π™Ύπšžπš› π™³πšŽπšœπšπš’πš—πš’ (#𝟸 𝙴...

By _sidedew

614K 30.9K 2.5K

#Book-2# BIJAKLAH DALAM MEMBACA! 18++ . . . π‘Ήπ’Šπ’„π’‰π’†π’π’π’† π‘ͺπ’“π’†π’”π’†π’π’„π’Šπ’‚ π‘¬π’…π’Žπ’π’π’… π’Žπ’†π’π’šπ’Šπ’Žπ’‘π’–... More

CAST
-Prolog-
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68 [END]
-Epilog-
EXTRA CHAPTER

Chapter 55

7.3K 394 148
By _sidedew

Playlist : Tatu - All the things she said

-Taburkan bintang sertakan komentar-

Tandai typo untuk bantu aku merevisinya.

🌷🌷🌷

Empat bulan berlalu, terasa begitu singkat. Disibukan dengan masing-masing pekerjaan tentu Richelle sudah jarang sekali menikmati waktu berdua bersama Alaric. Hanya sekedar makan siang jika ada waktu luang dan setelahnya mereka akan kembali pada tumpukan dokumen terlebih lagi Alaric yang kerap keluar negeri bahkan sampai berhari-hari.

Untungnya mereka tidak lupa untuk saling memberi kabar termasuk video call. Saat seperti itu lah Richelle berani mengirimkan foto vulgarnya walau tidak sepenuhnya telanjang.

Richelle benar-benar memancing gairah Alaric yang selama berbulan-bulan ini tidak terpuaskan. Mau tidak mau dia akan bermain sendiri sampai berjam-jam di kamar mandi dengan memandangi tubuh molek kekasihnya entah yang hanya mengenakan underwear, lingerie, punggung polos membelakangi kamera atau tubuh tanpa busana yang bagian intimnya Richelle tutupi dengan tangan.

Richelle sudah menjadi wanita nakal. Tentunya hanya kepada Alaric. Salahkan pria berusia kepala tiga itu merasa tak sabaran mengikat wanita dalam pernikahan sesegera mungkin?

⚠️🔞⚠️


Seperti halnya sekarang, Alaric yang baru saja selesai lari pagi sedang mengistirahatkan badannya di sofa yang nyaman. Tidak ada lima menit ia terdiam sembari memejamkan mata, telepon seluler di atas pahanya bergetar yang menandakan telepon masuk.

Senyum secerah matahari pagi kota Washington pun terukir manis di bibirnya ketika mata dan kata tak bersuara menyebut satu nama di layar itu.

"Hallo, babe!" Terdengar suara nyaring dari seberang telepon.

Alaric menampilkan senyum yang selalu berhasil memikat wanita begitu juga Richelle. "Hallo, sayang. Kau baru bangun tidur?"

Dalam layar ponsel itu, hanya seluruh wajah Richelle lah yang terlihat namun Alaric tahu bahwa warna pink pastel yang membungkus lehernya adalah selimut.

"Hm, sekitar satu jam yang lalu. Aku malas gerak dari ranjang." Suaranya sedikit menggumam karena ia sedang telungkup dengan pipi menempel di bantal.

"Jadi, kau juga belum mandi?" Tebak Alaric. Ia menarik punggung dari sandaran kursi, sedikit menjauhkan ponselnya.

"Terlihat jelas, ya?" Katanya tersenyum malu. Richelle bahkan memeriksa sudut matanya takut-takut ada kotoran yang mencokol di sana.

"Huft, syukurlah tidak ada."

Alaric tertawa tanpa suara. "Di saat bangun tidur saja kau masih terlihat cantik, sayang." Alaric gemas sekali terhadap gadis itu.

Bibir Richelle mengkerut lalu menelungkupkan wajah sampai tenggelam di bantal karena malu mendengar rayuan gombal si calon suami.

"Berhentilah membuatku blushing. Jantung ku rasanya berdebar kencang dan tak nyaman meski aku menyukai sensasinya." Pungkas Richelle yang langsung saja membuat Alaric terbahak.

"Kau tidak ke kantor?"

"Tidak, aku memilih untuk bekerja di rumah saja."

"Kau baik-baik saja? Apa kau sedang sakit, sayang?"

"Tidak. Tidak. Aku tidak sakit apa pun hanya ingin berdiam di rumah saja." Balasnya masih tersenyum meyakinkan. Ia sedikit bergerak agar posisinya menjadi terbaring. Selimut tebal masih membungkus seluruh tubuhnya.

"Jangan berbohong, aku akan langsung ke tempat mu jika kau sedang tidak enak badan."

"Sayang.... I'm fine, tidak perlu khawatir."

"Baiklah.. baiklah. Aku percaya."

"Kaos mu basah. Kau juga seperti berkeringat. Kau tidak sedang macam-macam, kan?" Tanya Richelle mendadak menyelidikinya.

"Apa yang kau tahu dari seorang pria berkeringat di pagi hari?"

"Emmm, berolahraga. Benar-benar berolahraga, kan?"

"Yea. Aku baru saja lari pagi. Tapi nanti setelah kita menikah akan ada olahraga pagi yang tidak perlu pergi ke luar rumah dan melakukannya berdua dengan mu." Alaric menyeringai disertai tatapan nakal.

Richelle berdehem karena mendadak gugup. Hingga kemudian sebuah ide pun melintas di pikirannya. "Olahraga yang sangat menyenangkan bagimu."

"Dan memuaskan dirimu. Tentu saja." Sambung Alaric dengan mantap.

"Aku harus mandi,"

Glek.

Alaric meneguk ludah dan penglihatannya sedikit melebar dengan apa yang ia lihat di seberang sana. Richelle menyingkap selimutnya sampai tubuh bagian atas yang hanya mengenakan lingerie putih menggodanya di pagi ini.


Nafas Alaric terasa berat. Ia memang pernah menonton vidio para model Victoria Secret atau bahkan melihatnya secara langsung tapi debar jantungnya sampai meningkatkan sisi liar dalam dirinya tidak sampai separah ini.

"Ichel." Alaric bersuara lirih. Bulu matanya bergerak pelan nan sayu.

"Sebelum mandi tentu saja aku perlu menanggalkan pakaian ku, kan?" Katanya seraya menurunkan tali di kedua bahunya.

Tidak sampai di situ saja, Richelle dengan keberanian yang ia paksakan pun menurunkan seluruh pembungkus itu sampai tertinggal di sekitar pinggangnya.

Richelle juga sengaja mengarahkan kamera ponselnya untuk berlama-lama di tubuhnya yang terbuka.

Sungguh menyiksa Alaric dan tak perlu ditanyakan kondisi miliknya di bawah sana sudah tentu berdenyut nyeri.

Fuck.

Richelle semakin keterlaluan karena segitiga tipis yang juga menutupi area intimnya sengaja diperlihatkan. Bahan berenda yang cukup transparan tidak lah cukup menutupi seluruh asetnya karena menerawang.

"Kau sungguh menyiksa ku, sayang. Ingat kan aku untuk menghukum mu sampai kau tidak mampu berjalan di keesokan paginya."

Di sana. Degup jantung Richelle pun sudah tak karuan. Ia lah yang justru merasa panas sendiri apalagi setelah mendengar ancaman Alaric barusan.

"Shit! I want to fuck you right now--"

Richelle sengaja memutus panggilan vidio setelah ia menggeser celana dalamnya. Mungkin hanya dua detik saja Alaric bisa melihat jelas miliknya.

Tak lama, sederet pesan-pesan masuk pun bermunculan dari Alaric. Richelle hanya bisa menggigit jari ketika membaca satu persatu pesan yang masih juga muncul tanpa jeda.

🌷🌷🌷

Enam hari kemudian. Dalam sebuah auditorium gedung kampus, semua mahasiswa telah berkumpul untuk menunggu acara kelulusan selesai. Dimulai dari sambutan rektor, dekan, sampai Council of Student Leaders. Juga dilanjutkan dengan acara lain dan pementasan sederhana oleh grup band ternama sebagai penutupan.

Dalam ruang tertutup itu, hanya para mahasiswa lah yang diperkenankan masuk sementara para keluarga atau kerabat sebagai pendamping menunggu di luar ruang tersebut. Ada yang memilih di halaman utama kampus ada juga di dalam gedung kampus tak jauh dari pintu auditorium. Sedangkan David sebagai pemilik tentu mengkhususkan satu ruangan cukup mewah dan tentunya nyaman untuk keluarganya.

Selesai acara tersebut, David lebih dulu masuk ke ruangan itu dan disambut pelukan mesra oleh Stephanie. Menghiraukan keberadaan dua anaknya dan calon besan-- Stephanie menarik wajah David untuk ia daratkan sebuah ciuman yang bukan hanya sekedar kecupan.

Alaric yang bersandar di rak buku sambil membaca halaman di salah satu buku bacaan tidak mengindahkan kedua pasangan itu.

"Sayang, kita tidak sedang mengontrak di bumi, kan?" Skyla memasang wajah geli menatap sahabatnya itu.

Fernando terkekeh geli. Ia hanya menatap mereka sekilas kemudian berjalan menghampiri Skyla di tempat duduknya.

"Ada apa? Kau juga mau? Kita bisa menunjukkan pada mereka kalau kita tidak kalah mesranya." Fernando mengedipkan mata.

Skyla tersenyum datar tapi kedua pipinya bersemu merah bagai remaja yang dipuji oleh gebetan. Fernando tertawa tanpa suara dan mengecup singkat bibirnya. "Setelah ini, giliran kita yang bermesra-mesraan. Di jacuzzi pasti menyenangkan." Perkataannya dibarengi dengan ia mengelus pelan sisi leher Skyla dengan ujung jarinya.

Sedangkan di seberangnya--Kenrich maupun Sherin hanya menggeleng kepala pelan melihat kemesraan kedua orangtuanya yang tak tahu waktu dan tempat.

Ken berdiri lantas merapikan setelan formalnya yang sama sekali tidak berantakan. "Papa, sudah selesai? Dimana Ichel?"

Pertanyaan dengan suara agak kencang itu menjadi instruksi keduanya menghentikan kemesraan.

Stephanie bergeser lalu mengaitkan kedua tangannya di lengan sang suami. Betapa cerahnya wajah orang tua itu.

"Aku tidak bisa melihat keberadaannya di tengah tengah lautan manusia. Mungkin dia masih melakukan sesi foto bersama teman-temannya." David menjawab seraya mengajak Stephanie untuk bergabung bersama mereka di sofa yang tersedia.

Tapi sebelum keduanya mendaratkan bokong mereka di tempat duduk, suara dorongan pintu dibarengi dengan pekikan senang wanita, menyahut semua wajah mengarah pada sumber suara.

"Yey! Aku lulus dan siap menikah!"

Semuanya tertawa ringan bercampur senang.

Orang pertama yang memeluknya adalah Stephanie. Lalu mencium kedua pipi, kening dan berkahir mengecup ujung hidung Richelle. Wanita bergaun v-neck dengan potongan cukup rendah itu-- tersenyum haru dan mata yang berkaca-kaca. "Happy graduation, sayang. Mama bangga padamu. Kau sudah berhasil menyelesaikan kuliah mu tepat waktu."

"Thank you, Mama. Maaf, aku tidak menjadi lulusan terbaik." Kedua tangan Richelle masih melingkar di pinggang sang ibu. Mereka tidak menghapus lengkungan bibir.

"Tidak perlu minta maaf. Menjadi lulusan terbaik adalah sebuah pencapaian namun lulus tepat waktu dengan nilai yang cukup bukan lah kegagalan, sayang."

Ichel mengangguk mantap lalu beralih pada sang ayah. "Papa..." Richelle bersuara manja terdengar seperti rengekan anak kecil.

Di podium tadi David sebenarnya sudah memeluk putrinya dan mengucapkan kata selamat. Jadi, dia lah orang pertama yang memberinya ucapan.

"Oh, Menantuku tersayang dan ku cinta! Selamat atas gelarmu, honey." Skyla tak kalah bahagianya. Ia bahkan memeluk erat dan sedikit menggoyangkan tubuh mereka.

Fernando pun melakukan hal yang sama memeluknya dengan satu tangan. Sherin dan Kenrich bergiliran memberi ucapan dan pelukan. "Bagaimana? Ingin melanjut S2?"

"Tidak, terimakasih. Aku ingin fokus dulu menata rumah tangga dengan suamiku." Richelle menjawab pertanyaan sedikit candaan dari saudara kembarnya itu.

"Ini hanya satu hadiah. Sisanya aku simpan di kamar mu." Ken menyerahkan buket untuknya.

"

Owh, thank you my twin brother."

Sherin pun sama mengambil buket bunga mawar merah yang diletakkan di atas sofa yang sebelumnya ia pangku dan memberikannya kepada Richelle.

"Terimakasih sudah memaksa hadir, adikku. Itu pasti mengganggu sekolah mu." Richelle tak enak hati.

"Tidak masalah izin sekali-kali. Aku termasuk murid yang rajin dan pihak sekolah tentu mengistimewakan aku." Katanya sedikit bergurau.

Pun sesama wanita berdarah Edmond dan Casey itu tertawa bersama dan sekali lagi berpelukkan.

Meninggalkan mereka, Richelle menghampiri seseorang yang masih saja berdiri menunggunya untuk lebih dulu menghampiri.

Richelle memberikan cengiran lebar dengan wajahnya yang polos dan manja. Di tempatnya, Alaric merentangkan kedua tangannya, Richelle yang tentunya paham meletakkan barang yang dibawanya ke atas sofa kosong.

Setengah berlari meloncat ke tubuh tegapnya. Alaric sedikit mengangkat tubuh mungil itu seraya merengkuhnya dengan gemas.

Membisikkan kata-kata manis dan ucapan selamat yang sama menyentuh hatinya.

"Apa kau membawakan ku hadiah?" Kata Richelle. Mendongakkan wajah serta meletakkan dagunya di dada sang kekasih. Ia ingin berlama-lama dalam pelukan kekasih yang sudah dua Minggu ini tidak bertemu.

"Aku sedikit bingung hadiah apa yang harus ku beli. Kau pasti sudah memiliki banyak sekali barang-barang mewah."

"Ck, hadiah tidak harus mewah..." Katanya merengek manja. "Tapi tak apa, dengan kau menjadi teman hidup ku sudah amat sangat cukup sebagai hadiah."

"Tentu. Dua Minggu lagi kita akan menikah, perihal gaun pengantin sudah Mama buatkan khusus untuk mu tetapi kalian merahasiakannya pada kami." Kata Alaric sedikit menyipitkan mata. Maksud dari kata kami adalah para lelaki di keluarga mereka yang tidak diperbolehkan mengintip barang sedikit pun gaun yang akan Richelle kenakan nanti. Itu adalah larangan yang langsung diberikan oleh sang desainer. Stephanie.

"Sabar... Kau pasti menyukainya gaun yang ku pakai di acara istimewa kita nanti. Oh, iya, bagaimana dengan foto prewedding? Kita masih punya waktu, sayang."

"Ya, kita pergi sekarang."

"Benarkah?! Ke Roma?" Richelle sedikit tak percaya. Ia bahkan belum menyiapkan apa pun untuk nanti selama di sana.

"Roma. Sesuai keinginan mu, sayang."

Richelle menarik diri dari pelukannya. Ada sedikit kepanikan di wajah berpoles makeup tipis itu. "Lalu bagaimana dengan persiapan semua?"

"Baju-baju ganti, pakaian untuk pemotretan dan semua barang penting ku lainnya--"

"Sssttt...Aku tidak mungkin melupakan itu....Ayo, kita ke bandara sekarang karena hadiah mu menunggu di sana."

"Hei! Hentikan sejenak kemesraan kalian. Ayo kita keluar dan melakukan foto bersama."

Stephanie berbicara juga melangkah mendekati kedua sejoli yang dimabuk asmara.

Pun terpaksa Richelle melepas rangkulannya dari Alaric karena sang ibu sudah menariknya.

Maka di di halaman luas dengan background gedung kampus ternama itu, mereka berfoto-foto penuh kegembiraan.

Terakhir, Richelle berfoto mesra bersama Alaric. Di mana pria itu merengkuh posesif pinggangnya. Mereka juga sengaja berciuman dengan Alaric sedikit membungkuk sehingga tubuh Richelle pun terdorong ke bawah. Sebelah kaki Richelle terangkat lurus.

⚠️🔞⚠️


Saat semua keluarga pergi untuk makan siang bersama, Alaric justru membawa Richelle ke bandara tanpa berpesan sebelumnya. Sehingga deringan telepon pun terus mengusik mereka selama di perjalanan.

Akan tetapi mereka tidak merasa terganggu karena selain suara deringan yang kecil-- mereka juga sedang sibuk di belakang kemudi.

Membiarkan seorang supir dan satu bodyguard di jok depan. Tak lupa Alaric menutup akses privasi mereka.

Jika Alaric menciumnya penuh nafsu maka Richelle pun membalasnya dengan sama. Mereka hanya akan berhenti jika pasokan oksigen menipis dan beristirahat sejenak sebelum kembali membelit satu sama lain.

Enam hari hanya bisa melihat wajah tanpa bisa bertemu, tentu saja saat ini keduanya meluapkan rasa rindu. Sentuhan-sentuhan mengalahkan kewarasan, decapan, juga lenguhan bertubrukan dengan geraman menjadi perpaduan suara erotis di mobil itu.

Richelle sengaja mendongak bahkan kepalanya terkulai ke belakang agar Alaric lebih leluasa menjelajahi lehernya. Ia tidak bisa lagi berkata-kata untuk melarangnya meniggalkan bekas di sepanjang kulit lehernya.

Tapi apa boleh buat? Alaric sudah kalap, dengan gaun Richelle yang berhasil ia tanggalkan, ia sudah terlanjur menciptakan warna-warni merah hampir di seluruh bagian atasnya itu. Terutama di bagian dada sang menjadi tempat favoritnya.

Lagi-lagi Richelle meringis, Alaric sudah seperti jelmaan vampir karena leher kanannya yang ia sesap malah semakin kuat, tak bisa menjaga kebungkaman sebab aksinya itu membuatnya berteriak serak.

Deru nafas mereka saling bersahut-sahutan. Belum melakukan sex saja Richelle sudah lelah dan tak mampu bergerak. Alaric menyeringai, ia terkekeh puas tapi terdengar seksi. Telapak tangannya yang lebar sama sekali tidak berhenti di dada wanita itu.

"Sudahhh... aku, lelah, hmm.." ucap Richelle terbata-bata.

"Biarkan aku menjadi bayi besar mu sampai kita di bandara."

"B-berapa lama lagi kita sampai, ssshhh.."

Oh, sebaiknya Richelle tidak perlu berbicara karena yang keluar justru malah desahan.

Kursi mobilnya pun Alaric atur sehingga mereka dapat merebahkan tubuh di sana. Richelle sedikit lebih tinggi sedangkan dia tentu saja memposisikan wajahnya di dada wanita itu dan cosplay menjadi bayi beruang.

"Jika kita sudah punya anak, ini menjadi milik mereka." Richelle bersuara sembari menusuk-nusuk pelan pipi Alaric dengan telunjuknya.

Pria itu melepas kulumannya sebelum menjawab. "Mereka akan meminum ASI mu menggunakan dot sedangkan Daddy-nya dari sumbernya langsung."

Richelle menggertak gigi dengan gemas lalu tertawa renyah.


-to be continued-

🌷🌷🌷

Pertanyaan random! Please, dijawab yaa

- NUNGGUIN atau DITUNGGUIN?

- MUTUSIN atau DIPUTUSIN?

- JEMPUT atau DIJEMPUT?

- DIPELUK atau DICIUM?

- DIAJARIN atau NGAJARIN?

- DIKEJAR atau MENGEJAR?

- POSESIF atau CUEK?

- KALEM atau BOBROK?

- TINGGI atau PENDEK?

- ROMANTIS atau HUMORIS?

Continue Reading

You'll Also Like

99.5K 3.2K 55
Seri ke III dari trilogi Best Part (Liam McLachlan) Marcus Torenzo (27th) Banyak orang yang mengira bahwa dia adalah seorang pria berwibawa dengan ke...
18.1K 1.1K 24
'Terima kost putra' 'Tersedia 3 kamar kosong Harga 200 ribu/bulan Bebas biaya listrik dan air Potongan harga 10% khusus pelajar' ----- Di belakang ru...
170K 6.3K 45
❗FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA❗ | BOOK 2 : TCWM SERIES | (Tersedia Versi Ebook) Menceritakan tentang kehidupan Airin Pricilla setelah menikah dengan Ch...
3.8M 54.6K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...