ALGRAFI

By queenliiiiiii

32.8M 2.6M 1.1M

[SEGERA DI FILMKAN] Berawal dari keinginan bocah laki-laki berusia 7 tahun bernama Algrafi Zayyan Danadyaksa... More

Prolog
ALGRAFI 01
ALGRAFI 02
ALGRAFI 03
ALGRAFI 04
ALGRAFI 05
ALGRAFI 06
ALGRAFI 07
ALGRAFI 08
ALGRAFI 09
ALGRAFI 10
ALGRAFI 11
ALGRAFI 12
ALGRAFI 13
ALGRAFI 14
ALGRAFI 15
ALGRAFI 16
ALGRAFI 17
ALGRAFI 18
ALGRAFI 19
ALGRAFI 20
ALGRAFI 21
ALGRAFI 22
ALGRAFI 23
ALGRAFI 24
ALGRAFI 25
ALGRAFI 26
ALGRAFI 27
ALGRAFI 28
ALGRAFI 29
ALGRAFI 30
ALGRAFI 31
ALGRAFI 32
ALGRAFI 33
ALGRAFI 34
ALGRAFI 35
ALGRAFI 36
ALGRAFI 43
ALGRAFI 47
ALGRAFI 48
ALGRAFI 49
ALGRAFI 50
ALGRAFI 51
ALGRAFI 52
53 : Hidup dan Mati
54 : Empeng
55 : PACAR
56 : TANDA-TANDA
57 : BUKAN
58 : MENUJU
59 : ?
60 : I Love You
61 : Masih
62 : AWAL!!!?
Algra Naya Chat + Info
VOTE COVER & GIVEAWAY
63 : Kuburan
65 : Wajarkah?
66 : Bagaimana-
67 : Pisah/Jangan?
68 : Menyesal?
69 : Akhir Bahagia
PO + CERITA BARU
EXTRA PART
MAU GAK?
Epilog
Extra Chapter Books
Kenangan
ALGRAFI SEASON 2
ALGRAFI FILM 🎬

64 : Babak Baru

204K 23.7K 15.4K
By queenliiiiiii

Chapter 64 : Babak Baru

Haii

Fyi, mulai dari part ini ke part ke depan bakal lebih cepet up.

17+
...

A L G R A F I  6 4

.
.
.

VOTE JANGAN LUPA ❤️❤️

.
.
.

SILAKAN LIAT PART SEBELUMNYA SUPAYA GAK LUPA.

.
.
.

Random question :

Pilih CEO/Mafia?

Dijodohin/cari sendiri?

Cowok tinggi biasa-biasa aja/cowok ganteng kurang tinggi?

.
.
.

10K+ VOTE & 10K+ KOMEN

Dikit kan, biasanya 16K+ hehe

.
.
.

BERI AWAN ☁️

.
.
.

OKE, MAKASIH.

SELAMAT MEMBACA 🐑

.
.
.

Felix (pacar Raya 4 tahun lalu)
Raya (kakak kandung Algra)
Leoni (anak Raya, keponakan Algra)

Laisa (sahabat Naya, adik tiri Dhafi)
Dhafi (sahabat Algra)

Algra (suami saya)

•••

"Jangan gugup, gue pelan."

....

CEKLEK

"AAAAAAAA OM APAIN BUNAAAA?!!!" Di ambang pintu, bocah perempuan berpiyama merah muda berteriak sekencang mungkin.

Apa yang dia lihat? Ah tidak, belum sampai sana. Anak perempuan bernama Leoni itu cuma melihat Algra yang menindih tubuh Naya. Perihal tangannya yang meraba ke sana-sini tidak dilihat olehnya lantaran Algra dalam posisi nyaris membelakangi pintu.

Teriakan itu berhasil membuat Algra terlonjak dari ranjang. "Sial...."

"Nyiksa, udah keras njir!" lanjutnya, kali ini membatin. Untuk mengalihkan rasa yang ada, cowok itu hanya bisa menggigit bibir bawahnya kuat.

Naya yang untungnya masih berpakaian lengkap buru-buru mengancingi piyamanya, lalu ikut turun dari ranjang, menghampiri Leoni. "Oni kenapa? Nggak bisa bobo ya?"

"Buna engga kenapa-napa kan?" Pandangan Leoni menyusuri seluruh tubuh Aunty-nya. "Om apain Buna tadi?" tanyanya penasaran, apalagi setelah melihat leher Naya memar.

"Lehelr Buna melrah," panik Leoni mengira leher Naya habis digigit vampir.

"Iya, tadi digigit setan, tapi gapapa kok," respon Naya asal.

Perempuan yang tengah hamil 2 bulan setengah itu menggendong Leoni dan membawanya ke ranjang.

"Oni pasti nggak bisa bobo di kamar sendirian."

"Iya Buna, Oni takut sendilrian...."

"Bobo disini aja ya, sama Buna Aunty, sama Om Algla juga." Naya menarik selimut untuk menghangatkan Leoni.

Bicara soal Algra, dia tadi langsung ke kamar mandi. Entah mau apa dia di sana.

"Buna Aunty tinggal sebentar ya?" izin Naya, menyebut dirinya Buna Aunty. Daripada Buna saja, lebih enak kalau ditambah Aunty, katanya.

Leoni mengangguk-angguk. "Iya Buna... Buna Onti." Seakan punya ikatan batin, anak kecil itu langsung tau kalau Naya ingin dipanggil dengan panggilan Buna Aunty.

"Ya udah, bentar ya...."

Lumayan khawatir juga Naya dengan Algra yang tidak kunjung keluar dari kamar mandi.

"Astaghfirullah, habis berapa batang Bang?" sindir Naya melihat kamar mandi penuh dengan busa. Ingin sekali menertawai itu, tapi ia sadar Algra tidak akan begini kalau dilayani.

Algra diam saja, lebih baik menyirami bekas perbuatannya yang membuat lantai ternodai.

"Besok malem deh, janji." Naya melengkungkan jari kelingkingnya, langsung disambut Algra. Kasihan juga melihat lelakinya lemas.

"Ingkar janji dosa."

"Iya-iya, udah sana pake bajunya," titah Naya. "Udah gue siapin di kursi meja belajar."

Tidak ingin Leoni menunggu lama, Naya segera kembali ke kamar, meninggalkan Algra yang masih mengumpulkan tenaganya kembali.

"Hey, kemana?" tegur Naya lantaran Algra hendak membuka pintu keluar.

"Tidur di kamar sebelah," jawab cowok berkaos hitam itu lugas.

"Nggak boleh, lo harus tidur disini bareng kita."

Algra menghela napas kasar. "Iya!"

Kenapa Algra, kok jadi cuek? Apa gara-gara yang tadi gagal?

"Felix buat hidup gue nggak tenang," Algra membatin, tadi Felix memang sempat menghubungi Algra dengan nomor WA yang berbeda.

"Gra?"

Sesudah panggilan Naya yang kesekian, cowok itu langsung melipir ke ranjang yang sudah ditempati personil baru.

Ketika Algra membaringkan tubuhnya, Leoni spontan balik badan. "Om...." Ia tersenyum manis, mulai berani menyentuh pipi Algra.

"Om itu ayah Oni ya?" tanya Leoni polos.

"Bukan lah, gue bukan ayah lo." Algra menjawab dengan gaya dan nada bicara yang kurang mengenakkan, membuat Naya bereaksi.

"Algra... Bisa dikondisikan gaya ngomongnya." Di seberang Leoni, Naya menyodorkan kepalan tangan. Kemudian menarik bocah kecil itu ke pelukannya agar tidak trauma dengan sikap Algra.

"Maaf."

Sebenarnya Algra itu lumayan suka dengan anak kecil. Tapi karena Leoni menyangkut dengan Felix yang sampai hari ini mengusik ketenangan hidupnya, ia jadi begitu. Cenderung kasar dan tidak ber-prianakkecil-an.

"Gra, lo bisa. Felix ya Felix, ponakan ya ponakan." Algra mengatur sistem pernapasannya susah payah. Walau sulit, pokoknya ia harus bisa menerima kehadiran Leoni.

"Buna, Oni bole peluk Om ngga?" tanya Leoni yang saat ini sedang dalam dekapan Naya.

Sebelum menjawab, Naya melirik Algra. Perempuan itu tersenyum ketika Algra memberi anggukan tanda setuju.

"Boleh dong, Om Algra kan Om-nya Oni."

Persetujuan itu langsung direalisasikan oleh Leoni. Ia memutar badan dan langsung memeluk adik kandung dari ibu biologisnya.

"Oni sayang sama Om," ucap Leoni dibarengi dengan senyum polos.

"Om juga." Untuk pertama kalinya, sosok paman tersebut mengecup kening keponakannya.

Melihat hal seperti itu sudah cukup membuat Naya tersenyum bahagia.

Pada akhirnya, Leoni dan Naya tertidur dengan suasana hati yang sangat baik.

+62 853-****-****

[Temui gue di taman edelweiss besok]

[Penting]

___

"Ck, mau apa lagi Felix?" rutuk Algra. Semenjak Felix kembali hadir, hidupnya selalu dibayang-bayangi oleh hal-hal yang membuatnya menjadi tak tenang.

Dari kejauhan, Algra menatap dalam wajah manis Naya yang sedang tertidur pulas. "Apa yang Felix bilang waktu itu nggak bener kan, Nay?"

Dasar Felix, suka sekali buat orang over thinking.

Hari berganti. Sepulangnya dari sekolah, Dhafi langsung membaringkan Laisa di ranjangnya. Tadi, saat bel pulang sekolah berbunyi Laisa tiba-tiba pingsan. Alhasil Dhafi izin tidak ikut menemani Algra yang katanya ingin menemui Felix.

"Semoga ini cuma pikiran gue aja." Napas Dhafi terasa sesak melihat adik tirinya yang sedang terbaring lemah di ranjang.

Tubuh Laisa yang kelihatan tambah berisi membuat cowok bernama lengkap Dhafi Al Fatih itu curiga. Menurut pengalamannya, seorang gadis akan mengalami perubahan yang demikian jikalau sedang... Ah sudahlah, jangan negatif thinking dulu.

"Kak... Kak Dhafi...." Gadis 17 tahun itu bicara dengan mata tertutup alias mengigau.

Dari yang awalnya berdiri, Dhafi bergegas mendekati adiknya. Ia duduk di pinggir ranjang seraya sesekali mengelus pucuk kepala gadis itu.

"Badan lo panas." 

Tidak begitu lama, Laisa membuka matanya. Ia mendongak dan berucap, "Kak, Laisa kangen di peluk sama Kakak."

"Nggak bisa." Cowok itu berdiri, hendak pergi.

"Tapi Kak." Laisa menunjukkan puppy eyes-nya.

Hati Dhafi berdesir. Ia tidak sanggup menolaknya, terlebih Laisa sedang sakit.

"Ya udah." Dhafi urung pergi, ia duduk di pinggir ranjang kembali. Laisa pun langsung memeluk tubuh tegap kakaknya.

"Laisa seneng di peluk sama Kakak." Gadis itu tersenyum.

"Tadi badan lo panas, sekarang dingin." Dhafi melonggarkan pelukan, memperhatikan wajah Laisa yang semakin pucat.

"Temenin Laisa bobo Kak, dingin banget," kata Laisa. Gadis itu menggigit bibir saking dinginnya.

Melihat situasi sekarang, Dhafi tidak tega meninggalkan Laisa. Alhasil siang ini mereka berdua tidur berpelukan di dalam satu selimut yang sama.

"Lais, gue udah usaha, tapi perasaan gue ke lo nggak bisa berubah," batin Dhafi. Ia membuka kancing kemejanya agar tangan Laisa bisa mendapatkan kehangatan dari sana.

"Dingin Kak...."

"Iya, makanya siniin tangan lo."

"Masih Kak...."

"Tunggu sebentar, gue ambil alat kompres sama obat buat lo."

Setelah pergi mengambil apa yang ingin diambil, Dhafi kembali.

"Kak," lirih Laisa saat selesai dengan urusan kompresan dan obat-obatan.

"Iya." Dhafi mengerti maksud Laisa, ia kembali berbaring di samping Laisa dan memeluknya.

Memang tidak etis adik kakak tiri tidur seranjang, tapi kalau sedang sakit dan tidak kebablasan masih dimaklumi kan?

"Lo percaya?" Aksa membantu sahabatnya berdiri setelah terkulai lemas dan terluka akibat cukup lama meninju-ninju tembok lantaran tidak bisa lagi menahan emosi.

Darah segar yang keluar bahkan sampai meninggalkan bekas di tembok. Kalau tidak dihentikan oleh Aksa, pasti darah itu menetes.

Kasihan sekali sahabat Aksa itu. Frustrasi yang sedang ia alami tidak main-main. Kalau ditebak, pasti ini adalah luka terbesar yang ia alami sepanjang hidup.

Sahabat Aksa yang dimaksud adalah Algra, Algrafi Zayyan Danadyaksa. 

Belum lama ini Felix pergi dari taman edelweiss. Kepergiannya kali ini meninggalkan luka yang teramat sangat bagi Algra. Bukan luka fisik, tetapi luka batin.

"Gue nggak tau harus apa, Aks!" Tangan Algra bertumpu di pundak Aksa saking lemasnya.

"Gra, lo—"

Algra bergeleng-geleng cepat. "Nggak, gue nggak bisa," Setelah menyela kalimat Aksa, cowok bermarga Danadyaksa itu nyelonong kabur begitu saja.

Mungkin banyak yang bingung dengan apa yang kini sedang terjadi. Baiklah, mari secara perlahan kita pahami.

Jadi, saat Algra, Aksa dan Felix bertemu banyak hal yang seketika membuat hati dan pikiran Algra serasa terbakar, meledak dan akhirnya menjadi arang seperti sekarang.

Felix biadab! Dia menunjukkan bukti-bukti yang sangat meyakinkan mengenai perkataannya tempo hari... Soal Naya yang bekasan dan soal Raya yang ia tinggalkan demi Naya.

Semua bukti tersusun rapih, tidak ada celah yang bisa diamati bahkan oleh sesosok Algra sekalipun. Bukan hanya bukti, Felix juga mendatangkan saksi yang begitu memperkuat semuanya.

Dengan bukti dan saksi yang ada, Algra mempercayainya. Ia sudah jatuh dan masuk ke dalam jebakan Felix.

"Gue sahabat Algra dari SMP, tapi gue juga kenal Naya orang yang gimana," monolog Aksa ketika memandangi beberapa lembar foto vulgar yang dijadikan bukti oleh Felix. Dimana foto itu menunjukkan dengan jelas sepasang remaja yang sedang memadu kasih.

Yang tadinya berdiri, kini Aksa terduduk, ikut lemas saat menyaksikan kembali video yang Felix kirim. "Berapa duit yang Felix habisin untuk ngedit video semacam ini?" gumamnya yang masih tidak yakin pemeran dalam video itu adalah Naya.

Foto, video dan juga saksi mata dari pihak Felix sudah bergerak menjadi awal mula keretakan hubungan Algrafi Zayyan Danadyaksa dan Nayanika Zaqueena Dya.

Masih di kamar yang sama, Laisa tertidur di pelukan Dhafi. Gadis itu terlihat nyaman, demamnya juga sudah mulai turun.

"Laisa, gue nggak rela lo dilecehkan sama siapapun itu," geram Dhafi ketika mata elangnya menangkap bekas merah di tubuh adiknya.

Selama berjam-jam bersama, ia mendapati banyak bekas serupa di sana. Kalau di total, jumlahnya lebih dari enam.

"Setelah bangun, lo harus cerita semuanya ke gue." Dhafi mulai memanas, kalau ini bukan Laisa pasti kesabarannya sudah habis.

"Kak Dhafi...." Setelah menunggu beberapa saat, Laisa membuka matanya. Senyum yang ia lukiskan begitu manis.

"Udah main berapa kali, hmm?" Dhafi mengambil posisi duduk, memberi tatapan tajam pada gadis bernama lengkap Laisa Anindhita Kaisyap itu.

"Maksudnya?" Laisa pura-pura tidak paham lantaran takut kalau semuanya terbongkar.

"Kehormatan lo udah diambil sama cowok kan?" tanya Dhafi lirih, sangat lirih.

Deg

Air mata Laisa mulai meluruh, ia menangis mendengar perkataan Dhafi.  Gadis itu pun menangis semakin jadi saat mengingat peristiwa yang sangat buruk dalam hidupnya. Peristiwa saat dirinya dan Alion mabuk malam itu dan saat pagi datang mereka berdua sudah naked.

"Laisa?" Melihat tangis adiknya yang semakin jadi, Dhafi kembali mendekat dan memberinya pelukan. Tidak tega dia.

Si gadis menerima pelukan Dhafi yang sangat menenangkan baginya. "Kak, waktu itu Laisa—"

"Waktu itu lo kenapa Laisa?" interogasi Dhafi.

"Waktu itu—"

CEKLEK

Dua pasang mata milik dua remaja itu langsung terfokus ke arah pintu.

"DHAFI! LAISA! KALIAN NGAPAIN?!" Ratna, ibu kandung Laisa langsung heboh saat mendapati anak kandung dan anak tirinya satu kamar di sore hari. Mana peluk-pelukan.

PLAK

"KURANG AJAR KAMU, DHAFI! BERANI SEKALI KAMU MENYENTUH ADIKMU!" sungut Arnold, ayah kandung Dhafi. Orang tua Dhafi memang toxic, mudah sekali emosi.

"Semuanya salah paham, Pi. Dhafi nggak ngapa-ngapain sama Laisa, Dhafi cuma—"

"CUMA APA, DHAF? SAYA NGGAK TERIMA YA ANAK GADIS SAYA KAMU BEGINIKAN?" murka Ratna kala melihat banyaknya bekas merah di tubuh anaknya.

"Sayang, kamu diapain sama Dhafi?" Ratna memeluk Laisa.

PLAK!

"Kamu apakan putri saya, hah?" Ratna kembali tersulut, namun kali ini menggunakan intonasi rendah.

"Saya nggak ngelakuin apapun ke Laisa! Saya cuma peluk dia karena—"

"Peluk sambil membuat tanda di sana?"

"Bukan saya yang ngelakuin itu, saya—"

PLAK

"DASAR ANAK TIDAK BERMORAL! SAYA NGGAK TERIMA KAMU—"

"Ma, Kak Dhafi nggak—"

"Diam kamu Laisa, mama tau kamu akan membela dia!"

"Pi, Papi harus percaya sama Dhafi! Dhafi cuma peluk Laisa karena dia kedinginan, nggak lebih!" tegas Dhafi pada sang ayah.

"Papi, Kak Dhafi—"

"Cukup, Papi nggak ingin mendengar apapun lagi. Kalian berdua sangat-sangat memalukan!" final Arnold.

Hoekkk

Belum juga suasana mereda, tiba-tiba perut Laisa terasa mual. Ia berlari ke kamar mandi. Sontak Ratna dan Arnold menjuruskan tatapan curiga pada Dhafi.

"Sedari kapan kamu menghamili anak saya, Dhafi?"

"Dhafi, kamu keterlaluan! Papi sama sekali nggak menyangka ini akan terjadi!"

20.45 WIB

Bagai ledakan bom bagi Vaghelaz. Di samping masalah Dhafi yang dituduh, masalah Algra juga tak kalah besarnya, bahkan bisa dibilang lebih membahayakan. Satu atau dua orang yang berada di titik terendah, semua ikut, itu prinsip persahabatan mereka. Memang klise, tapi kenyataannya ya memang begitu.

Kalau sedang dalam titik ini, disinilah mereka memenangkan diri. Ya, di Rumah Te Amo, markas terbatas milik Vaghelaz.

"Apa, Laisa hamil?" Aksa yang baru saja menyesap sebatang rokok ke mulut langsung melemparnya karena kaget.

Dhafi mengangguk lesu. "Iya, Laisa hamil."

"Bego lo anjing!" Tanpa bertanya lagi, Aksa meninju sudut bibir Dhafi. Membuatnya mengeluarkan darah walau sedikit.

"Bangsat, bukan gue!" Sambil menahan pedih, Dhafi membela diri. "Mana mungkin gue ngelakuin hal bejat sama dia, gue sayang sama dia tanpa melibatkan nafsu!"

"Pas lo mabuk nggak ada yang tau!" cerocos Aksa.

"Gue kalo mabuk nggak pernah pulang ke rumah, jingan! Jadi bukan gue!" sungut Dhafi tak terima.

"Alion sih kayaknya," sambar Aka yang sedari tadi duduk anteng di sudut ruangan. Aksa ikut mengangguk-angguk lantaran baru kepikiran.

"Belum tau, Laisa belum mau cerita," balas Dhafi.

"Kalo memang bukan lo, gue yakin banget si Alion yang udah nitipin benihnya ke adek lo." Aksa berdiri, berjalan mondar-mandir untuk mencerna setiap masalah yang terjadi.

"Algra, Alion, Felix, Jyurixz...." Melihat ada tiang, Aksa memeluknya. Lumayan lancar otaknya kalau mikir sambil meluk sesuatu.

"Alion, Felix sama-sama Jyurixz. Jangan-jangan Jyurixz biang kerok semua masalah yang terjadi sekarang!" final Aksa sangat yakin.

Dhafi mendongak ke arah berdirinya Aksa. "Memang Algra ada masalah apa?" tanyanya tak tahu. Memang dari semua anggota inti, cuma Dhafi yang belum tau.

"Ma—"

"FELIX NGEN KETABRAK MOBIL...."

Ucapan Aksa tergantung ketika satu cowok masuk ke Rumah Te Amo mereka dan berteriak tak tentu arah.

Dia Algra.  Penampilannya sudah awut-awutan, mirip sekali dengan beruk.

Melihat cowok itu sempoyongan, Aksa langsung menghampiri. "Kotor banget omongan lo!" Menoyor kepala Algra. "Lo kenapa, babi?!" lanjutnya.

"YA MATI LAH, KALO NGGAK JADI KETABRAK PASTI LANJUT NGEN BHAHAHHAHA...." Bukannya merespon, Algra malah melanjutkan kalimatnya yang tadi.

Cowok itu mabuk, makanya bisa begitu. Sore tadi, dia meneguk 1 botol wine.

"Ngakak juga Gra, tapi jangan— eh eh oleng anjir, bantuin!" Aksa kewalahan menahan Algra yang memberontak.

Melihatnya, Aka sigap membantu. "Mabuk ni bocah," katanya sembari mendudukkan Algra di lantai.

"Kok bisa?" Dhafi ikut mendekat. Menepuk pipi Algra untuk memeriksa kesadarannya.

"Gue udah larang, tapi dia kekeuh," kata Aksa.

"Iya Aksa bener, tadi Fannan juga udah larang," sahut Fannan yang ikut prihatin dengan keadaan sahabatnya.

"HAHAHAHA GUE BEGO... BEGO, GOBLOK, TOLOL!" Di alam bawah sadar, pembicaraannya semakin ngelantur. "FELIX AWAS LO KABUR NGGAK PAKE KUTANG"

"Meresahkan banget kalo mabuk!" Aka masih ikut menahan Algra supaya tidak memberantaki markas mereka.

"AISH GANTENGAN BABI DARIPADA LO!" Tanpa berdosa sedikitpun, Algra menjitak kepala Aka yang baru saja bicara.

Menjitak (memukul dengan ruas jari yang mengepal)

"Asu!" umpat Aka tidak terima.

"LANG, LANG JALANG! GUE KAW*N SAMA JALANG!"

PLAK

"Lo bisa diem nggak?!" rutuk Aksa. "Mulut lo itu pengen gue jedotin ke aspal!"

"COT, BACOT. AKSA BACOT, SUKANYA SAMA UKHTI KILAZA!"

"KHALIZA, ASU!" Tentu pawangnya tidak terima nama cantik itu diselewengkan.

Drttt....

Sementara rekannya sibuk dengan Algra, Fannan memeriksa ponselnya yang bergetar.

Nayanika Zaqueena

[Nan, tolong]

[Di rumah gue ada teror]

[Yg lain gak respon, semoga lo respon]

___

"Dhaf, Dhaf." Fannan mengguncangkan bahu Dhafi yang ada disebelahnya.

"Apa?" respon Dhafi dibalas sodoran ponsel dari Fannan.

"Naya WA Fannan," kata Fannan mulai panik. "Kayaknya ada yang nggak beres, Dhaf."

Mata cowok itu melotot saat membaca pesan singkat dari Naya. "Woy guys, Naya dalam bahaya!" umumnya.

•••

2464 words

Ayo nabung, terbitnya awal April.

WP sama novel beda banget....

Kepoin Instagram ku dan Black Swan Books untuk info selengkapnya.

....

Tarik napas, buang.

Algra!!!! Naya....

Ah, kita liat aja nanti.

Sabar ya.

....

10K+ VOTE & 10K+ KOMEN

Only 10k kira-kira berapa hari?

Spam 1,5K ☁️

Spam 1K+ ❤️

Spam next sebanyak-banyaknya 🔥

Bantu capai target, semoga kalo cuma 10K gak lama.

....

Follow Instagram ku @queenliiiiiii_ (7 i nya)

Anak-anakku @algrafizay dll.

....

OKE, THANKS YA ☁️

SEE YOU ✨

•••

23 Maret 2022

Salam Sukses

Queenliiiiiii

.
.
.

Felix Catvande Sagata

"Antara gue yang terlalu pintar atau Algra yang terlalu bego!"

Algrafi Zayyan Danadyaksa

"Gue udah coba, tapi—"

.
.
.

A L G R A F I

Continue Reading

You'll Also Like

4.2M 253K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
667K 68.9K 41
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
322K 23.6K 23
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4M 235K 29
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...