Pluviophile

By xvzryoen

40.3K 3.7K 701

⚠️WARNING!⚠️ GXG AREA (17+) No description! just read <3 More

VV
YSSC
Bolos
Ketemu (Lagi?)
Menginap
Joging
Bbq-an
Flo (?)
Cafe
Pantai
Pantai 2
Pantai 3
Mau?
Buff Beauty
Taman
Hujan
Sparring
FioRa (?)
Bogor 1
Bogor 2
Bogor 3
Bogor 4
Model
Alun-alun
Firasat
Kenapa?
Sakit
Tangisan
Singer
'280?'
Istirahat
Akhir!
Bali
Siapa sebenarnya?
Aku Disini
Vio Nna
Pergi
Eropa
Jealousy
Dysthymia
Facts

Ballroom

1.1K 95 94
By xvzryoen

Semilir angin berhembus menerpa wajah penuh plester itu, hari semakin gelap menampilkan senja yang terlihat sangat indah. Ia menghela nafas kasar dan mendongak, terlihat dari kejauhan sang kakak dengan rombongan nya yang menyaksikan dirinya bernyanyi juga kedua adik nya yang terlihat antusias.

Vivi tersenyum manis dan menatap hamparan laut yang berada disebelahnya.

"Ada kala diri ini diam termenung dengan pikiran dan hati yang menerka-nerka, tipikal sosok yang begitu ceria membuat suasana sunyi dengan sikap yang tiba-tiba seperti itu bukan? Lantas mereka bertanya-tanya 'Lo kenapa sih Vi?' " Ia tersenyum manis

Vivi memejamkan matanya membiarkan suaranya menyatu dengan semilir angin.

Tak perlu khawatir, ku hanya terluka
Terbiasa 'tuk pura-pura tertawa

Ia membuka matanya lalu tersenyum manis, senyuman penuh luka.

Namun bolehkah s'kali saja ku menangis?
Sebelum kembali membohongi diri

Semua terdiam, terpaku dan terpana dengan suara lembut yang menyayat hati. Begitu pula dengan teman-temannya yang menganga tak percaya.

"Ngape sunyi bener dah?" Ucap Vivi mencairkan suasana

Ia terkekeh ringan dan mata nya menangkap sosok yang sangat familiar baginya, tawanya hilang berganti tatapan sendu dengan air mana yang berlinang dipelupuk matanya.

Ia menunduk dan menghembuskan nafas sejenak, menjernihkan fikiran yang seketika merusak hatinya lagi.

"Satu lagi, satu lagu lagi" Ucap Vivi lalu tersenyum manis hingga membuat kedua bola matanya ikut tersenyum

"Usai, kala cinta menjadi semu dan hanya harapan terpapar depan mata. Entahlah diri ini bahkan tak tau sejak kapan di permainkan oleh sebuah cinta, ah cinta atau hanya ilusi tapi itu sangat menyebalkan. Kini membuatku menyadari bahwa cepatnya jatuh cinta tak semudah saat melupakannya"

Vivi tersenyum tipis dengan air mata yang berteriak ingin terjun dari pelupuk itu.

"Rapuh, aku bahkan tak tau bahwa rasanya sehebat ini. Ku akui diriku kalah atas dasar cinta"

Vivi menutup matanya bersamaan dengan air mata yang menetes membasahi pipi.

Pedih ku saat merasa indah
Semua hilang dan usai

Suara nya mengayun lembut dengan emosi yang tersalurkan.

Bila cinta ini tak nyata
Jangan engkau beri harapan

Mata Vivi terbuka, menatap manik mata coklat indah dari kejauhan. Rindu juga sakit ia rasakan menjadi satu.

Sudah cukup kini kusadari
Terlalu cepat jatuhkan hati

Vivi terdiam sejenak sebelum kembali mendongak dan tersenyum tipis lalu kembali menuju backstage.

Penampilan dilanjutkan oleh mereka terkecuali Vivi yang sedang menenangkan hati nya yang tampak makin rusak.

"Drun lo udahan?" Tanya Ara

"Iye gih lo pada aja, mager gue"

"Besok ikut tampil kagak?" Tanya Olla yang ikut memperhatikan wajah Vivi yang sedang terpejam diatas sofa

"Iye"

"Yauda lo jangan kemana-mana" Ujar Mira

"Ck! Iye bawel ah!" Kesal Vivi

"Monyet dingetin juga!" Kesal Mira lalu melempar bantal sofa tepat diwajah Vivi

"Ye gue garuk muke lo!" Kesal Vivi lalu lanjut memejamkan matanya

Mereka tertawa ringan melihat tingkah Vivi lalu tersenyum kecil, senyum akan kekhawatiran yang dalam.

~~~

"Ck! Siapa sih yang nelfon" Kesal Chika disela-sela makan nya

"Loh Ci Shani? Ngapain nelfon?" Heran Chika

"Halo ci"

"Chik, bisa anterin barang cici di tas ransel dikamar ga?"

"Tas? Tumben deh kelupaan" Heran Chika lalu menuju kamar Shani

Mata Chika melirik kearah siaran TV yang masih menampilkan konser teman-temannya di bali itu.

"Emang ga bisa Pak Wawan aja yang nganter?"

"Ga bisa, kamu sendiri aja"

"Emang Cici dimana sekarang?"

"Bali"

"Oh Bal- HAH?! BALI?!"

"Aduh jangan teriak-teriak dong sakit telinga Cici"

"Eh iya maaf ci kok bisa di Bali?"

"Nonton adik Kak Beby konser"

"Hah adik kak Beby?"

"Iya Vivi kamu lupa? Kenapa deh? Ngeblank gitu"

"Ah iya gapapa kok ci, jadi aku anter naik apa?"

"Ya naik pesawat Yessica Tamara! Kok kamu ngeblank gini sih?"

"Eh iya maksudnya tiketnya gimana ci?"

"Haduh aku ga tau kamu lagi kenapa ya Chik tapi masa iya kamu ga inget kalo punya pesawat jet pribadi?"

"Eh iya ci , aku minep?"

"Iya kamu minep siap-siap buruan ya Cici tunggu"

"Haduh gue kenapa sih kok jadi gini" Gumam Chika

Shani mematikan telfonnya dan menatap wajah orang samping nya dengan serius.

"Lo tau kan apa yang adik lo perbuat ke Vivi?" Tanya gadis berwajah dingin dengan tatapan lurus kedepan

Shani terdiam mendengar suara dingin itu.

"Gue tau adik gue salah tapi cara dia memutuskan hubungan dengan Vivi itu sangat amat menjijikan"

Tubuh Shani terdiam, mulutnya bungkam bingung ingin berbicara apa.

"Lo liat wajahnya yang penuh plester itu Shan"

Shani menoleh dan menatap lekat wajah Vivi yang banyak sekali lebam.

"Adik gue berusaha nyelametin adik lo dari cowo brengsek yang hampir ngelecehin adik lo, dan lo tau balasannya? Ya adik lo permaluin Vivi dengan kejam bahkan menyebutnya tak layak hidup"

Shani terkejut dan menoleh kearah Beby, tatapan Beby memerah dan melayang tajam lurus kedepan, menekan emosi yang kuat.

"Segitu sayangnya dia sama adik lo Shan, dia rela di caci maki dan di sebut hina dengan kejam" Ucap Beby dengan suara yang lebih lembut

"Gue ga marah, gue cuma mau menjelaskan kejadian yang sebenarnya pada lo, mungkin Chika belum mau berterus terang sama lo jadi gue yang akan buka mulut"

Shani terdiam otak nya berfikir keras, salah satu nama terlintas dalam otaknya.

"Siapa dia? Laki-laki yang hampir ngelecehin Chika" Tanya Shani dengan tatapan serius

"Flo" Ucap Beby lalu menoleh dan menyeringai dengan seram

Tebakan Shani benar, ia tersenyum kecut tangannya terkepal erat.

"Lo tau? Sekali lagi dia macem-macem ga akan gue biarin dia hidup tenang" Ucap Beby kembali menatap lurus dengan gigi yang menggertak juga tangan yang terkepal erat

"Kak Beby tau dia siapa?" Tanya Shani dengan tatapan serius

"Ya tentu aja gue tau, anak dari seorang pengusaha terkenal"

"Shajio shafiq"

Shani tersenyum miring dan tertawa pelan mendengar penuturan Beby.

"Lo tau apa yang gue maksud" Ucap Beby lalu tersenyum miring dan kembali fokus menatap adiknya diatas panggung itu

~~~

"Ci Shani!" Panggil Chika menghampiri Shani

Tubuh Chika menegang melihat sosok di samping Shani dengan wajah datar dan sikap yang begitu dingin.

"Halo kak Beby" Sapa Chika dengan canggung

Beby hanya tersenyum tipis membalas sapaan Chika.

"Udah di taro tas nya?" Tanya Shani

"Udah ci"

Chika menatap lekat sosok yang bermain gitar diatas panggung itu, gayanya, caranya memetik senar, senyumnya sungguh semua itu selalu membuat Chika terpana.

Ia berjalan menjauhi rombongan, tatapan nya terus terpaku dengan lagu yang sedang Vivi nyanyikan.

Mata Chika berlinang, tak kuasa membendung air mata yang hendak turun kala mendengar bait demi bait lirik yang Vivi lontar kan.

Mata mereka bertemu, tatapan sendu Vivi berikan membuat air mata Chima turun dengan sendirinya. Bukan ini yang ia mau, layaknya orang asing yang tak lagi bertegur sapa.

Tangannya terangkat hendak meraih Vivi yang berjalan lesu kearah backstage.

Chika menghapus kasar air mata yang turun melewati pipi, ia berbalik dan berjalan menjauhi mereka.

"Chik!" Panggil Shani

"Iya Ci Shani?" Tanya Chika dengan lesu

Shani tersenyum tipis "Jangan pulang malem-malem" Ucapnya dan diangguki oleh Chika

"Kak Beby liat?" Ucap Shani pelan

"Chika juga sama tulusnya dengan Vivi" Lanjutnya

"Kalo tulus kenapa nyakitin shan?" Tanya Beby menahan emosinya membuat Shani terdiam sejenak

"Dia masih kecil kak, masih labil. Dia belum ngerti apa-apa tentang cinta, yang dia liat cinta itu lelaki dan wanita bukan kaya kita yang beda gini" Jelas Shani berusaha agar Beby sedikit mengerti

"Oke adik lo emang ga ngerti cinta beginian mungkin juga dia masih belum mau nerima cinta sesama kaya lingkungan kita"

Beby menatap intens manik mata Shani.

"Tapi apa iya dia ga ngerti apa itu kemanusiaan?"

Shani terdiam. Ia semakin bingung berbicara apa.

"Kalo dia ga suka dengan dunia kaya gini lebih baik dari awal dia jangan nerima Vivi, sedikit pun jangan karena harapan-harapan yang Chika beri itu lah yang buat adik gue semakin hancur"

"Lo ga ngerti shan, lo ga ngerti!"

Tatapan Beby berubah semakin emosional dan terlihat kesedihan dalam sorot mata itu.

"Lo ga ngerti apa yang dia alami, sesakit apa denger rintihan dia nyebut nama adik lo, sesakit apa saat dia merintih bahwa dirinya rapuh. Lo ga liat apa yang Vivi rasain selama ini, serapuh apa saat dia kehilangan seseorang yang berharga baginya. Lo mana tau Shan!"

Beby menunduk sebelum kembali menatap wajah Shani dengan intens.

"Lo tau apa? Diumur nya yang masih terbilang anak-anak dia udah ngerasain sakitnya kehilangan sosok orang tua, lo tau apa?! LO GA TAU SESAKIT APA GUE DENGER DIA NYEBUT NAMA NYOKAP BOKAP GUE SHAN! LO GA TAU!"

"AKU TAU! AKU TAU KAK, AKU JUGA KEHILANGAN SOSOK ORANG TUA! BUKAN CUMA KAMU YANG KEHILANGAN! AKU DAN CHIKA JUGA SAMA!"

Beby tertawa miris dan berdecih. Tatapannya melayang tajam, sorot mata merah yang melihatkan sebuah kesedihan terdalam.

"Lo ga tau kan sesakit apa rasanya saat adik lo di sebut hina dan ga layak hidup? Lo ga tau Shan!" Ucap Beby penuh penekanan

"BEBY!" Seru seseorang lalu menghampiri Beby dan menarik lengannya untuk menjauh

"Maaf ya Shan, mungkin dia lagi cape" Ujar seseorang itu

"Iya kak Nju gapapa kok" Jawab Shani lalu tersenyum tipis

"Shan" Panggil seseorang dengan lembut lalu merangkul pundak Shani memberinya sedikit semangat

"Aku gapapa kak, mungkin memang kak Beby lagi cape dan ya memang ini semua salah Chika dari awal" Ucap Shani lalu mengusap pelan jemari sang kekasih menenangkan dirinya yang khawatir

~~~

Vivi berjalan menelusuri pantai dengan telanjang kaki, wajahnya yang penuh akan plester di terpa oleh hembusan angin.

Langit senja yang begitu indah membuat tatapan Vivi tak berpaling sedikitpun, lagi dan lagi memori bersamanya terputar kembali dalam benaknya.

"Hei!" Panggil seseorang dengan suara yang familiar bagi Vivi

"Hai!" Jawab Vivi

"Ngapain?" Tanya orang itu

"Berdiri"

"Ck! Mulai deh" Ucap orang itu dengan kesal membuat Vivi terkekeh ringan

"Ga ngapa-ngapain sih, seneng aja liatin senja di pinggir pantai"

"Heleh, bohong aja"

"Yauda deh kalo mikirin lo bohong ga nih kira-kira?" Ucap Vivi lalu menoleh menatap wajah orang itu yang sedikit memerah

"Eh?!"

"Becanda! Merah amat tuh muka"

"Ck! Nyebelin lo Budran!" Kesal orang itu lalu memukul keras bahu Vivi membuat Vivi tertawa

"Lo sendiri ngapain disini?" Tanya Vivi balik

"Ya karena liat lo makanya gue disini! " Jawab orang itu yang terlihat masih kesal

"Udeh ngapa El marah nye, ntar tumbuh kumis loh"

"Dih makin ga bener otak lo!" Kesal Elmira semakin membuat Vivi tertawa

"Kak!" Sapa seseorang membuat Vivi terdiam membeku

Elmira menoleh dan sedikit terkejut dengan kehadiran orang itu. Vivi menggenggam telapak tangan Elmira menahannya untuk pergi.

"Temenin gue" Bisik Vivi pelan

Mereka berbalik dengan kedua tangan saling tersematkan.

Orang itu melirik kearah tangan Vivi yang erat menggenggam tangan wanita disebelahnya.

Wajah Vivi datar, matanya tajam menatap lurus manik mata coklat yang ia rindukan, tangannya semakin erat menggenggam tangan Elmira.

"Iya Chik?" Jawab Vivi

"Aku mau ngomong bentar" Ucap Chika lalu melirik kearah Elmira

Elmira yang merasa dirinya menggangu berniat melepaskan genggaman tangan Vivi namun dengan cepat langsung Vivi erat kan hingga membuat Elmira sedikit kesakitan.

"Disini aja" Ucap Vivi dengan datar

"Ga bisa, aku mau ngomong berdua" Kekeh Chika

"Drun gue balik deh ga enak banget ini" Bisik Elmira

Vivi semakin mengeratkan genggamannya membuat Elmira kembali menahan rasa sakit.

"Disini aja" Ucap Vivi lagi

"Tolong kak" Mohon Chika

Vivi menghembuskan nafasnya kasar lalu melepas genggaman Elmira.

"Kamu disini aja aku cuma ngobrol bentar kok" Ucap Vivi lalu tersenyum manis pada Elmira membuat jantung gadis itu berdegub begitu kencang

"Ck! Aku-kamu sok iye bener buaya darat, mana sakit banget lagi di genggamnya" Oceh Elmira dengan wajah yang memerah seperti tomat

Vivi dan Chika sedikit menjauh dari keramaian ke tempat yang sedikit sepi.

Mereka berdua terdiam sama-sama menikmati hari yang kian menjadi gelap, tatapan mereka fokus pada senja yang kian tenggelam.

"Mau ngomong apa?" Tanya Vivi membuka pembicaraan setelah beberapa menit saling terdiam

"Maaf" Jawan Chika

"Cuma itu?"

Chika menganga dengan respon yang Vivi berikan.

"Cuma itu yang mau lo omongin?" Tanya Vivi lagi lalu menatap intens manik mata Chika

Chika terdiam bingung hendak merespon seperti apa setelah melihat reaksi Vivi yang begitu beda dengan yang seperti biasanya.

"Kak kam-"

"Kalo ga penting gue cabut" Sela Vivi

"Maaf, aku tau maaf ga akan cukup tapi tolong kak bukan ini yang aku mau. Aku mau kita tetep kaya dulu "

"Mau lo apa sih chik?" Tanya Vivi dengan tatapan tajam terlihat sorot mata yang melelahkan

"Mau lo apa? Mau gue terpuruk terus-terusan? Gue cape Chik! Lo cuma mau di mengerti tanpa berusaha untuk ngertiin gue! Apa lo tau kalo selama ini gue nahan rasa sakit gue? Engga kan? Lo ga tau apa-apa! Yang ada dipikiran lo cuma Flo! Flo! Flo! Gue nya kapan Chik?" Mata Vivi berkaca menahan rasa sakit dalam hatinya yang kembali terbuka

"Iya aku tau kak aku banyak salah sama kamu bahkan aku ga berusaha untuk ngertiin kamu, tapi apa harus sampe kaya gini? Aku sayang kak sama kamu maafin aku"

"Sayang itu ga nyakitin Chik"

Vivi mendongak menahan air mata yang hendak turun membasahi plester di pipinya.

"Mana Chik janji lo? Mana janji lo yang ga akan pergi dari sisi gue? Mana? Hm? Gue berusaha ngertiin lo disaat lo nerima manusia brengsek itu, gue kira itu cuma permainan lo doang untuk buat kita terus bersama tapi ternyata gue salah, lo jatuh cinta sama dia jauh lebih besar rasa sayang lo ke dia dari pada ke gue Chik" Suara Vivi mengecil menahan isak tangis yang ingin keluar, air matanya mengalir membuatnya terlihat lemah

"Ga ada orang yang rela di selingkuhi Chika! GA ADA!" Teriak Vivi

"Kenapa lo harus lakuin ini ke gue sih Chik? Kurang apa gue buat lo? Cuma karena gue perempuan?" Vivi terkekeh di sela tangisannya

"Jahat lo Chik! Lo dan cowo lo sama-sama manusia brengsek yang pernah gue temuin!" Tatapan Vivi kembali tajam, tangannya terkepal erat menahan emosi

"Kak-" Chika berusaha meraih lengan Vivi namun langsung Vivi tepis

"Kenapa sih Chik? Kenapa? Kalo lo suka orang lain harusnya lo ga nerima gue dari awal Chika! KALO LO JIJIK SAMA GUE HARUSNYA DARI AWAL LO GA NERIMA GUE!" Teriak Vivi

"Apa? Masih lo anggap sepele rasa sakit yang gue alami? Lo ga pernah tau seperih apa hati gue liat lo jalan berduaan, pelukan, mesraan bareng cowo brengsek lo itu! Lo mana tau! Lo ga pernah tau isi hati gue dan dengan mudahnya lo minta maaf setelah apa yang lo perbuat? Hargain gue Chik!" Ucap Vivi dengan amarah yang menggebu-gebu

"Kapan sih Chik lo akan bangga atas gue? Kaya lo bangga milikin cowo itu? "

Chika menggertakan giginya matanya terpejam menahan emosi.

"Lo udah gue jaga sebaik mungkin Chik, gue sayang lo dengan tulus tapi ternyata itu masih kurang, kenapa sih Chik? Kayanya gue kurang mulu buat lo? Karena gue cewe? Iya? Karena gue perempuan? Lo bahkan ga tau sebrengsek apa cow-"

'PLAK!'

"See? Lo bahkan masih bela manusia brengsek itu" Ucap Vivi lebih lembut bahkan tamparan di pipinya tak lagi terasa sakit

"Jangan sebut Kak Flo brengsek" Tekan Chika

Vivi tertawa ringan "terus siapa yang brengsek? Gue? Gue brengsek? Kenapa? Karena gue lesbian makanya gue brengsek?" Tanya Vivi dengan mata berkaca-kaca

"KALO LO JIJIK HARUSNYA DARI AWAL LO GA NERIMA GUE CHIKA!"

"EMANG! EMANG AKU GA MAU NERIMA KAMU DARI AWAL! AKU SAYANG KAMU TAPI AKU GA MAU KITA NGEJALANIN HUBUNGAN INI! AKU SUSAH PAYAH BERTENGKAR DENGAN HATI DAN FIKIRAN AKU SENDIRI KAK! KAMU MANA TAU! AKU MATI-MATIAN NGEYAKININ HATI AKU UNTUK MILIH KAMU, AKU RELA BERBUAT KAYA GINI CUMA DEMI KAMU! DAN SETELAH YANG AKU BUAT KAMU BILANG KALO AKU GA SAYANG?! KALO AKU GA BANGGA?!"
Ucap Chika dengan satu tarikan nafas yang menggebu-gebu

"Aku sayang sama kamu kak! Ga mungkin aku ga sayang bohong kalo aku ga sayang!" Ucap Chika dengan suara lebih lembut

"Cinta?" Tanya Vivi membuat Chika terdiam

Vivi terkekeh dan menggelengkan kepalanya "lo ga cinta sama gue Chik, lo sayang gue sebagai teman dan kakak di samping lo bukan kekasih" Ucapan Vivi membuat Chika terdiam

"No! I love you! Aku cinta sama kamu!" Ucap Chika berusaha meyakinkan Vivi dengan segala keraguan di hatinya

"WHERE? MANA YANG LO SEBUT CINTA? I CAN'T SEE IT! I CAN'T FEEL IT! I CAN'T TOUCH IT! DIMANA?! GA ADA CINTA DI SOROT MATA LO! BAHKAN HATI LO GA MANGGIL NAMA GUE!" Teriak Vivi

"HARUS GIMANA BIAR KAMU PERCAYA KALO AKU SAYANG DAN CINTA SAMA KAMU?!"

"Kalo sayang kenapa lo putusin Chik? Kenapa? Apa kalo gue minta lo mutusin Flo bakal lo lakuin?" Chika terdiam mendengar permintaan Vivi

"Engga kan?"

"Aku cuma mau kita kembali ke jalan yang benar kak!" Tekan Chika

"Terus maksud lo ini salah? Salah dimana? Cinta gue ga salah jatuh ke lo Chik, lo aja yang tutup mata akan semua rasa sayang gue!"

"KENAPA KAMU GA NGERTI KAK? INI SALAH! AKU CUMA MAU KITA MENGAKHIRI HUBUNGAN YANG SALAH ITU TAPI BUKAN BERARTI AKU MAU JAUH DARI KAMU BUKAN! KENAPA KAMU GA NGERTI-NGERTI SIH KAK?! AKU CAPE! KAMU GA NGERTI!"

"KAMU YANG GA NGERTI AKU YESSICA! KAPAN KAMU BERUSAHA NGERTIIN AKU? SANGKA KAMU AKU MAU LAHIR KAYA GINI?! ENGGA! GA ADA ORANG DI DUNIA INI YANG MAU TERLAHIR LESBIAN! GA ADA! AKU UDAH BERUSAHA NEKEN PERASAAN AKU TAPI TETEP GA BISA! KAMU GA TAU SESUSAH APA AKU NEKEN PERASAAN YANG BERSEMAYAM DI HATI AKU! DAN AKU MUTUSIN UNTUK NYATAIN PERASAAN AKU ITU DENGAN PENUH KEBERANIAN YANG DARI KAPAN UDAH AKU SIAPIN! TAPI TERNYATA KAMU ANGGAP RASA AKU INI SEPELE! KALO AKU BOLEH MILIH AKU JUGA GA MAU KAYA GINI YESSICA!" Teriak Vivi air matanya tumpah, tubuhnya gemetar, isak tangis yang begitu menyedihkan

Chika mengusap air mata nya kasar.

"Terserah kamu kak aku cape!" Ucapnya lalu pergi meninggalkan Vivi yang luruh terjatuh diatas pasir

Chika melewati Elmira yang sedari tadi menatap obrolan mereka berdua dengan intens. Tatapan Chika melayang tajam dan melirik Elmira dari atas hingga bawah lalu berjalan menjauh dengan cepat menuju hotel.

"Aku sayang banget Chik sama kamu, tapi kayanya disini cuma aku yang sayang sama kamu, kamunya engga" Gumam Vivi dengan lembut lalu terkekeh ringan, menekan rasa sakit yang kembali hadir

"Aku sayang kamu Chik, lebih dari yang kamu tau" Lirih Vivi dan mendongak menahan air mata yang semakin deras membanjiri wajahnya

Elmira menghampiri Vivi dan duduk di samping nya, ia hanya diam tanpa melakukan apapun. Sakit yang Vivi rasakan juga merasuk dalam dadanya, rasa sakit yang sangat hebat.

"Gue cengeng ya El" Ucap Vivi lalu menghapus jejak air mata yang masih menempel di pipinya

Elmira masih terdiam dan hanya memperhatikan tiap gerak gerik dari Vivi.

"Gue bingung, kenapa gue selalu lemah kalo berhadapan dengan Chika"

Vivi menoleh pada Elmira, sorot matanya sangat lelah dan penuh kepedihan.

"I love her so much, trust me!" Lirih Vivi

Elmira menarik Vivi kedalam pelukannya, memberikan ketenangan agar Vivi tak merasa sendiri.

"I trust you!"

Setelah dirasa cukup, Vivi melepaskan pelukan dari Elmira dan menatap langit depannya yang sempurna menjadi gelap. Ia tersenyum tipis dan berdiri.

"Yuk balik ke hotel" Ajak Vivi

Elmira tetap terdiam.

"Ngapain diem kaya gitu?" Heran Vivi

"Kok ga di gandeng?" Tanya Elmira berusaha menggoda Vivi

Pipi Vivi memerah mendengar pertanyaan Elmira, dengan cepat ia berjalan menjauh meninggalkan Elmira sendirian diatas pasir itu.

"Eh loh kok gue di tinggal sih?!" Teriak Elmira

"Bodo! Nyebelin lo!" Teriak Vivi lalu berlari saat melihat Elmira yang berusaha mengejarnya

Elmira terkekeh melihat reaksi Vivi barusan.

"Lucu" Gumam Elmira menahan gemas

Air mata Chika turun, ia hapus dengan kasar. Ia rapuh, baru ia sadari bahwa pengaruh Vivi pada hidupnya sudah sehebat ini.

Chika menatap langit jingga di atas sana yang sempurna tenggelam menjadi langit gelap gulita.

Deringan ponsel membuyarkan lamunan Chika, dahinya mengernyit melihat nama yang tertera di ponsel itu.

"Ngapain Kak Flo nelfon?" Gumam Chika

~~~

Chika merebahkan dirinya diatas kasur, sambil menunggu Shani pulang ia menonton beberapa drama korea untuk menghilangkan rasa bosannya.

Suara tarikan pintu terdengar membuat Chika menoleh. Terlihat Shani juga Viny yang baru pulang dari suatu mall.

"Loh kamu belum mandi?" Tanya Shani yang di jawab dengan gelengan kepala oleh Chika

"Buruan mandi! Kita ada dinner"

"Dinner? Buat apaan?" Heran Chika

"Untuk ngerayain konser pertamanya Vivi" Jawab Viny yang membuat Chika terdiam

"Cepetan mandi ih! Kamu dari mana aja sih sampe keringetan bau gitu" Ucap Shani

"Iya iya bawel ih Ci Shani!" Balas Chika lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan fikirannya

"Kenapa?" Tanya Viny yang melihat Shani melamun menatap pintu kamar mandi yang baru di masuki Chika

"Gapapa, aku cuma ga nyangka aja sama apa yang di lakuin Chika"

"Jangan di fikirin ya" Ucap Viny lalu mengusap lembut punggung tangan Shani

"Aku ke kamar dulu ya sekalian mandi" Pamit Viny

"Ga mau mandi bareng?" Tanya Shani dengan wajah tak berdosanya

"Ck! Nakal ya" Kesal Viny lalu langsung berlalu pergi membuat Shani terkekeh ringan

Chika memoles wajahnya dengan make up yang tipis, setelah dirasa cukup ia bercermin untuk melihat apakah ada yang kurang dalam dirinya.

Rok pendek putih dengan atasan blouse berwarna biru langit, tak lupa kalung serta gelang mahal ia kenakan. Ia mengambil tas nya dari brand ternama itu lalu ia pakai.

"Udah?" Tanya Shani

"Udah Ci"

"Yauda yuk langsung ke ballroom nya aja"

Chika memandangi interior tiap sisi dari hotel itu terlihat sangat mewah dan megah.

Sampai di ballroom Chika terpanah dengan penampilan Vivi yang sangat menawan.

Kemeja putih yang di balut rompi tuxedo berwarna navy juga bawahan celana yang senada dengan kemeja yang Vivi kenakan. Tak lupa sepatu loafers ternama yang menggunakan kulit asli.

"Hey kok ngelamun! Ayo ke table" Sahut Shani membuyarkan lamunan Chika

Tatapan Chika beralih pada sosok di samping Vivi, wanita yang terlihat sangat cantik mengenakan pakaian yang senada dengan Vivi.

Tatapan Chika tak berpaling dari dua insan yang sedang mengobrol dengan nyaman, hal itu membuat Shani bingung. Shani ikuti arah pandang Chika dan tersenyum tipis saat menyadari itu.

Vivi fokus memberi sambutan juga sapaan pada beberapa tamu yang hadir dalam acaranya, tak banyak hanya orang-orang terdekat juga beberapa pengusaha ternama yang bekerja sama pada Beby.

Setelah berlama-lama tiba pada sesi hiburan dan menyantap makanan yang di hidangkan.

Saat mengambil hidangan yang di sediakan Chika dan Vivi berpapasan, tak lupa sosok wanita yang terus menerus membuntuti Vivi membuat Chika sedikit tak suka.

Merasa tak enak Vivi pergi menuju teman-temannya meninggalkan gadis itu mengambil makanan mereka berdua bersama dengan Chika.

"Kak Vivi ga suka ditambah karbo" Cetus Chika saat gadis itu hendak menambahkan mashed potato

"Banyakin daging sama seafood aja, terutama kepiting dan lobster" Ucap Chika lagi tanpa menoleh kearah gadis itu

Merasa tak ada jawaban dan pergerakan Chika menoleh dan melihat gadis itu sedang menatap nya sengit.

"Lo tuli? Apa gimana? Sini gue ajarin!" Ucap Chika lalu dengan sigap mengambil beberapa daging steak, sosis, daging lobster dan kepiting yang sudah dikupas dari cangkangnya dengan saus padang yang di pisah

Tak lupa juga jus mangga kesukaan Vivi.

Setelah mengambil beberapa makanan itu Chika menatap intens gadis di depannya dan pergi begitu saja.

"Nyenyenyenye sok paling tau padahal ga tau apa-apa" Cibir gadis itu lalu pergi menuju meja mereka dengan langkah sedikit kesal

"Wih tau dari mane lo makanan kesukaan gue?" Tanya Vivi melihat makanan nya yang begitu sempurna dari segi porsi juga segi rasa

"Mantan lo noh rese!" Kesal gadis itu membuat Vivi terkekeh

Tak lama kemudian datang seorang waiters membawa mashed potato juga susu putih. Hal itu membuat gadis tadi mengernyit.

"Eh jangan di makan!"

"Kenapa?" Tanya Vivi

"Lo kan ga suka kalo makan terlalu banyak karbo , ini juga ngapain ada susu putih? Lo kan kurang suka susu putih plain gini lagian gue udah bawain jus mangga kok malah pesen susu putih sih" Kesal gadis itu

"Lo tadi mau bawain ini kan ke gue? Tapi karena dia ngajarin lo apa aja yang gue suka jadi ga lo ambil deh, ya kan?" Ucap Vivi lalu menyantap makanan didepannya dengan lahap

"Enak loh mashed potato nya! Thanks ya kalo ga karena lo pasti gue ga akan nyoba makanan seenak ini!" Seru Vivi

Pipi gadis itu bersemu merah, dadanya berdegub kencang hanya karena sebuah pujian. Ia memalingkan wajahnya yang bersemu dan mulai menyantap makanan yang ada didepannya.

Di lain sisi Chika menggenggam erat sendok dan garpu yang ada di tangannya, tatapannya tajam menatap dua insan yang sedang tertawa. Kenapa Vivi mau menghabiskan mashed potato hanya demi gadis itu? Bahkan jika bersama nya Vivi sering kali menolak karbo yang terlalu banyak ia berikan.

Shani tersenyum tipis melihat tatapan Chika.

"Ci Shani kenal orang yang di samping kak Vivi?" Tanya Chika dengan nada biasa saja yang sebisa mungkin sudah ia tekan

"Yang mana?" Tanya Shani

"Itu dress putih navy"

"Oh itu, kenapa emangnya?" Pancing Shani

"Gapapa nanya aja, kayanya kak Vivi deket ya sama dia" Ucap Chika dengan nada pura-pura tak peduli

"Lumayan deket sih, mereka deket dari bulan kemarin pas mereka menang lomba itu"

"Emang harus sedeket itu ya?" Tanya Chika sambil menatap kesal pada mereka berdua

"Emang nya kenapa kalo mereka deket?" Tanya Viny yang ikut memancing Chika

"Ya gapapa sih" Jawab Chika seolah tak peduli

"Namanya Elmira, artis ternama di luar negeri, dia juga seorang model yang sedang berkuliah. Orangnya baik, ramah, Canti-"

"Cantikan juga aku" Sela Chika dengan nada sedikit sewot membuat Shani terkekeh

"Iya deh kamu paling cantik sedunia!" Jawab Shani

"Emang kenapa sih tumben banget nanyain orang lain? Kenapa ga tanya langsung ke Vivi?"

"Males"

"Kenapa?"

"Gapapa"

"Yakin nih?"

"Iya ih yakin!"

"Kamu cemburu ya?" Ucap Shani to the point

"Ih ngapain aku cemburu, emangnya aku sama kak Vivi ngapain? Pacaran juga engga"

Shani terdiam sejenak fikirannya melayang mengingat yang Beby ucapkan tadi sore.

"Semisalnya Vivi sama Elmira pacaran gimana?" Tanya Viny yang membuat Chika terdiam

"Ga mungkin ah" Jawab Chika berusaha menghilangkan fikiran negatif dalam otak nya

"Emang kalo pacaran kenapa? Kan sah-sah aja toh sama-sama suka" Ucap Viny

"Ga boleh!"

"Kenapa?"

"Itu dosa kak, perbuatan keji dan hina yang ga akan di ampuni Tuhan" Ucap Chika dengan serius

"Semisalnya orang di sekitar kamu kaya gitu gimana?" Tanya Viny serius

"Kak!" Panggil Shani memberikan kode bahwa bukan saatnya untuk membahas itu

"Ga akan aku maafin!" Ucap Chika dengan serius

"Okay! Serius amat mukanya" Ucap Viny lalu terkekeh ringan

Chika menghembuskan nafas nya pelan lalu menoleh kearah dua insan yang sedang asik bersama, tangannya terkepal erat menahan rasa membara yang ada di hatinya bahkan ia tak tau mengapa dirinya bisa merasakan itu, rasa yang sangat tidak ia sukai.

Ia menggeleng pelan berusaha membuyarkan fikiran negatif yang bersarang pada otaknya.

~~~

Elmira duduk diujung ruangan dengan mata yang fokus menatap Vivi intens, senyumnya mengembang melihat Vivi yang tertawa renyah saat berbicara dengan para tamu.

"Sendirian aja lo!" Sahut Mira lalu duduk di samping Elmira

"Eh iya" Jawab Elmira dengan gugup

Mira menatap intens wajah Elmira lalu menoleh dan menatap wajah Vivi yang sedang tertawa.

"Hebat ya dia" Ucap Mira

"Siapa?" Tanya Elmira

"Badrun"

Mira menoleh pada Elmira dan tersenyum tipis.

"Dia orang terhebat yang gue temuin, ya lo tau lah sedikit tentang kehidupan dia sekarang dan kelamnya hidup dia di masa lampau" Ucap Mira

"Gue masih heran, kenapa orang sebaik dan sehebat dia masih ada yang nyakitin" Lanjutnya

"Dari kapan?" Tanya Mira dengan mata yang tak berpaling dari Vivi

"Ah maksudnya?" Heran Elmira

"Dari kapan lo suka Badrun?" Ulang Mira

"Eh apa?" Ucap Elmira dengan pipi yang bersemu

Mira terkekeh ringan lalu menoleh pada Elmira.

"Dari kapan lo suka Badrun?" Tanya Mira sekali lagi dengan tatapan intensnya

"Eh?!"

Mira terkekeh melihat reaksi Elmira "gue tau lo suka Badrun" Ucap Mira dengan senyum tipis

"Kenapa lo suka Badrun? Bukannya lo ada cowo?" Tanya Mira

"Ah mungkin cuma lo yang akan tau hal ini" Ucap Elmira

"Kalian semua salah paham, I don't have boyfriend actually. I only have a girlfriend"

"LO SERIUS?!!" Kaget Mira

"Shut up fuck up!" Ucap Elmira dan membekap mulut Mira dengan tangannya

"Demi lo?! Lo serius?! Are you a lesbian?!" Tanya Mira

"No, I'm a biseksual and of course like what you said before, i've a crush on her" Jawab Elmira dengan tatapan intens pada Vivi

"So,what about ur gf?"

"Idk, but I've been having a lot of trouble with her lately and sometimes she wants to break up"

"So?"

"I ignore it, and i think she was mad of me. I don't care 'bout it, can we talk about something else?"

"Ok i'm so sorry for it. Jadi sejak kapan?"

"Sejak gue liat dia di butik waktu itu, honestly she makes me stunned. Ga tau kenapa gue udah tertarik dari awal , she's kinda cute"

"Di saat lo masih ada pacar?" Tanya Mira dengan sedikit terkejut

"I know that sounds crazy tapi gue saat itu memang lagi ada masalah sama dia and she's kinda toxic actually, I wanna break up with her and still looking for a right time"

"Are you serious?!"

"Dulu gue udah berulang kali bilang kalo gue mau putus tapi dia tetap maksa dan sekarang saat gue berusaha mertahanin hubungan ini dia yang berulang kali minta putus, gue harap dia ga tau apapun tentang Vivi, she's really toxic kalo sampe dia tau gue deket sama Badrun bisa bahaya"

"Bukannya lebih bagus? Itu salah satu cara biar lo jauh dari dia dan putus"

"As a cheater? I don't want to do that, gue ga mau Badrun di cap sebagai orang yang buruk. Biar masalah ini gue selesain dulu sendiri , gue ga mau nyeret Badrun kedalam masalah gue"

"Gue dukung lo, gue seneng kalo lo suka sama Badrun. She's deserve better"

"Thanks, leave it to me"

"Okay, gue kesana dulu" Pamit Mira

Pipi Elmira bersemu setelah jujur pada Mira bahwa dirinya menyukai Vivi, entahlah rasa itu sangat menyenangkan.

Lampu pun redup dan hanya sedikit cahaya yang ada, terdengar lantunan musik mulai bersuara. Akhirnya sampai pada akhir acara , semua sudah menarik pasangan mereka menuju Dance floor.

Vivi mendekati Elmira membuat dadanya berdegub kencang.

"Loh lo ga dansa?" Tanya Vivi

"Lo sendiri?" Tanya Elmira balik

"Males ga ada partner" Jawab Vivi

"Ya sama" Jawab Elmira membuat Vivi menoleh

Pipi Elmira semakin memanas dirinya sangat berharap bahwa Vivi mengajaknya berdansa bersama.

"Loh kok lo ga dansa?" Tanya Beby yang melewati mereka bersama dengan Shani di sampingnya

"Males ah ngajak siapa juga" Jawab Vivi

"Lah itu samping lo free" Ucap Beby membuat Elmira terkejut

"Udah ah sana buruan lo pada! Lo yang punya acara masa ga dansa!" Ucap Beby lalu mendorong Vivi ketengah Dance floor

"Ck! Nyebelin banget si jenong!" Kesal Vivi

Vivi menatap Elmira yang terlihat gugup membuatnya merasakan gugup juga.

"Duh sorry ya gara-gara kak Beby lo jadi harus repot-repot dansa gini, udah yuk balik aj-"

"Ga repot kok!" Sela Elmira dengan cepat

Elmira langsung meletakan tangan kirinya pada bahu Vivi dan tangan kanan nya yang menggenggam tangan Vivi. Vivi terdiam dengan sikap dan perkataan Elmira barusan.

"Ayo!" Sahut Elmira lembut membuat Vivi merinding

Vivi meletakan tangan kanannya pada pinggang Elmira dan tangan kiri yang juga bersatu dengan tangan Elmira.

Tatapan Elmira intens menatap Vivi, tatapan penuh cinta yang ia berikan. Senyumnya mengembang dan dadanya lagi-lagi berulah dengan cepat.

Tak di pungkiri malam ini Elmira terlihat sangat cantik namun tak dapat di bohongi bahwa hati Vivi masih sepenuhnya milik gadis bermata cokelat itu.

Dari kejauhan sepasang mata memandang dua insan yang sedang berdansa itu dengan penuh kecemburuan, dadanya naik turun menahan amarah, nafas nya kasar dan tangannya terkepal erat.

Dirinya terkejut saat sepasang tangan melingkar pada perutnya, sontak ia berbalik dan melepaskan pelukan itu.

"Loh kak Flo?!!"













***

I'm so sorry for you guys.
Thank you for waiting for me.
Actually, i'm in a bad state but it's ok i can handle it.
Sekali lagi saya minta maaf sudah membuat kalian menunggu beberapa bulan, yah banyak yang terjadi dan itu buat saya sulit untuk menulis, takut jika merusak tulisan yang saya buat nantinya.

Terima kasih, gapapa kalo kalian ga berharap sama cerita ini lagi dan untuk yang masih nunggu saya bener-bener minta maaf.

See you next chapter!

















22.33 WIB
110322

E

Continue Reading

You'll Also Like

18.6K 3K 22
buat hati yang belum lulus untuk pergi. -sooshu 0517/0617
593K 56.3K 45
Demi menghindari sebuah aib, Gus Afkar terpaksa dinikahkan dengan ustadzah Fiza, perempuan yang lebih dewasa darinya. Gus Afkar tidak menyukai Fiza...
388K 35.5K 54
Menceritakan tentang ZAHRA NUR KHAULAH bersekolah DISMANSA sebagai ketos mempunyai sifat yg cuek dan dingin dan seorang bad girl yang bernama YESSICA...
36K 3.5K 17
Biar nyambung baca dulu My Obsession (ChikaxAra)