Sekali Seumur Hidup

By SarahJannatul

5.1K 1.1K 1.5K

Sebelum membaca bantu follow dulu yu kak..😍😚 Instagram : sarahjannatul28 Tiktok : storybylutannaj Ini kisah... More

❤️Tentang Kita
❤️Hanan Hafidz Ma'arif
❤️Asrama
❤️Keinginan Sang Kyai
❤️Rapuh
❤️Menikmati Masa Akhir 1
❤️Menikmati Masa Akhir 2
❤️Lamaran
❤️Terungkap
❤️Pasrah
❤️Keterpaksaan
❤️Persiapan
❤️ Takdir Cinta
❤️Kehidupan Baru
❤️Keputusan
❤️SULIT
❤️Kotak Nasi
❤️Terpaksa Peduli
❤️Mencoba
❤️Amanah yang Berat
❤️Kehilangan
❤️Luka
❤️Ingatan Annisa
❤️Ada apa?
❤️Ternyata
❤️Teman kecil
❤️ Berharap
❤️ Sendiri
❤️Dilema
❤️Berkorban
❤️Cast*

❤️Satu Ranjang

204 20 8
By SarahJannatul

Assalamualaikum teman teman..
.
.
.
💮Happy Reading💮

💙Jangan lupa vote dan komentar yaa💙
Semoga kalian tertarik😍
Aamiin

"Kita di undang makan malam sama Mama. Sepulang dinas nanti, saya akan jemput kamu."

Annisa yang sudah rapih sedari tadi. Gadis itu masih menunggu kedatangan Hanan. Kerap kali ia memandang dirinya pada cermin. Memperhatikan penampilan nya, takut jika ia salah dalam berpenampilan.

Merasa bosan, ia berjalan keluar menemui mba Tuti yang sedang merapikan peralatan di dapur.

"Mba.." panggil Annisa menghentikan aktivitas Tuti.

"Iya, Non. Ada apa?"

Annisa duduk di kursi bersebrangan dengan Tuti,

"Keluarga mas Hanan tuh, gimana sih?"

Tuti sempat terkekeh mendengar pertanyaan dari majikan nya itu.

"Gimana apa nya, Non?"

"Yaa, maksudnya, mereka sama aku gimana? Aku kan belum bertemu mereka lagi setelah keluar dari Rumah Sakit."

Tuti terdiam sebentar, kepalanya sedikit terangkat seolah sedang berfikir.

"Baik kok, Non." Jawab nya singkat.

Annisa semakin geram, bukan itu yang ia maksud.

"Mba Tuti gak asik, ah." Rajuk Annisa.

Tuti tergelak tawa, kemudian menghampiri Annisa dan ikut duduk disana.

"Keluarga Aden itu baik-baik, Non. Sangat baik malah. Ramah-ramah juga. Waktu Non menikah sama Aden, mereka terlihat sangat bahagia."

Ada perasaan lega dalam hati Annisa. Setidaknya tidak ada gangguan antara dirinya dan keluarga Hanan. Meskipun Hanan selalu bersikap dingin padanya, namun keluarga Hanan tetap menerima dirinya dengan setulus hati.

Terdengar suara klakson mobil dari luar, Annisa langsung bergegas setelah sebelum nya berpamitan dengan pelayan rumah nya itu.

"Mas, nggak ganti baju dulu?"

"Gampang," balas Hanan.

Sesampainya disana, mereka disambut oleh keluarga Hanan. Annisa di persilahkan duduk di ruang tamu, sedang Hanan langsung berlenggang pergi menuju kamar nya. Mungkin lelaki itu ingin bebersih.

"Annisa, gimana keadaan kamu sekarang?"

Annisa tersenyum canggung, ia belum terlalu mengenal wanita paruh baya di hadapan nya ini. Atau lebih tepatnya, belum mengingat penuh tentang keluarga Hanan. Yang ia tahu bahwa wanita di hadapannya ini adalah orang tua Hanan.

"Alhamdulillah, Ma. Annis sehat," jawab Annisa.

"Kamu masih ingat sama Mama kan?" Tanya wanita itu lagi.

Gadis itu hanya menyengir kuda, lalu menggeleng pelan.

"Belum, Ma."

Rani tersenyum hangat pada Annisa, kemudian memeluk menantu kesayangan nya ini penuh kasih sayang.

"Nggak apa-apa, gak usah di paksa ya, nanti juga kamu ingat." Ucap Rani sembari mengusap lembut punggung Annisa.

"Kamu mau bantu Mama masak?"

Annisa mengangguk antusias, ia beranjak dari sana mengikuti langkah Rani menuju dapur.

Disisi lain, Hanan yang baru saja selesai mandi langsung mengganti pakaian nya. Baru saja ia keluar kamar tiba-tiba langkah nya terhenti. Ia melirik pada pintu kamar yang masih tertutup, detik selanjutnya Hanan membuka pintu itu dan masuk kedalam sana.

Masih sama. Bentuk kamar itu sama sekali tidak berubah, aromanya pun masih tercium harum. Ruangan bernuansa putih abu ini mengajak Hanan untuk kembali berputar pada masa lalu. Saat lelaki yang berada di dalam foto berbingkai itu memanggil nya dengan sebutan "Abang."

Hanan sangat merindukan adik satu-satunya itu, yang hilang tanpa kabar dan entah kemana. Jika saja Hanan mengetahui bahwa istrinya adalah kekasih dari adik kandung nya sendiri. Semua ini tidak akan terjadi.

Tapi, apalah daya. Allah tidak mempersatukan dua sejoli yang saling mencintai itu. Menggantikan nya dalam sebuah perjodohan yang tidak terduga.

Hingga akhirnya, Annisa menikah dengan Hanan. Kakak kandung pacarnya sendiri.

Teriakan dari lantai bawah membawanya kembali dari nostalgia. Menaruh kembali foto berbingkai itu yang sempat ia ambil. Kemudian tersenyum samar.

"Al, cepet pulang. Ane kangen,"

Auto juga kangen sama kamu Alzam 😭, Readers juga pasti kangen sama kamu, ya kan?!

***

"Lusa, kamu wisuda kuliah ya, Nak?"

Nah, yang ini papah nya Hanan. Annisa juga masih belum mengingatnya, ia baru saja di beri tahu oleh Rani saat mereka sedang masak tadi.

"Iya, Pa." Jawab Annisa sembari mengangguk.

"Annisa, jangan malu-malu ya disini, kami juga keluarga kamu kok." Tegur Rani.

Annisa merasa malu saat mereka menyadari tingkah dan raut wajah nya. Pasalnya, ia sangat merasa canggung disini. Di dalam situasi ini. Mungkin karena gadis itu lupa dan tidak ingat bagaimana kepribadian keluarga Hanan.

"Han, kemaren kak Lia sudah lahiran, kamu sudah melihat bayi nya?"

"Kak Lia yang mana, Ma?" Tanya Hanan yang masih berkutik dengan sendok dan garpu.

Rani mendelik ke arah Hanan,

"Kak Lia anak nya bude Syifa, sepupu kamu lho, Han. Masa kamu lupa?"

Hanan sempat berfikir sebentar, kemudian kedua alis nya terangkat mengekspresikan wajah terkejut.

"Oh ya? Alhamdulillah.. akhir nya aku punya ponakan," ucap Hanan sembari tersenyum lebar.

Jujur saja, Annisa baru pertama kalinya melihat Hanan tersenyum bahagia seperti itu. Tapi tunggu, kenapa Rani menatap sinis pada Hanan? Seolah tidak suka dengan ucapan putra nya barusan.

"Jadi kamu kapan kasih Mama cucu?"

Hanan yang masih mengunyah makanannya seketika berhenti. Ia menoleh pada Annisa yang juga sedang menatap nya. Sepertinya gadis itu juga sama terkejutnya.

Annisa memalingkan wajah nya yang tersipu malu. Saat ini ia yakin pasti wajah nya sudah memerah karena pertanyaan dari mertuanya barusan.

Gadis itu mengambil air minum nya, menyembunyikan wajah nya dalam gelas meski sudut matanya sesekali mencuri pandang pada Hanan.

"Insya Allah. Segera, Ma."

Dan detik itu juga Annisa tersedak karena air yang memasuki lubang hidung nya. Gadis itu terbatuk-batuk sembari memukul dada nya yang terasa sesak.

Ck. Kebiasaan! Umpat Hanan dalam diam.

Annisa meraih tissue. Sangat malu ketika semua pasang mata memandang kearah nya.

"Kamu nggak apa-apa, Ann?"

Rani mencoba mendekat, memukul pelan punggung gadis itu. Berbeda dengan Hanan yang masih dengan santai nya menyantap makanan di atas piring.

"Iya, Ma. Annis ngga apa-apa kok,"

Kemudian mereka kembali makan. Annisa sempat melirik Hanan dari sudut matanya. Lelaki itu masih nampak tenang menyantap makanan nya.

Apa maksud dari ucapan Hanan barusan? Gadis itu masih bergelut dengan pikiran nya. Dari sekian tingkah dingin yang lelaki itu lontarkan padanya, Annisa sangat terkejut ketika Hanan mengatakan hal itu. Bahwa dirinya akan segera memberikan seorang cucu untuk Mama nya. Ah, apa ini mimpi?

"Han, kalian nginap disini ya, Mama masih kangen banget sama mantu Mama yang cantik ini," ucap Rani.

Hanan menggaruk kening nya yang tidak gatal, mencoba mencari alasan yang pas untuk situasi saat ini.

"Jangan coba-coba cari alasan! Pokok nya Mama pengin kamu sama Annisa menginap disini!"

"Tapi, Annisa mau kan nginap disini, Nak?" Tanya Sultan.

Sejenak, Annisa melirik Hanan yang sedang menyandarkan punggung nya pada kursi.

"Kalau Annis.. ikut mas Hanan aja," jawab Annisa lembut.

"Nah, istri kamu juga ikut sama kamu, Han. Jadi, kamu mau kan nginap di rumah Mama malam ini,"

Hanan menghela nafas nya pasrah, kemudian mengangguk kecil. Percuma saja jika ia bersikeras untuk menolak nya. Hal itu hanya akan membuang-buang tenaga saja.

Setelah selesai makan malam, Annisa langsung membereskan piring-piring kotor dan membawanya ke dapur, ketika ia meraih spons cuci piring, tangan nya di tahan oleh seseorang.

"Kamu mau ngapain, sayang?"

"Eemm... mau cuci piring, Ma."

Wanita paruh baya itu tersenyum lembut. Kemudian menarik tangan Annisa dari sana. Mengajaknya untuk segera mendatangi kamar Hanan. Tepat ketika di depan pintu berwarna putih, langkah mereka berhenti.

"Kamu itu tamu Mama. Menantu Mama. Bukan pembantu Mama." Tegur Rani lagi untuk kedua kalinya.

Annisa hanya menundukan kepalanya malu. Kali ini ia salah lagi. Gadis itu hanya mencoba bersikap baik dan peduli. Tapi di anggap lain oleh mertuanya.

"Sudah, ayo masuk. Istirahat, sudah malam." Rani mendorong punggung Annisa pelan memasuki kamar.

Ketika pintu kamar terbuka, ruangan itu tampak kosong. Tidak ada tanda-tanda keberadaan seseorang disana.

"Suami kamu mana, Ann?" Tanya Rani, kepalanya ikut masuk kedalam kamar.

Annisa hanya menggeleng pelan,

"Mungkin masih di kamar mandi," tunjuk Annisa pada ruangan disudut kamarnya.

Tanpa aba-aba, Rani langsung menyelonong masuk. Mengetuk pintu kamar mandi sembari memanggil nama putra nya. Namun, tak ada respon dari dalam sana.

"Nggak ada, Ann." Ucapnya, "Ahh, Mama tau ada dimana," lanjutnya lagi sembari melangkah keluar.

Annisa mengekor langkah Rani, detik selanjutnya wanita paruh baya itu memasuki ruangan tak jauh dari kamar Hanan.

Tepat saat pintu terbuka lebar, seorang lelaki sudah berbaring di atas ranjang.

"Astaghfirullah, Hanan!" Tegur Rani sedikit berteriak.

Lelaki itu membuka matanya, terperangah saat dua wanita sudah berada di ambang pintu.

"Mama cariin ternyata kamu disini!"

Hanan bangun dari tidur nya,

"Kenapa sih, Ma? Udah malem jangan teriak-teriak." Gerutu Hanan merasa tidur nya terganggu.

"Kamu ngapain disini?" Rani melangkah mendekat sembari berkacak pinggang.

"Tidur,"

"Istri kamu di biarin tidur sendiri di kamar kamu?" Omel Rani, "Pindah!"

Hanan merasa jengah, ia lupa bahwa sekarang dirinya sedang tidak tinggal dirumah nya sendiri. Tanpa berfikir panjang dan tidak ingin berbuat dosa karena berdebat dengan ibu sendiri. Hanan memilih mengalah, beranjak dari sana mendahului mereka.

Rani hanya geleng-geleng kepala, sedangkan Annisa sempat terkekeh kecil melihat tingkah ibu dan anak ini. Hanan seperti terlihat sebagai anak kecil yang sedang di omeli karena terus meminta uang jajan.

Lalu, Rani mengusap pundak Annisa sembari tersenyum. Kepalanya terangkat kesamping, menyuruhnya untuk segera menghampiri Hanan.

Tapi tunggu, selama perdebatan singkat tadi, Annisa sempat memperhatikan ruangan itu. Bola matanya menangkap satu foto berbingkai terpajang di atas nakas.

Seorang lelaki. Rasanya sangat familiar ketika melihat foto itu. Siapa dia? Annisa sama sekali tidak ingat.

Ah.., gadis itu akan menanyakan nya pada Hanan.

***

"Kamu tidur di sana," tunjuk Hanan dengan dagu pada ranjang, "Biar saya tidur di bawah."

"Kenapa kita nggak satu ranjang aja, mas? Kita suami istri yang sah kan?"

Hanan langsung berbalik, menatap Annisa yang sudah duduk di tepi ranjang.

"Kamu mau kita tidur satu ranjang?"

"Kenapa enggak?" Balas Annisa sembari mengangkat bahu.

Hanan menganggukan kepalanya pelan,

"Oke," detik selanjutnya, "jangan lupa pakai pakaian lengkap mu," kemudian langsung masuk kedalam kamar mandi.

Annisa melihat tubuhnya, kemudian mendelik ke arah pintu yang sudah tertutup.

"Lagian juga aku tau tempat, gak mungkin juga ngelakuin disini,"

***

Selama Hanan masih di dalam kamar mandi, Annisa mengatur posisi tidur mereka. Menaruh bantal di setiap sisi, kemudian membuat pembatas antara mereka dengan meletakkan guling di tengah ranjang. Setelah selesai, barulah Annisa membaringkan tubuh nya terlebih dahulu sebelum Hanan keluar dari sana.

Sepuluh menit telah berlalu, matanya sudah terpejam. Namun detak jantung nya masih tetap berpacu dengan cepat. Pasalnya, ini adalah kali pertama dirinya tidur satu ranjang dengan Hanan.

Meskipun ia yang meminta untuk tidur dalam satu ranjang yang sama, tetap saja hal ini membuat dirinya merasa sangat canggung.

Kemudian, ia merasa sesuatu bergerak disampingnya. Sepertinya Hanan sudah membaringkan tubuhnya di atas kasur.

"Saya tau kamu belum tidur,"

Annisa terkejut dan langsung membuka matanya refleks. Tubuh yang awalnya membelakangi Hanan kemudian bergeser sedikit menjadi terlentang.

Annisa dapat melihat dari sudut matanya apa yang tengah lelaki itu lakukan. Hanan sedang membaca sebuah buku. Entah buku apa itu.

Sejenak, Annisa mengingat sesuatu. Lalu ia berdeham pelan.

"Tadi kamar siapa, mas?" Tanya Annisa basa-basi.

"Sodara,"

"Adik, mas?"

"Hm,"

Annisa manggut-manggut, kemudian beralih menyamping dengan tangan yang menopang kepalanya menghadap Hanan.

"Bukannya adik mas itu perempuan ya?" Tanya Annisa lagi yang berhasil mengalihkan Hanan yang sedang fokus membaca.

"Saya ngantuk," kemudian menutup buku itu dan langsung berbaring membelakangi Annisa.

Gadis itu menghela nafas pelan, sedikit penasaran. Mungkin Hanan terlalu lelah saat ini, ia bisa menanyakan nya nanti besok.

Suasana malam itu kembali sunyi. Rintikan hujan menjelma semakin deras. Sekitar pukul dua pagi Annisa terbangun. Melihat ruangan yang sudah gelap. Nampaknya saat ini padam lampu.

Annisa sedikit menggeser tubuhnya ketengah ranjang, saat ia berbalik ternyata tubuh Hanan juga sedang menghadap nya. Gadis itu kembali mundur ketika justru suara petir di luar membuat nya terlonjak dan mendekat pada Hanan. Memeluk lelaki itu dan menenggelamkan kepalanya pada dada bidang milik Hanan.

Hanan sama sekali tak terganggu, ia tetap tenang dengan posisi nya.

"Ma- maafin aku, mas. Kali ini saja.. tolong izin kan aku," ucap nya dengan bibir yang bergetar.

***

Helloo 👋👋
Aduh, tadi maaf yaa, udah ke publish aja.. padahal belum selesai naskah nya 🤭..
Btw, tadi tuh aku lagi sedikit panik, jadi asal pencet ajaa.. dan alhasil aku salah pencet 😂
.
.
.

Okeeyy guys, jangan lupaaaa vote dan komen yakkk 😍
.
.
.
See you 💙

Follow akun ⬇️⬇️
Instagram : sarahjannatul28
Tiktok : storybylutannaj



Continue Reading

You'll Also Like

4.5M 308K 47
"gue gak akan nyari masalah, kalau bukan dia mulai duluan!"-S *** Apakah kalian percaya perpindahan jiwa? Ya, hal itu yang dialami oleh Safara! Safar...
Damian By Ariel

Science Fiction

315K 16.8K 36
"maafkan aku Violetta" Tentang Damian yang begitu menyesal atas segalanya yang dia lakukan kepada istrinya. Menyesal telah mengabaikannya, menyesal...
375K 23.7K 54
Mengandung kata kata kasar⚠ Ini hanya khayalan Author⚠ " kumohon..berhenti... jangan siksa paman kami, kumohon" teriak Aisyah. set set "berhenti...
SAMA AKU AJA By Ry

Science Fiction

1.3M 61.5K 35
🌹 🌹 🌹 🌹 Oya. Cerita ini aku private! So, yang mau baca, bisa follow terlebih dahulu 😄 Muachhhh...