Happy reading!
~•~
"Seru sekali kak!!!" teriak Gane, ia tak menyangka akan seseru ini. Rasanya seperti terbang tapi ini menggunakan mesin, bukan dengan sihir. Adrenalinnya sangat terpacu saat ini.
Setelah 10 menit kemudian permainan selesai. Argon dan Gane turun, tapi Gane berhenti.
"Aku ingin naik lagi kak." Alle melihat Gane terkejut, ia segera menarik tangan adiknya keluar dari permainan itu.
"Tidak ada, kita naik yang lain saja. Masih banyak wahana lain yang belum dicoba." Mendengar perkataan Alle, Gane mengangguk dengan tak rela.
"Aman kan?" tanya Argon.
"Seru!!" jawab Gane.
"Dasar ya kamu," Argon mengusak rambut Gane.
Mereka sampai di sebuah wahana. Kali ini malah Argon yang terlihat excited. Ia menoleh ke arah Gane.
"Ini baru wahana yang cocok buat kamu."
Gane mengernyit, bukankah di depan mereka ini hanya sebuah permainan yang berputar. Kebanyakan yang menaiki wahana ini adalah anak kecil. Gane menatap tak terima pada Argon, enak saja ia cocok menaiki wahana cupu seperti itu.
"Aku tidak mau menaiki itu, kakak saja." Gane bersedekap tangan, Argon dan Alle menatap heran pada adik bungsu mereka. Bukankah ia harusnya sangat senang dengan wahana itu, bahkan sampai tidak bisa berhenti menaikinya dan harus dipaksa pergi dari wahana yang bernama komedi putar itu.
"Kamu yakin tidak mau naik?" tanya Alle memastikan, yang dijawab gelengan singkat oleh Gane.
"Yasudah kita ke wahana lain saja."
Alle dan Argon menawarkan beberapa wahana yang dirasa aman untuk adik mereka. Namun yang terjadi sedari tadi ialah Gane yang meminta agar mereka menaiki wahana yang ekstrim. Kecelakaan yang dialami Gane berpengaruh besar, pikir mereka.
Gane merengek ingin menaiki Halilintar yang ada di depan mereka. Wahana ini merupakan salah satu wahana terekstrim di dunia. Tentu saja Alle tak akan mengizinkan Gane bermain, walaupun safety nya pasti sudah tingkat international, tetap saja rasa khawatir memenuhi relung hatinya. Sepertinya kesalahan besar membawa Gane kemari. Lihat saja, anak itu sudah ngambek dengan posisi duduk di bawah, terletak tengah-tengah kerumunan orang-orang yang lewat.
"Aku ingin menaiki wahana itu, titik." Gane merengek dengan matanya yang berkaca-kaca. Argon yang tak tega membujuk Alle agar memperbolehkan Gane menaiki wahana itu.
"Aku sudah pernah naik wahana itu kak, aman-aman saja. Lihat adikmu sudah jadi perhatian banyak orang."
Alle melirik ke sekitar, benar saja. Kenapa ia baru sadar? Pemuda 25 tahun itu menghela nafas lelah. Sifat keras kepala anak ini tetap tidak berubah ternyata.
"Baiklah, hanya sekali ini. Setelah itu kita pulang, tidak ada bantahan." Alle berkata dengan sangat terpaksa. Ia tak ingin mereka jadi bahan perhatian. Terutama adik tercintanya yang tengah memelas mengundang pekikan gemas orang-orang yang lewat, bahkan berhenti di sekeliling mereka.
"Are you sure?" Alle mengangguk, mengundang pekikan senang Gane.
Argon menggendong Gane, tak mau lagi adiknya menjadi pusat perhatian. Padahal banyak juga yang berhenti karena Argon dan Alle. Paras mereka yang rupawan, tentu saja tak bisa dilewatkan.
Mereka bertiga sudah siap duduk di wahana itu, tentunya dengan sabuk pengaman yang telah terpasang. Alle melirik Gane yang terlihat tidak takut sama sekali. Bahkan anak itu berteriak kegirangan.
"Dasar bocah."
Wahana tersebut mulai berjalan. Teriakan orang-orang yang menaikinya terdengar sangat kencang. Badan mereka terguncang dan terlempar akibat wahana itu.
"Aaa seru sekaliiii!!!" ujar Gane. Ini lebih menyenangkan daripada naik naga terbang di dunianya yang sebelumnya.
"Ampunilah dosaku Tuhan." Suara Argon tak kalah keras. Sementara Alle masih dengan wajahnya yang datar tanpa ekspresi. Tiga saudara ini memang sangat beragam.
Setelah 20 menit kemudian wahana berhenti.
"Aku nggak ingin naik wahana ini lagi," ujar Argon yang saat ini memeriksa detak jantung dan kewarasannya, masih ada atau tidak.
"Kamu ini memang cupu," ejek Alle melihat kelakuan Argon. Padahal tak ada yang memaksanya naik ke wahana itu.
"Enak aja, aku ini gagah dan pemberani."
"Tadi siapa yang meminta agar wahananya dihentikan?" sindir Gane membuat Argon menatap tak percaya pada sang adik. Dia tak salah dengar kan, kemana adiknya yang manis?
"Tadi kakak hanya akting." Ucapan Argon hanya dibalas anggukan oleh Gane, tapi Argon bisa melihat tatapan Gane yang mengejeknya. Karena sebal Argon mencium pipi Gane, berusaha membuat Gane sebal. Argon langsung terkekeh melihat Gane yang mengelap pipinya dan memandang Argon sebal.
"Kamu kapan tidak menggemaskan sih?"
"Aku tidak menggemaskan," balas Gane dengan menggembungkan pipinya secara tak sadar. Alle yang melihatnya tak bisa untuk tetap mempertahakan wajahnya yang tanpa ekspresi itu. Akhirnya Alle menggendong Gane dan menghujami sang adik dengan kecupan di wajah.
"Stopp!!!" Gane mendorong wajah Alle dengan telapak tangannya. Argon ingin tertawa sangat keras melihat ekspresi pahit Alle karena penolakan Gane, tapi ia masih sayang nyawa dan menahan agar tak menyemburkan tawanya.
"Jangan cium lagi, aku sudah dewasa."
Argon akhirnya tak bisa menahan untuk tak tertawa. Lelucon yang diucapkan Gane sungguh sangat lucu, dewasa? Apanya yang dewasa?
"Kamu bercanda?" tanya Alle dengan tatapan tak percaya.
"No, aku memang sudah dewasa. Turun, aku tidak mau digendong."
"Tidak akan."
Gane memberontak, tapi tentu saja tenaganya kalah kuat dengan Alle yang titisan Hulk. Akhirnya ia pasrah saja saat Alle kembali melayangkan tatapan tajamnya membuat dirinya menciut seketika. Sepertinya aura kepimimpinan dan ketegasannya sudah hilang tertinggal di dunianya.
"Diam," Alle kembali mencium Gane yang kali ini hanya bisa diam.
***
Janlup vomment ya ✨
Semoga cerita ini bisa cepet lanjut lagi :))
Oiya bakal ada cerita baru :v
Soon ya, see you!
07/08/22