PSIKE | TELAH TERBIT

Por Afnansyhrn

2.1K 397 245

"Gue gak bisa lari kemanapun, karena yang gue hadapi adalah jiwa gue sendiri. Segala hal yang menyakitkan dan... Más

Introduction
Siapa Yang Tahu?
Kamu Tidak Sendiri
Dunia yang Seperti Ini
Sisi Lainnya
Memang Begitu
Intuisi yang Tajam
Berlari
Kuat?
Titik-titik Cahaya
Melepas Luka
Permainan yang Gila
Target
Sesulit Itukah?
Semakin Jelas
Dewa Dimana?
Pengumuman!

Siapa Aku?

147 26 16
Por Afnansyhrn

Alter Ego adalah sebuah keadaan terpecahnya kepribadian sehingga menyebabkan seseorang tak bisa mengingat apa yang telah dilakukannya sendiri pada saat alter ego menguasai diri mereka. Penyebab terjadinya alter ego atau kepribadian ganda salah satunya adalah trauma masa lalu, kekerasan fisik dan psikis, tekanan dari dalam diri sendiri, maupun tekanan dari luar diri seseorang.

Usaha untuk menjauhkan diri dari penyebab trauma tanpa pernah menyembuhkan luka batin akibat trauma itu sendiri pada akhirnya justru bisa menimbulkan masalah lain termasuk adanya kepribadian ganda pada diri seseorang.

Trauma bukan tergantung kepada besar kecilnya suatu permasalahan atau peristiwa yang dialami. Trauma terjadi karena persepsi masing-masing individu terhadap permasalahan atau peristiwa itu sendiri.

Seseorang yang mengalami kepribadian ganda biasanya terbentuk dari trauma masa kecil, yaitu sekitar usia 4 sampai 6 tahun. Yang terbentuk pada masa balita dan kanak-kanak awal tersebut membuat diri seseorang menjadi terpukul, depresi, dan akhirnya tanpa sadar memicu alter ego untuk menguasai dirinya. Tapi, banyak juga kasus trauma yang terjadi di atas umur 4 atau 6 tahun yang menjadi pemicu timbulnya kepribadian ganda.

Kata-kata yang buruk, ejekan, cemoohan, dan lontaran kata-kata kasar menjadi suatu siksaan psikis yang bisa menimbulkan trauma pada diri seseorang. Karena terkadang trauma bukan selalu tentang kekerasan fisik maupun seksual saja. Tapi, ada satu jenis penyebab trauma yang tak jarang sering orang abaikan yaitu kekerasan psikis.

Kekerasan psikis menyerang mental atau psikis seseorang, melemahkannya, menjatuhkannya, dan bahkan menghancurkannya. Seseorang yang mengalami kekerasan psikis akan memiliki kepercayaan diri pada titik terendah sepanjang hidupnya. Kekerasan psikis bisa dilakukan oleh seorang pelaku atau bahkan lebih. Mungkin kasus perundungan bisa menjadi salah satu contohnya. Entah itu perundungan di dunia nyata maupun dunia maya.

Kekerasan fisik yang terus berulang pun menjadi penyebab munculnya alter ego selanjutnya yang membuat terpecahnya kepribadian seseorang sehingga menimbulkan luka mendalam di batin mereka.

Logikanya, seseorang yang mengalami kekerasan fisik secara terus-menerus akan menyimpan luka batin secara psikis maupun fisik. Dengan kedua luka tersebut, seseorang ingin membalas pelaku dan apabila dirinya tidak sanggup untuk melakukannya maka ada sebagian orang yang kemudian muncul alter egonya. Alter ego inilah yang kemudian berusaha keras untuk membalas perlakuan seseorang yang telah menyebabkan luka fisik dan batin. Meskipun demikian, kadangkala seseorang tersebut bertindak di luar jalur dengan menyalurkan luka batin ke orang lain yang sebenarnya tidak bersalah.

Dokter Zahid memperhatikan Vito yang sedari tadi terlihat begitu serius mengisi kuisioner dan beberapa tes dalam lembaran-lembaran kertas. Begitu pun Adit dan tiga pasien dokter Zahid lainnya yang terlihat sibuk mengisi lembaran demi lembaran kertas tersebut. Hari ini dokter Zahid sengaja mengadakan terapi kelompok.

Terapi kelompok adalah salah satu bentuk pengobatan atau tindakan yang dilakukan dengan cara menyertakan beberapa orang dalam sebuah kelompok kecil yang didampingi oleh satu terapis atau lebih yang terlatih dalam proses terapi kelompok. Tidak semua pasien bisa cocok dengan terapi ini, Karena itu dokter Zahid sebelumnya sudah meminta persetujuan dan izin dari pasien yang bersangkutan terlebih dahulu.

Dokter Zahid berterima kasih kepada Adit, karena berkatnya kini Vito sudah mulai mau berobat, tidak takut untuk datang dan mengikuti sesi terapi yang dibungkus atas nama penelitian. Dokter Zahid sampai harus membuat skenario seperti ini demi membujuk Vito agar mau mengikuti terapi. Dan beruntungnya, dokter Zahid berhasil. Vito kini mulai merasa akrab dan tidak malu dalam berbicara. Walaupun ia belum banyak bercerita ini dan itu. Tapi, dokter Zahid cukup puas dengan hasilnya ini.

"Baik, terima kasih banyak karena sudah mengikuti sesi terapi ini dengan penuh antusiasme yang menyenangkan. Semoga di lain kesempatan berikutnya, kita bisa bertemu dan saling berbagi juga bercengkrama seperti ini."

Dokter Zahid berdiri dari duduknya sambil melemparkan senyum manis pada pasienn dan Vito maupun Adit. Ketiga pasien dokter Zahid lainnya berjalan keluar ruangan dengan wajah yang sumringah. Sedangkan Adit dan Vito masih terduduk di sofa sambil mengobrol.

Dokter Zahid berdeham, Adit yang mendengar suara itu menoleh dan lalu bangkit dari duduknya.

"Sebentar, ya. Gue mau ke toilet dulu. Lu tunggu di sini," ucap Adit pada Vito lalu ia pun berjalan keluar ruangan.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya dokter Zahid yang memperhatikan Vito yang sedang menunduk.

"Alhamdulillah baik, Dok."

Dokter Zahid tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, "kamu sudah membaca jurnal psikologi yang saya kirim dua hari yang lalu?"

Vito mengangguk, "sudah, Dok."

"Bagaimana pendapatmu?"

Vito sempat terdiam selama beberapa menit, "bagus, mengedukasi. Saya jadi dapat ilmu dan wawasan yang baru."

"Kesimpulan apa yang kamu dapat?" dokter Zahid tidak berhenti-hentinya terus menghujami Vito dengan pertanyaan. Tapi, Vito terlihat cukup tenang untuk seseorang yang sebenarnya sedang merasakan cemas. Dokter Zahid sebenarnya bisa melihat itu, tapi, ia mengabaikannya karena ingin perbincangan mereka terus berlanjut tanpa adanya masalah.

"Kepribadian ganda itu adalah gangguan mental yang perlu diobati dan disembuhkan. Ketika kita memilikinya, itu pertanda bahwa diri kita sedang tidak baik-baik saja dan perlu bantuan. Kepribadian ganda tidak bisa sembuh dengan sendirinya. Karena membutuhkan penanganan yang serius."

Dokter Zahid mengacungkan kedua jempol tangannya sambil tertawa renyah. Vito pun ikut tertawa, sambil berusaha menutupi kecemasannya sedari tadi.

"Menurut kamu bagaimana cara yang tepat untuk mengobati mereka yang memiliki kepribadian ganda?" lagi-lagi dokter Zahid bertanya banyak hal sulit pada Vito.

"Mungkin kita perlu mengatasi akar traumanya, Dok." Jawab Vito lugas.

"Kenapa trauma? Apa hubungannya trauma dengan kepribadian ganda?" dokter Zahid menatap Vito dengan raut wajah yang serius.

"Karena menurut tulisan yang saya baca kemarin. Trauma adalah salah satu faktor penyebab terjadinya kepribadian ganda. Entah itu trauma karena kekerasan fisik, psikis, maupun seksual," jawab Vito dengan jelas dan percaya diri.

"Kamu benar. Tapi, masalahnya trauma dari masa lalu biasanya melawan setiap kali ingin dilenyapkan dan hanya bisa lenyap sementara sebelum nantinya muncul dalam bentuk yang berbeda. Jadi, selanjutnya apa yang harus dilakukan?"

Vito sempat terdiam sambil memandangi lemari rak yang dipenuhi piagam dan tropi itu.

"Berdamai dengan diri sendiri?" Vito balik bertanya pada dokter Zahid.

"Masyaallah, kamu pintar! Betul, itu adalah cara terbaik dalam mengatasi trauma."

Vito tersenyum begitu mendengar pujian dari dokter Zahid, "tapi, dok. Bagaimana langkah-langkah nyata yang bisa kita lakukan agar bisa berdamai dengan diri sendiri dan trauma tersebut?"

Dokter Zahid tersenyum penuh arti begitu mendengar pertanyaan Vito. Akhirnya ia berhasil membuat Vito merasa tertarik dan sedikitnya meningkatkan kesadaran pada diri Vito perihal apa yang telah terjadi pada dirinya selama ini. Awal yang bagus, batin dokter Zahid.

"Cara mengatasi trauma yang pertama, menerima keadaan yang terjadi sebagai sebuah masalah yang wajar, menerima keadaan dengan tulus dan ikhlas. Hal ini bisa menjadi awal yang baik bagi usaha penyembuhan trauma. Kedua, memaafkan diri sendiri dan orang lain yang mungkin menjadi penyebab masalah. Memaafkan itu bukan lantas kalah, tetapi sebaliknya memaafkan adalah gerbang kemenangan bagi kesehatan fisik dan psikis. Ketiga, menyayangi diri sendiri dan membangkitkan semangat dengan bantuan orang-orang terdekat. Dan yang keempat, menemui psikolog atau psikiater. Kamu tahu Vito? Pada poin keempat ini, tidak semua orang memiliki kesempatan untuk melakukannya. Di Indonesia sendiri, banyak orang yang belum terjamah dengan psikolog atau psikiater. Karena itu, untuk kita yang bisa dengan mudahnya mengakses hal ini. Kita patut bersyukur, bukan?" dokter Zahid menatap wajah Vito dengan senyum manis khasnya.

Vito pun ikut tersenyum, "Iya, dokter benar. Kita patut bersyukur."

🤝🤝🤝🤝🤝🤝🤝🤝🤝🤝🤝🤝🤝🤝🤝🤝🤝🤝

"Benar di sini, kak?" Vito melihat ke sekeliling taman rumah sakit yang cukup ramai. Ada beberapa orang yang terlihat sedang duduk di kursi, entah mereka ada yang sedang berdiam diri, mendengar lagu, mengobrol bahkan makan.

"Iya, benar, kok. Di sini," jawab Adit sambil mengedarkan pandangannya luas ke sekitar. Adit lalu melihat ke arah jam tangan hitamnya di pergelangan tangan kiri. Sudah lima belas menit mereka menunggu.

"Nah, itu orangnya!" Adit menunjuk ke arah seorang pria dewasa yang mengenakkan kemeja biru laut lengkap dengan celana hitam dan rambut klimis. Wajahnya tampan dengan garis yang nampak tegas, kedua alis matanya tebal. Penampilannya sangat rapi, sedangkan tangan kiri pria itu terlihat menenteng sebuah tas kulit berwarna cokelat yang mahal.

"Apa kabar Adit? Sudah lama kita gak ketemu, ya?" pria itu merangkul Adit sambil tersenyum penuh keakraban. Begitu pun Adit membalas rangkulan itu dan tersenyum lebar.

"Iya, nih, Dok. Belakangan saya lagi sibuk. Jadi, baru bisa ketemu sekarang," jawab Adit ramah.

Vito menganggukkan kepalanya, oh, Dokter lagi pikirnya. Sepertinya Adit memiliki banyak kenalan dokter. Pantas saja ia pintar, teman-teman dan kenalan dekatnya saja orang-orang hebat, pikir Vito.

"Kamu? Waktu itu saya pernah lihat kamu di lapas di Jakarta. Itu kamu, kan?" Tanya pria itu tiba-tiba membuat lamunan Vito terhenti.

"Maksudnya, Dok?"

"Kamu punya keluarga di lapas itu? Siapa kalau boleh saya tahu?" tanyanya lagi, membuat Adit memperhatikan dokter Hendrik dan Vito.

"Joni, kakak saya," jawab Vito singkat, setelah mengucapkan nama itu raut wajah Vito langsung berubah menjadi murung.

"Joni? Benarkah? Saya turut berduka cita, ya!" ucap dokter Hendrik membuat Vito terkejut.

"Dokter kenal kakak saya?" tanya Vito sembari menatap kedua manik mata dokter Hendrik yang teduh.

"Tentu saja! Saya sering ke sana untuk melaksanakan tugas saya sebagai terapis bagi remaja maupun dewasa di lapas. Teruntuk mereka yang sedang atau memang memiliki gangguan mental maupun kejiwaan. Saya bahkan ada di sana ketika hari dimana kakakmu tergeletak. Sungguh kejadian yang sangat menyeramkan dan keji. Saya pun terkejut pada saat itu. Sekali lagi, saya turut berbela sungkawa," dokter Hendrik menepuk-nepuk pundak Vito lembut dengan tatapan kasihannya.

"Terima kasih, dok."

Dokter Hendrik mengangguk dengan senyum simpul, kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari dalam ransel cokelat miliknya, "ini kartu nama saya. Saya teman dokter Zahid dan Profesor Sahrom juga. Kami bertiga ada di satu komunitas yang sama. Komunitas peduli kesehatan mental anak dan remaja sejabodetabek. Jika kamu perlu bantuan, hubungi saya. Jangan sungkan!" dokter Hendrik tersenyum lebar, senyumnya terlihat menawan. Berkat jajaran gigi putih yang rapi itu senyumnya semakin nampak menarik.

Vito menganggukkan kepalan sembari mengambil kartu nama itu lalu mengucapkan terima kasih lagi. Melihat dokter Hendrik dan Vito yang sepertinya telah selesai berbincang, Adit menyerahkan setumpuk kertas yang cukup tebal kepada dokter Hendrik.

"Jurnal penelitian yang kemarin? Sudah selesai semua?"

Adit tersenyum lebar dengan bangga, "sudah, Dok."

Dokter Hendrik menepuk pundak Adit sambil tersenyum, "kenapa kamu gak ambil jurusan kedokteran saja? Karir kamu pasti melejit, Adit."

Adit tertawa mendengar pernyataan dokter Hendrik, "ah, dokter bisa saja."

"Oiya, kalian pasti belum makan siang, kan? Bagaimana kalau kita makan di restoran sunda di seberang sana. Saya yang traktir, okay?" dokter Hendrik melihat ke arah Adit dan Vito bergantian.

Sedangkan Adit dan Vito malah saling menatap satu sama lain sambil tersenyum sungkan. Dokter Hendrik tertawa melihatnya, ia lalu menarik Adit dan Vito agar berdiri tepat di sampingnya lalu merangkul mereka berdua seperti seorang teman sebaya.

"Gak usah malu-malu. Ayo, kita makan!" ucap dokter Hendrik sambil berlari dan merangkul Vito juga Adit. Mereka bertiga pun berjalan sembari tertawa bersama. 




🤝 Bersambung  🤝

Seguir leyendo

También te gustarán

23.7K 1.6K 20
Kumpulan cerita IDOLiSH7, TRIGGER, Re:Vale, dan ZOOL yang absurd. Ga pinter deskripsi, jadi baca aja langsung. WARNING!! Bahasa ga baku Bahasa Jepang...
little ace Por 🐮🐺

Novela Juvenil

891K 66.4K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
235K 24.3K 76
[FINISHED] Lo tau gak sih gimana rasanya jadi gue yang selalu di bandingin sama kembarannya sendiri?? ⚠Warning ⚠ *Cerita tidak Jelas *Luar Dalam ti...
987K 14.5K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+