Find Me through Your Ears

Por dheadusak

526 90 452

Gara-gara bisikan earphone ajaib yang bisa bersuara sendiri, Talisha yang mageran mendadak mau jadi atlet Wus... Más

[Prakata] WWP 2022
Prolog
[1] Ospek Karet
[2] Kabur
[3] Atlet Rebahan
[5] Ngamuk
[6] Garuda Bukan Kenari
[7] Who Are You?
[12] Where Are You?

[4] Esa?

23 3 26
Por dheadusak

Hi! Balik lagi, ya? Terima kasih <3

***

"Wah banyak sekali, ya, UKM-UKM keren di universitas kita! Nah, adik-adik, udah pada menentukan pilihan belum?"

"Udah pada jawab di kolom chat juga nih, Ayu."

"Wah ternyata udah pada menjatuhkan hati ya. Eh, oh, ada yang belum. Ada yang masih mikir. Oke ...."

"Berisik." Talisha mengempas tubuhnya ke sandaran kursi, meraba-raba meja untuk meraih Esa dan segera menancapkan kedua buds-nya di telinga. Dia menyesal telah begitu memuji suara MC yang sangat adem. Ternyata lama-lama bosan juga. Dari tadi Talisha sibuk berandai-andai kalau virus menyebalkan itu tidak pernah ada di dunia. Tentu saja sekarang dia sedang berada di aula besar milik universitas, duduk bersebelahan dengan orang-orang baru, berkenalan, bercengkerama, tertawa, dan curi-curi pandang dengan kakak tingkat yang ganteng. Ah, OSPEK online benar-benar membosankan.

Talisha tahu, ini semua baru awal mula dari semua kisah perkuliahan yang mungkin akan dia lewatkan gara-gara pandemi. OSPEK yang katanya banyak cerita, sekarang diwakili oleh layar laptop saja. Entahlah ke depannya akan ada berapa banyak momen yang tidak bisa ia dapatkan.

"Kamu harus mengikuti kegiatan di luar perkuliahan."

Suara itu masih terdengar seperti Esa yang biasanya, tapi kali ini isi kalimatnya terdengar agak masuk akal. Semoga saja Esa tidak eror lagi. "Kenapa gitu?"

"Supaya kamu tahu rasanya berkuliah."

Talisha mengerutkan kening. Tidak, itu sama sekali bukan ide yang buruk, tapi ... supaya tahu rasanya berkuliah? "Maksudnya?"

"Kamu akan menjadi atlet, Talisha."

"BODO AMAT!" Talisha salah, Esa masih eror. Masih sangat eror.

***

Rumah Talisha sedang berisik hari ini. Felisha membawa teman-temannya yang super-duper cewek ke rumah--suara mereka cempreng sekali, kalau ketawa bisa membangunkan macan tidur. Kali ini Talisha memang sedang tidak bergelut dengan tugas OSPEK yang menyebalkan. Setelah bolak-balik memperbaiki mood, ternyata tugas esainya berhasil diselesaikan. Namun, dari tadi Talisha memutar kepala gara-gara bingung harus memilih UKM yang mana.

Setelah mendengar penjelasan kakak tingkat dan beberapa info tambahan dari berbagai sumber termasuk teman-teman dekatnya, Talisha tahu bahwa sebenarnya UKM itu tidak benar-benar wajib diikuti, tapi Talisha tetap harus aktif berkegiatan dan mengumpulkan sertifikatnya untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan--yang sejujurnya belum benar-benar dia pahami apa maksudnya. Jadi, demi mengurangi beban di masa depan, Talisha merasa dirinya harus memilih UKM sesegera mungkin.

Grup WhatsApp angkatannya sekarang sudah berisi lebih dari enam ratus bubble chat yang belum dibaca. Jelas Talisha malas membacanya. Alhasil, dia memberanikan diri untuk memilih salah satu orang yang terlihat informatif dan menghubunginya secara personal. SKSD--sok kenal sok dekat--kadang-kadang memang diperlukan.

Dengan mengucap doa dan menarik napas panjang, Talisha mengirimkan pesan, "Halo. Salam kenal, aku Talisha, angkatan 2020. Boleh tau siapa nama kamu?"

Talisha memelotot karena ternyata tak perlu waktu lama untuk dua centang abu-abu itu berubah menjadi biru. Orang itu fast respond sekali. "Hai, Talisha! Aku Resta. Salam kenal!" Orang itu juga mengirim stiker Patrick yang sedang tersenyum lebar. Talisha mengernyit.

"Hai, Resta. Em... kalau boleh tau, kamu udah milih UKM belum?"

Kecepatan centang abu-abu berubah menjadi centang biru masih sama, tetapi kali ini tampaknya orang bernama Resta itu berpikir lebih lama sebelum mengetik jawaban. Talisha si overthinker pun mulai menggigit jari, takut pertanyaannya terlalu sensitif. Eh, tunggu, memangnya bertanya soal UKM itu sensitif, ya?

"Ya! Aku UKM Wushu. Kamu mau join, Talisha?"

"Wushu? Itu apaan?" Talisha tak perlu waktu lama untuk menekan tombol kirim.

Dan, Resta membalas sama cepatnya, "Wushu itu seni bela diri dari China. I bet you'll like it. Mau nonton video UKM kami dulu?"

UKM kami? Mengapa Resta mengatakan itu seolah-olah dia sudah lama bergabung dengan UKM itu?

"Boleh." Akhirnya hanya itu yang terkirim.

Resta membutuhkan waktu sekitar tiga puluh delapan detik sebelum mengirimkan tautan YouTube pada Talisha. Sepuluh detik selanjutnya dihabiskan untuk mengetik pesan yang ... waw, ternyata cukup panjang.

"Itu video dokumentasi dari promosi UKM Wushu di kegiatan OSPEK tahun lalu, yang offline. Nah, karena sekarang online, kami cuma bisa kasih video. Maaf, ya :(. Semoga ini nggak mengurangi keinginan kamu buat gabung di UKM Wushu."

Belum sempat Talisha mengetik balasan, satu bubble chat lagi muncul di bawahnya.

"Kalau kamu mau informasi lebih lanjut tentang UKM Wushu, boleh banget join roadshow kami sore ini, ya. Sebentar lagi aku kirim link Zoom Meetingnya. Tenang aja, nggak harus on cam dan nggak ada aturan pakaian kayak OSPEK, kok! Kita santai aja. Dan, aku tunggu banget kabar baik dari kamu buat daftar UKM Wushu!"

Otak Talisha rasanya sedang berputar-putar. Memang tidak ada bahasa ataupun penempatan kata yang aneh pada kalimat Resta, tetapi ini terdengar aneh. Dari tadi, anak itu mengajak Talisha masuk UKM Wushu seolah-olah dia adalah senior di sana. Apa mungkin dia memang bergabung UKM lebih dulu? Atau ... jangan-jangan, dia memang senior?

Talisha memelotot. Cepat-cepat dia mengecek kembali room chat grup angkatannya untuk memastikan siapa Resta. Namun, saat berusaha menggulir seisi pesan, satu notifikasi baru muncul di atas layar. Dari Resta.

"Omong-omong, aku dari angkatan 2019. Semoga kita bisa jadi teman akrab di UKM Wushu, ya, Talisha!"

Mampus gue!

***

"Selamat sore semuanya. Wah, ternyata sudah banyak yang join, ya. Karena sudah pukul delapan belas nol nol, bisa kita mulai saja, ya, kegiatan roadshow-nya."

Talisha menjatuhkan punggungnya di kursi. Dia ingin mengatakan bahwa dirinya dijebak, tetapi kemudian sadar bahwa dia sendirilah yang menjebakkan dirinya. Mengapa pula dia secara acak menghubungi orang tanpa mengecek terlebih dahulu, padahal memang ada beberapa kakak tingkat yang sedang menyelundup ke dalam grup angkatan untuk menyampaikan informasi soal UKM-UKM mereka.

Layar laptop sekarang sedang menampilkan penayangan slide-slide powerpoint yang berisi materi pengenalan UKM Wushu. Talisha sama sekali tidak mengerti apa isinya. Dia hanya manggut-manggut sambil memandangi wajah ketua UKM yang terlihat pada pojok kiri atas. Ternyata ganteng.

Deretan prestasi para atlet UKM kini ditampilkan silih berganti. Talisha sesekali memelotot melihat kehebatan mereka, tetapi tetap saja dia merasa tidak tertarik. Menjadi atlet bela diri benar-benar terlalu jauh dari semua cita-cita dan angan-angannya yang paling gila sekalipun.

"Nah, kalau soal sistem pelatihan, kayaknya bakal lebih afdol kalau dijelasinnya langsung sama divisi kepelatihan, ya. So, untuk sistem pelatihan bakal dijelasin sama Kak Garuda, ya, Guys."

Sementara si pembicara memamerkan deretan prestasi yang pernah diraih oleh Garuda yang katanya seorang atlet itu, Talisha sedang sibuk memikirkan UKM lain yang sekiranya lebih matching dengan dirinya yang mageran itu. Adakah UKM tidur? Atau sejenisnya yang bisa memberikan SKP--satuan kredit partisipasi--tanpa harus menyumbang keringat?

"Halo. Ya, seperti yang sudah diperkenalkan sebelumnya, namaku Garuda Kesawa ...."

Talisha tersentak saat suara itu muncul. Cepat-cepat dia meraba telinga, memastikan bahwa sedang tidak ada benda yang tersumpal di dalamnya. Tidak ada. Benar-benar tidak ada. Tapi suara itu?

"Jadi, sistem kepelatihan di UKM kita ini ...."

Suara itu berasal dari laptop! Talisha memelotot. Dia mendekatkan telinganya ke speaker, memastikan bahwa anggota tubuhnya itu sedang tidak ikut-ikutan eror seperti Esa.

"Nah, untuk tempat latihan sendiri, kita sebenarnya punya dua. Ada di ...."

Tidak. Itu benar-benar berasa dari laptop. Bagaimana mungkin suara itu bisa keluar dari laptop? Talisha yakin seyakin-yakinnya bahwa suara itu adalah suara Esa, suara yang setahun belakangan ini menemani hari-harinya. Tapi, bagaimana mungkin?

Talisha menggeleng-geleng. Cepat-cepat dia mengambil Esa dari laci meja dan segera menancapkan buds-nya di telinga. "Sa? Sa? Esa? Lo bisa denger gue, nggak?"

"Baik, sekian saja yang dapat aku sampaikan, mungkin aku kembalikan ...."

Tidak ada balasan dari Esa. Hanya suara dari laptop yang dapat terdengar. Tunggu, mengapa suara Esa dan Garuda terdengar benar-benar sama? Mengapa Esa tak kunjung muncul padahal biasanya dia selalu ada saat Talisha memanggilnya?



***



With love,

Dhea Dusak

Seguir leyendo

También te gustarán

391K 48.1K 33
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...
6.3M 270K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
293K 21.8K 34
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
4.5M 271K 62
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...