someone to take you home | HE...

By tanukiwrite

200K 29.4K 3.1K

Kisah di mana hidup Jake menjadi simpang siur setelah ia bertemu dengan seorang single parent bernama Heeseun... More

author's note
introduction: part one
introduction: part two
the good, the bad, and the okay i guess
how to be a good single dad 101, by heeseung
maybe you aren't as bad as i thought
the art of making a bad decision
day one, perhaps?
note to self: don't fall for him
so maybe I'm not okay
clown on a day out
love is bullsh*t
uh oh
unfamiliar comfort
just another normal day in jake's life
birthday boy
let's talk about love
the proposal
where we stand
unsaid feelings
from the kitchen counter
adore you
for lovers who hesitate
feelings are fatal
what I wish just one person would say to me
of growing up and everything else
a perfectly ruined thing
I'll weather your storms for the stillness in you
grumpy beginnings
wish you felt the way I do
if the vernal equinox taps on your window, will you let them in?

the idea of us

5.9K 978 122
By tanukiwrite

Kali pertama maniknya tertuju pada Jake adalah ketika ia datang untuk menjemput Sunoo suatu sore di hari Jumat, dan sejauh yang ia ingat, itu bukanlah sesuatu yang spesial.

Ia yang waktu itu mengenalkan dirinya sendiri pada si guru agak merasa bingung ketika yang diajak bicara hanya dapat menatapnya dalam diam. Lalu beberapa detik kemudian wajah Jake terlihat cukup merah ketika Sunoo bilang kalau mungkin ia malu bertemu dengan Heeseung makanya ia hanya diam mematung. Namun lain daripada itu, Heeseung tak memiliki impresi yang cukup kuat pada Jake di pertemuan pertama mereka. Pikirannya terlalu sibuk dengan anak dan pekerjaannya, menyisakan hanya sedikit saja ruang bagi dirinya untuk dapat memikirkan hal-hal lain yang terjadi di hari itu.

Mungkin ini semua diawali dengan Sunoo yang tak henti-hentinya menceritakan tentang si guru Bahasa Inggris di sekolah — bagaimana ia mau berpura-pura menjadi penjahat sedangkan Sunoo serta anak-anak lainnya menjadi polisi, bagaimana Jake yang pandai memainkan ukulele, bagaimana Sunoo sangat menyukai kostum Mario yang Jake kenakan pada saat Halloween, dan sebagainya. Ia bercerita tentang Jake seperti Jake adalah sosok yang sangat ia kagumi.

Tentu Heeseung sempat cemburu kala itu. Anaknya seolah lebih tertarik pada guru Bahasa Inggrisnya ketimbang apapun di dunia ini. Egonya juga sempat berkata padanya kalau ini adalah kompetisi, dimana ia yang seharusnya menjadi pemenang, bukan Jake. Tetapi setelah melihat bagaimana pemuda Australia itu memperlakukan Sunoo dan sempat menghabiskan waktu juga dengannya, Heeseung jadi paham mengapa anaknya sangat menyukai lelaki ini.

Tutur katanya lembut, ia selalu tidak pernah menolak jika Sunoo memasangkan klip rambut berbentuk bunga atau permen di atas kepalanya, pemuda itu juga hafal tiap karakter dan alur cerita dari film-film dan serial kartun. Jadi ketika Sunoo bercerita padanya tentang episode yang ia tonton kemarin petang, Jake mengerti dengan topik yang Sunoo bicarakan.

Ada begitu banyak aspek di diri Jake yang membuatnya pantas disebut sebagai guru TK yang terbaik tahun ini. Namun juga, semakin lama Heeseung mengenal lelaki itu, ia semakin peka dengan hal-hal lain yang identik dengan Jake — dan itu sama sekali tak ada kaitannya dengan profesinya sebagai guru. Seperti Jake yang memiliki kebiasaan menggigit ujung sedotan yang ia pakai untuk minum, menutup mulutnya dengan telapak tangannya ketika tertawa, atau juga kebiasaannya yang selalu mendekatkan makanan atau minuman ke hidungnya dan mencium aromanya terlebih dahulu sebelum ia mengecapnya.

Ia tahu memperhatikan Jake secara diam-diam bukanlah sesuatu yang biasa bagi dirinya. Terlebih lagi Heeseung ingat dulu ia pernah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi jatuh cinta pada seseorang — mengingat bagaimana cinta bisa kapan saja berbalik badan darinya dan pergi begitu saja. Namun kala itu jam lima sore, langit menunjukkan semburat jingganya, dan Jake menangkupkan telapak hangatnya di atas tangannya yang dingin, menunggu dengan sabar hingga ia selesai bercerita. Dan Heeseung tahu kalau di detik itu juga ia harus mengingkari janjinya.

Karena jatuh cinta pada Jake tidak terasa seperti yang pujangga tuliskan di bait-bait puisinya — tergila-gila dan menggebu-gebu. Jatuh cinta pada Jake lebih terasa sederhana dan mudah, seperti ia berjalan ke dalam rengkuhan hangat dan tahu kalau ia ada di rumah.

Dan mau berapa kali pun ia berkata pada dirinya untuk mengabaikan perasaannya saat ini, ia tidak bisa. Karena kemarin malam, sebelum ia tertidur, ada pesan masuk dari Jake yang mengatakan kalau ia dan Sunoo akan datang ada di bandara ketika Heeseung tiba.

Dan Heeseung belum siap.

Jangan salah, ia sangat tidak sabar untuk hari ini — dimana ia bisa kembali ke Korea dan bertemu lagi dengan anaknya. Heeseung ingin kembali mendengarkan Sunoo bercerita tentang apa saja meskipun Heeseung sendiri sebenarnya tidak begitu mengerti apabila topiknya menyangkut serial kartun — buktinya, ia selalu bingung membedakan mana yang namanya Elsa dan mana yang namanya Anna. Tetapi yang jelas, ia senang bisa kembali ke sini.

Ia menghela nafasnya berat dan jarinya terus-terusan mengetuk sisi pahanya selagi ia mengantre di loket imigrasi kedatangan.

"Relax napa, Bang. Gue yakin anak lo baik-baik aja kok lo titipin di gurunya," ujar Riki ketika ia dapat merasakan kegelisahan menguar dari Heeseung.

Heeseung memutar bola matanya tanpa berbalik badan menghadap asistennya.

Heeseung tidak khawatir sama sekali, ia malah sudah percaya sepenuhnya pada Jake. Yang membuat gesturnya seperti tidak tenang saat ini adalah karena ia belum siap melihat pemandangan yang akan ia lihat nanti di antara Jake dan Sunoo.

Meski seminggu bukanlah rentang yang begitu lama, namun keduanya sudah menghabiskan begitu banyak waktu secara bersama. Dan Heeseung yakin sedikit banyak itu akan membuat Jake dan Sunoo menjadi semakin akrab daripada sebelumnya. Atau bisa disebut, ia takut bila nanti ia akan melihat gambaran nyata domestik di antara Jake, Sunoo, dan dirinya.

Semua angan tentang bagaimana Jake bisa dengan sangat sempurna menjadi bagian pelengkap dari keluarga kecilnya adalah sesuatu yang belum siap Heeseung hadapi secara langsung. Bayangan akan hal-hal seperti itu selalu memiliki efek yang cukup lucu di dadanya.

"Ayaaah!!"

Suara melengking dari anak kecil yang sudah ia hafal di luar kepala dapat ia dengar tepat setelah ia keluar dari pintu kedatangan. Ia menoleh, dan di situ ia temukan Sunoo yang sedang digendong agar dapat melihat orang-orang yang datang berhamburan. Di situ juga ia melihat Jake yang tersenyum lebar ke arahnya, bahkan ketika ia kini sudah berdiri di hadapan mereka.

"Ayah, Ddeonu mau digendong," kata anaknya selagi ia merentangkan kedua lengan-lengan pendeknya ke arah Heeseung. Sang ayah menuruti pintanya. Ia pun melepas pegangannya di handel koper dan beralih mengangkat tubuh ringan Sunoo. Tangannya sekilas bersentuhan dengan pergelangan Jake yang lembut, dan Heeseung harus menekan bibirnya rapat-rapat agar ia tidak tersenyum.

"Gimana seminggu sama Jake-ssaem?" tanyanya pada si kecil.

"It was great. Ssaem kemaren masakin seafood buat Ddeonu. Ayah siiih ga ada di rumah."

Heeseung terkekeh mendengar jawaban anaknya. Ia lalu melirik pemuda di depannya, menatapnya dalam diam selama sedetik penuh karena tenggorokannya terasa kering tiba-tiba.

Pemuda itu, masih dengan senyumannya, berkata, "Welcome home, Mas."

'Home, huh....'

 ───────────────────────

Butuh hampir satu jam bagi taksi yang mereka tumpangi untuk menembus macetnya perjalanan dari bandara hingga sampai di rumah Heeseung. Tadi Sunoo duduk di pangkuan ayahnya, bercerita tentang kastil pasir yang berhasil ia bangun di sekolah selama jam istirahat. Mulutnya tak berhenti berceloteh, wajah serta tangannya pun lebih ekspresif dari biasanya ketika ia bercerita. Mungkin Sunoo terlampau senang karena ayahnya kembali pulang, makanya ia terlihat seperti energinya masih sangat banyak meski beberapa jam dari sekarang sudah memasuki waktunya ia untuk tidur. Dan selagi mereka berdua duduk di kursi depan, Jake duduk sendiri di belakang.

Sebenarnya ini bukan ide Heeseung maupun Jake agar si lelaki bermarga Sim ini ikut menuju rumah Heeseung. Karena Heeseung sudah kembali ke Korea, Jake berpikir kalau ia sudah tidak dibutuhkan lagi keberadaannya di sini. Namun Sunoo sempat merengek ketika Jake berpamitan pulang. Pasalnya, si kecil ingin Jake agar tetap bersama mereka.

Tentu Heeseung tidak keberatan sama sekali. Ia pun ingin Jake untuk tinggal sejenak, menghabiskan waktu bersama Sunoo dan dirinya sebelum kemudian ia dapat pulang. Hanya saja, kata-kata tidak segampang itu keluar dari mulutnya dan meminta lelaki yang lebih muda untuk tetap di sini. Jadi ia hanya diam dan mengamati saja ketika Sunoo menggenggam tangan Jake dan bilang kalau ia masih ingin bermain bersama si guru. Dan entah apapun yang menjadi pertimbangan Jake saat itu, yang pasti, Heeseung tidak bisa menahan dirinya untuk tersenyum saat Jake menyerah dan mengiyakan ajakan Sunoo.

Sang surya sudah mulai tenggelam ketika mereka sampai di tujuan, menjadikan suhu kota lebih dingin daripada siang tadi. Sunoo menjadi yang pertama yang berlari menuju pintu, diikuti dengan Heeseung yang berjalan santai sambil menarik kopernya, serta Jake yang melangkah tak jauh di belakangnya.

"Sunoo-ya, please be careful," ujar Jake saat ia melihat Sunoo melompati anak tangga, sedangkan yang diperingati hanya tertawa dan tak mengindahkan perkataan Jake. Ia terus melompat-lompat naik turun. Si anak kecil baru berhenti ketika Heeseung tiba di sampingnya dan menyentuh pundaknya.

"Sunoo," panggilnya nada dengan tegas seolah mengingatkan, dan anaknya hanya menyengir lebar sebelum ia meminta maaf.

"Yah, kita makan malem pake apa?"

Heeseung menggumam rendah selagi tangannya membuka kunci pintu. "Hmm, apa yaa? Mau delivery aja, ngga?"

Namun belum sempat Sunoo menjawab, Jake sudah duluan berkata, "It's okay," potongnya. Lelaki yang lebih tua membuka pintunya lebar-lebar, mempersilakan Sunoo dan Jake masuk terlebih dahulu sebelum kemudian ia ikut melangkah ke dalam dan menutup pintu. "Mas bebersih aja dulu, pasti capek kan abis flight segitu lamanya. Ntar biar aku aja yang masak, gimana?"

"Gapapa kah?"

"Aku ngga mungkin nawarin kalo misal aku keberatan."

Heeseung tak perlu menoleh untuk tahu kalau kedua ujung bibir Jake sedang naik selagi mengatakan itu. Tangannya terulur menekan saklar lampu, dan ketika seisi ruangan terang, Heeseung dapat melihat bagaimana rumahnya tampak jauh lebih rapi daripada biasanya.

'Right. Of course, he tidied it up.'

Tidak ada lagi mainan hadiah dari Happy Meals yang berserakan di lorong masuk. Amplop-amplop surat yang belum dibuka juga tidak berantakan lagi di atas meja kabinet, semuanya tertumpuk di kotak. Dan Heeseung berani berasumsi kalau tidak hanya di bagian depan saja, namun seisi rumahnya kini jauh lebih rapi dan tertata berkat Jake. Well, mungkin kecuali kamarnya, karena ia memang sengaja mengunci pintu kamarnya selama ia tinggal.

Namun tetap saja. Sudah lama sekali rasanya ia tidak melihat rumahnya serapi ini — meski biasanya pun kondisi rumahnya tidak bisa dibilang seperti kapal pecah, namun ini jelas terlihat sekali perbedaannya.

Ia harus berterima kasih kepada Jake nanti. Tapi untuk saat ini, "Okay, saya mandi dulu ya."

Jake mengangguk. Dengan begitu, ia pun berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Jake dan anaknya yang berada di ruang tengah.

Setelah menutup pintu kamar, ia dengan cepat melepaskan mantel serta syal yang melingkari lehernya. Sementara kopernya ia taruh di dekat tempat tidur. Sekujur tubuhnya terasa kaku, terutama leher dan punggungnya.

Tak butuh waktu lama bagi Heeseung untuk memasuki kamar mandi dan membasuh dirinya dengan air hangat. Tetesan deras dan konstan yang mengucur dari shower head membuat otot-otot di tubuhnya menjadi rileks setelah seharian penuh ia habiskan di perjalanan.

Ia membuang nafasnya panjang. Matanya terpejam, menikmati tiap aliran air hangat yang mengenai ujung kepala hingga ujung kakinya. Ketika ia sudah menemukan kembali fokusnya, ia mulai membersihkan rambut serta sekujur badannya sambil sesekali ia pijat bagian-bagian di belakang lehernya yang sakit.

Ia merasa nyaman. Namun seingin apapun ia untuk berlama-lama berdiri di bawah hangatnya air yang menghujani dirinya, ia harus menyudahinya. Heeseung menekan tuas di hadapannya, membuat air berhenti keluar dari shower head. Tangannya menggapai handuk yang menggantung dan melilitkan kain tebal itu di sekitar pinggulnya lalu keluar dari kamar mandi.

Kini badannya terasa jauh lebih segar dan lebih ringan dari sebelumnya meski lelah masih melekat di tiap ruas-ruas tulangnya. Rasanya ia ingin sekali berbaring di atas kasur sekarang juga dan tidur hingga pagi menjelang. Namun bunyi yang datang dari perutnya berkata lain, ia butuh makan malam.

Dengan asal, ia ambil kaos putih polos dan sweatpants abu-abu dari dalam lemari dan memakainya. Rambutnya masih setengah basah dan acak-acakan ketika ia sudah selesai berpakaian. Tetapi ia tidak peduli, toh ia yakin Jake tidak akan menertawainya hanya karena rambutnya yang berantakan. Heeseung pun melangkah dengan gontai menuju ruang keluarga.

Dari sini, ia bisa melihat Jake dan Sunoo sedang tengkurap. Kepala mereka menunduk, sama-sama fokus pada potongan-potongan puzzle yang terhampar di karpet. Dan sepertinya ini adalah puzzle set baru karena Heeseung ingat ia tidak pernah membelikan Sunoo sekotak puzzle dengan jumlah potongan sebanyak ini — seratus potongan puzzle!

Pria jangkung itu tak mengatakan apa-apa. Ia hanya menyandarkan sisi tubuhnya di dinding dan mengamati keduanya. Sesekali Jake berbicara pada Sunoo, berdiskusi tentang potongan mana yang harus mereka satukan. Meski suaranya pelan dan lembut, ia dapat mendengarnya dengan jelas. Heeseung menggelengkan kepalanya.

'Tidak.'

Ia tidak boleh berpikir kalau Jake dan Sunoo saat ini benar-benar terlihat seperti ayah dan anak.

Tetapi mungkin Jake menyadari presensi Heeseung di sana, karena di detik selanjutnya ia mengangkat kepalanya dan melihat Heeseung, sedangkan Sunoo masih sibuk mencari potongan puzzle yang tepat.

"Kita makan malem pake pasta, ya?" Manik besarnya yang jernih menatap lurus milik Heeseung. "Sunoo tadi bilang dia pengen nyobain pesto spaghetti."

Dan, oh, Heeseung benar-benar jatuh begitu dalam.

───────────────────────

Gambaran yang ada di angannya tidak sepenuhnya tepat meski ini masih termasuk ke dalam kategori domestik baginya.

Sepanjang makan malam tadi ia harus mengunyah spaghetti-nya lebih lama karena teksturnya masih agak keras. Bukan salah siapa-siapa, hanya saja tadi Sunoo bersikeras ingin membantu Jake selama di dapur. Katanya ia ingin mencoba merebus spaghetti untuk pertama kali di hidupnya. Jadilah Jake membiarkannya memasukkan pasta ke dalam air mendidih — dengan pengawasan penuh dari Jake dan Heeseung, tentu saja, agar tidak ada yang terluka.

Namun selain dari fakta kalau ia harus menelan buntalan spaghetti keras melewati kerongkongannya, ia cukup senang dengan acara makan malam dadakan mereka kali ini.

"Piring kotornya biarin aja, biar saya yang beresin nanti," cegahnya saat ia tahu Jake ingin berdiri dari duduknya dan merapikan tumpukan piring bekas makan.

"Oh, okay."

"Saya anter kamu pulang...?" Ia menyeret akhir kalimatnya, seolah ia tidak yakin — memberikan Jake seutas kalimat yang merupakan pertanyaan dan juga tawaran.

"Tapi Mas Heeseung kan capek?"

"And I heard no objection from you," ujarnya sambil menatap Jake lekat-lekat. Dan — apakah itu semburat merah di kedua ujung telinganya? "So... can I take it as a yes?"

Yang lebih muda menggigit bibir bawahnya dan mengalihkan bola matanya dari tatapan pria yang lebih tua. Setelah beberapa detik terdiam, akhirnya ia pun mengangguk pelan.

"Alright. You can send Sunoo to bed while I'm putting away all the dishes in the dishwasher."

Continue Reading

You'll Also Like

13.2K 849 13
Semuanya dimulai ketika Sunghoon bertemu kembali dengan kakak iparnya setelah lama tidak pernah bertemu. Our Sweetest Failure - HeeHoon Start : 2024...
1K 76 8
We never know what the future holds for us✨ A Romance, comedy and drama. +18
234K 8.1K 45
"Semua laki-laki punya nafsu yang besar dan kapan aja bisa lupa diri. Punya otak dipake buat mikir Anna!" Suara Sewon sangat keras menusuk telinga A...
9.8K 948 16
Terinspirasi dari fanfiksi lamaku dengan judul yang sama PANDORA, Cuma waktu itu hanya oneshootan dengan cast SasuNaru. Dan saya buat dengan versi Su...