[ON GOING] Butterfly

By peachpoow

676 11 4

"Kau tau kan jika kupu-kupu itu rapuh saat kau sentuh." Gadis itu memandang ke langit luas, menatap bintang y... More

DISCLAIMER
Cast
PROLOG
1. Her
2. Abandoned Place
3. A Thing
4. It Changes
5. Who Are You?
6. He Knows
8. Rival
9. New Journey
10. A Model
11. Forgotten
12. Newcomer
13. Sick

7. New Place

25 0 0
By peachpoow

"Bisa kakak dorong sofanya ke sebelah sana?" Jin memberi perintah.

Walau tak menjawab pertanyaan Jin, Ethan segera menggeser sofa berukuran medium itu ke sudut ruangan. Hari ini Jin secara resmi menjadi penghuni JH Apartment, tempat dimana Sea tinggal, pria itu memilih ruangan tepat di sebelah apartemen milik Sea. Ethan juga akan tinggal bersama Jin, karena tidak mungkin jika dirinya harus tinggal berdua dengan Sea. Bagaimanapun juga wujud Ethan jelas seorang pria.

Apartemen itu merupakan salah satu yang termahal di kota. Namun bagi Jin yang notabene orang berada, tentu mudah baginya untuk mendapatkan apa yang ia mau. Namun kali ini ia tidak menggunakan koneksi atau kekayaan ayahnya. Jin mengatakan jika ia membeli dengan uangnya sendiri.

Walau terlihat manja, anak itu diam-diam berpikir cukup dewasa juga. Sea merasa takjub karena bisa melihat sosok Jin yang lain, bukan sebagai seorang bocah yang menyebalkan dan hanya bisa menganggu orang lain. Sisi Nam Jin yang seperti ini menarik juga.

"Ahhhh capek bangeeeet." Seru Jin.

Mereka bertiga -Ethan, Sea, dan Jin, merebahkan tubuh di lantai. Keringat mengalir deras dari tubuh mereka. Masing-masing kini hanya sibuk mengatur napas karena kelelahan sembari menyeka keringat yang terus bercucuran.

Hari yang cukup melelahkan untuk dikerjakan bagi tiga orang pengangguran. Benar. Sea yang kini kehilangan pekerjaannya sebagai public figure, Jin yang telah memutuskan untuk hiatus dari kanal youtube miliknya, serta Ethan yang entah pria itu harus bekerja menjadi apa. Ia bahkan tak punya kartu identitas. Sulit baginya untuk mendapat pekerjaan dengan kondisinya saat ini.

Sea tersadar dan segera bangun, kini posisi gadis itu duduk dihadapan Ethan dan Jin yang masih enggan untuk membawa tubuh mereka bangkit.

"Bagaimana cara membuat identitas untuk dia?" Jari Sea menunjuk ke arah Ethan, namun tatapannya terkunci pada Jin yang sedang menguap lebar. Ck. Gadis itu berdecak.

"Kakak tenang aja, biar aku yang urus semuanya." Ucap Jin seraya menaikkan alisnya.

Ah benar. Nam Jin kan punya segalanya. Anak itu seperti sedang pamer koneksi dan kekuasaan sekarang, membuat Sea sedikit kesal. Walau begitu, kehadirannya memang sangat membantunya. Tidak ada alasan untuk Sea benci pada pria yang lebih muda darinya itu.

Sea kembali merebahkan dirinya di lantai. Sepertinya untuk beberapa waktu kedepan tidak ada yang perlu ia khawatirkan. Hanya saja ada kalanya ia berpikir untuk mencari pekerjaan lain, uang tabungannya tidak akan cukup untuk menghidupi dirinya sampai tua. Apalagi kini ia juga menanggung seluruh kebutuhan Ethan. Gadis itu memijit keningnya pelan untuk menghilangkan penat yang mendera.

Aku akan memikirkannya nanti.

Sementara itu, Ethan yang berada di sebelah Sea terus memerhatikannya. Menatap gadis itu dalam diam. Ia tak melewatkan satu incipun dari pahatan wajah Sea yang ia lihat. Pria itu berpaling ke arah lain, kali ini menatap langit-langit ruangan sembari menghembuskan napas pelan.

"Aku bosan baget." Jin bangun dan meregangkan tubuhnya, "gimana kalau kita pergi keluar cari udara segar?"

"Bukannya orang-orang bakal kenal sama kita?" Sea menyela.

"Aku tau satu tempat dimana orang ga akan kenal sama kita. Ayo!"

***

Suara burung-burung laut terdengar saling bersahutan. Terbang beriringan diatas hamparan air yang seolah tak terbatas. Gemuruh ombak ikut serta meramaikan suasana. Desir pasir yang merdu dan angin yang seolah membuai membuat suasana sore itu menjadi tenang.

Sea memijakkan kakinya pada hamparan pasir yang berwarna putih kekuningan. Matanya beredar menyaksikan pemandangan indah yang sangat sulit ia dapatkan. Bibirnya terangkat, membentuk sebuah lekukan senyum yang teramat manis. Gadis itu benar-benar terhipnotis dengan pemandangan indah yang memanjakan mata.

Sementara itu, tak jauh dari tempat Sea berdiri, Ethan tengah mengamatinya. Menatap lekat sosok gadis itu hingga tak berkedip sama sekali. Ia sangat mengagumi paras Sea yang cantik, disisi lain Sea juga sebenarnya memiliki kepribadian yang baik. Ethan menghela napas lega. Ia tidak salah memilih rumah. Keputusannya untuk mengikuti Sea malam itu berbuah manis. Setidaknya, sampai detik ini.

"Hei kak ayo kesini!"

Pandangan Sea dan Ethan beralih bersamaan, menuju satu suara yang tengah berteriak dari balik deburan ombak tipis yang menerjangnya. Pria itu tersenyum lebar seraya melambaikan tangannya, memberi isyarat pada dua manusia yang tengah mematung di pantai untuk segera bergabung dengannya menikmati indah lautan.

Sea menoleh, menatap Ethan dan mengajak pria itu untuk menceburkan dirinya di laut. Oh tentu saja kini mereka sudah berganti pakaian. Bukankah tujuan pergi ke pantai memang untuk bermain air? Sea berlari ringan, menyusul Jin yang sudah berendam. Beberapa saat kemudian, Ethan juga turut serta mengikuti mereka.

Jin yang usil tidak akan membiarkan dua manusia itu menikmati air dengan tenang. Ia menyipratkan air dengan liar ke Sea dan Ethan bergantian. Sepertinya genderang perang sudah dimulai. Tak mau kalah, Sea juga melakukan hal yang sama pada Jin. Ethan yang sedari tadi hanya diam, kini mulai aktif mengusili Jin juga.

"Hei! Kalian curang nyerang aku kayak gini!" Jin berteriak, sesekali menghalangi serangan dari Sea dan Ethan yang dilakukan secara brutal itu.

Suara debur ombak kini diiringi oleh suara tawa. Walau terhalang serangan air, Sea bisa melihat dengan jelas bahwa Ethan juga tertawa lepas. Ini pertama kalinya ia menyaksikan pemandangan itu. Pria yang biasanya hanya diam tanpa ekspresi, kini bisa tertawa. Sangat manis. Sangat tampan.

Sea mengalihkan pandangan secepat kilat kala mata hitam legam milik Ethan mendapati dirinya tengah menatap pria itu secara intens. Merasa sedikit canggung, Sea menyeret tubuhnya keluar dari air dan duduk diatas pasir sembari menikmati angin yang semilir.

"Wahhh. Aku ngerasa seneng banget dan bebas hari ini."

Jin berjalan menghampiri Sea, diiringi oleh Ethan, kemudian duduk disamping gadis itu.

"Bukannya menyenangkan kalau kita hidup kayak gini sampai mati? Ga ada orang yang kenal, ga ada yang bisa menghakimi apapun yang kita lakuin saat ini."

Sea menoleh ke kanan, tempat dimana Jin duduk. Pria itu masih menatap lurus ke arah laut. Entah mengapa, perkataan yang baru saja keluar dari mulut Jin terdengar seperti curahan hatinya yang tengah gundah.

Lebih dari tiga tahun mengenalnya, ini sisi baru Nam Jin yang Sea lihat. Akhir-akhir ini pria itu menjadi lebih dewasa, lebih emosional dan terkesan lebih mudah mengungkapkan isi hatinya.

"Kamu mau beli pulau ini?" Gurau Sea, berusaha mencairkan suasana yang mulai serius.

"Itu bagianku."

Sea mengeryit tidak mengerti.

"Bikin candaan kayak gitu, itu bagian aku kak, kamu jangan ambil alih." Jin sedikit menyenggol bahu Sea dengan bahunya, "Arghhh...jadi orang yang serius memang ga cocok sama aku."

"Kamu ga harus selalu kayak gitu."

Sea dan Jin menoleh secara bersamaan ke sumber suara. Merasa sedikit terkejut karena Ethan ikut serta dalam dialog mereka. Ini hal langka mengingat bahwa pria itu lebih sering menjadi pengamat.

"Kadang ga apa-apa kita ngerasa lelah. Kita bisa sedih, marah, atau kecewa, siapa yang ngelarang? Bukannya hati manusia emang kayak gitu? Daripada sibuk pura-pura, kadang ga masalah kalau kita menunjukkan sisi yang berbeda."

"Kamu bicara kayak kamu manusia aja kak." Jin menatap Ethan lekat, antara meledeknya atau biacara fakta, entahlah.

Hening sesaat, kemudian suara tawa mulai terdengar lagi bersama dengan angin laut sore itu. Sepertinya mereka bertiga memiliki tujuan yang sama. Hanya ingin kabur dari realita walau hanya untuk sementara.

Seperti bisa membaca satu sama lain, mereka melanjutkan obrolan dengan topik yang lebih ringan. Matahari yang ditelan cakrawala menjadi saksi bagi tiga orang yang kini tengah melarikan diri.

***

"Bukankah area ini terlalu sepi? Kamu tau darimana ada tempat kayak gini?"

Sea menatap sekelilingnya. Kini mereka ada di dalam mobil, menempuh perjalanan untuk kembali pulang. Jin yang duduk dibalik kemudi menoleh sesaat ke arah Sea yang duduk di kursi belakang.

"Aku punya banyak rekomendasi tempat kayak gini, kamu tau kan dulu kerjaan aku kayak apa kak."

"Apa ini tempat terlarang juga? Aku sama sekali ga lihat tanda-tanda keberadaan manusia selain kita. Hei, apa kita bakal kena skandal lagi?"

"Kamu bercanda? Tentu aja ini bukan tempat kayak itu. Emang sepi karena belum banyak orang yang tau. Aku ga segila itu, Sea Jane. Kalau itu yang kakak pikirin."

"Syukurlah."

Sea menghela napas panjang. Ia menyenderkan punggungnya, sesekali melihat melalui kaca jendela mobil keadaan diluar sana. Sangat sepi. Bahkan lampu jalan juga jarang ditemui. Apa ini yang mereka sebut dengan istilah hidden gem.

Mobil melaju cepat menembus malam yang dingin. Setelah berjalan selama kurang lebih dua jam, mereka akhirnya sampai di JH Apartment. Dengan wajah lelah Sea turun dari mobil, disusul oleh Ethan dan Jin.

"Aku rasa ada hal lain yang harus kita lakuin. Segini belum cukup." Jin berseru.

"Ini udah malem, apa yang mau kamu lakuin?" Sea seolah sudah menentang ide Jin, walau tentu saja pria itu belum mengatakannya.

"Kita harus minum buat ngerayain kebebasan kita. Lagi pula ada satu orang yang harus kita ajari cara bersenang-senang sebagai manusia, kan?" Jin memberi isyarat pada Sea melalui matanya,"Aku ke super market disana dulu bentar buat beli bir, kalian masuk duluan aja, kita pakai apartemenmu dulu ya kak!"

Tanpa menunggu jawaban, Jin langsung berlari, mau tidak mau Sea dan Ethan harus menyetujui ide itu. Sudah pukul 10.30 malam, tapi Jin pasti akan menggila jika keinginannya tidak dituruti.

Karena ini hari yang baik dan suasana hati Sea sedang baik juga, ia tak akan mempermasalahkan apapun. Lagi pula dirinya tidak harus bangun pagi untuk bekerja keesokan harinya.

"Ayo kita tunggu di apartemenku." Ucap Sea seraya berjalan menuju lift.

Ethan adalah tipikal yang sangat penurut. Ia akan mengikuti apapun yang Sea katakan. Bahkan dengan setia ia akan berjalan mengekori gadis itu tanpa ragu. Kini, dua insan itu sudah berada di dalam apartemen Sea. Sudah tidak merasa canggung lagi satu sama lain karena mulai terbiasa.

"Kamu duduk dulu disini, aku mau ganti baju bentar."

Tanpa bicara sepatah katapun, pria yang diberi perintah itu langsung duduk. Mata hitamnya menatap punggung wanita yang berjalan menjauh dan menghilang dibalik pintu. Tidak butuh waktu lama, Sea sudah mengganti pakaiannya.

Ting tong....

Suara bel pintu apartemennya berbunyi.

"Ah...itu pasti Jin." Seru Sea.

"Biar aku aja yang buka."

Ethan segera beranjak dari tempat duduknya. Dengan cepat, tangannya meraih daun pintu. Ia tidak mengecek melalui bel interkom karena sudah pasti hanya Nam Jin yang akan datang kesini. Pintu terbuka, perlahan menampilkan siluet seorang pria tengah berdiri tegap disana.

Sea yang baru saja menenggak segelas air di dapur merasa heran karena tak ada suara apapun masuk ke gendang telinganya. Rasanya aneh, Nam Jin yang berisik kenapa berubah menjadi pendiam? Dan mengapa pula ia tidak segera masuk?

Gadis itu berjalan menuju pintu dan menemukan Ethan masih berdiri disana. Ia memiringkan kepalanya, mencari tau sosok dibalik pintu yang kini berdiri dihadapan Ethan, pandangannya terbatas karena tertutup oleh tubuh pria jangkung itu.

Betapa terkejutnya Sea saat ini, seseorang yang tengah berdiri di depan pintu bukanlah Nam Jin.

"Sean...."Sea bersuara dengan lirih.

_________________________________________________

Sea Jane

Nam Jin


Ethan

Continue Reading

You'll Also Like

189K 19K 24
"𝙏𝙤𝙪𝙘𝙝 𝙮𝙤𝙪𝙧𝙨𝙚𝙡𝙛, 𝙜𝙞𝙧𝙡. 𝙄 𝙬𝙖𝙣𝙣𝙖 𝙨𝙚𝙚 𝙞𝙩" Mr Jeon's word lingered on my skin and ignited me. The feeling that comes when yo...
320K 9.6K 101
Daphne Bridgerton might have been the 1813 debutant diamond, but she wasn't the only miss to stand out that season. Behind her was a close second, he...
1.8M 60.5K 73
In which the reader from our universe gets added to the UA staff chat For reasons the humor will be the same in both dimensions Dark Humor- Read at...
957K 21.8K 49
In wich a one night stand turns out to be a lot more than that.