CODE NAME : BUNNY

By lemineraleaqua

35.4K 3.2K 85

(Book one) Dia tak boleh terlihat,, Dia tak boleh terlibat,, Keberadaannya tak pernah ada,, Start : 10 Januar... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Epilog

Chapter 38

547 67 9
By lemineraleaqua

Jungkook memengerjapkan matanya. Pandangannya terasa samar. Disadarinya badannya tengah tegeletak di lantai. Genangan darah terlihat dari luka tembakan di bahunya. Seluruh badannya terasa sakit, terutama lukanya yang terbaru.

Nafasnya sedikit tersengal. Dia mencoba untuk mendudukkan badannya. Tangan dan kakinya yang terikat menyusahkan menopang tubuhnya. Tiba tiba sebuah tendangan menghantam dadanya. Membuatnya terguling guling.

Meludahkan pasir dari lantai kotor yang memasuki mulutnya. Ditelentangkannya tubuhnya. Matanya mencoba melihat sekitarnya.

Ia berada di sebuah ruangan besar yang terbengkalai. Terlihat tumpukan kayu di pojok ruangan. Batu dan karung karung yang entah apa isinya teronggok di beberapa tempat.

Tendangan bertubi tubi kembali datang mendera tubuhnya. Tenaga seolah hilang membuatnya tak mampu melawan. Ia hanya meringkuk melindungi badannya.

Telinganya berdenging. Kepalanya serasa berputar. Tiba tiba ia dipaksa untuk berdiri.

Tali yang mengikat tangannya tertarik ke atas. Ia bangkit dengan susah payah. Menahan ngilu di seluruh tubuhnya.

Tali yang menarik tubuhnya membuatnya berdiri nyaris tak menapak lantai. Pandangannya yang masih buram perlahan kembali. Matanya terpincing terkena sinar matahari yang masuk melalui celah jendela.

Pukulan terasa kembali di perutnya. Entah berapa kali atau berapa lama seseorang itu menghajarnya. Ia sudah tak bisa merasakan tubuhnya. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya mati rasa. Perlahan lahan kesadarannya kembali menghilang.

"Aku takkan membuatmu mati semudah itu Bunny." Ucap lelaki di depannya menampakkan seringainya.

🐰🐰🐰

Letnan Jin Goo memperhatikan dengan seksama layar layar CCTV di depannya. Dibantu dengan beberapa sekuriti gedung teraebut mengawasi hal yang mencurigakan, yang tak biasa terjadi di sana.

"Siapa mereka ?" Tangannya menunjuk pada sekelompok orang yang turun mobil.

Tuan Jung, ketua sekuriti itu melihat layar yang ditunjuk Letnan Jin Goo.

"Mereka adalah gardener yang biasa membersihkan taman depan dan belakang gedung ini. Mereka biasa datang seminggu dua kali. Tapi tadi pagi bukan dari perusahaan yang biasa kita pakai. Sedang ada masalah internal di dalam perusahaan itu, jadi kita memakai perusahaan yang baru. Aku juga belum begitu mengenal mereka."

Letnan Jin Goo melihat waktu yang tertera di monitor itu. Pukul delapan pagi tadi.

Mereka belum tahu kapan dan dimana bom itu disembunyikan. Ia mengambil alat komunikasinya.

'Periksa dengan seksama di area taman depan dan belakang.'

'Siap Letnan.'

Letnan Jin Goo mengamati lagi monitor monitor itu. Tak ada yang mencurigakan.

Diamatinya setiap kendaraan yang masuk melalui gerbang pemeriksaan. Setiap yang masuk diharuskan untuk memberi laporan kepada penjaga yang bertugas.

Ia sudah memeriksa catatan masuk dan keluar dari penjaga. Dan sudah terkonfirmasi oleh masing masingnya.

"Apa itu coffee truck ?" Tuan Jung bertanya pada anak buahnya.

"Iya Tuan. Sekitar satu jam yang lalu ia sudah meninggalkan dorm ini. Seperti biasa, mereka memarkirkan mobilnya di gedung belakang."

"Mengapa mobil itu tak ada dalam catatan masuk ini ?"

Anak buahnya nampak terkejut. Segera diperiksanya catatannya. Wajahnya memucat.

"Maaf Tuan. Mobil itu datang saat pergantian shift penjagaan. Saya pikir penjaga shift sebelumnya sudah mengetahui kedatangannya." Jawabnya dengan gelisah.

"Siapa pengirim coffee truck itu ?" Tanya Letnan Jin Goo.

"Tadi saya sempat menghampirinya dan mereka memberikan saya segelas kopi. Mereka bilang pengirimnya Tuan Jeon Jungkook. Di sini para anggota BTS sudah biasa berkirim food truck Tuan. Jadi saya tidak mencurigainya sama sekali."

Terdengar suara di earpiece Letnan Jin Goo.

'Letnan, taman belakang dan depan aman. Tak ada benda mencurigakan di sini.'

'Periksa basement dan tempat parkir belakang. Bawa anjing pelacak. Jangan sampai ada tempat yang terlewat untuk diperiksa.'

'Siap Letnan.'

🐰🐰🐰

Jungkook mengerenyitkan keningnya. Dirasakannya tangannya sakit menopang berat tubuhnya yang terikat ke atas.

Entah berapa lama ia pingsan. Udara dingin menerpa ketika ia terbangun. Suara hujan terdengar di telinganya.

Jungkook mencoba menegakkan tubuhnya. Dijejakkannya kakinya ke lantai. Dengan nafas tersengal menahan sakit ia melihat ke hadapannya. Seseorang yang dikejarnya ada di hadapannya.

Lee Dong Wook berdiri menyeringai.

"Pangeran kelinci sudah bangun. Apa tidurmu nyenyak ?"

Ia memukul dada Jungkook. Membuatnya terbatuk. Nyeri menjalar dari dadanya.

"Apa maumu sekarang ? Apalagi yang kau inginkan." Ucap Jungkook dengan suara serak.

"Aku takkan puas menyiksamu. Aku ingin kau memohon kematianmu."

Lee Dong Wook mendekati Jungkook. Ia mengeluarkan belati yang dibawanya. Meletakkan ujung belati itu di luka tembak Jungkook. Membuat Jungkook mengerenyit kesakitan.

'jleb'

"Aarrggh,,,"

Jerit kesakitannya ketika luka tembak itu bertumbuk dengan tusukan belati. Wajah pucatnya memerah. Urat lehernya mengeras.

Darah mengalir kembali ketika belatinya tercabut. Jungkook limbung. Ia mungkin roboh jika tali tak menahan tubuhnya.

"Aku suka jerit kesakitanmu."

'jleb'

"Aaaarrgghh,,"

Belati itu menancap kembali kali ini di perutnya. Perih. Matanya berkunang kunang. Ia tak tahu berapa liter darah yang sudah ia keluarkan dari tubuhnya.

"Aku takkan menancapkan belati ini ke organ vitalmu. Kau takkan mati secepat itu." Seringainya.

Jungkook menatap tajam padanya.

"Kau sudah menghancurkan semua milikku. Kau harus menggantinya. Kau harus mengambil kembali semua milikku." Lee Dong Wook kembali menempelkan ujung belatinya di dagu Jungkook.

"Aku tak akan memberimu apapun. Kau takkan bisa mendapatkan apapun dariku." Jawab Jungkook, merasakan perih di ujung belati itu. Terasa olehnya darah mengalir ke lehernya.

"Kau akan memberikan apa yang aku mau." Lee Dong Wook menatap dengan mata garangnya.

Lee Dong Wook mengeluarkan ponselnya. Memperlihatkan sesuatu pada Jungkook. Jungkook membulatkan matanya. Ia mengenali tempat itu. Tempat parkir basement di dormnya. Bom sebesar koper terpasang di sana.

"Apa yang kau inginkan !" Sergahnya, marah. Khawatir. Kakak kakaknya dalam bahaya.

Lee Dong Wook tertawa. Ia mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya. Sebuah ponsel dengan timer yang siap menyala.

Jungkook menggeram marah.

"Lepaskan mereka. Mereka tak ada hubungannya dengan kita."

"Aku sudah mengatakannya padamu. Akan kumanfaatkan semuanya. Termasuk kakak kakakmu. Oh dan juga orang tuamu."

Wajah Jungkook mengeras.

"Aku mendengarnya. Teriakan kebahagiaan saat mereka tahu kau memberikan hadiah impian mereka. Villa itu. Mereka langsung saja pergi tanpa tahu anak buahku mengikuti mereka. Mereka tak tahu di akhir kebahagiaan mereka adalah kematian mereka. Dan kau melihat dengan mata kepalamu sendiri. Truk itu melindas mobil mereka. Mati di depan matamu."

Badan Jungkook bergetar karena kemarahannya.

"Kau membunuh orang tuaku. Kau membunuh mereka !!"

Lee Dong Wook tertawa.

"Kau ingin melihat kakak kakakmu bernasib sama seperti orang tuamu ? Mereka bisa hancur berkeping keping di depan matamu saat ini juga. Kau takkan bisa melakukan apapun. Kau tak berdaya di sini." Penjahat itu mencengkeram rahang Jungkook.

"Katakan apa maumu."

Lee Dong Wook tersenyum sinis. Ia menunjuk ke meja. Sebuah laptop dengan layar terbuka. Logo Bank of Korea terlihat.

"Aku ingin kau memindahkan semua uang di sana ke padaku. Semuanya."

"Itu tak mungkin. Pengamanan mereka sangat ketat."

"Kau. Kau yang membuat pengamanan mereka. Kau yang akan membukanya. Dan mengambil segala isinya untukku."

Jungkook terdiam. Lee Dong Wook mendekatkan timer itu ke wajahnya. Menekannya. Nampak deretan angka muncul.

29:58:30'

Mata Jungkook terbelalak.

"Kau,,, Apa yang kau lakukan." Sergahnya.

"Kalau kau tak cepat, mereka takkan tahu dimana tempat bom ini tersembunyi."

Jungkook menatapnya. Kemudian menganggukkan kepalanya. Lee Dong Wook tersenyum puas. Dia melepaskan ikatan tangan Jungkook, Jungkook terjatuh tak berdaya. Lee Dong Wook menyeret tubuh Jungkook, memaksanya berdiri. Mendorongnya ke meja dengan laptop itu.

"Kalau kau macam macam, mereka akan meledak lebih cepat." Ancamnya

Jungkook hanya diam saja. Tangannya memerah perih akibat ikatan tali yang sangat erat itu. Dengan perlahan mendudukkan dirinya di kursi kayu di depan meja itu. Matanya fokus pada layar laptop di depannya. Jari jarinya mengetik cepat. Menggelengkan kepalanya yang terasa berat, pandangannya mengabur kembali. Kemudian fokus pada layar di depannya.

"Aku membutuhkan ponselku." Ucapnya.

Lee Dong Wook menatapnya dengan curiga.

"Semua yang kubutuhkan untuk meretasnya ada di sana."

Lee Dong Wook menatap salah satu anak buahnya yang kemudian memberikan ponsel Jungkook yang ia bawa. Jungkook menyalakan ponselnya. Memasukkan passwordnya, terlihat gambar seekor kelinci dengan gigi menyeringai di layarnya.

Lee Dong Wook melihat yang Jungkook kerjakan. Jungkook meletakkan ponselnya ke sisi kiri di atas laptopnya. Layar laptopnya langsung terhubung dengan ponselnya.

Jungkook melirik Lee Dong Wook yang menatap puas monitor itu. Dia berpindah dari belakang ke depan Jungkook. Jungkook memanfaatkan kelengahan Lee Dong Wook itu. Dia mengirimkan pesan pada seseorang.

'codename : bunny

bom.dorm.'

🐰🐰🐰

Kapten Song memperhatikan Kopral Mingyu yang berkonsentrasi melacak ponsel Bunny. Berkali kali mereka menerima sinyal yang timbul tenggelam. Ponsel Bunny takkan mudah dilacak. Bunny membuatnya khusus akan hangus dan terbakar semua datanya jika ada yang mencoba meretasnya.

Kopral Mingyu harus berhati hati sekali saat mencari lokasinya. Agar tak kehilangan jejaknya. Jika ponsel itu rusak saat pelacakannya maka hilang pula kesempatan menemukan kawan satu tim kesayangannya itu.

"Kapten lain kali suruh Bunny agar tidak mengunci pelacakan ponselnya. Sungguh susah sekali mencarinya." Ucap Kapten Mingyu.

Kapten Song mendesah.

'Kapten, kami sudah menemukan bomnya.'

🐰🐰🐰

Hampir dua puluh menit Jungkook berkutat dengan pengaman bank tersebut. Dia bisa saja lebih cepat meretasnya jika saja kepalanya tidak pening luar biasa dan badannya yang serasa makin berat. Kehilangan banyak darah dari lukanya melemahkannya.

Bukan hal mudah baginya meretas bank itu, firewallnya sudah diperkuat dengan pengamanan tiga lapis. Yang bila salah langkah sekali saja, maka seluruh pertahanan akan mengunci secara otomatis.

'Sial, kenapa aku membuatnya serumit ini sih.' Rutuknya dalam hati.

Ya, dialah yang membuat pengaman itu, sebagai ganti perbuatannya yang tak sengaja meretas bank tersebut lima belas tahun yang lalu. Saat dia masih berusia sepuluh tahun. Saat dimana Kapten Song, yang saat itu masih seorang Sersan, menemukannya di sebuah perpustakaan di Busan.

Dia memejamkan mata. Menggelengkan kepalanya mencoba menghilangkan peningnya. Dia menatap Lee Dong Wook yang mengawasinya.

"Masukkan semua ke rekeningku !!" Dilihatnya Jungkook sudah tuntas membobol bank tersebut. Terlihat jumlah yang sudah siap untuk dirampoknya.

Jungkook menatap sinis dengan seringainya. Lee Dong Wook menarik kerah kaos di leher Jungkook.

'codename : bunny

bom.clear.'

"Kau cepat lakukan !! Atau aku akan meledakkan mereka sekarang !!" Lee Dong Wook menunjukkan timer bom tersebut.

09:02:21'

"Aku percaya pada timku. Mereka akan melindungi orang orang tersayangku." Ucap Jungkook menyeringai.

Dengan cepat Jungkook menangkis tangannya, membuat timer tersebut terlempar. Kemudian memukul dada Lee Dong Wook. Membuatnya kehilangan keseimbangan.

Dengan cepat Jungkook menutup akses peretasannya. Kemudian mulai menyerang Lee Dong Wook yang masih belum bisa bangkit. Lee Dong Wook berhasil menghindar dari tendangan Jungkook. Mulai berdiri dan perkelahian pun terjadi.

🐰🐰🐰

"Kapten, aku berhasil menemukan Jungkook !!" Kopral Mingyu berkutat dengan laptop di depannya.

Kapten Song melihat lokasi Jungkook yang terlihat di layar. Memberi perintah pada Letnan Jin Goo melalui earpiecenya.

'Letnan perintahkan anak buahmu yang melacak jejak mobil Lee Dong Wook ke lokasi yang aku kirim. Kopral Mingyu menemukan Jungkook.'

'Siap Kapten.'

'Bagaimana bomnya ?'

'Tim penjinak bom sudah tiba Kapten. Mereka sedang berusaha mengatasinya.'

Sedikit kelegaan di wajah Kapten Song. Ia menatap titik yang berkedip timbul tenggelam di layar laptop itu. Berharap anak buahnya menemukan orang yang sudah seperti adiknya itu dengan selamat.

🐰🐰🐰

Lee Dong Wook menyerang Jungkook dengan belatinya. Matanya terus menyeringai menatap Jungkook. Jungkook terus mengelak dari serangan Lee Dong Wook. Di satu titik dia menepis tangan Lee Dong Wook, belatinya terjatuh. Jungkook menghujamkan tendangan ke perut Lee Dong Wook.

Lee Dong Wook jatuh terguling guling. Jungkook menyerangnya kembali, Lee Dong Wook berhasil mengelak, dia berada di belakang Jungkook sekarang. Ditendangnya punggung Jungkook. Jungkook terjerembab bahunya yang terluka mengenai ujung meja. Dia menunduk menekan lukanya.

Anak buah Lee Dong Wook yang mendengar keributan itu masuk ke ruangan. Melihat sang ketua diserang oleh musuhnya, mereka menembakkan senjatanya ke arah Jungkook. Jungkook berlari menghindar.

Ia melirik ke arah laptop yang berada di atas meja. Melihat prosentase bar sudah seratus persen. Ia tersenyum menyeringai.

Rencananya berhasil.

Disela sela ia meretas bank tadi, ia juga meretas isi laptop Lee Dong Wook tanpa sepengetahuannya. Menyimpan hasil retasannya di dalam ponselnya.

Ia mengambil ponselnya. Melemparkan laptop di atas meja tadi ke anak buah Lee Dong Wook yang gencar menembaknya.

Pistol terlepas dari tangan salah seorang anak buahnya. Dengan sigap Jungkook mengambilnya. Menembakkan ke musuhnya dengan tameng salah seorang diantara mereka.

Kejam memang. Mengumpankan seseorang untuk melindunginya. Tetapi itu cara untuk tetap bertahan di perang senjata itu.

Jungkook menembak ke segala arah. Anak buah Lee Dong Wook berjatuhan.

Jungkook tak menyadari Lee Dong Wook sudah kembali berdiri. Belati sudah kembali ke tangan Lee Dong Wook. Dia menusuk paha Jungkook. Darah mengalir kembali. Jungkook mati matian menahan kesadarannya agar tak menghilang. Jungkook berbalik, memukul dagu Lee Dong Wook, membuatnya terhuyung.

Jungkook menyilangkan kakinya ke kaki Lee Dong Wook, membuat musuhnya itu terjatuh. Dia mengambil kursi dan memukulkannya ke Lee Dong Wook. Kursi itu pecah, patah. Lee Dong Wook seakan sudah tak bertenaga lagi melawan Jungkook.

Jungkook berdiri diatas perut Lee Dong Wook yang terbaring di lantai. Memukulinya. Air matanya menetes. Teringat kakak kakaknya,, kematian orang tuanya,, Jungkook terus memukulinya sampai ia lelah. Terengah engah dia berhenti. Lee Dong Wook sudah terbaring tak berdaya.

"Bunuh aku sekarang, bunuh !! " Teriaknya.

"Terlalu mudah bila harus mati begitu saja. Kau harus mempertanggung jawabkan seluruh kejahatanmu. Itu hukuman yang pantas untukmu."

Kemudian Jungkook menendang kepala Lee Dong Wook hingga ia pingsan.

Jungkook berdiri menatapnya. Kemudian dilihatnya layar ponselnya.

'Bunny kami menemukan lokasimu. Bertahanlah. Kami akan menjemputmu.'

Jungkook tersenyum membacanya. Ia menekan luka di perutnya dengan tangannya agar darah tak banyak keluar lagi. Dengan tertatih tatih dia meninggalkan tempat itu.


Surabaya, 24 September 2022

Waah, kaget tiba tiba jadi banyak yang baca. Thanks for ur apreciate. Maafkan baru bisa up lagi, akhir akhir ini dinas luar kota mulu. Diusahain bisa up tiap minggu lagi. Borahae 💜

Continue Reading

You'll Also Like

2.3K 223 20
[BTS × HARRY POTTER × HOW TO TRAIN YOUR DRAGON] "Selamatkan Draco Malfoy" Harry Potter, The Boy Who Lived, satu-satunya orang yang berhasil mengalahk...
112K 11.8K 50
gatau 🗿 nikmati saja.
21.7K 1.1K 8
Mencaritakan tentang kehidupan 7 laki-laki tampan yang saling menyayangi satu sama lain. Mereka harus menjaga ketat si bungsu yang berbeda dari yang...
3.6K 440 21
Dengarkan yah para penulis dan pembaca yang budiman. Robin mohon jangan menjiplak atau plagiat cerita ini, Robin mohon dengan sangat. Karena mencari...