku saat memastikan secara langsung bagaimana Virgo mengamati setiap gerak-gerik tangan ini, mencari plaster luka di dalam kotak pertolongan pertama seperti ketakutan, dia terus menatap lekat-lekat dengan sorot tidak menyenangkan.

“Kau masih merasa takut, Azura.”

Tanpa sadar aku mulai merasakannya sedikit getaran di dalam hatiku seakan berkata kalau pertemuan dengan Yohan setelah kejadian waktu itu memang membawa dampak buruk.

Memastikan agar tetap terlihat tenang, aku mendongak sejenak ada televisi yang menyala tapi jauh di dalam hatiku seperti diisi oleh lingkaran hitam yang menelan satu-persatu ketenangan.

“Kau memang pantas marah, dia melakukan kesalahan fatal dengan melakukan hal buruk padamu. Mengapa kau bisa bertemu orang seperti dia? Padahal kau berhak disayangi oleh seseorang yang jauh lebih baik.”

Kata-kata Virgo seakan hangus tak tersisa bersama kenyataan, dia benar, siapapun berhak untuk hidup bersama seseorang yang menyayanginya dengan tulus termasuk aku.

“Ingat apa yang sudah dia lakukan padamu? Padahal sudah jelas kalau dia lebih menyukai Roana tetapi dia tetap tidak tahu diri dan memintamu untuk memaafkannya. Azura, aku sangat ingin melihatmu bahagia, jadi tolong jangan terlalu banyak memberi mereka kesempatan … jangan pernah maafkan mereka.”

Hatiku terasa kosong.

Tatapan ini mulai beralih ke arah lain dari tayangan berita di televisi, tanganku meraih beberapa plaster luka, tanpa banyak bicara segera kutempelkan beberapa benda itu pada sisi wajah Virgo.

Memikirkan Yohan hanya akan membuat hatiku menjadi tidak karuan, sebelum efek-efek buruk kembali berdatangan kuusahakan agar tetap baik-baik saja.

Kata demi kata dari televisi semakin keras tatkala tak ada satupun dari kami yang berbicara, kisah kelam ternyata terjadi pada hari ini, seorang pembaca informasi mengatakan bahwa buku yang akan diadaptasi menjadi film dibatalkan jadwal penayangan.

“Buku milik ayah dibatalkan jadwal penayangan?” gumamku.

Perlahan kubesarkan volume televisi, ternyata benar, film itu akan diundur jadwal penayangan selama dua bulan, mengapa bisa terjadi?

“Dikarenakan editor penting dari cerita tersebut mengalami kemalangan, dia dirawat ke rumah sakit karena luka di kepala.”

Kedua mataku terbelalak menyaksikan sebuah foto terpasang pada layar, seseorang mengalami kemalangan, lelaki tak dikenal memukul kepalanya dengan tongkat kayu.

“Sialan.”

Tiba-tiba saluran televisi berubah menjadi hitam total tanpa ada suara atau gambar, ternyata Virgo meraih remot di atas meja, memutus setiap perkataan dari pembawa acara kendati aku sudah terlanjur melihat sebuah foto yang terpasang di layar.

Kedua mata sayu, pipi tembam dengan kulit putih, saat melihat lekuk dari wajah itu selalu berakhir dengan sebuah ingatan yang selalu ingin kulupakan.

Thod Herderson.

Entah mengapa nama pria itu langsung terpasang jelas di atas keningku, tidak, mengapa dia bisa muncul di berita? Mengapa aku harus melihatnya lagi?

Dia selalu muncul di dalam benakku setiap saat, setiap malam seperti mimpi buruk.

Tubuhku langsung terasa sakit mengingat setiap cengkraman kuat dari kedua tangannya, jari-jari itu masih terekam dengan jelas saat merobek kain yang membalut tubuh masa kecilku.

Dia disakiti tetapi masih hidup, dia memang selalu hidup dengan kebahagiaan, orang-orang seperti dia selalu hidup tanpa mengingat apa yang sudah dilakukan.

Napasku mulai terasa sesak tatkala jantungku berdebar seperti dihantam berkali-kali, suara-suara seakan masuk ke dalam telingaku terus mengulang-ulang di dalam otak tanpa henti.

“Azura, apa yang terjadi?! Hei!”

Bagaimana kalau orang itu datang lagi? Bagaimana kalau aku bertemu dengan orang-orang seperti dia lagi? Bagaimana kalau kejadian waktu itu akan terulang lagi? Bagaimana kalau orang-orang sampai mengetahuinya lalu mengolok-olokku?

“Aku tidak melakukan apapun, aku tidak akan keluar dari kamarku, tolong hentikan, hentikan! Hentikan! Hentikan!”

Tiba-tiba seluruh pandangan berubah menjadi gelap, sebuah kain jatuh di atas kepalaku bersamaan dengan kehangatan aneh yang tidak pernah diduga, kepala ini jatuh untuk bersandar pada tempat misterius di hadapanku.

“Azura, tenangkan dirimu! Astaga.”


Seluruh tubuhku terasa sakit sekali.

Bisik suara Virgo terdengar kian jauh seperti gelombang air laut, samar-samar dapat kurasakan cengkraman dan pelukannya yang sangat erat, teriakan lolos sambil memanggil nama Bibi Sienna namun semua tetap terasa seakan aku tengah bermimpi.

Semua berubah menjadi begitu gelap tanpa ada cahaya, suara nyanyian Ibu merasuki alam bawah sadarku bersama pemandangan rumah lama, ada Ayah di sana, dia tersenyum namun bersanding dengan Kakak Pengasuh.

Aroma parfum terus tercium setiap aku menarik napas, pelembut pakaian atau white musk meresapi setiap celah-celah ketakutan, dia terus berkata kalau aku tidak sendirian lagi, masa-masa pada rumah yang sunyi lalu kebisingan di malam hari tidak akan terjadi lagi.

Namun seluruh isi hatiku terasa sangat berat, tubuhku terasa sangat berat.

****

Cookies 1

“Sialan, kenapa orang berengsek itu masih saja bertahan hidup.”

Virgo mendesis, mengambil langkah di atas tangga menuju lantai satu sambil membawa tas besar berisi pakaian, lelaki itu dihantam oleh ribuan rasa kesal hingga membuat kepalanya terasa begitu panas. Rumah sakit, dia sangat marah harus mengetahui Azura dibawa ke rumah sakit.

“Harusnya dia mati saja.”

Butuh waktu lama agar Azura benar-benar sadar, Virgo harus menghabiskan waktu dua jam hanya untuk melihat gadis itu sembunyi di balik selimut, dia tetap murung meski sudah minum obat pemberian dokter.

Hannah juga berkali-kali harus meluangkan waktu untuk melihat kondisi Azura, walau selama beberapa jam lalu dia tetap bungkam tak banyak bicara.

Akhirnya gadis itu menangis sampai terlelap dalam mimpi akibat obat tidur.

“Orang-orang yang pantas mati memang selalu saja seperti itu, diberi kebahagiaan dan hidup dengan enak sambil terus menyakiti orang lain, Thod Henderson atau Yohanes Sebastian keduanya lebih baik mati, sialan.”

Sumpah serapah terus meluncur dari bibir Virgo, siapapun tahu kalau dia tidak akan berhenti mengatai kedua nama itu sampai mereka benar-benar remuk di depan matanya.

Ah, kalau dipikir-pikir hari ini wajahnya juga memar akibat Yohanes.

Virgo masih sangat ingat saat dia menemukan lelaki itu berdiri di dekat gerbang tatkala menunggu Azura keluar dari area sekolah, beruntung Virgo keluar lebih dulu untuk memastikan apakah supir mereka telah datang.

Dia menyaksikan Yohanes sedang bertanya pada beberapa murid mengenai letak kelas Azura.

Tentu saja Virgo langsung menghampiri.

“Hei, apa yang kau lakukan di sini?” tanya lelaki itu seraya mengumbar senyum, menciptakan skrip drama dalam pikirannya.

Yohanes mencoba agar tidak terusik dengan kehadiran Virgo, dia berkelit dan menatap sekeliling hanya demi menghilangkan fokus namun sayangnya Virgo benci jika tidak dipedulikan.

“Apa kau datang ke sini untuk menemui Azura?”

Tanpa sadar langkah kaki Yohanes keluar dari area sekolah, berjalan di ubin setapak dengan pohon-pohon pada sisi kanan dan kiri sebagai pembatas, mencoba lari dari Virgo ataupun racun yang dia lontarkan.

“Oh, apa kau tahu? Azura meminta putus dariku.”

“Berhenti bicara dasar sampah!”

Virgo tersenyum tipis atas tanggapan kesal dari Yohanes, “Dia meminta putus dariku setelah tahu kalau aku dan Roana bekerjasama untuk memisahkan kalian berdua, dia jadi sangat membenciku, tapi aku harus bagaimana? Aku masih mencintai Azura sedangkan Roana sangat menyukaimu, kami tidak memiliki pilihan selain membuat kalian putus.”

Tertegun selama beberapa saat, Yohanes mencerna setiap rangkaian kata dari bibir Virgo seperti Putri Salju memakan apel beracun secara suka hati.

“Tolong maafkan Roana dan aku.”

Seketika lelaki itu hangus terbakar atas segala rasa kesal, dia menguras habis kesabaran yang sudah ditimbun susah payah.

“Maaf? Jadi kalian berdua sudah membodohiku?”

“Iya, maaf, aku hanya ingin kami bisa kembali seperti dulu, terlebih lagi kau sering menghabiskan malam dengan Roana, tanpa sadar aku gelap mata dan menganggap bahwa Azura tidak pantas untukmu, jadi kami membuat kesepakatan agar memisahkan kalian. Tapi sekarang aku menyesal, Azura menjadi sangat membenciku.”

Raut wajah Virgo perlahan dihiasi oleh rasa penyesalan, memancarkan bagaimana caranya bersimpati tanpa perlu merangkai kata-kata.

“Aku tidak bisa menolak ajakan Roana, dia berkata kalau Azura bisa kembali padaku jika membuat kalian berpisah, dia juga berkata … kau seharusnya bersamanya bukan bersama Azura.”

Sejurus kemudian Yohanes menghantamkan tinju ke wajah Virgo, menciptakan lebam-lebam di wajah yang sangat dikagumi oleh semua orang.

Sampai jejak-jejak dari kehadiran Azura terlihat dari ujung mata Virgo, dia tetap membiarkan Yohanes memukul hingga dia menghantam pohon di belakangnya, berpura-pura lemah agar gadis itu semakin pilih kasih.

Perlahan tangannya meraih ranting tajam, antisipasi jika Azura mengalami serangan panik seperti biasa maka dia akan langsung menusuk Yohanes apapun risikonya.

Siapapun mungkin tidak tahu, dia tersenyum senang, dia berdebar-debar penuh kebahagiaan saat Azura menampar Yohanes, ditambah lagi dia justru mendapat bonus bisa menggenggam tangan Azura sepanjang pulang sekolah.

Dia sudah menang dari Yohanes, siapapun tahu itu.

Virgo menoleh sesaat hanya untuk memastikan seberapa compang-camping keadaan Yohanes sekarang ini, dia ingin tertawa di atas penderitaannya tatkala lelaki itu benar-benar kacau.

Selamat tinggal, pencudang.






TBC

Ini bab yang bikin aku
dilema waktu nulis percakapannya, tentang gimana cara Virgo
buat manipulasi sekaligus ngadu
domba Yohanes sama Roana.

Ditambah percakapan dia manas-manasin Azura
buat nggak maafin Yohanes
(mastiin supaya mereka nggak berkomunikasi lagi)

Itu bikin bingung banget 🙂

Sampe sekarang aku agak ragu karena takutnya kurang greget hehe.

Continue Reading

You'll Also Like

751K 9.8K 24
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
87.3K 8.3K 31
Mengukir kupu-kupu adalah hobinya. Kupu-kupu dengan warna merah adalah kesukaannya. ๐—”๐—ฟ๐˜๐—ต๐—ฎ ๐—ฉ๐—ผ๐—น๐—ธ๐—ฒ๐—ฟ, laki-laki berambut seputih salju yang d...
20K 1.9K 23
Rasa apa ini sebenarnya? Apa selama ini Letnan Kim Jiwon dan Kapten Song Joongki salah paham pada situasi? โ—terinspirasi oleh drama Descendants of T...
6.8M 285K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...