Class President and Our Chaos...

By heterochromer

503K 37.9K 2.2K

[Book 1 of 2] "You are difficult to read like a book written in Cyrillic alphabet. But I love you, you are li... More

1. Dasar dari Dasar
2. Jenderal (yang tidak terlalu) Baru
3. Anomali?!
4. Kolong Langit
5. Percikan
6. Sebuah Sudut Pandang
7. Yang Tidak Normal (Bagi Kusuma)
8. Yang Baru Dilihat (Oleh Mike)
9. Muncul Lagi Makhluk Abnormal
9,15. Reverse Dare
10. Halilintar
11. Bukan Sesuatu yang Terlalu Manis
11,30. Unexpected Dare
12. Paradoks
13. Gadis Berambut Ombre
14. Lagi
15. "Love is Weird"
15,45. Victims of Dare
16. Namanya Rencana
17. Eleminasi Masalah
18. Cinta
19. Terputus
20. Forthcoming
21. Ini Buktinya
21,60. The Dare is On
Just an Author Note (not an update)
Ocean of Light [bonus part]

22. Z

17.3K 1.1K 47
By heterochromer

Kusuma membolak-balik buku paspor di tangannya dengan kening berkerut sementara ia bisa mendengar Wahyu dan Geovan tengah menyanyikan Uptown Girl, mungkin sedang berusaha membangkitkan mood Kla yang tampaknya bosan setengah mati dengan kedua tangan menyila di dada. Kusuma tidak bisa menyalahkan kalau ia kebosanan—mereka sudah di bandara selama satu setengah jam penuh dan sama sekali tidak mendapat hiburan yang berarti.

"Woy woy kalian makhluk makhluk yang ada di sana!"

Suara rusuh Januar—ah, dia memang selalu begitu—mendadak terdengar dan Kusuma tidak mau ambil pusing untuk menoleh. Kalau Januar sudah datang, berarti ketiga makhluk yang selalu bersamanya itu juga sudah ada di sini. Mereka kan bagai paket lengkap. "Gue tahu kita semua ini makhluk, tapi Geovan itu mahkluk halus." Protes Faisal dengan nada polosnya yang biasa, membuat Geovan langsung bergumam penuh dengan sarkasme.

"Hei," suara Mike menyapa Kusuma, dan Kusuma yakin kini pemuda pirang itu tengah berdiri tidak jauh darinya. Kusuma tidak mengangkat kepalanya, dia meraih ponselnya dan mematikan musik yang tengah berputar. Ya, sedari tadi dia memakai earphone untuk mendengarkan lagu—karena Kusuma tidak sanggup kalau harus mendengar suara Geovan dan Wahyu bernyanyi. "Penerbangan kita setengah jam lagi. Lo udah siap?"

"Dari satu setengah jam yang lalu sebenarnya kita sudah siap," jawab Kusuma, menolak untuk memandang Mike. Dia tidak mau menerka-nerka baju apa yang tengah dipakai Mike, meski ia sudah melihat bahwa Mike memakai celana jins biru biasa dan sepatu futsal warna hitam dan biru muda. "Apa kalian tidak pernah mengerti yang namanya on time?"

"Harvin tadi mandi kembang dulu, makanya lama," celetuk Nathan yang langsung disusul dengan jitakan dari Harvin. Nathan mengaduh sejenak sebelum melanjutkan ucapakannya, "Eh gue serius, dia itu takut ketinggian."

"Kagak weh, kagak," jelas Harvin sambil mengapit leher Nathan dengan satu lengannya, membuat tangan Nathan menggapai-gapai udara dengan panik. "Gue udah beberapa kali kok naik pesawat. Si Cebol yang satu ini sembarangan ngomong."

Kla langsung mengeluarkan dehaman. "Kalau Nathan cebol, gue sama Faisal itu apa ha?!" Kla menatap Harvin dengan tatapan nyolot plus-plus—membuat Harvin langsung ciut dan berhenti mencekik Nathan. "Dan lo gak bawa Lindsay, Mike?"

"Lindsay sudah duluan. Jadwal tiketnya itu kemarin, jadi kemungkinan besar dia sudah sampai di Inggris sekarang," jawab Mike, mendudukan dirinya di sebelah Kusuma. Kusuma memutar bola matanya, menyentuh layar ponselnya dan mulai kembali menyetel musik dari band favoritnya. "Tunggu, lo dengerin lagu-lagunya Simple Plan? Gue mau dengerin juga dong."

Ternyata Mike mencuri pandang ke ponsel Kusuma, membuat Kusuma langsung mengunci layar ponselnya lagi. "I'm a huge fan of them, idiot," kata Kusuma dingin, menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jaketnya. "Dan seingat gue, obsesi lo selama ini itu Green Day. Ya kenapa gak lo keluarin iPhone 5 lo itu dan dengerin lagu-lagu mereka?"

"iPhone 6, gue udah ganti ponsel."

Dasar orang kaya. Itu membuat Kusuma kembali memutar bola matanya, bingung dengan visi dan misi makhluk kelahiran Inggris ini. "Ya sama aja. Yang penting iPhone." Ujar Kusuma, mengibaskan tangannya dengan gestur antara mengusir maupun tidak peduli.

Mike tertawa kecil dan dengan sengaja ia memutar topi Kusuma jadi menghadap ke belakang. Kusuma melempar tatapan dingin ke arah Mike. "Lo bagusan pake topi kayak gitu. Jadi lucu," komentar Mike, tersenyum pada Kusuma seakan-akan tidak ada yang salah dari hal itu. "Dan lo keren hari ini. Kemeja hitam dengan bordir merah, celana jins hitam dan sepatu hitam-putih. Keren bercampur manis. Apalagi jaket putih-hitam lo itu ada tudungnya."

Pujian seperti itu sebenarnya tidak begitu mempan bagi Kusuma. Dia tidak langsung merona, tetapi mengingat yang mengatakannya adalah seseorang yang ia sukai—Kusuma tersenyum tipis meski ekspresinya tetap poker face seperti biasa. "Well, thank you," kemudian matanya menjelajah tubuh Mike. Kaos warna biru langit biasa dengan tulisan 'New York YOLO' warna hitam, sebuah kemeja lengan pendek kotak-kotak warna biru laut dipakainya sebagai luaran. Gaya Mike yang santai seperti biasanya. "And, plaid again for this day?"

Helaan nafas terdengar dari Mike. "I do love plaid shirt. I really do," dan kemudian jeda. Kusuma terdiam sambil menatap seseorang yang (bahkan ia sulit percayai) kini menjadi pacarnya. Mike selalu terlihat tampan kapan saja, itu membuat wajah Kusuma menghangat. Andai Kusuma memiliki mata dengan warna biru sejernih itu. "But not as deep as my love to you, Tara."

Mata Kusuma kembali berputar di rongganya karena gusar. "You can't flirt with me, Mike."

.

.

Hanya gelap yang mampu Mike lihat ketika ia berusaha mengedarkan pandangannya ke luar pesawat. Mungkin inilah yang membuat Lindsay tidak mau memilih penerbangan waktu sore dan malam, langit yang terasa sangat gelap sampai tidak bisa melihat apapun. Rasanya Mike ingin tahu bagaimana pilot bisa membuat pesawat tetap dalam keadaan aman di kegelapan seperti ini.

Mike menoleh ke sampingnya dan tersenyum menemukan Kusuma tertidur dengan kepala bersandar sandaran kepala di joknya, sebuah buku tidak terlalu tebal terbuka di perutnya sementara sebuah earphone terselip di lubang telinganya. Mike tersenyum, meraih buku tersebut dan meletakannya di sebuah kantung di belakang jok dan melepas earphone di telinga Kusuma dengan hati-hati lalu menempelkannya di telinganya.

Selera musik Kusuma benar-benar aneh. Mike tidak pernah mengira seseorang yang dingin dan cenderung aneh seperti Kusuma benar-benar memiliki playlist penuh dengan lagu-lagu yang sudah sering berkeliaran di radio-radio atau internet. Isi lagunya benar-benar lagu yang marak di pasaran (kecuali untuk Simple Plan dan 5 Seconds of Summer), membuat Mike yakin sebenarnya Kusuma menjadikan musik hanyalah sebagai sesuatu yang bisa didengar—bukan untuk dirasakan.

Dan kini sebuah lagu yang tidak asing di telinga Mike pun terdengar. The Man Who Can't Be Moved, dinyanyikan oleh The Script dengan sangat apik mengalun. Ia kembali tersenyum dan kembali menyematkan earphone itu ke telinga pemiliknya karena ia tidak pernah tahu kata kunci dari ponsel Kusuma. Mike tahu setidaknya Kusuma butuh privasi di ponselnya, dan Mike tidak akan memaksa Kusuma untuk memberikan kata kunci ponselnya ke Mike.

Dia melirik arlojinya yang mampu menyala dalam gelap itu. Pukul lima sore, Waktu Indonesia Barat. Otaknya mulai berpikir dan Mike hanya bisa tersenyum miring ketika sadar kemungkinan besar mereka bersembilan akan mengalami jet-lagged parah sesampainya di London. Ingatkan Mike untuk mengganti arlojinya menjadi menggunakan waktu GWT sesampainya di bandara.

Merupakan sebuah keberuntungan bagi mereka karena tidak harus melakukan transit pesawat, karena Mike yakin semua teman-temannya pasti akan kelelahan. Mike sendiri sudah biasa berpergian jauh; dari Inggris ke Amerika, dari Amerika ke Spanyol, dari Spanyol ke Indonesia... Jelas ini bukan pertama kalinya ia berpergian jauh melintasi benua. Tetapi teman-temannya?!

Harvin berkata padanya kalau Kusuma, Nathan, dan Geovan pernah pegi ke Singapura dan Malaysia. Tetapi yang lain... Wahyu bahkan belum pernah menaiki pesawat. Pantaslah pemuda itu terlihat sangat norak saat berada di bandara atau pun ketika mereka mulai masuk ke badan pesawat—saking noraknya Nathan harus membekap mulut pemuda itu dan membisikkan beberapa patah kata maut dan barulah Wahyu duduk dengan tenang di kursinya.

"Belum tidur lo?" suara Kusuma yang pelan sekaligus agak serak terdengar, membuat Mike tersadar dari renungan sesaatnya. Mike bisa melihat iris gelap Kusuma tengah menatap lurus ke arahnya, dan di bawah penerangan cahaya lampu dalam pesawat yang redup lembut ini Mike bisa melihat bahwa Kusuma benar-benar terlihat mungil sekaligus rapuh di kursi pesawat.

Rasanya sedikit geli mengetahui fakta bahwa Kusuma sama sekali tidak bisa bersikap layaknya Mike adalah pacarnya. Menggelikan bagi Mike, tetapi tidak apa. Ini unik.

"Not yet," jawab Mike, tangannya beralih untuk mengusap rambut Kusuma. Rambut Kusuma kini sudah menjadi mainan barunya, dan Mike sadar bahwa rambut Kusuma benar-benar merupakan benda terlembut dan terhalus yang pernah ia sentuh meskipun tataannya terkadang acak-acakan. "Thought you were sleeping."

"I was," Kusuma membalas dengan suara masih serak, membuktikan betapa lelahnya pemuda yang satu itu. "But you were doing something with my earphone so I wake up." Mata Kusuma menyorot tajam, membuat Mike berpikir apakah pemuda itu tidak punya batas lelah dalam hal mengintimidasi.

"I just curious and yeah...," Mike memejamkan matanya lalu kembali bersandar ke bangku pesawatnya. Jujur, dia sebenarnya cukup merasa lelah. Perjalanan masih berlanjut enam jam lagi, masih banyak waktu sebelum tiba di Inggris. "Sleep again, princess."

"What a silly nickname," ketus Kusuma. Mike sadar bahwa Kusuma tidak memejamkan kembali matanya, membuat Mike menggenggam tangan pemuda di sampingnya. "Don't need to hold my hand like we're going to survive from air crash."

"You wish a bad wish." gumam Mike dengan nada pura-pura serius, kembali terduduk dan menatap Kusuma. Kusuma balik menatapnya, tatapannya tidak setajam tadi. Mike memajukan wajahnya ke Kusuma, dan Kusuma memejamkan matanya.

Tampaknya Kusuma sedikit berjengit ketika sadar bahwa Mike mencium keningnya alih-alih bibirnya. "Did you expect me to kiss your lips?" tanya Mike dengan nada main-main sementara Kusuma mengerjap-ngerjap bingung. "Hell no. Save it for tomorrow, we will do kisses as much as we can."

Bagi Mike ini hal yang lucu ketika alih-alih menghajar Mike—Kusuma hanya tersenyum lembut lalu balik mencium pipinya dan kembali bersandar di kursi pesawatnya, wajahnya hampir tak kelihatan karena tudung jaketnya.

"Gue tebak lo biasa nyium pipi kakak lo sebelum tidur pas masih kecil. Gue bener gak?"

"Berisik."

.

.

Suhu di Inggris benar-benar merupakan percampuran sempurna antara sejuk dan dingin, membuat Kusuma tersenyum senang selayaknya habis memenangkan loteri. Sementara Wahyu dan Kla mulai menunjuk kesana dan kesini seperti orang pedalaman yang baru pertama kali melihat kota, membuat Kusuma sebenarnya merasa malu sendiri.

"London is awesome. Thanks for inviting us," kata Kusuma kepada Mike yang berdiri di sampingnya, tengah menunggu bus tingkat warna merah untuk berhenti di halte mereka. "Ini keren banget. Kalau gue jadi Presiden nanti, gue pengen bikin Indonesia jadi sebagus ini. Butuh kerja keras sepertinya, tapi gue rasa Indonesia bisa kayak gini."

"It's awesome, but it's have dark sides too. Don't be so naive," dengus Mike sebelum menepuk-nepuk punggung Kusuma. Kusuma bisa melihat orang-orang di sekitarnya rata-rata memiliki tubuh setinggi Mike dan Harvin, membuatnya merasa kecil seketika. "By the way, Lindsay is idiot girl. Seharusnya dia yang menjemput kita, tetapi akhirnya kita naik bus umum juga."

Suara tawa canggung mendadak terdengar, membuat Kusuma menoleh dan menemukan Nathan tengah dihampiri oleh dua orang gadis. "Your face is so handsome. You must be a Thai actor!" salah satu dari gadis itu menjerit kepada Nathan dan mulai mengambil selfie kedua gadis itu dengan Nathan sendiri. "Please, let's take some selfies!"

"Ada yang jadi artis dadakan kayaknya," komentar Wahyu, nada suaranya terdengar sinis. "Gue juga mau dong selfie sama dua cewek pirang."

Kemudian Faisal menyikut perut Wahyu, membuat pemuda itu mengaduh. Kusuma menoleh untuk melihat Geovan dan ternyata ia menemukan Geovan tengah berputar-putar di sebuah tiang listrik sambil bernyanyi-nyanyi sementara Harvin merekamnya dengan ponselnya. Teman-temannya sudah berubah menjadi gila.

Beberapa pasang mata penduduk menunjuk-nunjuk mereka semua, mungkin bertanya-tanya dari grup sirkus Asia mana mereka berasal.

Bunyi klakson mobil terdengar, membuat semua langsung menoleh ke arah jalan raya. Dan mata Kusuma langsung melebar ketika mendapati mendapati sebuah mobil Jeep terparkir di depan mereka—

"Heyyo baby, let's have a ride!"

—dengan Lindsay di kursi kemudi, berdiri di sana dan melambai-lambai pada mereka, rambutnya di-ombre dengan warna pink cerah.

"Dia bahkan belum legal untuk mengendarai mobil!"

Kusuma menggeleng-gelengkan kepalanya, sadar bahwa liburan kenaikan kelas kali ini akan berjalan benar-benar kacau—tapi apalah yang bisa dilakukannya. Dia adalah Ketua Kelas dari kumpulan manusia-manusia kacau, dan di masa-masa SMA-nya ini Kusuma merasa otaknya semakin lama semakin tidak terprogram dengan baik.

Kusuma menoleh ke Mike, dan dia mendapati Mike tersenyum lebar kepadanya. Kusuma ingin sekali membalas senyum itu dengan senyuman sejenis, tetapi senyuman yang lebar dan penuh kasih sayang bukanlah keahlian Kusuma. Dia hanya tersenyum tipis, tapi Kusuma tahu Mike mengerti senyuman itu lebih dari apapun. Karena setelahnya Mike menarik lengannya seraya menenteng ranselnya, membuat Kusuma limbung sembari menarik kopernya.

Suara tawa Wahyu, Kla dan Januar menggelegar—dan Kusuma yakin ketiga orang itu sudah gila sejak pertama kali menapakkan kaki di negara benua Eropa ini. Nathan meninggalkan kedua gadis yang meminta foto dengannya dengan senyum minta maaf, sementara Harvin dan Geovan lebih mirip monyet yang habis kedapatan kacang ketimbang turis asing yang sedang berlibur.

Mau tak mau Kusuma menyeringai kecil.

He, dia masih punya banyak waktu.

.END.

A/N : Yeay, akhirnya selesai juga!

Aku gak mau banyak omong, karena mau lanjut ngetik Book 2. Untuk baca Book 2, silahkan cek profil aku okaaay :D ((Dan silahkan kalian menggila))

Thanks untuk semua yang telah membaca CPAOC. Cerita MiSum harus berakhir di sini, tapi tidak benar-benar berakhir juga sih /apalah ini.

See you next time ;D

Continue Reading

You'll Also Like

4.4M 187K 48
On Going ❗ Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
1.9K 408 8
Orang bilang menikah dan memiliki imam yang baik adalah sebuah kenikmatan dunia yang selalu bisa di syukuri tapi terlepas dari itu semua, ujian akan...
30.4K 856 35
Hanya berbagi kisah, cinta, Cerita dan lain lain untuk lebih memotivasi diri untuk semangat berhijrah di jalan Allah. Karena semua berawal dari cinta...
1.5M 72.6K 61
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...