ALGRAFI

By queenliiiiiii

32.8M 2.6M 1.1M

[SEGERA DI FILMKAN] Berawal dari keinginan bocah laki-laki berusia 7 tahun bernama Algrafi Zayyan Danadyaksa... More

Prolog
ALGRAFI 01
ALGRAFI 02
ALGRAFI 03
ALGRAFI 04
ALGRAFI 05
ALGRAFI 06
ALGRAFI 07
ALGRAFI 08
ALGRAFI 09
ALGRAFI 10
ALGRAFI 11
ALGRAFI 12
ALGRAFI 13
ALGRAFI 14
ALGRAFI 15
ALGRAFI 16
ALGRAFI 17
ALGRAFI 18
ALGRAFI 19
ALGRAFI 20
ALGRAFI 21
ALGRAFI 22
ALGRAFI 23
ALGRAFI 24
ALGRAFI 25
ALGRAFI 26
ALGRAFI 27
ALGRAFI 28
ALGRAFI 29
ALGRAFI 30
ALGRAFI 31
ALGRAFI 32
ALGRAFI 33
ALGRAFI 34
ALGRAFI 35
ALGRAFI 36
ALGRAFI 43
ALGRAFI 47
ALGRAFI 48
ALGRAFI 49
ALGRAFI 50
ALGRAFI 51
ALGRAFI 52
53 : Hidup dan Mati
54 : Empeng
55 : PACAR
56 : TANDA-TANDA
57 : BUKAN
58 : MENUJU
59 : ?
60 : I Love You
61 : Masih
62 : AWAL!!!?
Algra Naya Chat + Info
VOTE COVER & GIVEAWAY
63 : Kuburan
64 : Babak Baru
66 : Bagaimana-
67 : Pisah/Jangan?
68 : Menyesal?
69 : Akhir Bahagia
PO + CERITA BARU
EXTRA PART
MAU GAK?
Epilog
Extra Chapter Books
Kenangan
ALGRAFI SEASON 2
ALGRAFI FILM 🎬

65 : Wajarkah?

204K 25.2K 21.4K
By queenliiiiiii

Chapter 65 : Wajarkah?

Haii....

Sesuai janji, aku lumayan fast kan up nya?

Semoga suka.

Buat yang belum tau, 3 hari lalu aku udah up part 64-nya yaa.

A L G R A F I  6 5

.
.
.

VOTE JANGAN LUPA ❤️

.
.
.

Random:

1. Hp kamu warna apa?

2. Kalo sekolah, biasanya jajan apa?

3. Ada yang udah berkeluarga kah? Atau masih sekolah/kuliah semua?

.
.
.

10K+ VOTE & 10K+ KOMEN

Di part kemarin ±3 hari tembus targetnya, kalo di part ini bisa gak?

.
.
.

BERI AWAN ☁️

.
.
.

OKE, MAKASIH.

SELAMAT MEMBACA 🐑

.
.
.

TARIK NAPAS.... BUANG....

KONTROL EMOSI YA GES YA!


•••

Karena Algra tidak memungkinkan untuk ikut dan juga tidak memungkinkan untuk ditinggal sendirian di Rumah Te Amo, maka yang pergi mengecek kondisi Naya hanya Fannan, Aksa dan Dhafi saja, sedangkan Aka ditinggal untuk menemani Algra.

Bodo amat semisal si Aka jadi korban Algra yang lagi ngereog. Karena yang penting sekarang adalah Naya.

"Buna Onti, Oni takut... Hiks...." Gadis cilik yang tak lain Leoni enggan melepaskan pelukannya pada Naya.

Tadi memang ada yang tidak beres disini, tapi bukan ulah Jyurixz, melainkan maling biasa yang tujuannya hanya untuk mencuri barang-barang berharga. Sesudah Aksa, Fannan, dan Dhafi datang, maling itu kabur lantaran kalah saing saat adu fisik. Akibat dari kedatangan maling yakni Leoni sangat ketakutan, selebihnya masih bisa dikendalikan. 

"Nini udah nggak apa-apa kok." Fannan yang notabenenya suka anak kecil berlutut di hadapan Leoni untuk menghiburnya. "Bobo sama Om Annan ayo," ajaknya.

"Om Annan siapa?"

"Om kamu juga, Nini." Mencomot tangan Leoni, menggenggamnya di depan dada sambil memberikan senyum manis.

Aduh, Nan. Anak kecil aja kamu gituin.

"Tapi nama Oni bukan Nini."

"Oooh jadi salah, oke deh Oni, ayo bobo," ajak Fannan lagi. Kali ini cowok itu menggendong Leoni dan membawanya ke ruang tengah atas instruksi Aksa.

Aksa meloloskan napas lega. "Untung ada Fannan."

Sementara Fannan mengasuh Leoni, Dhafi dan Aksa sibuk menenangkan Naya yang panik karena Algra tidak pulang bersama mereka.

"Algra mana, Aks, Dhaf?" tanya Naya kesekian kali.

Bukan tak mau jawab, Aksa dan Dhafi bingung mau bagaimana bilangnya. Jujur kalau Algra sedang mabuk di Rumah Te Amo? Lalu, kalau Naya tanya-tanya lagi soal mabuknya Algra bagaimana?

Pasti ribet, apalagi yang dihadapi adalah perempuan hamil yang emosinya sama sekali tidak bisa diajak kompromi.

Aksa menggaruk pelipisnya bingung. "Algra anu, itu—"

"Anu itu apa?" sela Naya curiga, ia refleks maju satu langkah dan memukul pundak Aksa. "Jawab!"

"Dhaf?" Lantaran Aksa masih bungkam, Naya beralih ke Dhafi. "Algra mana?"

Keinginan Naya untuk menemui Algra saat ini mungkin tak akan seperti yang dibayangkan. Perempuan 17 tahun itu sama sekali belum tau kalau semuanya sudah berubah. Algra bukanlah Algra yang menyayanginya lagi. Algra yang sekarang adalah Algra yang kalut dengan dendam.

Obsesi Algra untuk melindungi Raya sangat berlebihan. Singkatnya, dia rela mengorbankan apa dan siapa saja yang berani mengusik kehidupan Raya.

Prak

"Aksa, Dhafi. Gue nanya loh dari tadi!" Saking kesalnya karena tak kunjung diberi jawaban, Naya membanting kotak tisu yang kebetulan mudah ia raih dari atas meja.

"GUE DISINI!"

Cowok tinggi dengan aura negatif yang seakan betah menemaninya, berjalan sempoyongan ke arah tiga manusia yang berdiri 6 meter darinya.

Bersama langkah yang sangat tidak ajeg, ia mendekat ke sana. Matanya merah serta layu, rambutnya berantakan, apalagi pakaiannya. Ya, dia Algra. Tadi Aka sempat menahannya agar tidak kesini, tapi apa daya tenaganya kalah kuat dengan Algra yang sedang dalam kondisi mabuk.

"Algra... Gue kangen." Dengan cepat Naya mendekap tubuh yang satu meter lagi sampai ke tempatnya berpijak. Rasa rindunya mengabaikan kondisi abnormal yang dialami suaminya.

"Lepasin gue!"

"Tadi ada maling yang masuk rumah kita, Gra," adunya tak memperdulikan respon Algra sebelumnya.

"Lepas."

"Please, gue takut banget kalo inget maling itu mau pukul gue pa—"

"LEPASIN GUE BILANG!" Algra menghempas kasar tubuh Naya. Untung tak jauh dari sana ada Dhafi, sehingga Naya tidak tersungkur ke lantai.

Naya melongo, tak paham dengan sikap Algra yang begitu.

"Gra?"

"Singkirin wajah polos lo itu, karena itu sama sekali nggak mencerminkan diri seorang jalang seperti lo!" bentak Algra pada Naya.

Dari jarak kurang lebih 1 meter, Naya memberi tatapan kosong pada sang suami. Malam-malam begini, otaknya dipaksa berpikir soal kemungkinan. Kemungkinan antara kumatnya Algra, mabuk, atau malah itu semua dilakukan penuh kesadaran.

Naya memaksakan senyum, melangkah maju dan membelai pipi Algra. "Algra sekarang kumatnya jadi psikopat ya, bukan jadi bayi Algla lagi?" ucapnya seraya memandangi seluruh tubuh Algra yang teramat berantakan.

Algra tidak membalas apapun, ia menepis tangan Naya kasar sebelum berjalan cepat menaiki tangga.

"Nay...."

Atas panggilan Aksa, Naya mengurungkan langkahnya.

"Lebih baik jangan disusul dulu, Algra lagi nggak baik-baik aja, dia mabuk," kata cowok yang tadi memanggil Naya.

"Justru itu, gue harus temenin Algra," respon Naya sebelum melanjutkan kembali langkahnya.

Tiga cowok yang ada di sana tidak bisa berbuat banyak lagi. Membiarkan Algra dan Naya menyelesaikan masalahnya sendiri mungkin yang terbaik.

"Gra? Lo dimana?" Saat masuk ke kamar, Naya celingukan mencari keberadaan Algra.

Melihat akses pintu ke balkon kamar terbuka seperempat, ia tersenyum. Gadis itu mengekspedisikan kakinya ke sana. Di balkon yang dimaksud, Algra sedang berdiri menantang arah angin.

"Gra? Udah malem, emang nggak dingin ya di luar gini?" tanya Naya dengan nada lembut.

Tidak mendapat respon apa-apa, gadis bernama belakang Dya itu memeluk Algra dari belakang. "Gue peluk ya biar nggak kedinginan." Di balik punggung lebar itu, Naya tersenyum tulus.

"Kenapa harus lo, Nay?" Susah payah Algra mengatur napasnya saat mengingat semua itu.

Kenyataan ini sangat pahit. Kalau bukan saksi mata itu yang beri kesaksian, Algra tidak akan percaya.

Mulai siang tadi, Algra pindah haluan. Algra bukanlah Algra yang dulu lagi, ia berubah. Berkat saksi dan bukti dari Felix yang begitu meyakinkan, Algra mempercayainya.

Algra percaya kalau Naya bek*san.

Algra percaya kalau Naya pernah hamil anak Felix.

Bahkan,

Algra berpendapat kalau Naya lah yang harus bertanggung jawab atas depresinya Raya.

Dan mulai hari ini, Algra mulai ... Mulai membencinya. 

Lalu, kenapa Felix memberi informasi seperti itu pada Algra?

Apa itu inisiatifnya sendiri?

Atau ada dalang yang membuat keadaan menjadi seperti ini?

"Algra, lo tau nggak kalo gue udah ngerasain bayi kita gerak-gerak?" Naya antusias bercerita saat masih memeluk Algra dari belakang. Entah apa yang bergerak di perutnya itu, tapi Naya beranggapan kalau itu bayinya.

Sementara di balik sana, Algra sama sekali tidak merespon apapun yang Naya lontarkan. Lelaki itu hanya fokus menatap gelapnya langit malam tanpa bintang. Gelap sekali—persis seperti suasana hatinya saat ini.

"Lo mau coba rasain gerakan bayi kita nggak?" Naya melepas pelukan, melangkah ke samping dan memunculkan wajahnya di depan Algra.

Mata coklat milik Naya terpaksa melihat pemandangan tidak mengenakkan di wajah sang suami. Bukan hanya tidak merespon, saat ini Algra malah terang-terangan menunjukkan wajah tak suka terhadap Naya.

"Gra?"

"Pergi dari gue sekarang," titah Algra dengan nada rendah.

Naya menggeleng tanda tak mau.

"Gue mau sendiri, pergi sekarang." Lagi, Algra memerintah Naya agar pergi. Di alam bawah sadarnya pun ia masih ingat kebenciannya terhadap orang yang ia anggap harus bertanggung jawab atas penderitaan dan depresinya Raya.

Naya menggeleng lagi.

Algra menarik napas dalam dan mempererat kepalan tangannya. "NAYANIKA, GUE BILANG PERGI DARI GUE SEKARANG!" bentaknya lantang.

Wajah Naya spontan menunduk. Ia ketakutan, hatinya berdesir ngilu. Baru pertama kali Algra membentaknya begini.

Ada apa gerangan? Naya yang tak paham apa-apa hanya bisa bertanya dalam hati.

Masih dalam keadaan menunduk, bulir-bulir air mata jatuh. Menderas dengan cepat membasahi pipi bahkan menghujani lantai yang tengah dipijaknya.

"Gue nggak mau pergi." Setelah membiasakan napasnya, Naya kembali bicara.

Lelaki yang berdiri di depan Naya saat ini terlihat bukan seperti Algra yang menyayangi Naya. Perhatian, rasa sayang, rasa menghargai, bahkan belas kasih pun tak terlihat di mata lelaki itu. Ia sama sekali tidak perduli dengan Naya yang menangis.

Sejauh ini, Naya masih tersenyum. It's ok, Algra begitu karena sedang mabuk.

"Kalo lo nggak mau pergi, biar gue yang pergi," ucap Algra nyaris berbisik.

Lelaki itu melangkah menjauh, meninggalkan Naya sendiri saja.

"Algra, tunggu...."

Panggilan dari Naya sama sekali tidak digubris, sampai pada akhirnya Algra benar-benar tidak terjangkau lagi oleh pandangan Naya.

Tiga cowok yang masih stay di ruang tengah dapat menyaksikan dengan jelas langkah terburu-buru dari Algra. Salah satu dari mereka, yakni Aksa, memilih untuk mengikuti arah perginya suami Naya tersebut.

"Kenapa?" Di luar sana Aksa memberhentikan langkah Algra dengan satu tepukan di bahu. "Kenapa bisa lo percaya itu? Lo sadar kan kalo Felix musuh kita?"

Aksa menampilkan smirk tipis. "Oh iya gue lupa, lo kan lagi mabuk, Gra."

"Gue udah nggak mabuk, satu botol wine cuma ngefek sebentar di badan gue," tanggap Algra.

"Kalo beneran lo udah nggak mabuk, kenapa bisa lo sekasar itu sama Naya? Jangan kira gue sama yang lain nggak denger lo ngebentak Naya tadi!" Tangan Aksa mengepal. Ingin sekali ia memusnahkan jenis laki-laki yang berani-beraninya bersikap kasar terhadap perempuan, terlebih istri yang sedang mengandung.

"Seandainya lo jadi gue, gue yakin lo akan ngelakuin hal yang sama," balas Algra berapi-api.  

Aksa meloloskan napasnya pelan, mengajak Algra duduk di teras yang disampingnya terdapat tanaman hidroponik.

"Nggak, nggak akan. Kalo gue jadi lo, gue akan tetap berusaha buat percaya sama Naya," kata Aksa masih kesal dengan sikap ketuanya itu.

Algra mengeluarkan ponsel, menunjukkan beberapa foto yang sudah Aksa lihat sore tadi. Ya, foto itu adalah foto yang membuktikan jikalau Naya pernah melakukan hal tidak benar diusianya yang masih 14 tahun bersama Felix.

Aksa berdecak pelan saat selesai melihat foto-foto vulgar itu untuk kedua kalinya. "Ck, lo percaya?"

"Video, juga saksi mata?" Algra balik bertanya. "Saksi mata yang Felix bawa itu temen kakak gue, namanya Siska, gue masih inget dengan jelas kalo dia satu-satunya sahabat kakak gue dari kecil. Dan sekali lagi gue tekankan, Siska adalah sahabat baik kakak gue. Gak mungkin dia bohong!" 

Mempertimbangkan semuanya membuat Aksa menjadi bingung sendiri.

"Ini berat, tapi tetep aja gue masih nggak percaya." Aksa kembali menempatkan tangannya di bahu Algra. "Inget, Felix itu musuh, selain kakak lo, dia juga pernah memperkosa adik salah satu anggota kita, bahkan dia juga bunuh cewek itu sampe meninggal."

"Tujuan awal kita nyari Felix adalah untuk kasus pemerkosaan dan pembunuhan banyak perempuan, bukan kak Raya aja," lanjutnya.

"Gue nggak bisa tutup mata soal yang lo bilang barusan, tapi gue juga nggak bisa tutup mata soal Naya yang ternyata jalang," ucap Algra berapi-api. Agaknya efek wine masih tersisa di badan cowok ini. Bisa-bisa dia sekasar itu omongannya.

"Atau jangan-jangan, dia hamil sekarang bukan karena gue?" lanjutnya.

BUGH

"JAGA OMONGAN LO, BANGSAT!" Aksa berdiri, menyeret paksa Algra seraya memberikannya satu tinjuan keras.

"Itu kenyataannya, lo nggak cukup berpengalaman untuk menilai ini semua, Aks." Algra menepis tangan Aksa yang berada di kerah bajunya sebelum melenggang pergi.

Algra berubahnya nggak ngotak, bisa-bisanya dia nilai Naya serendah itu.

Di lain sisi, Naya masih berdiri menantang angin di balkon kamar. Air matanya belum usai terjun, ia masih menangis. Bahkan tangisnya tambah hebat saat mengingat bentakan Algra tadi.

"Gue salah apa? Harusnya lo bilang Gra, gue nggak suka dibentak kaya tadi." Perempuan itu menggenggam erat air mata yang mengisi permukaan telapak tangannya.

Walau Algra sedang tidak disini, hatinya tetap saja terasa ngilu, pedih—serasa teriris mengingat apa yang tadi Algra katakan.

Satu helaan napas mengiringi sapuan tangan Naya terhadap tangisnya. Ia merogoh kantong baju dan mengeluarkan handphone. Ia berusaha tersenyum kala layar ponsel menampakkan room chat-nya bersama Algra.

Algra 🍌

Gra?//
_

Senyum Naya lenyap melihat tanda yang muncul di room chat. "Biasanya, kalo centang dua abu-abu, Algra langsung bales." 

Pagi harinya, Naya terbangun dari tidur dengan keadaan tubuh yang terasa tidak seperti biasanya. Kalau di hari biasanya ia bisa merasakan kesegaran karena otaknya fresh setelah beristirahat, kini tidak, kesegaran itu tak ada melainkan sebaliknya. Stok udara yang cukup di dimensinya pun tak mampu membuatnya leluasa bernapas—dadanya sesak seperti ada yang mengganjal.

Naya menghela napas berulang sebelum beranjak mencapai posisi duduk. Dilihatnya sekeliling. Kamarnya kosong, sepi dan hampa karena tidak ada Algra. Semalam, ia tidur sendirian tanpa sang suami, hanya boneka pisang serta Cupang yang menemani.

Bicara soal Leoni, dia betah tidur bersama Fannan.

"Sayang, kamu kangen Papa ya?" Naya menatap sendu perutnya. Barusan saja ada yang bergerak di perutnya. 

"Kamu sabar ya, Mama mandi dulu... Nanti mama janji akan buat papa peluk dan cium kamu." Tatapan sendunya berganti menjadi senyuman menenangkan. Saat ini, jabang bayinya itu turut memberinya kekuatan yang begitu besar.

Pukul setengah enam pagi ini Naya memulai rutinitas paginya. Setelah selesai, ia keluar kamar, berharap ada Algra di ruang tengah atau ruang makan.

Namun harapannya tak sesuai ekspektasi, matanya tidak menemukan keberadaan Algra. Kenyataannya di dalam rumah itu hanya ada Fannan dan juga Aksa yang sengaja menginap disini. Dhafi pulang malam tadi, Aka juga.

"Morning, princess...." Aksa berdiri dari duduknya, menghampiri Naya. Ia membawakan secangkir susu ibu hamil yang dibuatkan Bi Jinah.

"Minum susu, terus sarapan," kata Aksa seraya menyerahkan susu itu pada Naya.

"Kebalik Aks, harusnya sarapan dulu baru minum susu," Fannan mengoreksi disela-sela aktivitasnya menyuapi Leoni. Baru sekali ketemu, sudah akrab sekali dia dengan keponakannya Algra. Syukurlah.

Naya tersenyum tipis, melangkah pelan hingga sampai di meja makan. "Thanks guys."

"Pagi Oni." Mengecup kening Leoni. Di tekadnya, jangan sampai anak kecil tau permasalahan mereka.

"Pagi juga Buna Onti...." Leoni menyengir kuda.

"Algra belum kesini?" tanya Naya selanjutnya.

Aksa dan Fannan saling tatap. Mau jawab apa mereka. Perlukah mereka bilang kalau Algra sudah tidak perduli lagi dengan Naya?

"Algra—" Aksa mengetuk-ngetuk pisau roti pada piring lantaran sedang memikirkan jawaban apa yang paling tepat.

"Algra...."

Senyum Naya mengembang, Aksa menghentikan kegiatan ketuk mengetuk pisau roti, dan Fannan memulai napas lega saat Algra muncul di ruangan itu.

Naya bangkit dan berlari kecil ke arah Algra.
"Jangan tinggalin gue lagi ya," tutur Naya yang langsung memeluk erat suaminya.

Beda dengan Naya yang tersenyum lebar, Algra sama sekali tidak berekspresi. Laki-laki itu juga tidak membalas pelukan Naya. 

"Gra, baby kita mau lo peluk dan cium." Naya melonggarkan pelukan, meraih tangan Algra dan meletakkannya di perut.

Satu tangan Algra ikut bereaksi melepaskan satu tangannya dari genggaman dan menjauhkannya dari perut istrinya. "Baby?"

Naya mendongak, menatap Algra datar. "Baby itu bahasa Inggris dari bayi, Gra," jelasnya.

"Gue tau, tapi yang gue tanya, bayi yang ada di perut lo itu bayi siapa? Felix?" tutur Algra membuat mata Naya terbelalak lebar.

•••

2188 words

Sabar, pasti ada alasan atas apa yang terjadi.

Oot, PENTING!!!

4 APRIL 2022 PRE ORDER (PO) ALGRAFI

Pas banget sama shopee 4.4, jadi bisa lah gratis ongkir + cashback.

.
.
.

Gimana part ini?

Waktu dan tempat untuk menghujat Algra, Felix dan Raya dipersilakan 😶

Buat Aksa & Fannan mau ada yang disampaikan?

Dhafi, Aka?

Author?

.
.
.

10K+ VOTE & 10K+ KOMEN FOR NEXT.

Bisa gak ±3 hari kayak kemarin?

.
.
.

Spam ☁️ 1K+

Spam ❤️ 1K

Spam next sebanyak-banyaknya 🔥

Semangat queenliiiiiii!!!

.
.
.

THANKS YA ☁️

SEE YOU ✨

.
.
.

26 Maret 2022

Salam Sukses

Queenliiiiiii

.
.
.

Happy birthday Aksa Darren Adelio 🎉

26 Maret

...

"Gue juga gak mau ada di posisi ini."

.
.
.

A L G R A F I

Continue Reading

You'll Also Like

5.7M 243K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
4.9M 372K 52
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
740K 50.3K 42
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
3.7M 296K 49
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...