TRULY DEEPLY (REVISED)

Door irfaza_faza

319 0 0

Kriteria cowok idaman Liesel adalah sederhana, biasa, dan tidak terlibat kepentingan apapun-kriteria yang ber... Meer

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17

Chapter 11

15 0 0
Door irfaza_faza

—Liesel Iskan—

Jalanan masih basah ketika aku berangkat sekolah. Semalam hujan tak kunjung reda dan sangat deras. Begitu ada kesempatan lumayan reda, Galan langsung pulang. Tetapi beberapa lama kemudian hujan kembali deras. Begitu kepergian Galan, aku menutup jendela dengan rapat dan langsung bergelung di kasur. Aku tidak ingin mendengarkan suara hujan dan lebih parah—petir. Untung saja semalam tidak ada petir meskipun hujan deras.

"Liesel." panggil seseorang saat aku masuk gerbang. Aku sudah mengenal suaranya. Tentu saja itu Galan.

"Hai." sapaku renyah. Kami berdua berjalan bersama-sama ke dalam sekolah.

"Aku kemarin pulang dengan selamat." cerita Galan dengan semangat. "Hanya saja ketika aku sampai dan ingin mengabarimu, aku baru sadar kalau aku tidak punya nomor hape kamu. Can I have your number?"

"Sure."

Galan dengan semangat mengambil hapenya dari saku celana dan memberikannya kepadaku. Aku mengetik nomor ponselku di hapenya dan dia menerimanya seolah aku memberinya piala. Tapi aku suka sikapnya yang selalu menghargai orang lain. Sepertinya pendapat orang-orang kalau Galan tidak suka bergaul dengan orang lain selain kedua temannya salah.

"Bagaimana tidur kamu semalam?"

Aku sekarang menyadari kalau semua orang di lorong berhenti berjalan dan memperhatikan kita. Tapi lagi-lagi Galan terlihat tidak peduli. Matanya hanya tertuju padaku. Sepertinya dia memang punya bakat hanya fokus pada satu hal.

"Nyenyak. Kamu?"

"Aku nggak pernah tidur senyenyak semalam."

"Karena dingin dan suara hujan?"

Galan hanya tersenyum. "Well, aku mau ke kelas. Jalannya ke sini. See you."

Aku mengangguk. Ketika Galan pergi, aku juga melangkah ke lorong kelasku. Anak-anak yang lain memandangku seperti aku seorang alien kemudian berbisik-bisik. Begini rasanya dekat sama orang popular? Aku suka dekat dengan Galan, tapi aku tidak suka ketika semua orang memperhatikan seperti ini.

Aku pura-pura cuek berjalan ke arah kelasku sendiri.

Namun, ketika di tengah jalan aku melihat Riana berdiri dengan menyilangkan kedua tangannya—menungguku.

*****

—Galan W. Aldrich—

Aku lupa.

Aku lupa memberitahu Liesel kalau nanti ada meeting terkait festival dan dia harus datang. Meskipun aku sudah mempunyai nomornya tapi aku ingin memberitahunya langsung dan melihat wajahnya. Aku seperti tidak rela jauh darinya. Bodoh, memang Liesel siapa kamu?

Aku tersenyum sepanjang jalan ke kelas Liesel seperti orang bodoh. Namun senyumku memudar saat kulihat Riana menarik tangan Liesel mengikutinya. Untuk sesaat aku lupa kalau Liesel berkerabat dengan Riana. Aku mengikuti mereka—khawatir terjadi apa-apa dengan Liesel. Bagaimanapun Riana itu perempuan menyebalkan yang tidak tahu aturan.

Mereka berhenti di sebuah gudang yang sepi dan Riana langsung berkata kepada Liesel.

"I told you! Aku bilang jangan dekat-dekat sama Galan kan?"

Hah? Aku masuk ke sebuah lorong sepi agar mereka tidak menyadari kehadiranku.

"Kenapa hari ini lo masuk bareng dia?"

"Riana, kamu suka Galan?" tanya Liesel dengan ketenangan suara yang luar biasa. Aku tersenyum.

"Gue udah punya pacar."

"Exactly. Why you even care? Aku sama Galan dekat atau tidak itu bukan urusanmu."

That's my girl.

"Itu bukan untuk gue. Tapi untuk diri lo sendiri. Lo ingin jati diri lo yang sebenarnya terungkap? Dengar. Galan itu terkenal. Dia punya segalanya. Semua tingkahnya akan jadi pusat perhatian—termasuk lo yang terang-terangan dekat sama dia di depan semua orang. Sekarang semua orang akan berusaha mencari latar belakang lo—"

"K—kenapa?" Liesel terdengar gugup.

"Karena yang membencinya akan berusaha mencari tahu lo—yang mungkin bisa jadi kelemahannya. Sedangkan yang menyukainya akan berusaha mencari tahu lo apakah lo pantas atau tidak menjadi teman Galan—"

"No way!"

"That's true."

"Kenapa kehidupan Galan begitu penting bagi semua orang? Dia hanya ketua OSIS, kamu berlebihan—"

"Hanya? Dia nggak hanya ketua OSIS. Dia pewaris grup Aldrich. Lo mungkin nggak tahu apa grup Aldrich itu karena lo tinggal di luar negeri dan nggak ada yang bikin lo tertarik selain piano. Tapi di sini—Aldrich Group—itu sangat terkenal hingga ke level Asia. Mall besar di kota ini? Milik keluarga Galan. Perusahaan paling tinggi di negara ini? Milik mereka. Bahkan sekolah ini—mereka punya. Bagaimana bisa orang tidak tertarik jika dia punya segalanya."

"..."

"Lo sendiri? Lo adalah orang yang nggak seharusnya terlihat, Lie. Lo bakal menghancurkan karir Papa kalau semua orang tahu siapa lo sebenarnya. Setidaknya sampai setahun lagi—setelah Papa melewati pemilu menjadi walikota. Setelah itu lo bisa bebas melakukan apapun yang lo inginkan. Tapi sekarang—plis, jangan menjadi terlihat. Itu saja."

"..."

"Lo bahkan ingin tampil di festival—are you kidding me? Apa lo bahkan tahu apa pertanyaan selama interview?"

"..."

"Gue nggak suka banget. Gara-gara lo gue stres berat, gue harus segera facial menghilangkan keriput di wajah gue. Menyebalkan."

Setelah itu Riana pergi. Aku masih bisa melihat Liesel berdiri di sana—menunduk. Tak lama kemudian aku mendengarnya terisak. Aku menghela nafas panjang—memikirkan semua hal yang Riana katakan pada Liesel. Apa dekat denganku memang sebuah kesalahan? Saat ini aku ingin sekali mendekati Liesel dan memeluknya. Tapi aku tahu itu tidak mungkin. Liesel akan benar-benar menjauhiku jika tahu aku mendengar pembicaraannya dengan Riana.

*****

Akhirnya aku menggunakan jasa Sekretaris Jo. Aku mengiriminya email untuk mencari tahu latar belakang Liesel dengan segera—dan aku memintanya untuk merahasiakannya dari Mama. Aku tidak ingin Mama tahu aku tertarik pada seorang perempuan. 

Meeting bersama anak OSIS berjalan dengan aman. Ketika mereka menyinggung penampilan anak musik aku mulai memikirkan perkataan Riana. Lo bahkan ingin tampil di festival—are you kidding me? Apa lo bahkan tahu apa pertanyaan selama interview?

Aku mengetuk-etuk jari di meja sementara yang lainnya membahas rundown acara. Kenapa jati diri Liesel bisa menghancurkan karir Papanya Riana? Aku ingin segera tahu siapa sebenarnya Liesel meskipun di otakku sudah bisa merangkai skenario terburuk siapa sebenarnya Liesel.

Tidak boleh terlihat.

Menghancurkan karir.

Tinggal sendirian di apartemen.

Sebelumnya tinggal di luar negeri.

Well,

"Bisa gue lihat pertanyaan interview-nya?" selaku kemudian pada anak acara. Mereka segera menyerahkan berkas padaku, dan aku mulai membaca daftar pertanyaan itu. Kebanyakan tentang prestasi. Tetapi ada satu pertanyaan yang menyangkut soal keluarga. Mungkin pertanyaan ini yang Riana maksud—

"Hapus Liesel dari daftar nama." kataku.

Semua orang memandangku bingung. Bahkan Galih dan Max juga melongo.

"Kenapa, Ga? Dia kandidat paling bagus." kata Ziya, anak acara.

"Tidak terlalu. Kalau aku pikir-pikir dia hanyalah anak baru. Prestasinya bukan sesuatu yang bisa dibanggakan sekolah ini karena dia bukan dari sekolah ini. Kalau dia menang lomba selama bersekolah di sini—itu yang baru bisa banggakan."

"Tapi lo bilang—"

"Untuk kandidat pengganti—gue bakal bicara sama Casandra sendiri. Dia nggak punya hak buat menolak ajakan gue."

Suasana menjadi sangat hening saat mereka mendengar keputusanku.

"Beri gue kontak Casandra. Gue nggak perlu menemuinya langsung buat ngomongin ini, kan?"

"Udah gue kirim kontaknya." kata Galih kemudian. Aku mengangguk kemudian membuka hape. Semua orang kini terlihat tegang—memangnya apa sih yang kulakukan? Aku hanya ingin menelepon Casandra dan memastikan dia tidak bisa menolak tawaranku. Bagaimana kalau dia menolak? Tidak—tidak ada yang bisa menolak tawaranku.

"Halo, Casandra. It's me—Galan. Aku dengar kamu menolak buat menghadiri festival? Kenapa? Tidak, ya? Kurasa kamu bisa tetap mengatur jadwalnya kan? Kamu orang yang sangat teratur dan disiplin. Hanya meluangkan waktu sebentar untuk festival tidak mungkin mengganggu kegiatan kamu. Iya kan? Aku tahu kamu tidak akan mengecewakan aku. Lain kali jangan buat aku yang menelepon kamu sendiri untuk masalah sepele seperti ini. Oke."

Aku memandang semua orang yang kini memandangku dengan nafas tertahan.

"Dia setuju." kataku. Kemudian aku mendengar bunyi pesan dan ketika aku cek pesan itu dari Sekretaris Jo. "Kalian lanjutkan meeting tanpa aku. Aku akan denger hasil diskusinya besok dari Varah—selaku sekretaris. Tentunya dalam bentuk file—bukan omongan langsung. Bukan begitu, Varah?"

Varah mengangguk kaku.

"Dan untuk keuangan—draf kemarin yang gue lihat rombak semua. Pengeluarannya terlalu banyak. Bisa buat daftar yang lebih rinci lagi dengan pengeluaran yang masuk akal? Osis memang punya uang tapi bukan berarti sembarangan digunakan. Biaya makan setelah acara—kenapa kita bahkan butuh biaya seperti itu."

Setelah itu aku mengambil tas dan berlalu. Sebelum aku keluar sempat aku dengar semua orang menghela nafas dan berkata, "Gila. Galan serem banget..."

Setelah itu aku tak mendengar lagi karena aku langsung keluar—tidak peduli.

*****

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

52.8K 1.2K 23
Alessia is a 14 year old girl, her whole life she has been protecting her little brother, but one day their mother gets killed and they have to live...
73.7K 240 11
As the title says
66.3K 1.5K 78
Harry Potter x female reader °。°。°。°。°。°。°。°。°。°。°。°。 Cedric Diggory has a younger sister named Y/n and she's starting her fourth year at Hogwarts. H...
31.5K 2K 15
الكاتبه : رند السبيعي✍🏼 روايتي الاولى أتمنى تعجبكم واستمتعو...