[ON GOING] Butterfly

By peachpoow

672 11 4

"Kau tau kan jika kupu-kupu itu rapuh saat kau sentuh." Gadis itu memandang ke langit luas, menatap bintang y... More

DISCLAIMER
Cast
PROLOG
1. Her
3. A Thing
4. It Changes
5. Who Are You?
6. He Knows
7. New Place
8. Rival
9. New Journey
10. A Model
11. Forgotten
12. Newcomer
13. Sick

2. Abandoned Place

49 2 2
By peachpoow

Gedung Laboratorium Alienus sudah ditinggalkan sejak puluhan tahun lalu. Tidak diketahui secara pasti alasan penutupan gedung ini. Namun beredar rumor bahwa ada salah satu ilmuwan gila yang melakukan percobaan secara sembunyi-sembunyi karena penelitian yang dilakukannya melanggar kode etik.

Hingga saat ini, tidak ada seorangpun yang dapat mengungkap kebenaran yang terjadi. Semua yang beredar di masyarakat hanyalah rumor yang pada akhirnya diyakini benar secara turun temurun.

Bagi Nam Jin yang menggilai hal misterius seperti ini, sudah pasti Alienus Lab adalah tempat yang sangat tepat untuk ia kunjungi. Gedung tersebut sudah disegel permanen dan akses masuk ditutup, walau begitu ini adalah hal yang menantang bagi pria itu. Semakin misterius keadaan suatu gedung, maka ia akan semakin penasaran dan mencari tau.

"Kak, kalau kita berhasil masuk, kita mungkin jadi orang pertama yang bisa lihat isi lab ini." Jin berkata dengan mata berbinar bak melihat pemandangan indah, "Kakak tau ga, sejak ditutup, ga ada seorangpun yang pernah berhasil masuk kesana." Lanjutnya.

Lalu untuk apa kita disini?

Sea ingin meneriaki Jin saat ini, namun keadaan terlalu sepi. Suaranya hanya akan membangunkan penunggu gedung. Namun jika harus jujur, sebenarnya Sea sangsi dengan hal seperti itu, ia tidak percaya pada semacam hantu atau makhluk apapun yang sering orang katakan.

"Akses masuk tutup total, tapi aku tau jalan rahasia agar kita bisa masuk kesana. 

Jin memberi isyarat agar Sea mengikutinya. Dengan malas, wanita itu berjalan menuju 'jalan masuk ilegal' yang Jin katakan. Gadis itu merapatkan jaket yang ia kenakan, entah mengapa tiba-tiba malam itu hawa dingin terasa menusuk kulit.

Berbekal senter dan kamera, kedua manusia itu menyusuri medan jalanan yang sulit. Puluhan tahun tidak terawat, kini lokasi itu ditumbuhi semak belukar.

"Tempat ini terlarang, jadi aku ga akan nyebutin dengan gamblang saat bikin vlog. Mungkin orang-orang akan menebak, tapi aku bisa aja ngasih tahu kalau ini bukan Alienus Lab. Yang penting kita jangan sampai ketahuan." Ucap Jin panjang lebar menjelaskan.

Sialan, kenapa Jin baru mengatakannya sekarang?

Sea pasti akan merutuki dirinya sendiri karena telah mengambil keputusan untuk mengikuti Jin. Gadis itu baru saja mengetahui fakta bahwasannya tempat ini terlarang. Bagaimana bisa ia tertipu oleh Nam Jin?

"What? Ngomong apa barusan?"

"Sssssst.....aku jelasin nanti, sekarang kita-"

"Ayo pulang sekarang! Jangan gila, Nam Jin!"

"Kita udah sejauh ini kak, calm down....Inget apa yang aku bilang kemarin?" Pria itu menaikkan satu alisnya, menggoda Sea.

Damn

Pantas saja Sea merasa sesuatu yang janggal. Ini terlalu nekat jika mereka hanya pergi berdua begini di malam hari. Jin dan Sea, tanpa asisten, tanpa ada tim lain yang membantu. Sea benar-benar tampak seperti orang bodoh sekarang.

Walau bagaimanapun, setelah dipikir-pikir, menyusuri gedung ini mungkin lebih baik daripada orang-orang tau rahasia Sea, tentang dirinya yang menyukai Sean Allegra.

Ya, benar. Awalnya Sea berpikir bahwa Jin adalah anak berandalan yang tidak peka dengan keadaan sekitar. Namun dugaannya salah, anak nakal itu tau semuanya. Ia tau jika Sea menyukai Sean dan menggunakan itu untuk mengancam Sea. Sialnya cara itu berhasil, dan disinilah Sea berada sekarang.

Tangan Jin dengan cekatan menyingkirkan semak belukar yang menghalangi jalan mereka. Sedangkan Sea terus mengikuti dibelakang sambil sesekali pandangannya menelusuri keadaan sekitar. Benar-benar sepi, hanya ada suara jangkrik yang mendominasi tempat ini. Tidak ada penerangan lain selain dari senter yang mereka bawa. Jin kini mulai menyalakan kameranya.

"Halo guys bertemu lagi dengan Jin The Explorer disini, what's up yo!"

Sea hampir memuntahkan isi perutnya mendengar salam pembukaan itu. Ia memutar bola matanya jengah melihat tingkah manusia di hadapannya.

"Kali ini Jin The Explorer akan mengajak kalian berkeliling di gedung A, pasti kalian penasaran kan apa aja isi gedung seram ini? Stay tuned!" Pria itu mematikan kameranya setelah membuat satu video pembukaan yang menurut Sea -itu mengerikan.

Dua insan tadi terus menelusuri jalanan yang terasa amat panjang. Akhirnya, langkah kaki mereka terhenti ketika menemukan jalan masuk rahasia yang dimaksud Jin, sebuah pintu besi kecil di bawah tanah. Dari bentuknya saja sudah dapat disimpulkan bahwa memang tidak ada seorangpun pernah masuk kesini. Pintu besi itu berkarat, namun masih terlihat kokoh. Sebuah gembok tergantung disana, mengunci akses masuk tersembunyi itu.

"Baiklah. Aku pikir kita harus pulang karena emang ga ada jalan masuk."

Sea hendak berlalu dari sana, namun tangan Jin dengan sigap menarik dirinya untuk kembali. Pria itu meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya, mengisyaratkan pada Sea untuk diam dan ikuti saja. Ia mengeluarkan beberapa peralatan dari tas ransel yang dibawa. Sepertinya Jin akan membuka paksa gembok itu.

Setelah lima belas menit berlalu, pintu besi berhasil dibuka. Jin merasa bangga atas tindakannya kali ini. Ia memimpin jalan untuk masuk gedung. Hal pertama yang mereka lihat adalah deretan anak tangga menuju lorong bawah tanah.

Jangan katakan kalau ini satu-satunya jalan kesana.

Bulu kuduk Sea berdiri. Badannya mendadak tegang dan denyut jantungnya berpacu sangat cepat. Untuk sesaat, ia mematung. Menyaksikan sebuah lorong gelap gulita yang tidak tau dimana ujungnya.

"Kak ayo! Jangan takut, aku kan ada disini."

Jin menyenggol pelan tangan Sea hingga kesadarannya kembali. Gadis itu mengerjap perlahan dan mulai berjalan memasuki lorong.

Tempat itu terasa lembab, dingin, dan agak bau. Serangga-serangga mulai terlihat berjalan di dasar lorong. Sea bergidik ngeri, baru kali ini ia melihat begitu bahyak hewan-hewan kecil aneh, bahkan nyaris ia injak. Dirinya hampir mengumpat kalau saja Jin tidak segera membekap mulut gadis itu.

"ssstttt....Kak jangan berisik."

Nam Jin kembali menyalakan kamera yang ia bawa. Namun kali ini sedikit melirihkan suaranya. Ia bicara seperti orang yang tengah berbisik.

"Kita udah masuk, sekarang kita ada di sebuah lorong dan kayaknya jalan ini masih cukup panjang. Tapi tenang aja, karena kali ini Jin bawa seorang teman. Here we go, Sea Jane!"

Kamera mengarah pada Sea yang tengah mematung menyaksikan kengerian tempat itu. Pikirannya mendadak kosong. Ini pengalaman pertamanya, tentu saja ia terkejut.

"Kak, kamu harus menyapa penggemar!"

Sea tersadar dan melambaikan tangan ke kamera. Kemudian, ia melanjutkan perjalanan dan mendahului Jin yang masih membuat video untuk youtubenya. Diujung lorong, ia mendapati sebuah pintu besi berukuran cukup besar. Tanpa ragu, tangan Sea membuka pintu. Tidak terkunci.

Sea mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Walau penerangan terbatas, netra gadis itu bisa melihat jika sekarang dirinya ada di ruang penelitian. Beberapa senyawa kimia yang namanya tidak familiar bagi Sea berjejer disana. Ada juga beberapa serangga dan binatang kecil yang diawetkan di dalam jar. Di sudut ruangan, terdapat sebuah mikroskop binokuler yang sudah usang.

Fokusnya kembali terbagi kala ia menemukan sebuah buku berisi catatan penelitian yang ditinggalkan oleh para ilmuwan. Walaupun sama sekali tidak mengerti, buku yang telah robek di beberapa bagian itu tetap menarik baginya. Sepertinya ini bukan ide yang buruk. Gadis itu mulai menikmati perjalanan horrornya di Alieanus Lab.

Sementara itu, Jin datang dengan tergopoh-gopoh. Napasnya terlihat agak tersengal seperti orang yang baru saja lari karena dikejar hantu. Ia menepuk pundak Sea seraya menormalkan kembali detak jantungnya.

"Kak, aku pikir kakak ilang. Jangan jalan kecepetan, tunggu aku."

"Hei Jin, kamu tau bangunan ini ada berapa lantai?" Sea menatap Jin yang terlihat masih sibuk mengatur napas.

"Sekitar 7 lantai, itu yang aku baca dari artikel." Jin menyoroti ruangan itu dengan senter yang ia bawa, "Wah....lihat apa ini? Kenapa hewan ini ga busuk?" Fokusnya teralih, tangan kirinya yang bebas mengambil sebuah jar berisi ular kecil. Ia sedikit terkejut namun takjub dengan apa yang dilihatnya.

Sea bergegas menuju ke ruangan lain. Begitu banyak dokumen yang berserakan di lantai. Beberapa habis dimakan rayap, sebagian lainnya tergeletak penuh debu. Sepertinya ini ruang administrasi.

Tanpa sengaja, gadis itu menginjak sebuah map berwarna merah bertuliskan 'Dokumen Penting' di sampulnya. Kedua netra Sea terkunci pada objek tersebut. Perlahan, ia mengambil map itu dan sedikit mengibaskannya karena berdebu.

NN 027A BIG PROJECT 'MYSTERIOUS THING'

Kode : NN 027A
Status : Tidak Diketahui
Asal : Hutan Terlarang N
Tinggi : 167 cm
Berat : 50 kg
Sangat berbahaya

Sea mengerutkan kening saat membuka halaman selanjutnya dari dokumen itu dan melihat sebuah foto tersemat disana. Matanya membulat dan mulutnya refleks menganga. Sangat jelas bahwa kini ia melihat foto seorang wanita yang tengah dikurung dalam jeruji besi.

Mungkin saja rumor itu benar adanya. Tentang seorang ilmuwan yang terobsesi menjadikan manusia sebagai objek penelitian gilanya. Hingga pada akhirnya berdampak pada seluruh aktivitas di lab ini. Semua desas desus itu jadi terasa masuk akal sekarang.

Tapi apa itu? Wanita yang berada di foto tampak memiliki sayap. Apakah ini bagian dari penelitian? Membuat manusia bersayap? Manusia kupu-kupu? Sungguh gila, Sea masih menutup mulutnya tak percaya.

"Wahhh Kak, ini benar-benar luar biasa. Aku bakalan rekam semuanya dan ngasih tau orang-orang kalau emang lab ini nyimpen rahasia besar! Keren kan, kita bakal terkenal karena berhasil mengungkap fakta."

"Don't do anything!"

"Jangan konyol, Nam Jin. Baiknya kita ga usah ikut campur soal ini, ayo kita perg--"

Tak mengindahkan petuah dari Sea, Jin hendak menyalakan kembali kamera yang ia bawa. Namun tanpa diduga, flash kamera itu menyala dengan sendirinya sebelum akhirnya mati total.

Dua insan di dalam lab itu kebingungan, mereka saling bertatapan selama beberapa saat. Entah ini hari yang sial atau karena takdir, senter yang mereka bawapun mendadak meredup dan mati. Suasana berubah drastis menjadi gelap gulita.

Sea merasakan tangannya ditarik oleh seseorang. Itu pasti Jin yang sedang ketakutan namun berusaha menjadi pahwalan dengan mencoba untuk membawanya keluar. Benar juga, bagaimanapun ini ide gilanya, dan Jin satu-satunya orang yang harus bertanggung jawab. Sea mengikuti kemana arah tangan itu menuntunnya. Anehnya, ia merasa sudah lama berjalan namun belum menemukan pintu keluar.

"Jin, kamu yakin ini jalannya?"

Pertanyaan itu membuat Sea tersadar. Ada yang aneh disini. Tangan yang tadi mencengkeram pergelangan tangannya mengendur dan lepas. Kaki gadis itu mendadak lemas, tubuhnya gemetar hebat. Itu bukan Nam Jin. Mustahil pria itu dapat berjalan di kegelapan tanpa menabrak benda apapun. Sea berusaha menelan salivanya susah payah. Pandangannya terbatas, ia tidak bisa melihat apapun. Tangan siapa itu?

Diujung keputusasaannya, Sea melihat seberkas cahaya dari balik pintu yang setengah terbuka. Refleks, ia berlari kesana, dengan harapan bisa menemukan sesuatu yang dapat membantunya keluar dari gedung ini.

Sea terkejut saat mendapati seekor kupu-kupu yang bisa bercahaya berada dalam sebuah jar. Ia mengedarkan pandangannya, ada begitu banyak kupu-kupu yang diawetkan, tapi hanya satu ini yang menyala. Dan kupu-kupu itu....hidup?

Sea bergegas mengambil jar berisi kupu-kupu tadi, lalu menggunakannya untuk menerangi jalan. Ia tersandung dan nyaris jatuh beberapa kali. Pandangannya menyapu setiap ruangan yang ia lalui, tentu saja Sea tengah mencari Nam Jin. Pria itu menghilang tanpa jejak.

Sea meraih kantong jaketnya, mencari ponsel yang tadi ia bawa. Dirinya nyaris lupa jika ia bisa saja meminta bantuan lewat panggilan darurat. Sea terlalu panik untuk berpikir jernih. Lalu apalagi yang terjadi? Ponselnya mati? Ia bahkan sedang tidak bermain drama saat ini, kenapa nasibnya sial sekali?

Dengan tubuh yang masih gemetar ketakutan, Sea berusaha mencari jalan keluar. Ia menemukan sebuah pintu menuju tangga darurat, diatasnya tertulis '7th floor'. Nyaris tersedak salivanya sendiri, Sea berhenti sejenak. Mengapa tiba-tiba ia berada di lantai 7? Sejak kapan? Bukankah tadi ia bersama Jin di lantai 1? Ia bahkan tidak merasakan dirinya menaiki tangga ketika tangan misterius itu menuntunnya.

Ah sial. Aku sakit kepala. Sekarang bukan saatnya untuk mikirin kenapa aku disini. Aku harus keluar dan menyelamatkan diri!

Pintu darurat terbuka, berbekal cahaya dari seekor kupu-kupu, gadis itu berlari menyusuri tangga. Ia hanya perlu keluar dari sini dan meminta bantuan polisi untuk mencari Jin nanti. Beberapa kali terseok, Sea akhirnya menemukan tempat yang familiar baginya. Ini adalah jalan menuju lorong masuk tadi.

"Sea....Sea...."

Suara dari dalam gedung itu menggema memanggil namanya. Sea menoleh, tidak ada siapapun. Dari mana asal suara itu? Ia terus berlari ketakutan, menyeret dirinya sendiri untuk segera menuju ke lorong dan keluar.

"Sea...."

"Janetha...."

Peluh gadis itu berjatuhan, di sudut matanya mulai membentuk butiran air. Sea menangis, ia tak pernah merasakan ketakutan seperti ini seumur hidupnya. Mengapa ia merasa bahwa seseorang mengikutinnya?

"Jane...."

Tangan Sea menghapus air matanya kasar, itu membuat pandangannya menjadi sedikit pudar. Ia terus berlari menelusuri lorong, tidak peduli lagi jika dirinya menginjak binatang atau apapun itu. Tapi mengapa jalan ini terasa panjang sekali?

"Jane....tolong aku......"

Akhirnya, tangan kanan gadis itu berhasil meraih gagang pintu besi dan membukanya. Dari kejauhan Sea melihat ada cahaya yang mengarah padanya. Ia merasakan tubuhnya sangat lelah dan perlahan kehilangan kesadaran.

Suara lirih yang memanggil namanya perlahan memudar, digantikan dengan suara bersahut-sahutan banyak orang dari luar. Gadis itu sudah tidak mampu menjaga kesadarannya.

Hal terakhir yang ia ingat sebelum benar-benar menutup mata adalah suara Jin yang memanggilnya dengan gelisah, dan cahaya dari kupu-kupu yang ia bawa semakin meredup.


________________________________________________

Continue Reading

You'll Also Like

397K 19.2K 81
Kang y/n was always been the black sheep of the family. Overshadow by her extremely talented, gorgeous sister Roseanne . Who has the world revolve a...
878K 19.9K 48
In wich a one night stand turns out to be a lot more than that.
127K 6K 35
"I can never see you as my wife. This marriage is merely a formality, a sham, a marriage on paper only." . . . . . . She was 10 years younger than hi...
189K 6.7K 95
Ahsoka Velaryon. Unlike her brothers Jacaerys, Lucaerys, and Joffery. Ahsoka was born with stark white hair that was incredibly thick and coarse, eye...