22. Z

17.2K 1.1K 47
                                    

Kusuma membolak-balik buku paspor di tangannya dengan kening berkerut sementara ia bisa mendengar Wahyu dan Geovan tengah menyanyikan Uptown Girl, mungkin sedang berusaha membangkitkan mood Kla yang tampaknya bosan setengah mati dengan kedua tangan menyila di dada. Kusuma tidak bisa menyalahkan kalau ia kebosanan—mereka sudah di bandara selama satu setengah jam penuh dan sama sekali tidak mendapat hiburan yang berarti.

"Woy woy kalian makhluk makhluk yang ada di sana!"

Suara rusuh Januar—ah, dia memang selalu begitu—mendadak terdengar dan Kusuma tidak mau ambil pusing untuk menoleh. Kalau Januar sudah datang, berarti ketiga makhluk yang selalu bersamanya itu juga sudah ada di sini. Mereka kan bagai paket lengkap. "Gue tahu kita semua ini makhluk, tapi Geovan itu mahkluk halus." Protes Faisal dengan nada polosnya yang biasa, membuat Geovan langsung bergumam penuh dengan sarkasme.

"Hei," suara Mike menyapa Kusuma, dan Kusuma yakin kini pemuda pirang itu tengah berdiri tidak jauh darinya. Kusuma tidak mengangkat kepalanya, dia meraih ponselnya dan mematikan musik yang tengah berputar. Ya, sedari tadi dia memakai earphone untuk mendengarkan lagu—karena Kusuma tidak sanggup kalau harus mendengar suara Geovan dan Wahyu bernyanyi. "Penerbangan kita setengah jam lagi. Lo udah siap?"

"Dari satu setengah jam yang lalu sebenarnya kita sudah siap," jawab Kusuma, menolak untuk memandang Mike. Dia tidak mau menerka-nerka baju apa yang tengah dipakai Mike, meski ia sudah melihat bahwa Mike memakai celana jins biru biasa dan sepatu futsal warna hitam dan biru muda. "Apa kalian tidak pernah mengerti yang namanya on time?"

"Harvin tadi mandi kembang dulu, makanya lama," celetuk Nathan yang langsung disusul dengan jitakan dari Harvin. Nathan mengaduh sejenak sebelum melanjutkan ucapakannya, "Eh gue serius, dia itu takut ketinggian."

"Kagak weh, kagak," jelas Harvin sambil mengapit leher Nathan dengan satu lengannya, membuat tangan Nathan menggapai-gapai udara dengan panik. "Gue udah beberapa kali kok naik pesawat. Si Cebol yang satu ini sembarangan ngomong."

Kla langsung mengeluarkan dehaman. "Kalau Nathan cebol, gue sama Faisal itu apa ha?!" Kla menatap Harvin dengan tatapan nyolot plus-plus—membuat Harvin langsung ciut dan berhenti mencekik Nathan. "Dan lo gak bawa Lindsay, Mike?"

"Lindsay sudah duluan. Jadwal tiketnya itu kemarin, jadi kemungkinan besar dia sudah sampai di Inggris sekarang," jawab Mike, mendudukan dirinya di sebelah Kusuma. Kusuma memutar bola matanya, menyentuh layar ponselnya dan mulai kembali menyetel musik dari band favoritnya. "Tunggu, lo dengerin lagu-lagunya Simple Plan? Gue mau dengerin juga dong."

Ternyata Mike mencuri pandang ke ponsel Kusuma, membuat Kusuma langsung mengunci layar ponselnya lagi. "I'm a huge fan of them, idiot," kata Kusuma dingin, menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jaketnya. "Dan seingat gue, obsesi lo selama ini itu Green Day. Ya kenapa gak lo keluarin iPhone 5 lo itu dan dengerin lagu-lagu mereka?"

"iPhone 6, gue udah ganti ponsel."

Dasar orang kaya. Itu membuat Kusuma kembali memutar bola matanya, bingung dengan visi dan misi makhluk kelahiran Inggris ini. "Ya sama aja. Yang penting iPhone." Ujar Kusuma, mengibaskan tangannya dengan gestur antara mengusir maupun tidak peduli.

Mike tertawa kecil dan dengan sengaja ia memutar topi Kusuma jadi menghadap ke belakang. Kusuma melempar tatapan dingin ke arah Mike. "Lo bagusan pake topi kayak gitu. Jadi lucu," komentar Mike, tersenyum pada Kusuma seakan-akan tidak ada yang salah dari hal itu. "Dan lo keren hari ini. Kemeja hitam dengan bordir merah, celana jins hitam dan sepatu hitam-putih. Keren bercampur manis. Apalagi jaket putih-hitam lo itu ada tudungnya."

Pujian seperti itu sebenarnya tidak begitu mempan bagi Kusuma. Dia tidak langsung merona, tetapi mengingat yang mengatakannya adalah seseorang yang ia sukai—Kusuma tersenyum tipis meski ekspresinya tetap poker face seperti biasa. "Well, thank you," kemudian matanya menjelajah tubuh Mike. Kaos warna biru langit biasa dengan tulisan 'New York YOLO' warna hitam, sebuah kemeja lengan pendek kotak-kotak warna biru laut dipakainya sebagai luaran. Gaya Mike yang santai seperti biasanya. "And, plaid again for this day?"

Class President and Our Chaoses [BoyxBoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang