HELP [Tamat]

By TintaBiru26

303K 23.5K 2.9K

Aksa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hidupnya hanya di isi dengan luka,kecewa dan air mata. Dirinya... More

Kilas balik
Tokoh
Awal dari semuanya
Keluarga baru Dika
keluarga baru Mona
Doa Arya
Terlambat?
Pingsan
Ikut senang
Alergi
Amarah
perundungan
khawatir
Sendirian
hal yang tak di inginkan
Aksa atau Rayyan?
bagaimana caranya?
Darren
haruskah?
andai Dika tau
Rencana tuhan
kenapa selalu aku?
Pertanda?
Sakit.
kenapa?
Harus kemana?
yang selalu ada
Haruskah berkorban?
haruskah berkorban? 2
jadi seperti ini rasanya?
Rasa yang tak biasa
Birthday Keenan
niat menolong
belum usai
Rayyan
sama-sama tumbang
tidak ada rasa kasihan
istirahat sejenak
Trauma
Kecewa
Sekedar Info
Bullying
di pendam sendiri
ternyata?
salah?
pertanda? 2
Kesakitannya
amarah?
berhenti berdetak?
Arka Bodoh
Mimpi dan kabar baik
satu kesakitannya terbongkar
tawanya
aku lagi?
siapa sebenarnya Calista?
Pergi.
jadi?
berawal
menyesal?
mulai mencari?
menghilang bak di telan bumi.
Baru
Dami-nya Rio
Akhir?
kepergiannya
Selesai
Good Bye
Cerita baru
GaReNdra
Baca dulu yukk

sama-sama takut

3.2K 327 30
By TintaBiru26

HALO.

SELAMAT MALAM.


Keenan di buat mencak-mencak akibat keputusan final kepala sekolah. Dirinya di skorsing selama tiga hari. Bagaimana caranya ia berbicara ke Dika maupun Calista. Mereka pasti akan marah besar.

"Ck, Marvin sialan. " Keenan memukul apa saja yang ada di dekatnya. Wajahnya memerah, urat-urat lehernya begitu menonjol.

Walau sekolah ini milik Dika, tapi tetap saja. Keenan tidak sebebas itu.

"AGRRHHH!" Keenan menjambak rambutnya dengan kasar namun setelahnya meringis pelan. Bibirnya yang lebam itu terasa berdenyut setelah Keenan mengerang.

"Ahh,shh..." ia mencekal ujung bibirnya dengan perlahan. Belum cukup sampai disitu, Keenan kembali memukul apa saja yang ada di dekatnya. Membuat Aksa yang tengah terduduk tidak jauh dari Keenan berada, berusaha bangkit dengan sebelah tangan yang mencengkeram kuat pinggang sebelah kanannya.

Berhasil. Aksa berhasil bangkit, walau sedikit kesusahan. Dengan langkah pelan, Aksa menghampiri Keenan. Sesekali, wajah Aksa terlihat seperti menahan ringisan.

"Agrhh..." erang Keenan, lelaki itu masih melakukan aktivitasnya.

"Keenan sudah cukup. Tangan kamu bisa luka." ucap Aksa berusaha meraih tangan Keenan, mengabaikan rasa sakit yang semakin menjalar dari pinggang ke punggung dan sekarang rasa sakit itu menjalar ke dada. Membuat nafas Aksa sedikit memberat.

"Gua gak peduli, gua cuma mau Marvin di hukum atau bahkan di keluarkan dari sekolah. Dia yang salah, kenapa harus gua yang di hukum?"

"Bukan kamu saja Keenan, tapi kita berempat. Marvin, Narren bahkan Aksa pun ikut di skorsing. Keenan tidak sendirian. Kita harus menerimanya karena disini bukan siapa yang salah dan siapa yang benar. Kita melanggar peraturan sekolah untuk tidak berkelahi."

"Gua harus bilang apa ke papa Sa? Gua takut, gua takut. Papa pasti marah besar." lirih Keenan, kepala itu tertunduk perlahan. Ia jadi tidak ingin pulang.

Dengan perlahan, Aksa meraih tangan Keenan. Menggenggamnya dengan lembut setelah itu mengangkat bicara. 

Aksa menggeleng pelan, "Jangan takut Keenan. Aksa yakin, ayah Dika tidak akan marah. Ayah Dika begitu menyayangi Keenan. Kalau ayah Dika marah, coba jelasin pelan-pelan. Aksa yakin, Ayah Dika tidak akan marah lagi. "

Keenan menghempaskan tangan Aksa sedikit kasar. "Lo enak bisa bilang begitu karena lo gak akan kena marah papa. Gak usah sok untuk nenangin gua. Yang ada, bukan nya tenang. Pikiran gua makin kacau gara-gara lo." ucap Keenan dengan nafas yang sedikit memburu.

Aksa menunduk, "Aksa memang tidak akan kena marah ayah Keenan. Tapi, jangan lupakan ibu. Ibu mungkin akan marah lebih besar, jika ibu mengetahui Aksa di skors cuma gara-gara berantem. Aksa tidak tahu, nasib Aksa setelah ini akan seperti apa." Ingin sekali Aksa mengatakan itu. Tetapi, tidak bisa. Suaranya selalu saja terpendam.

Kalau boleh jujur, sedari tadi yang Aksa fikirkan adalah keadaannya nanti setelah Aksa memberitahu Mona. Dan fikirannya itu yang akan mengendap di dalam kepala.

"Lo bebas Sa. Karena gak ada yang sepeduli itu sama lo. Sementara gua, mereka peduli. Mereka ingin gua sekolah tinggi-tinggi. Kalau udah seperti ini, apa yang harus gua lakuin? Heum?"

"A---" belum sempat Aksa mengangkat suara, suara Keenan terdengar lebih dulu.

"Berhenti berbicara, karena suara lo itu gak gua inginkan Aksa. Yang gua inginkan adalah, gimana caranya agar papa tidak marah setelah tahu kabar ini."

Hening.

Keduanya sama-sama terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga suara rintihan keluar dari celah bibir Aksa. Keenan mendengar itu, namun ia tidak peduli.

"Akhh, sshh...hah..." Aksa menggigit kuat-kuat bibir bawahnya dari dalam.

Dapat Keenan lihat dari ekor matanya. Aksa, lelaki itu tengah berusaha meredam rasa sakit dan berusaha menahan rintihan. Tapi Keenan tidak peduli, walau di hati kecilnya, ingin sekali ia mendekat dan bertanya ada apa.

Setelah menatap Aksa dengan sedikit lama, akhirnya Keenan memutuskan untuk berlalu. Meninggalkan Aksa sendirian.

Aksa yang melihat itu, hanya menatap punggung Keenan yang semakin menjauh itu dengan tatapan mata seolah mengisyaratkan memohon pertolongan.

"Aggrrhh..." Akhirnya, rintihan itu tidak dapat Aksa tahan. Ia merintih kuat-kuat. Beruntung, disini sepi, hanya ada dirinya sendiri. Aksa memejam, rasa sakit itu semakin mendominan. Saking sakitnya, bahkan Aksa tidak sadar, air matanya mengalir dari kedua ujung matanya.

*********

Keenan meremas tas sekolahnya erat-erat. Mengapa dirinya jadi gugup seperti ini untuk memasuki rumahnya? Memikirkan apa yang akan terjadi kepada dirinya di dalam sana. Ini untuk pertama kalinya ia berbuat cacat selama hidup bersama Dika.

Cklek!

Keenan buru-buru menundukkan kepala saat seseorang membuka pintu  dari dalam sana.

"Hah, Astaga!" pekik orang itu,  terkejut saat membuka pintu.

"Aishh, Keenan. Lo ngagetin tau gak. Lagian ngapain sih, pulang sekolah bukannya masuk malah berdiam diri di depan pintu. Untung gua yang keluar, coba kalau mama. Gak tau dah, nasib mama bakal kaya gimana." omel orang itu, yang tak lain adalah Zaidan. Lelaki itu keluar hendak mengambil laptopnya yang ketinggalan di dalam mobil.

Zaidan di buat mengernyit saat Keenan tak membalas ucapannya. Yang Zaidan lihat, Keenan. Adiknya itu tengah tertunduk tanpa bergerak sedikit pun.

"Ck, Lo cosplay jadi patung atau gimana si? Masuk sana ah. Gua mau lewat."

Tetap, Keenan tak merespon. Zaidan yang penasaran segera mengangkat tangan hendak, mengangkat dagu Keenan. Namun, Keenan mencegahnya.

"Ck, Lo apaan si? Lo kenapa? Gak jelas banget dah."

Zaidan benar-benar di buat bingung. Keenan yang ada di hadapannya kali benar-benar berbeda.

"Ck, angkat dagu lo bego. Lo kenapa?" Zaidan di buat kesal saat Keenan tak meresponnya untuk yang kesekian kali.

Zaidan mengangkat dagu Keenan. Berhasil, wajah itu, wajah adiknya berhasil Zaidan tatap. Namun, apa-apaan ini? Kenapa wajah adiknya di penuhi luka lebam seperti ini?

"Oh ya tuhan Keenan. Lo kenapa bego. Ishh. Kenapa bisa begini, ah lo mah." Zaidan di buat ketar-ketir saat melihat wajah Keenan.

"MAMAAA...."

Hap!

"Eumhh..."

"Diem bego, kalo mama tau gua babak belur kaya gini. Mama bisa syok dan  marah." Tanpa berperi ke kakak adek-an. Keenan membekap mulut Zaidan.

Plak!

Plak!

Plak!

Zaidan memukuli tangan Keenan yang menutupi akses masuknya pasokan oksigen.

"Hah. Tangan lo bau." ucap Zaidan setelah tangan Keenan berhasil terlepas.

"Ck," Keenan memutar bola matanya malas.

"Lagian kenapa babak belur sih? Lo berantem apa gimana? Hah?" Tatapan Zaidan berubah, dan itu membuat nyali Keenan ciut.

"G-gua---"

"Zaidan, ada apa kok teriak-teria--- oh, ya tuhan Keenan. Ya ampun, ada apa ini? Kenapa bisa seperti ini?"

Mampus, itu suara Calista. Keenan semakin mati kutu di buatnya.

"Ada apa ini? Kenapa bisa seperti ini? Apa yang terjadi Keenan? Hah? Bilang sama mama." Calista menggoyangkan lengan Keenan sedikit kencang. Meminta penjelasan. Ia khawatir. Benar-benar khawatir. Ini untuk pertama kalinya ia melihat wajah Keenan yang babak belur.

"Masuk, sayang. Masuk. Biar mama obati. " Calista, menuntun lengan Keenan pelan. Membawa Keenan masuk, di ikuti oleh Zaidan.

"Kamu tunggu sini, biar mama ambil obat. Luka kamu harus cepat-cepat di obati karena kalau tidak bisa infeksi." Calista buru-buru mengambil kotak p3k, mencari obat untuk mengobati luka Keenan.

"Akh... Pelan-pelan ma, sakit." lirih Keenan saat Calista mengobatinya. Calista serta Zaidan di buat ikut meringis melihatnya.

"Kenapa bisa seperti ini Keenan? Cerita sama mama. Kamu berantem atau apa? Lihat, wajah kamu jadi kotor akibat luka-luka ini."

Keenan menceritakan semuanya tanpa ada yang di kurangi atau di lebih-lebihi. Calista dan Zaidan di buat terkejut akan hal itu. Tak percaya dengan Marvin dan Narren.

"Anak mana yang rela jika ibunya di ancam akan di bunuh ma... A-aku, hanya...jangan bilang papa, aku takut."

Hening.

Baik Calista maupun Zaidan di buat sibuk dengan pikirannya masing-masing. Calista yang memikirkan nasibnya saat itu bagaimana, jika pisau itu menusuk perutnya? Itu tidak hanya mengancam nyawanya, tetapi juga mengancam nyawa bayi yang ada di dalam kandungannya.

Sementara Zaidan, lelaki itu terdiam. Satu nama tiba-tiba terlintas di dalam benaknya. Aksa. Zaidan ingat, saat kejadian di ulang tahun Keenan waktu itu.

'apa anak itu tahu jika ada yang menyalakan mama, makanya anak itu mendorong mama?'

Bukan hanya itu, tetapi...ingatan saat Mona menarik kasar lengan Aksa, ingatan saat Keenan menendang dan memukul Aksa. Tiba-tiba terlintas begitu saja dalam benaknya.

'Apa anak itu kesakitan? Bagaimana keadaanya sekarang?'


Saya gak tau saya ngetik apaan😭

Chapter ini benar-benar gak jelas menurut saya😭

Gak tau ah, otak benar-benar mentok😭

Dalah, nikmatin aja. Nikmat gak nikmat. Tetap nikmatin.

Segini dulu aja ya guys, baibai🤚

Continue Reading

You'll Also Like

28.8K 3.2K 29
Kisah seorang anak laki laki yang selalu dibeda bedakan oleh kedua orang tuanya dengan kedua saudaranya,ia adalah seorang anak yang tidak pernah dian...
42.5K 2.7K 38
[END] Raga tahu, kesalahannya di masa lalu itu sangat fatal. Namun, mengapa? Mengapa harus Ayahnya yang membencinya? Disaat yang dirinya punya hanya...
465K 45.2K 66
Katanya, anak sulung bahunya harus kuat. Katanya, anak bungsu harus jadi penutup yang berbakat. Lantas, anak tengah harus berperan sebagai apa? Katan...
21.5K 3.7K 61
Devano anggara adalah adik kakak yang sama sama memiliki sifat keras kepala dan bertindak sesuka hati yang berujung sebuah penyesalan.