When You Lost It

By Delzy1

3.3K 1.9K 1.7K

Berawal dari mimpi buruk. Hari-hari yang seharusnya terdengar wajar bagi gadis itu mulai berubah sejak beber... More

Pengantar
Character List!
Opening
Malam tanpa Ketenangan
Hari yang Indah
Teman
Pertanda Pertama
Kenapa harus meminta maaf?
Pelukan Seorang Dewi
Sekali lagi, Hari yang Indah
Pertanda Kedua
Tak lagi bersama
Penyesalan dan Tuan berwajah teduh
Kartu Nama
Pergi untuk Sementara
Khayalan atau Penglihatan?
Mulai menginap
Sosok kedua
Hampir saja!
Pertanda Ketiga
Kupu-kupu Hitam
Akhirnya, mereka tahu
Apa aku tidak pantas untuk tau?
Tidak ada Keberuntungan (1)
Tidak ada Keberuntungan (2)
Tidak ada Keberuntungan (3)
Tidak ada Keberuntungan (4)
Dunia baru untukmu
Malam Perekrutan
Tekad dan Rencana
Pelatihan Pertama
Bertemu
Ucapan yang berguna
Bersaing!
Berkumpul
Di tengah kekacauan
Memperluas relasi
Dua golongan
Season 2 : The Beginning (1)
Season 2 : The Beginning (2)
Season 2 : The Beginning (3)
Season 2 : Awal yang buruk
Season 2 : Di Masa yang mana?
Season 2 : Sebuah Foto
Season 2 : Pesta Malam
Season 2 : Kucing dan Kupu-kupu yang berwarna hitam
Season 2 : Foto itu Menghilang!
Season 2 : Pembuat Onar
Season 2 : Seseorang yang tak terduga
Season 2 : Dia yang tidak pernah disangka
Season 2 : Asap hitam
Season 2 : Di suatu malam sehabis kekacauan
Season 2 : Kedatangan pelanggar

Suara yang memanggil

47 32 62
By Delzy1

23.00

Kemarin...

Malam bulan purnama dengan cuacanya yang cerah tanpa awan sedikitpun. Anginnya yang tidak begitu kencang menggoyangkan beberapa daun dari hutan yang banyak tumbuh di tanah padepokan itu.

Pada waktu selarut ini menjadi waktu ideal bagi remaja-remaja itu untuk tidur. Mereka bisa melepas penat setelah menghabiskan waktu untuk berlatih mengasah potensi mereka. Disamping itu juga memulihkan energi untuk bisa berlatih kembali pada hari esok.

Di dalam pondok peserta didik baru itu suasananya terlihat sunyi dan sepi. Di bilik laki-laki, beberapa diantara mereka yang telah tertidur pulas, mendengkur dengan sangat keras bahkan ada yang berbicara sendiri di dalam tidurnya. Mungkin saja, hal itu dikarenakan mimpi mereka bukan?

Lain lagi di bilik perempuan, mereka tertidur tanpa menimbulkan suara dengkuran. Beberapa diantara mereka yang seharusnya berada di kasur tingkat di atas, kini tertidur memeluk teman mereka di kasur bawah. Mereka bilang, lebih aman tidur berdua begitu. Tidak terkecuali, Hazel.

Sejak sehari setelah mereka tidur di kasur masing-masing. Besoknya Ajeng yang cepat terlelap tidur di kasur atas pada malam hari menggoyangkan pundak Hazel, membuat gadis itu terbangun dengan mata yang berat untuk dibuka.

"Zel, tidur bareng ya?" Ucap Ajeng masih berdiri di tepi kasur Hazel menunggu jawaban gadis itu.

Hazel membalikkan badannya lalu duduk menghadap Ajeng dan melihat perempuan itu dari ujung rambut hingga ujung kaki, bingung.

"Kenapa?" Lirih Hazel.

Ajeng meremas bantalnya,
"Aku...sebenarnya agak takut tidur sendiri."

Kemudian Hazel kembali merebahkan dirinya, menghela nafas dan mengangguk.

Dengan cepat, Ajeng naik ke kasur Hazel dan tidur disebelah gadis itu.

Ajeng kini membuka pembicaraan,
"Hazel.."

"Hmm?"

Ajeng menarik nafas,
"Kamu tau kan kalau kamu bisa mendengar sesuatu dengan sangat jelas di malam buta yang sepi?"

Hazel membuka matanya, berfikir.
"Memang benar, ada apa? Apa kamu mengalami sesuatu?"

Ajeng terdiam sesaat, menyisakan keheningan diantara mereka berdua.

"Aku mendengar sesuatu itu, Zel."

Hazel menoleh ke arah gadis yang ada disampingnya, menunggu penjelasan.

"Beberapa hari, setelah aku datang ke padepokan ini. Malamnya aku terus terbangun di waktu yang sama seperti ini, lalu secara tidak sengaja aku mendengar beberapa suara," jelas gadis tersebut.

"Setiap malam?" Hazel bertanya, memastikan.

Gadis disebelahnya mengangguk. Keheningan kembali lagi, jam berdetak dengan kencang, entah karena malam itu begitu sepi. Hazel menoleh ke langit-langit kasur atas milik Ajeng.

"Suara apa yang kamu dengar itu?"

Ajeng terdiam sebentar sebelum akhirnya menjawab Hazel, mencoba tidak merinding karena mengingatnya lagi.

"Suara orang meminta tolong."
__________________________________

23.00

Hari ini.

Malam itu, karena penasaran dengan bagaimana suara yang didengar oleh Ajeng, Hazel mencoba untuk terbangun pada jam 11 malam. Pada waktu dimana Ajeng biasanya pindah ke kasurnya yang ada di bawah.

Ajeng yang seperti biasa turun dan ingin tidur di kasur Hazel, terkejut. Kenapa gadis ini sudah terbangun lagi? Biasanya dia harus membangunkannya dulu agar bisa mendapat izin untuk tidur di kasurnya.

"Hazel?" Tanya gadis itu.

Hazel menatap gadis itu, pandangannya seperti bertanya-tanya kepada Ajeng.

"Kenapa kamu bisa mendengarnya?"

Ajeng terdiam sementara mengerutkan keningnya, bingung sebelum akhirnya menyadari dan mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh Hazel.

Tidak tidur, Ajeng malah menemani gadis itu duduk di atas kasur Hazel. Tersenyum, gadis tersebut mulai menjawab pertanyaan temannya itu.

"Semua yang datang ke padepokan ini pasti memiliki kelebihan bukan?"

Hazel mengangguk, mulai mendengarkan gadis itu.

"Begitupun denganku," ucap gadis itu menunjuk dirinya sendiri tersenyum kemudian menoleh ke arah teman-temannya yang tertidur sambil melanjutkan cerita.

"Seperti yang kamu tau, pada malam perekrutan itu, aku memasukkan diriku sendiri ke dalam rekomendasi pondok asuh, Dewandaru sebagai potensi yang memang aku yakini lebih dominan di dalam diriku ini."

Hazel terdiam, tetap menoleh gadis itu, mencoba fokus dengan cerita Ajeng.

"Namun, nenekku pernah berkata, bahwa satu atau dua dari sepuluh orang yang ada di dunia ini jika memiliki potensi dominan, akan ada satu potensi lagi yang dibawa olehnya namun, tidak terlalu mencolok."

Hazel mengangguk.

"Satu potensi inilah yang pada beberapa malam ini, membangunkan tidurku karena keaktifannya."

"Apa satu potensimu itu?" Tanya Hazel.

Ajeng menunjuk bagian telinganya,
"Pendengaran."

"Pendengaran?" Hazel tertarik.

Ajeng mengangguk,
"Sejak kecil, selain memiliki keahlian dalam membuat obat-obatan, pendengaran ku yang tajam ini bisa mendengarkan beberapa hal yang seharusnya tidak bisa didengar oleh orang biasa."

"Apa maksudnya itu?"

"Aku bisa mendengarkan beberapa suara tertentu yang ditimbulkan oleh makhluk-makhluk tak kasat mata, begitu tajam sampai suara itu jauh sekali dari hadapan kita saat ini."

"Pendengaran terhadap makhluk gaib yang bahkan jauh dari pandangan kita, begitu?" Tanya Hazel, memastikan.

Ajeng mengangguk, tersenyum,
"Kamu benar-benar paham."

Kemudian keduanya terdiam. Hazel juga baru tau, jika seseorang bisa memiliki potensi kedua yang resesif itu. Kira-kira dia punya tidak ya?

Ah lupakan, saatnya bertanya hal ini kepada Ajeng.

"Ajeng."

Ajeng menoleh ke arah Hazel, memperhatikan.

"Suara yang kamu dengar malam itu, apakah itu dari manusia seperti kita atau..."

Ajeng menggelengkan kepalanya,
"Suara itu dari makhluk gaib."

"Berapa banyak?"

"Banyak suara,"

Ajeng belum melanjutkan, tiba-tiba dadanya seperti sakit, dia merasa sedih.

"Aura yang ada pada suara mereka...."

Hazel bingung, dia menoleh ke arah Ajeng, berusaha menatap gadis itu dengan perhatian karena khawatir.

"Kamu tidak perlu melanjutkan jika tidak kuat menceritakannya," lirih Hazel lembut.

Ajeng menggeleng, mengusap matanya yang berkaca-kaca.

"Tidak apa-apa, toh kamu akan segera mengetahuinya, Teman-teman yang lain juga."

Hazel mengusap punggung Ajeng, menenangkan gadis itu.

"Hazel...suara makhluk-makhluk terdengar begitu memilukan, aura mereka tidak jahat, justru mereka terasa lemah, teriakan itu, bagaimana bisa? apalagi dengan jumlah sebanyak itu."

Hazel memperhatikan gadis itu.

"Setiap malam, ketika aku mendengarnya rasanya aku juga ikut terbawa kesedihan suara-suara itu, aku bahkan menahan agar tidak menangis dihadapanmu ketika hari pertama aku meminta untuk tidur bersamamu," jelas Ajeng, matanya sedikit merah karena sering diusap agar air matanya tidak jatuh begitu saja.

"Apakah terjadi sesuatu yang menyebabkan semua makhluk itu meminta pertolongan kepada kita murid-murid biasa ini?" Tanya Hazel, berusaha berfikir.

Ajeng mengedikkan bahu,
"Aku tidak tau jika kamu bertanya tentang itu. Aku hanya bisa mendengar, namun tidak bisa berkomunikasi dengan mereka."

Malam itu, Hazel tau beberapa hal penting. Dia juga berfikir, setidaknya dia harus tau, siapa makhluk-makhluk itu. Kenapa mereka meminta pertolongan? Apa telah terjadi sesuatu di masa lalu yang membuat mereka menjadi arwah gentayangan yang meminta bantuan kepada seluruh murid-murid yang ada di padepokan ini?

Lalu...apa hubungan Hazel dan teman-temannya dengan arwah itu semua?

Hazel terdiam sementara, masih berfikir.

Sementara itu, Ajeng yang ada disampingnya menoleh ke arah Hazel dan tertegun melihat temannya yang kini berperang dengan pikirannya sendiri.

"Baiklah, kalau begitu, bagaimana jika kita tidur dahulu. Besok masih ada pelatihan, Hazel," ucap Ajeng kemudian menepuk pundak Hazel pelan.

Kini tepukan itu tidak membuat gadis itu terkejut, Hazel kini mengangguk lalu bersiap untuk tidur kembali bersama Ajeng.

Kemudian setelah malam itu berakhir, fajar kembali menyingsing. Burung-burung yang bertengger di sela-sela pohon-pohon yang tumbuh di sekitar pondok itu berkicau merdu. Membawa suasana pagi yang baik dan membuat mereka yang kini akan berlatih kembali di satu bulan pencocokan itu semangat mengawali hari.

Hari kedua pelatihan itu dimulai.

Ketika berjalan menuju pondok dekat danau itu, Hazel berjalan cepat menuju Ajeng yang tadi mendahuluinya. Gadis itu masih khawatir cerita yang dia katakan padanya tadi malam, masih membawa perasaan sedih yang akan membuatnya tidak bersemangat hari ini.

Hazel menepuk pundak Ajeng.

"Kamu baik-baik saja?"

Ajeng mengangguk, senyumnya sumringah, dia memberikan dua jempol kepada Hazel.
"Super baik! Pagi ini membantuku!"

"Baiklah, sepertinya mood-mu sudah kembali," ucap Hazel tersenyum ke arah gadis itu.

Ajeng kemudian mendekatkan dirinya dan membisikkan sesuatu ke telinga Hazel.

"Jika kamu sepenasaran itu, bagaimana jika kita mengecek dari mana suara itu berasal?"

Hazel terkejut, ide Ajeng bagus juga. Gadis itu mencoba menoleh ke kanan dan ke kiri, berusaha melihat apa ada yang melihat mereka.

Merasa aman, gadis itu mengangguk berbisik,
"Ide yang bagus, Ajeng."

Keduanya kini menjalani pelatihan itu yang masih sama untuk Minggu ini adalah dari materi yang dibawa padepokan Bahuwirya.

Mereka fokus menjalani pelatihan hari itu, namun juga mereka tidak sabar untuk nanti malam. Apakah akan ada sesuatu yang mereka temukan nanti?

Tinggal menunggu waktu hingga waktu menunjukkan pukul sebelas malam lagi.

Karena suara itu bukanlah pertanda yang bisa diremehkan begitu saja bukan?
__________________________________

Continue Reading

You'll Also Like

2.3K 112 43
"Gak peduli lo iblis atau apa pun. Sentuh Aqilla, gue bunuh." ~Davin Raygard. *** Aqilla Iluvia menjadi mangsa iblis selanjutnya setelah habis kelua...
128K 4.4K 59
aku anak tiri yang harus ikut ibu sambung harus menghadapi teror pocong di tempat tinggalku yang baru
253K 701 6
(FIKSI) Vivi terbangun dari tidurnya dalam kondisi tanpa busana... cairan lendir yg masih merembes dari Lubang surgawi miliknya membuat gadis itu pah...
30.7K 5.7K 79
[Mantra Coffee : Next Generation Season 2] Halaman terakhir sudah penuh terisi dan ditutup oleh sebuah titik, tetapi sejatinya selalu ada awal baru d...