KANAGARA [END]

By AeriLHun

7.3M 539K 40.8K

[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tah... More

CAST
WELLCOME
P R O L O G
1. Kanagara bermata Elang
2. Wabyo
3. Terluka Karena Orang Dalam
4. Ojek Ganteng
5. Perjalanan Menuju Markas
6. Gombalan anak IPS
7. Tembok Belakang Sekolah
8. Sa Kanagara
9. Sial dari Bakso
9. Di hukum
10. 2day 2morrow 4ever
11. Bolos Sekolah☑️
12. Kepergian Sang Mama
13. Mulai Terluka
14. Luka atau Obat?
15. Pelangi Tanpa Warna
16. Yang Salah Sebenarnya
17. Kamar Abu-abu
18. Perasaan yang dipaksa Hilang
19. D A R G E Z
20. Pendatang Baru
21. Berubah Drastis
22. Mengejar yang Pergi
23. Tahan Rindu
24. Harga Mati
25. Hasil Seleksi
26. Kanagara & Arunika
27. Darz atau Dia?
28. Harus Kamu
29. Motor yang berbeda
30. Friendzone
31. Cemburu
32. Mutlak Harga Mati
33. Sparing
34. Bukan Segalanya
35. Tindakan Raksa
36. Kehilangan Status
37. Bukan Berhenti
38. Sunmori Dargez
39. Pembunuh?
40. Murid Baru Padja Utama
41. Mendatangi Bukan Berarti Kembali ☑️
42. Harga Diri Dibalas Harga Mati
43. Jahatnya Semesta☑️
44. Pemilik Pena yang ke-2?
45. Meet Family and He
47. Bersama Alda
48. Indah karena nya
49. Kurir Gofood
50. Hujan Sore..
51. Terluka setelah kemarin
52. Tidak selamanya
53. Gak Sengaja
54. Salah menduga
55. Tanggal Berapa?
56. Surat darinya
57. Ditemani Hujan
58. Deklarasi Hati
59. Perasaan yang Terlambat
60. Tentang 01.25
61. Manusia yang Pembohong
62. Rumah Raksa
63. Saksi Bisu Senja
64. 3 Villain?
65. Insiden Sore Hari
66. Villain yang Manipulatif
67. Rumah Yang Sakit
68. Setiap Alasan dari Tindakan
69. Pensi SMADJA
70. MENSIVERSARY KANAGARA & ARUNIKA
71. Antara Saya dan Dia
72. Rela Terluka
73. Wabyo Area☑️
74. Hanya berharap baik
75. Manusia adalah alasan terluka
76. Permulaan 24
77. Dia Pecundang
78. Pertaruhan Harga Mati
79. Wakil Ketua
80. Tengah Malam
81. Salam Harga Mati
INFO LANJUTAN
ARUNIKA
Pre Order KANAGARA
85. E P I L O G
ARUNIKA : SEASON 2
PO ARUNIKA
PO #2 ARUNIKA | New Cover
PO #2 KANAGARA | New Cover

46. KONYOL

58.9K 5.3K 516
By AeriLHun

"Jangan pernah kembali pada orang yang meninggalkan mu. Tapi jika dia yang kembali?" -Aldaraya

***

Mata elang itu menelisik satu bangunan megah dihadapannya setelah selesai memarkirkan mobil Lamborghini Aventador SV miliknya. Begitupun Stevan dan Riu yang juga baru saja keluar dari mobil pribadi mereka.

"Raksa, sini kita masuk sama-sama." Ajak Riu dan Raksa hanya bisa mengikuti mereka.

Ketiganya di sambut oleh maid yang sudah menuntun mereka memasuki ruangan dimana keluarga Hatama sudah menunggu.

Raksa berjalan menatap lurus ke arah depan dengan bahu lebar yang terbalut kemeja hitam yang rapi, tak heran jika maid wanita di sana terpesona ketika melihat kedatangannya.

"Sebelah sini Tuan," kata maid tersebut.

Stevan, Riu dan Raksa melangkah lagi hingga mereka pun akhirnya melihat dimana keluarga besar itu sudah duduk di kursi yang berjejer megah. Mereka bangkit saat melihat kedatangannya.

Raksa berdiri di samping Riu, menatap sosok yang menjadi pusat dari segela atensinya sekarang. Jujur banyak pertanyaan yang sudah merayapi pikirannya saat ini, namun mengingat gadis itu merupakan sepupu temannya, Raksa tidak bertanya lagi, ia hanya diam.

"Mereka keluarga Alba sayang." Ujar Sekar.

Alda merasa tubuhnya semakin lemas saat sosok cowok itu memang ada disana, menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kita bahas perjodohan ini." Ujar Pria yang Alda tahu itu adalah Stevan. Pemilik Zeral Croup yang sudah banyak di kenal orang-orang.

Tunggu?

PERJODOHAN?!

Alda menoleh menatap Sekar dengan pandangan menuntut penjelasan yang seakan meminta jawaban sekarang juga. Ia menaikan alisnya, sedangkan Sekar hanya mengusap tangan Alda diam-diam.

Sekar tersenyum. "Iya sayang, kita akan membahas kerja sama, dan malam ini acara yang sangat penting." Jelas Sekar.

"Silahkan duduk, Stev, saya senang anda bisa datang." Ucap Wijad.

Stevan dan Riu tersenyum dan mendudukan dirinya. Lalu Riu mengkode Raksa agar duduk juga. Riu paham anaknya mulai bertanya-tanya lewat tatapan.

Wijad duduk dengan penuh keseriusan, ia membasahi tenggorokannya sebelum bicara. "Kedatangan kalian itu adalah sebuah kehormatan bagi kami. Saya mengundang kalian, Keluarga Alba untuk datang di acara makan malam ini dengan maksud agar kita bisa membahas perjodohan yang lebih intens, dan berjalan dengan baik kedepannya."

Raksa melirik tajam ke arah Gibran yang saat ini ada di seberang, Raksa memintainya penjelasan, namun teman sialannya itu hanya menahan tawa geli di sana. Jika bukan acara keluarga Raksa sudah pasti memberinya tinjuan paling keras.

"Oh tentu. Dengan senang hati alasan saya, istri dan anak saya berada di sini karena ingin bersepakat bersama anda. Saya rasanya tidak bisa menolak, Tuan Wijad." Tutur Stevan lalu mereka pun tertawa ringan.

Haidar tersenyum sambil melirik Raksa dan Alda bergantian. "Sebelum itu bukankan kalian sudah saling kenal? Putri kami ini satu kelas bersama anak saya Gibran, dan bukan kah mereka pasti juga satu kelas?" Tanya Haidar.

Gibran mengangguk. "Iya sekelas. Kita udah saling kenal lama Pah. Kan, Al?" Tanya Gibran.

Alda sedikit tersentak saat namanya tiba-tiba di sebut. Ia melirik sepupu menyebalkannya itu, lalu tersenyum kaku. "Iya Om,"

Riu tersenyum setelah mengamati Alda. "Cantik ya putri kalian," puji Riu.

Sekar tertawa. "Anda juga demikian Nyonya," ujar Sekar sedangkan Alda hanya tersenyum kikuk.

"Shit, gua seharusnya gak ikut acara ini." Rutuk gadis itu dalam hati.

Diam-diam Alda mencuri pandang ke arah Raksa yang berada tepat di depannya, Raksa sejak tadi hanya menatapnya datar, cowok itu memang selalu tanpa ekspresi. "Batu." Batin Alda.

"Eh omong-omong saya mendengar kamu peringkat satu di sekolah kamu, apakah benar?" Tanya Sekar.

Raksa mengangguk dengan senyum tipisnya. "Iya Nyonya," jawab Raksa singkat.

Sekar tertawa. "Panggil nenek aja, jangan gugup Raksa. Kamu juga teman Gibran."

"Kar.." tegur Wijad.

"Biar terbiasa saja, tapi tidak papa senyaman kamu Raksa." Ujar Sekar lagi sedangkan Riu hanya terkekeh saat melihat reaksi anaknya.

"Bukannya kamu peringkat keduanya Al? Kalian ambis dong di kelasnya?" Saut Amber.

Mereka semua menoleh ke arah Alda, Alda pun menoleh ke arah tantenya. "Enggak gitu Tan, Alda lagi beruntung aja."

"Ikut Olim mereka Mam, dari kelas kita paling unggul." Timpal Gibran ikut-ikutan membuat Raksa menatapnya semakin tajam.

"Woaah, keren sih kalian, cocok lagi!" Kata Sekar semangat.

"Banyak kesamaan ternyata," tambah Stevan yang di angguki mereka.

"Semoga aja jodoh." Sambung Riu membuat mereka tertawa.

Sedangkan dua orang yang menjadi bahan pembicaraan itu hanya diam tanpa ekspresi. Alda menggigit bibirnya menahan rasa gejolak yang ingin ia keluarkan. Rasanya Alda buru-buru ingin pulang secepatnya, perasaanya sudah mulai tidak enak.

Amber melirik Zevan. "Dan saya dengar kamu punya kolaborasi kafe dengan Zevan, memangnya iya?"

Zevan yang sejak tadi menyimak lantas mengangguk. "Kita sering membuat acara di hari-hari tertentu Tan, dan saling mencari balance anatara kafe saya dengan kafe Raksa." Ujar Zevan.

Mereka semua mengangguk sekaligus kagum. "Kalian ini masih muda tapi udah hebat-hebat. Jadi mau muda lagi saya." Kata Sekar.

Riu dan Amber tertawa. "Perawatan aja kita," ujar Riu membuat mereka juga ikut tertawa. Namun sudah pasti ada yang memasang tawa palsu di antara mereka.

Ellard melirik Dwinara sejenak, lalu ia menyeringai. Kakak perempuan satu-satunya itu memang tidak bisa tahan di situasi yang seakan bukan dia pemeran utamanya. Dwinara memang kerap kali menjadi sorotan sejak kecil, ia menjadi satu-satunya putri kesayangan Wijad dulu sebelum ada perempuan lain yang mulai ada di silsilah keluarga mereka, Amber, Dara, Siren, Evebielle dan Alda. Namun naas Evebielle istri Aron harus meninggal dunia ketika Austin dan Alphin menginjak di usia 7 tahun.

Siren menyenggol lengan Ellard, lalu sedikit berbisik. "Gerah dia yang, banyak saingan." Bisik Siren.

Ellard hanya terkekeh kecil. "Semoga kerja samanya gak batal. Jadi Bang Ganara pewaris ke dua setelah Bang Haidar." Bisik Ellard.

Siren mengangguk. "Biar dia tau kalo nikahin anak itu tetep gak bisa ambil hak warisan." Bisik Siren lagi.

Ketahuilah Dwinara memang nekat menjodohkan anak pertamanya Zevan Arlond Dwitama dengan keturunan pemilik perusahaan tambang minyak terbesar di pulau jawa ini yaitu Alice Caroline. Mereka sudah menikah sejak tahun lalu. Zevan yang entah kenapa memilih menerima permintaan Dwinara  sempat membuat Farel bingung. Begitupun Gibran, Zevan memang cukup dekat dengannya, dan Gibran yakin Zevan bukan sosok yang gila tahta seperti Ibunya.

Alice hanya diam di samping Zevan. Diantara keduanya memang jarang sekali ada pembicaraan sekalipun mereka sudah berstatus suami istri. Aron yang melihat interaksi mereka yang saling diam hanya bisa mendesah pelan. Kadang Aron ingin menjadi jembatan diantara mereka, namun rasanya Aron terlalu ikut campur.

"Tapi kalo Alda dan Gibran jadi pemegang warisan utama. Farel sama Zevan gimana?" Bisik Siren lagi.

"Zevan udah punya usaha mandiri. Dia akan jadi penerus di keluarga Caroline. Makanya Kak Dwi nekat jodohin Zevan, tapi dia iri sama Alda. Padahal menurut aku kalo Alda sama Farel itu lebih bagus yang." Tutur Ellard dan Siren pun menyetujuinya.

"Iri itu penyakit hati, apapun biasanya di lakuin sama yang iri." Ujar Siren.

Telingannya sejak tadi fokus mendengar bisik-bisik antara Ellard dan Siren, sepasang suami istri itu memang hobi membicarakam Dwinara. Aron menarik napasnya. "Ayah, mending kita ngobrol sambil mencicip hidangan aja Yah, mereka jauh-jauh datang sudah sepantasnya kita makan bersama sesuai tujuan." Kata Aron kepada Wijad.

"Duh saya malah lupa karena kebanyakan cerita," ujar Wijad membuat Stevan terkekeh.

"Apalagi saya."

"Yasudah mending sekarang kita makan malam terlebih dahulu, untuk masalah utamanya nanti kita bicarakan lagi." Kata Wijad dan segera mengisyaratkan para maid agar segera menyiapkan hidangan mereka.

Farel yang sedari tadi terbisu hanya mampu menatap Alda dari kejauhan. Sedangkan Raksa menatap Farel yang saat ini menautkan tatapannya dengan gadis itu. Musuh nya ada di sana, dan kenapa juga Raksa harus melihat orang itu. Raksa mengeraskan rahangnya bahkan ketika Alda meliriknya sekarang.

Alda menatap Farel, matanya meminta sebuah pertolongan, Alda yakin Farel juga tahu apa yang di pikirkannya. Sedangkan tatapan Alda sudah pasrah, dan Farel hanya menggerakan mulutnya. "Don't panic." Ujar Farel.

Alda menghela napasnya berat, Sekar yang menyadarinya hanya tersenyum. "Nanti kita bicara baik-baik sayang." Bisik Sekar.

Alda menatap neneknya dengan memelas. "Nek, nenek tau kan Alda terbiasa mandiri?" Gumamnya.

Sekar tersenyum dan menatap makanan di meja itu dan mendekatkan makanan kesukaan cucunya. "Keputusan tetap ada di kamu sayang," balas Sekar membuat Alda bernafas lega, setidaknya ia menemukan titik terang lebih dulu.

Mereka mulai memakan hidangan yang sudah di sajikan. Tanpa menyenggol tentang perjodohan itu, Wijad dan Stevan banyak membahas tentang perusahaan. Begitupun Haidar dan Ellard yang juga membahas hal random, sedangkan Aron banyak bicara dengan si kembar serta Edrick, keponakannya yang juga dekat selain Alda. Jiwa Aron masih muda, tidak heran jika dia lebih berbaur dengan keponakannya daripada saudaranya.

"Kamu kapan bawa cewek ke sini juga?" Saut Amber bergumam membuat Gibran tediam.

"Gibran masih jomblo mam." Balas Gibran pelan.

Amber terkekeh. "Zevan aja udah nikah, masa kamu gak punya pacar?" Tanyanya. "Gak laku nih anak Mama, makanya sendiri mulu." Lanjut Amber.

Gibran merengut. "Gibran nunggu Alda ada yang jagain dulu, baru Gibran nyari pacar." Balasnya.

Alice sedikit meringis, ia mengerutkan keningnya ketika tidak sengaja memakan potongan cabai yang ada di makanannya. Namun melihat situasi meja makan membuat Alice hanya bisa diam menahan rasa pedas. Matanya sontak menoleh ke arah air yang Zevan letakan di depannya.

Zevan kemudian memalingkan wajahnya lebih memilih menyimak obrolan Haidar dan Ellard tentang kemajuan perusahaan mereka. Alice meraih gelasnya dan meminumnya tanpa banyak bicara.

Sedangkan adegan kecil itu tak lepas dari pandangan Edrick, putra dari Ellard dan Siren. Usianya setara dengan Gibran, hanya saja Edrick menempuh studinya secara Akselerasi hingga tahun ini Edrick satu angkatan dengan Zevan di sekolah favorite elit di kota ini.

Beberapa menit mereka membahas hal ini dan itu. Lalu acara makan mereka pun selesai. Wijad menatap cucu perempuan satu-satunya itu. "Jadi bagaimana? Apakah kalian menyetujui perjodohan ini?" Tanya Wijad menatap Raksa.

Alda yang baru saja menyelesaikan acara minumnya hampir saja tersedak. Ia kontan menatap Raksa saat itu juga, gadis itu menggeleng samar saat Raksa meliriknya.

"GUA GAK MAU ANJING YA KALI MAIN JODOH-JODOHAN!" Teriak Alda sekecang mungkin dalam hati.

"Maaf, tapi sebelumnya perjodohan apa yang kalian maksud?" Saut Alda memberanikan diri.

Alda menggigit bibirnya khawatir, Stevan juga menoleh saat Raksa menatapnya intens.

"Ah ya maaf saya pikir kamu tahu masalah utamanya. Jadi kedatangan kami ke sini untuk membahas perjodohan produk dari perusahaan kita masing-masing." Ujar Stevan yang membuat Alda mengernyit, gadis itu menoleh ke arah Wijad meminta penjelasan.

"Ya seperti yang kamu tahu Al. Perusahaan ayah kamu sudah ada di tangan kamu. Dan segala kuputusan itu tergantung kamu, maka dari itu Kakek mengundang kamu untuk hadir di sini juga." Jelas Wijad.

Alda menghembuskan napasnya lega. Kemudian ia tersenyum. "Perihal persetujuannya Alda harus menimbang dulu."

"Oh tentu, saya juga berpikir mungkin kamu bisa bekerja sama dengan Raksa. Bagaimana?" Tanya Stevan menoleh kepada putranya.

Gibran yang saat itu menyaksikan hanya bisa dugun-dugun di tempat, tampaknya ia akan menjerit jika jawaban Raksa adalah 'iya'. Gibran melihat sepupunya yang tampak gugup, ia terkekeh geli menahan tawa. Jelas-jelas siapapun akan mau jika di jodohkan dengan orang yang mereka sukai, bahkan yang satu tahun di targetkan, mana mungkin menolak. Namun sayangnya ini adalah perjodohan produk perusahaan, bukan perjodohan diri.

"Mereka sudah pacaran sejak lama." Celetuk Gibran yang belum menyelesaikan batinnya.

Alda melotot terkejut begitupun Raksa yang sekarang sudah sangat ingin menghabisi teman gilanya itu, tangannya bahkan sudah mengepal kuat di bawah meja karena mendengar omong kosong yang paling bodoh menurut Raksa.

"Pacaran?" Tanya Wijad.

"Mereka pacaran? Benarkah?!" Tanya Sekar gembira.

"Wah berarti kita tidak perlu persetujuan kalian lagi untuk kerja sama di masa nanti." Kata Riu.

Stevan tertawa. "Seperti biasa kita harus mengadakan pesta kerja sama Tuan Wijad?"

Wijad melihat meja makan yang mulai riuh menggoda keduanya itu. Amber menatap putranya. "Beneran?"

Gibran yang keceplosan hanya bisa memaki dirinya mati-matian, apalagi saat melihat tatapan menghunus Raksa yang seperti ingin mengulitinya hidup-hidup membuat Gibran takut dan gemetar. Gibran meneguk ludahnya susah payah. "I-iya ma.."

"GUA JAWAB APA INI ANJING?!" Maki Gibran bingung karena kalimat dalam hatinya sudah terlampau keluar. "YA ALLAH BANTU HAMBA! KETAR-KETIR GINI!"

Tatapan Raksa sudah sangat horor ditambah lirikan Farel dan Alda yang juga tidak biasa membuat Gibran kelimpungan di tempat. "Mati gua." Lirih Gibran.

"K-kita udah gak ada hubungan Nek." Alda berucap dengan segenap keberanian yang ia kumpulkan.

Mereka semua mendesah saat mengetahui faktanya. Sedangkan Raksa menatap Alda datar, dan Gibran sudah merasa terhempas dari air terjun, lega rasanya.

"Jadi kalian ini mantan?" Tanya Siren.

"Iy—"

"Saya setuju."

Mata Alda membulat sempurna dan menatap Raksa tidak paham dengan ucapan mendadak cowok itu, tidak berbeda dengan Gibran yang juga sudah lemas di tempatnya. "Tadi aja gua sampe merasa simulasi alam kubur anjir!" Batin Gibran.

Wijad tersenyum mendengar itu. Sedangkan Stevan menyeringai tipis, anaknya memang selalu sulit ditebak.

"M-maksud kamu apa?" Tanya Alda heran setengah mati.

"Saya setuju atas kerjasamanya." Ujar Raksa lagi.

Alda menyandarkan tubuhnya lemas, ia menggeleng. "A-aku gak mau—"

"Setuju atau tidaknya itu hak saya, hak kamu juga." Kata Raksa yang lagi-lagi membuat mereka terkejut, terutama Gibran yang menutup wajahnya dengan telapak tangan, tidak sanggup melihat kelanjutannya.

Wijad yang merasa sudah setengah jalan mulai menengahi. "Begini saja, karena keputusan ada di tangan kalian. Lebih baiknya kalian memperbaiki permasalahan yang terjadi di kalian, dan setelah kalian memutuskan lagi, kita bisa melanjutkan acara kerjasama ini, dan kita diskusi lagi kapan pestanya akan dilangsungkan. Saya yakin kalian sudah dewasa, dan tahu mana yang baik." Ujar Wijad.

"Bagaimana Stevan?"

Stevan mengangguk. "Lebih baik begitu, saya harap kalian mempertimbangkannya dengan baik dan tidak memikirkan diri masing-masing. Kalian harus banyak bicara. Kalian akan menjadi pemimpin perusahaan kalian nanti." Ujar Stevan.

Riu juga setuju. "Gimana Raksa?"

"Iya ma." Jawabnya.

Riu menatap Alda seraya tersenyum. "Gimana cantik? Kamu keberatan?"

Sekar mengusap tangan Alda. "Semua baik-baik saja sayang, Nenek yakin sama kamu." ujar Sekar menenangkan.

Alda menarik napasnya. "Iya, Alda akan bicarain ini lagi sama Raksa." Jawab Alda.

***

Lamborghini Aventador SV hitam itu berhenti setelah memasuki pekarangan rumah milik Alda. Dengan segera gadis itu turun dari mobil yang ia tumpangi ketika mobil mewah itu sampai tepat di pelataran rumahnya.

Alda melipat tangannya menatap cowok itu meminta penjelasan. "Lo emang sengaja atau keceplosan?" Tanya nya tajam.

Cowok itu berdiri memasukan kedua tangannya. Jas nya ia tinggalkan di dalam mobil menyisakan dirinya yang hanya di balut kemeja hitam, menambah kesan tampan apalagi rambutnya yang tertata itu. Alda tidak peduli, ia lebih peduli akan masalahnya sekarang.

"Menurut lo?"

"Ogah! Pokoknya batalin dan minta keluarga lo buat batalin segalanya." Kukuh Alda.

Raksa menarik sudut bibirnya, lalu ia duduk di atas kap mobil, cowok itu menggulung lengan kemejanya sambil memperhatiakan Alda yang tampak gemas ketika marah.

"Kalo gua gak mau?"

"Pokoknya harus batal!"

"Kenapa?"

"Ya karena gua gak mau liat muka lo tiap hari cuma karena bahas kerja sama doang!"

"Dulu bilangnya mau," kata Raksa membuat Alda merengut saat mengingat apa yang di katakannya.

Alda mencebik dan memejamkan matanya berusaha menahan amarah. Jujur sebenarnya ia ingin menangis, tidak ada orang yang bisa menolong nya sekarang dari manusia keras kepala itu.

"Please Sa batalin.." mohon Alda merengek.

Gadis itu menatap Raksa penuh permohonan saat menunggu jawaban dari cowok itu. Raksa menaikan satu alisnya. "Buka blokiran gua."

"Gua udah buka!"

"Blokiran WA, bukan instagram." Balas Raksa.

Alda terpaksa meraih ponselnya di dalam tas hitam yang ia bawa, lalu sesegera mungkin membuka blokirannya kepada Raksa. "Udah." Balas Alda.

"Batalin kan?"

Raksa bangkit dari duduknya, melangkah mendekati gadis itu memperkikis jarak diantara mereka,   ia mencondongkan tubuhnya. "Besok gua jemput," bisik Raksa kemudian beranjak memasuki mobilnya menyisakan Alda yang diam mematung.

Raksa menyalakan klakson mobil mahalnya dan melesat dengan Lamborghini hitam itu membuat Alda tersadar dari dunianya lagi.

"BATALIN YA ANJING!" Teriak Alda.

Lalu ia melihat ponselnya yang berbunyi karena notif.

Alda merengut semakin kesal ia memandang jalanan kosong di hadapannya. "ISH NYEBELIN!" Pekiknya yang sudah sangat kesal di puncak ubun-ubun.

"Neng astagfirullah udah malem, jangan teriak." Tegur tetangganya Bi Ani yang sudah biasa mendengar teriakan tidak jelas gadis itu.

Alda terkekeh. "Sorry Bi sorry, lagi kesel sampe mau makan orang soalnya!"

"Yaudah buruan masuk rumah, udah malem." Ujar Bi Ani.

"Siap Bi!" Ucapnya menuruti dan masuk ke dalam rumahnya.

Alda menghempaskan tubuhnya di sofa rumah. "SUMPAH YA GUA MASIH KESEL SAMA LO!" Teriaknya lagi dengan suara yang lebih melengking.

****

GIMANA PRANK NYA?

Ya kali aku mau jodohin Raksa sama Alda😌 Soalnya..

Hm secret🙏

Ada unek-unek ke

FAREL

GIBRAN

?????

See you..

🍬🍬🍬🍬🍬🍬🍬🍬

Continue Reading

You'll Also Like

28K 856 25
Awalnya hanya stalking biasa tapi lama kelamaan aku jadi jatuh cinta padanya, senyuman tipisnya yang selalu membuat ku terpesona. Hingga akhirnya kam...
1.2M 108K 68
Season 2 dari KANAGARA [Telah terbit di Penerbit Galaxy Media] Tragedi tawuran antar pelajar SMA yang dilakukan oleh 3 geng motor di masa lalu menyer...
17.8K 2.2K 64
Ini tentang LASKAR, LAURA dan LUKA. ***** Laskar artinya prajurit. Diharapkan ketika dewasa Laskar bisa setangguh prajurit. Tapi kenyataannya Laskar...
48K 3.7K 48
[Series stories F.2 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Hilangnya satu malaikat Tuhan kembali memberikan malaikat baik pada hidup Xabiru. Dia bukan gad...