Mentarinya Langit

Por Thierogiara

438K 35K 1.8K

~Young Adult *** Bagaimana jika kedua orang tuamu menghadiri pernikahan sepupumu, tapi tiba-tiba kamu yang ha... Más

1. Ditinggal
2. Virtual Marriage
3. Interaksi Pertama
4. First Meet
5. Bersama Pertama Kali
6. Kehidupan Selepas Bersama
7. Pindah
8. Jangan Berekspektasi
9. Manusia Paling Tidak Peka
10. Jangan Tinggalin Aku
11. Bumbu-bumbu Kehidupan
12. Masih Terlalu Muda
13. Aneh Banget
14. Berperan Sebagaimana Mestinya
15. Masih Langit yang Menyebalkan
16. Buruk Sangka
17. Diskusi
18. Perempuan Macam Apa?
19. Mempersiapkan Hati untuk Rindu
20. Perihal Perasaan
21. Soal Banyak Hal yang Bisa Dibicarakan
22. Soal Memasukkan Orang Lain
23. Kedok
24. Mari Kita Selesaikan
25. Penjelasan
26. Tidak Bisa Lepas
27. Ungkapan Menyakitkan
28. Sakit, tapi Tidak Siap Kehilangan
29. Bersikeras
30. Semakin Terikat
31. Alasan Di Balik Semua Keinginan Mentari
32. Banyak Hal yang Hanya Kamu
33. Ada Untukmu
34. Masih Sama Saja
35. Bahagia Di Atas Penderitaan Mentari
36. Berbicara dengan Pacar Suami
38. Kuat Sendirian
39. Rasa Sakit
40. Terluka Bersama
41. Sejenak Menikmati Waktu Berdua
42. Berbicara Soal Kita
43. Satu Tahun Kedepan
44. Soal Batin yang Tak Tenang
45. Kalah
46. Memecah Celengan Rindu
47. Sisi Lain Mentari
48. Quality Time
49. Sidang
50. Selesai dengan Baik
51. Persiapan Diri
52. Misteri Hidup Langit
53. I Love You
Extra Part
Extra Extra

37. Bukan Wanita Lemah

5.7K 562 36
Por Thierogiara

Salah memang ketika menghadapi sesuatu dengan silent treatment, tapi Mentari sudah lelah mengeluarkan seluruh kalimatnya, nyatanya Langit tetap tidak sadar, dia masih berhubungan baik dengan Winda, masih menggunakan sapaan sayang. Dia memang terlalu cepat menjatuhkan hati pada Langit, hingga sakit hati yang sebegininya akhirnya dia rasakan. Mentari hanya diam, sampai akhirnya teman-temannya datang untuk menjenguk. Karena aneh sekali kalau Mentari sampai tidak masuk kuliah berhari-hari, padahal dia adalah salah satu dari sekian banyak anak ambisius di kampus, dia juga selalu mengatakan pada sekar kalau dia akan lulus dalam waktu tiga setengah tahun.

Mentari duduk di hadapan teman-temannya, mereka semua terlihat memandang aneh ke arah Mentari, Mentari terlihat pucat dan badannya lebih kurus, sangat berbeda ketika dia berdandan dan berada di kampus.

"Gue baik-baik aja." Agak menyeramkan juga tatapan para temannya itu, seolah kondisinya sememprihatinkan itu.

Langit sebenarnya ingin bergabung, tapi takut kalau tidak nyambung.

"Gue lagi hamil."

Teman-temannya seketika menganga, jadi Mentari sebenarnya tidak sakit? Tapi hamil?

"Serius lo?" tanya Karin, masa iya temannya healing ke bioskop secara random sedang hamil?

"Kok bisa?" tanya Karin masih tidak percaya.

Kinan menatap satu per satu wajah teman-temannya yang cengo, termasuk Jonat dan Pion, dua cowok yang tidak pernah mau ketinggalan, apalagi Pion, kaget setengah mati, padahal selama ini mengira kalau dirinya mungkin punya kesempatan untuk masuk ke dalam hidup Mentari.

Mentari menghela napas. "Mau dijelasin?" Kehamilan memang merupakan sebuah proses, tapi apa teman-temannya sebodoh itu sampai tidak mengerti? Padahal sedari SMP mereka sudah belajar soal alat reproduksi.

"Masih nggak masuk akal di otak gue, jadi pernikahan lo beneran?" tanya Hilda, semula dia mengira mungkin kisah Mentari seperti yang terjadi di novel-novel romansa, di mana perjodohan tetap di lakukan, tapi baik sang pria maupun wanita melakukan kesepakatan untuk tidak tidur bersama.

Mentari berpikir sejenak, ya masa tidak benar? Kan papanya langsung yang menikahkan. "Iya beneran, ini gue lagi hamil, anaknya laki gue."

Yang lainnya mengangguk, Sekar bahkan hampir kena mental, dia mengikuti sejak awal semuanya dan tidak menyangka kalau teman karibnya itu secepat ini akan menjadi seorang ibu.

Karena tidak tahan, akhirnya Langit muncul. Memperkenalkan dirinya pada teman-teman Mentari, anehnya dia selalu tanpa sungkan, bahkan terkesan bangga memperkenalkan dirinya sebagai suami Mentari, tapi kenapa masih belum bisa melepaskan Winda? Padahal sudah sangat sadar kalau dia suaminya.

"Lo beneran hamilin temen gue?" Kali ini Jonat yang bertanya, agak kurang masuk akal untuknya, mereka kelihatan seumuran, ya dia pernah berpikiran untuk melakukan hubungan sex, tapi itu juga kalau dirinya baru selesai nonton bokep, sisanya dia bisa lupa, apalagi kalau sudah bermain game. Ini? Sosok Langit bahkan kelihatan seumuran dengannya.

"Nggak masuk akal kalau kalian semua sepolos itu!"

Mentari meski masih marah tetap mengangguk hal tersebut, dia sangat tahu siapa teman-temannya itu.

"Kayak gue nggak tau aja pergaulan di kota-kota besar!" Langit melanjutkan kalimatnya.

"Bener!" Setelahnya Mentari malah mengangkat tangganya bertos ria dengan Langit, sejenak dia melupakan bahwa pria itu sangat menyebalkan.

Pion menatap Mentari, tatapan itu dia tujukan karena dia prihatin dengan diri sendiri.

"Jadi gue udah nggak punya kesempatan?" Frontal sekali bukan? Pion ini sangat bernyali karena mempertanyakan itu di hadapan suami Mentari.

Langit langsung mengambil posisi di sebelah Mentari, melingkarkan tangannya ke pinggang istrinya itu.

Mentari hanya menghela napas, sementara Langit menaikkan satu alisnya menatap Pion.

"Doakan ya, kurang dari delapan bulan lagi kami bakal menyambut anak pertama."

***

Langit menemani Mentari mengantar teman-temannya hingga ke teras. Sejak awal dia sudah ada feeling tidak enak ke Pion dan sepertinya memang cowok itu menyukai istrinya. Secara fisik Langit merasa menang lah ya, dia tampan dan rupawan, sementara Pion terlihat cungkring dan kantung matanya juga hitam sempurna, Langit sampai heran, padahal yang mahasiswa kedokteran adalah dirinya. Mungkin yang perlu Langit takutkan adalah keberadaannya, keberadaan seseorang selalu berhasil membuat seseorang nyaman, sama seperti dirinya dan Winda.

"Kalau butuh apa-apa hubungin kita aja Tar." Jonat memberi pesan, karena dia sendiri tahu kalau Mentari dan suaminya memang sedang LDR. Tentu saja di hadapan para teman-temannya itu, Langit tidak melepaskan pinggang Mentari dari jangkuannya. Pokoknya dia mau semua orang tahu kalau dirinya memiliki kepemilikan atas Mentari.

Mentari mengangguk, Langit menyipitkan matanya, padahal tidak perlu orang lain, dia juga bisa meluncur kalau Mentari sangat membutuhkannya.

"Iya, suami lo kan jauh, kalau lagi pengen sesuatu bisa bilang sama gue." Pion malah ikut-ikutan, membuat Langit kebakaran padahal tidak ada yang sedang menghidupkan api.

Mentari malah mengangguk lagi, Langit jadi sulit berkata-kata.

"Makasih ya guys!"

"Nggak perlu repot-repot kok guys! Walaupun gue jauh, gue salalu memastikan kebutuhan Mentari cukup." Terang-terangan Langit menolak niat baik teman-teman Mentari, dia adalah sosok yang paling berhak bertanggung jawab atas diri Mentari dan itu valid, dia tidak butuh siapa pun untuk membantunya. Yang ada di kandungan Mentari adalah anaknya, jadi sudah pasti dia yang berkewajiban memenuhi keinginan anaknya.

Jonat hanya mengangguk, begitu juga dengan Pion, suami Mentari tidak ramah rupanya, mungkin mereka juga harus mundur dari persahabatan. Para cewek juga berpamitan, sampai semuanya pulang, Mentari langsung menghempas tangan Langit dari pinggangnya, sebelum itu dia hanya pura-pura, tidak mau para sahabatnya curiga kalau ada yang salah dengan rumah tangga mereka.

Langit terdiam sejenak, dia kemudian menyusul Mentari di belakang.

"Mentari kamu lagi hamil!" Langit meninggikan nada suaranya, pasalnya Mentari naik tangga grasa-grusu.

Mentari menurut dan melangkah dengan lebih pelan, dia mungkin kesal dengan Langit, dengan ayah anaknya itu, tapi tentu saja Mentari juga tidak mau anaknya kenapa-napa.

"Aku nggak suka sama dua temen cowok kamu!" Langit mengatakan itu setelah mereka berdua sampai di kamar.

Mentari menarik sudut bibirnya. "Aku nggak akan peduli, aku punya banyak temen cowok! Kayak kata kamu di awal kita masih muda! Dan lagi selagi kamu masih menjalani hubungan sama Winda, maka aku juga bebas!"

Langit menatap Mentari lamat-lamat, istrinya itu mengatakan seluruh kalimat tanpa keraguan.

"Apa sih yang nggak kamu dapetin dari aku? Bahkan sekarang aku di sini karena kamu!" Langit berusaha membuat pembelaan.

Mentari menoleh lantas berjalan mendekat. "Karena aku? Karena anak kamu!" Mentari mendorong bahu Langit dengan telunjuknya.

"Konteks kedekatan kamu sama temen-temen cowok kamu itu beda, sama hubungan aku sama Winda!"

Mentari tertawa. "Udahalah! Nggak ada pembenaran dari memasukkan orang lain dalam rumah tangga, secepatnya kamu harus membuat pilihan, kehilangan aku atau kehilangan Winda. Sebenarnya aku bodoh banget, tetap ngasih kamu kesempatan, padahal kesalahan kamu udah fatal banget. Aku cuma mikirin nasib anak aku, kalau mikirin kamu mungkin udah dari dulu aku ngadu ke keluarga besar, sakit apa yang udah aku Terima hanya karena nikah sama kamu!"

***

Jadi berdosa nih bikin orang-orang emosi. Bab selanjutnya update habis lebaran aja kali ya?

Tuh Mentari udah tegas tuh! Masih kurang? Tulis aja ceritamu sendiri!

Biarin ini ngalir aja ya, nggak usah banyak minta si ini harus gini, harus gitu, ngapain juga aku bikin cerita kalau nggak tau mau dibawa ke mana😂😂

Dukung aja Mentari sama Langit, kalian benci sama Langit? Aku suka gimana dong? Orang Mentari juga suka kok. Dahlah tahan emosinya, jangan sampai ibadahnya jadi sia-sia hanya karena cerita fiksi😗😗

Udah ya segitu aja....

Love you guys!!!

Jangan lupa bahagia!


Seguir leyendo

También te gustarán

11.4M 452K 48
Nadia Mahira gadis cantik putri bungsu Radian Mahira dan Anna memutuskan menikah dengan laki laki pilihan orang tua nya.. Nadia tau pernikahan nya b...
Mas Angga✔️ Por .

Novela Juvenil

147K 6K 67
CERITA TENTANG PERNIKAHAN DINI, BAGI YANG TIDAK SUKA BOLEH UNTUK MENINGGALKAN CERITA INI. "Berikan dia padaku, maka semua utangmu akan kuanggap lunas...
585K 11.5K 69
Elena seorang desaigner muda yang memiliki butik yang cukup terkenal, dijodohkan oleh orang tuanya dengan teman papanya. Dijodohkan dengan seorang C...
6.2M 321K 59
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...