HITAM PUTIH WARNAWARNI [END]

By simSora

27.3K 4.5K 2.4K

"Kamu, terlalu warnawarni untukku yang hitam putih" "Aku mau perosotan di pelangi bisa gak sih?" Saat Satya... More

00: prolog
01
02
03
04
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Epilog
KATA-KATA DARI SORA♡

05

962 173 173
By simSora

|Kalau ada yang typo tolong kasih tahu ya gaess!|

♡Happy reading♡

~o0o~



"Heh! Lepasin!" Wendy menepis tangan Kaisar saat mereka sudah jauh dari orang-orang. Kaisar tadi menariknya pergi ke taman sekolah yang cukup sepi. "Ngapain sih? Bikin ribut tau gak?"

"Lo itu tunangan gue!" Sergah Kaisar.

"Gue gak kenal sama lo!" Wendy memalingkan wajahnya.

"Makanya, ayo kenalan..." kata Kaisar. Intonasi bicaranya merendah. Tidak seperti sebelumnya yang terdengar penuh emosi. "Gue, Kaisar Agara. Tunangan lo."

"Calon."

"Iya, calon tunangan lo." Ralat Kaisar.

"Yaudah, masih 'calon' kenapa ribut-ribut sih? Gue suka sama orang lain. Gue bakal batalin pertunangan ini!" Kaisar tertegun mendengar kalimat Wendy. Gadis itu benar-benar jujur

Atensi Wendy kini tertuju pada sebuah pohon Bougenville yang ada di depan mereka.

"Nama lo?" Kaisar kembali bersuara.

"Wendy Dananjaya." Jawab Wendy tanpa menatap Kaisar.

"Kalo lagi ngobrol itu liat lawan bicara nya, jangan liat yang lain--"

Greb!

Tiba-tiba Wendy menarik dasi Kaisar, seketika jarak keduanya terpangkas sangat banyak. Jarak wajah mereka bahkan hanya beda sejengkal. Wendy menarik satu sisi sudut bibirnya, memamerkan smirk -nya.

Terlalu dekat....
Kaisar menahan nafasnya. Ia lalu menundukkan kepalanya.

Wendy tersenyum melihat reaksi Kaisar. Ia lalu melepaskan genggamannya dari dasi Kaisar. "Seandainya tadi gue cium lo. Lo bakal ngapain?"

Kaisar merapihkan dasinya. Pipinya terlihat sangat merah merona. Tapi, sepertinya bukan karena malu, ekspresi nya lebih seperti orang yang tengah menahan amarah. Apa Kaisar marah karena tingkah lakunya tadi? Padahal Wendy hanya bercanda. Mengikuti adegan-adegan yang ia tonton di film drakor, komik atau novel romansa yang ia baca. Sepertinya Wendy salah orang kalau mau bercanda begini.

Harus minta maaf nih?

"Lo-lo gak papa?"

Kaisar menghela kasar. "Gak papa," tersenyum lebar. "Kaget aja. Lo lumayan berani ternyata. "

Wendy tersenyum. "Bercanda, kenapa di anggap serius?"

"Kayak profesional soalnya."

Wendy tertawa. Lalu mengibas rambutnya. "Sape dulu! Sarjana perdrakoran nih."

Kaisar dan Wendy lalu mengobrol lama.  Namun Kaisar lebih banyak bercerita dan Wendy mendengarkan. Tapi sepertinya pikiran Wendy ada di tempat lain. Ya, memang pasti di tempat lain. Alasan ia mulai sekolah hari ini kan, karena ia tahu kalau Satya yang ia temui kemarin siang adalah teman Azka. Lalu cinta pada pandangan pertama, sejujurnya hari ini Wendy berniat berkenalan ulang dengan Satya, lalu mengajak Satya pulang bareng dan pergi kencan mungkin besoknya? Tapi Wendy lupa, kalau Kaisar, calon tunangannya juga satu sekolah dengan dirinya. Rencananya hancur sudah. Hari ini mungkin akan berjalan sia-sia.

Bel jam pelajaran kedua pun berbunyi. Kaisar menawarkan dirinya untuk mengantar Wendy ke kelas. Wendy tanpa pikir panjang langsung menolaknya dengan halus.

Kaisar tersenyum. "Hati-hati di jalan ya?"

Wendy mengeyitkan dahinya. "Mnyehh alay!"

Keduanya tertawa kecil, lalu melambai.

Tanpa disadari keduanya, sejak awal mereka pergi ke taman sekolah ada dua pasang mata yang memerhatikan mereka dengan tatapan jengkel juga dengki. Merapalkan sumpah serapah pada keduanya.




~o0o~




"WOI THEO!" Reyhan membetulkan kerah jas SMA nya. Mengangkat dagunya. Menarik tangan Isabella yang semula berdiri di belakang Theo, agar berdiri di sampingnya. Isabella adalah teman sekelas mereka dari ekskul teater, yang di paksa ikut menjadi salah satu tokoh drama dadakan keduanya.

Theo memandangi Reyhan dari bawah keatas, seperti tengah memindai sesuatu. "Kenapa lo?" Berdecak pinggang. "Why man?"

Reyhan menarik nafasnya sebentar. Ia tidak boleh tertawa agar terlihat lebih natural. "Jangan deketin ISABELLA!" Reyhan mengangkat tangan Isabella yang ia genggam.

Pintu kelas tiba-tiba terbuka. Seketika semuanya menoleh kearah pintu. "Lanjut." Mr. Dani, guru Bahasa Indonesia mereka datang tapi tidak peduli dengan apa yang anak muridnya lakukan.

Theo kembali bersuara tanpa ragu.
"Siapanya lo emang? pac--"

"ISTRI!" Reyhan melotot, menarik kerah jas SMA Theo. Reyhan membumbui sedikit adegan drama dadakan yang tadi terjadi di jam istirahat pertama. "Dia, ISTRI gue. Jadi jangan lo deketin!"

Ghea dan Satya sudah terbahak melihat tingkah ketiganya. Sedangkan Azka hanya geleng-geleng kepala dan Kaisar tersenyum kecut. Sisanya begitu antusias menonton.

"Serius?" Theo memamerkan smirk nya. "Gue cuman pacar dia doang. Gak usah marah kayak gitu...." Theo melambai tangannya dengan gemulai.

"Isabella, kamu udah punya husband kok kita pacaran?" Theo mengangkat sebelah alisnya dua kali.

Isabella melangkah maju, ia mengambil tangan Theo. "Aku sukanya sama kamu makanya aku selingkuh!"

Reyhan menarik kembali lengan Isabella.

Theo tersenyum manis. Ia melepaskan genggaman Isabella dari tangannya. "Bisa aja..... Entar kabarin ya kalo udah cerai?"

Isabella mengangguk serius, ia seperti mendalami akting. Lalu Theo berbalik, mulai melangkah pergi.

"Theo! AKU MAUNYA JADI YOUR GIRL BUKAN JADI HIS WIFE!"

Theo menggigit kedua birnya, menahan tawa. Ketiganya terdiam cukup lama.

"CUT!" Teriak Mr. Dani . Lalu disusul suara gemuruh tepuk tangan dan tawa yang tidak bisa ditahan lagi.

Reyhan, Theo, dan Isabella, lalu membungkuk berterima kasih. Lalu Mr. Dani mendekati ketiganya dan memberikan kalung penghargaan yang tadi juga di buat dadakan. Oiya ini sebenarnya pelajaran sudah dimulai, namun saat Mr. Dani masuk ke kelas  mereka sedang bermain drama-dramaan jadi beliau meminta agar lanjut saja dan malah menyuruh para siswi untuk membuat kalung penghargaan.

Tepuk tangan pun semakin ricuh. Reyha, Theo, dan Isabella, malambai kan tangan dengan aesthetic, bak seleb yang tengah mendapat banyak blitz kamera dari para fotografer. Namun teman-teman mereka benar-benar mengeluarkan ponsel dan mulai mengambil gambar keduanya, ini harus diabadikan! Apalagi  Mr. Dani satu frekuensi dengan para muridnya.

"Apa tuh tadi judulnya?" Tanya Kaisar.

Reyhan tersenyum, menatap Theo dan Isabella bergantian. "ISTRIKU TERNYATA MENCINTAI PACARNYA!" Jawab ketiganya kompak, sembari memberikan penekanan di setiap katanya.

"Prik, banget gue punya temen." Cibir Kaisar.

Namun Isabella melambai. "Kalo buat drama lo tadi mah, judulnya, ternyata calon tunanganku, mencintai orang lain."

"Apaan si lo?" Kaisar memalingkan wajahnya.

Isabella tersenyum. Ia lalu naik keatas bangkunya. Tidak peduli dengan keberadaan gurunya, Mr. Dani. "Gaesss dengerin gue punya pantun buat Kaisar!" Isabella berdeham pelan.

"Ehem ehem...

Selalu beli susu yang murni!
Itu minuman bergizi tinggi..."

"CAKEP!"

"Cinta pandang pertama selalu di hati,
Namun cintanya singgah ke lain hati!"

"CAKEP!"

Kelas kembali ramai dengan tepukan tangan. Reyhan pun meminta Isabella untuk turun dari bangku.

Satya terdiam setelah mendengar pantun Isabella, ia jadi berfikir. Kalau benar Wendy menukainya, ia harus apa? Satya tidak mau hidupnya bertamba rumit saat mengenal Wendy, hidupnya sudah cukup rumit selama ini.

Sudah begitu, Hana tidak memperbolehkan Satya maupun Sean memiliki pacar, alasannya karena masa lalu Hana, tapi Hana tidak mau menceritakan nya. Intinya Hana tidak mau hal yang terjadi di masa lalu nya, terulang pada anak-anak nya. Hana hanya bilang begitu. Dan tanpa pikir panjang, Satya dan Sean menurutinya, bahkan keduanya sudah berjanji pada Hana.

Ah, kenapa di pikiran? Seandainya Wendy sungguh-sungguh menyukai Satya, lalu kenapa? Banyak siswi juga yang menyukai nya selain Wendy kan? Dan itu tidak pernah menjadi beban pikiran. Lantas mengapa Wendy..... Apa... jangan-jangan....

AKHHHH!!! gawat....




~o0o~




"Ujan! Ketauan Bunda nanti gue yang dimarahin..."

"Enggak, Se. Biar gue pulang sendiri." Satya mengulurkan tangannya kearah air yang mengalir dari atap sekolah. "Deres, mayan." Gumamnya.

"Bego, jangan di piara ngapa lo! Lo kan seneng banget kalo gue dimarahin Bunda," Sean mendelik. "Gampang sakit aja gagayaan mau ujan-ujanan! Pulang sama gue pokoknya!"

"Shut up!" Satya melirik Sean dengan sinis. Lalu ia memejamkan matanya, menghirup wangi daun dan tanah yang basah, wangi hujan....

Sean terdiam, memainkan kunci mobil nya. Ia tahu jika hujan turun, Satya paling tidak mau diganggu, Satya selalu menikmati hujan dalam diam. Sean tau kebiasaan kakaknya itu, saat hujan turun Satya akan meminta bi Ayu membuatknnya cokelat panas. Lalu ia mengunci diri di kamar, sambil membuka jendela kamarnya. Kalau tidak tidur, atau main hujan-hujanan, Satya hanya akan menatap hujan turun sampai reda, sampai tetes terakhirnya. Ya, Sean sangat hafal hal itu. Terkadang Sean berfikir, Satya seperti orang yang agak berbeda di kala hujan. Lebih terlihat tenang namun auranya menjadi dingin bukan main.

"Kak, gue cuman gak mau lo sakit. Gue gak peduli kalo dimarahin Bunda," Ucap Sean pelan. "Ayo pulang bareng gue...."

"Gue bawa jas hujan," Satya membuka matanya. "Janji gak akan basah."

"Janji aja gak bakal sakit," Sean mengacukan jari kelingking nya. Satya mendengkus. "Gak janji, tapi Insyaallah. Tapi gak janji klo gue gak bakal basah juga deh."

Sean tanpa ragu menendang tulang kering Satya. Membuat kakak nya itu mengeluh kesakitan.

"Sakit bego!" Satya melotot.

"Demen banget bikin khawatir orang! Kalo lo mau ujan-ujanan ikut gue ambil jas ujan di mobil."

"Kan gue--"

"Di double!" Sean lalu melangkah duluan kearah parkiran.

"Kocak..." gumam Satya. Ia pun lalu mengikuti langkah adiknya.

Namun tiba-tiba Sean berhenti, langkah nya yang lumayan cepat sebelumnya dan berhenti tiba-tiba, membuat Satya hampir menabrak tubuh adiknya itu. Hampir saja Satya merapalkan sumpah serapah.

"Gue ada kerja kelompok, siang ini," Gumam Sean. "Damn."

"Terus?"

Sean membalikkan badannya. "Niatnya mau ngawal lo dari belakang."

"Papaan si?" Satya merotasikan bola matanya. Lalu berjalan duluan.

"HUJANNYA DERES WOI!"


























"Tadi, katanya ada rapat OSIS dulu? Gak jadi?" Tanya Wendy pada Kaisar.

Kaisar hanya menggeleng, atensi nya fokus mengarah kedepan karena sedang mengemudi. Tadi, Kaisar memaksanya untuk pulang bersama, padahal Azka tidak mau adiknya pulang dengan Kaisar. Sial, benar-benar sial. Setelah bertemu Satya di lorong loker, Wendy tidak bertemu dengan Satya lagi. Itu semua karena lelaki yang ada disampingnya sekarang. Kaisar selalu mengajak Wendy kesuatu tempat, menghindarkan Wendy dari Satya.

"Hujan nya, deres banget...." Gumam Wendy saraya menatap keluar jendela mobil.

Tiba-tiba ponsel Kaisar berdering, sebuah panggilan telepon. Kaisar melirik layar ponselnya sebentar, lalu ia meminggirkan mobilnya, berhenti dipinggir trotoar.

"Sebentar, ya?" Wendy mengangguk, dan Kaisar pun segera mengangkat telepon itu. Wendy memasang earphone agar tidak mendengar sesuatu yang tidak diperlukan, kembali menatap keluar jendela mobil.

Sekitar tiga menit Kaisar berbicara di telepon. Mimik wajahnya setelah menutup telepon terlihat tegang, bersalah dan takut, semuanya campur aduk. Wendy memilih untuk diam dan tidak bertanya, sampai Kaisar membuka mulut nya.

"Wen, lo bisa turun di sini gak?" Kata Kaisar dengan suara agak serak.

Wendy mengeyitkan dahinya. Melepas satu earphone nya. "Gimana?"

"Lo, turun disini bisakan?" Kaisar menatap Wendy dengan penuh harap.

"Gak bisalah! Gila lo ya? Hujannya deres banget, tega lo nurunin gue disini?"

"Please... Gue, mohon. Lo turun disini ya?"

"Kenapa? Padahal tadi lo janji sama Kak Azka buat anterin gue sampe rumah!"

"Gue minta maaf, ini ada urusan mendadak. Urusan keluarga," ucap Kaisar serius.

"Gue ikut sama lo, gue gak bisa turun disini! Ini hujannya deres banget, lo gak mikir apa?"

"Maaf Wen, tapi ini privasi keluarga gue. Tolong, lo turun disini ya?"

Wendy terdiam, menatap lelaki didepannya tidak percaya. Bagaimana bisa seorang lelaki yang dibangga-banggakan Ethan, ayah nya, ternyata lelaki yang begitu brengsek? Serius Kaisar memintanya turun dari mobil di saat seperti ini? Bahkan  tidak ada tempat berteduh untuk Wendy jika ia turun dari mobil. Gila...

Wendy menarik nafasnya dalam-dalam. "Oke."

Rasanya ia ingin menangis, begitu teganya Kaisar...

Wendy segera membuka pintu mobil, keluar tanpa ragu, lalu membanting pintu mobil. Wendy bersupah tidak mau lagi menaiki mobil Kaisar setelah ini.

Air hujan langsung mengguyur seragam putih abu-abu milik Wendy. Air matanya ikut turun kala Kaisar menurunkan kaca mobilnya. "Maaf... gue bener-bener minta maaf. Gue emang brengsek, terserah lo mau bilang kayak gimana.... gue minta maaf, Wen."

Wendy tersenyum manis. Rambut dan juga seragamnya sudah basah kuyup dalam sekejap. 'Jangan harap gue maafin, Kai'. Itu yang harusnya keluar dari mulut Wendy, namun bibirnya keluh tak bisa berkata-kata, mungkin sedikit saja ia membuka mulutnya ia tangisannya akan pecah. Wendy hanya bisa tersenyum lalu melambai pelan.

"Gue, minta maaf." Lalu Kaisar menutup kaca mobilnya dan pergi meninggalkan Wendy begitu saja.

"Bangs*t....." gumam Wendy.

Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara...

Kring... kring...

Sepeda.

"Hai."

Wendy membelak. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Ditinggal ya?"

Wendy mengangguk.

"Kesian deh loe."

Siapa ini? Tentu saja Satya, entah bagaimana hal ini bisa terjadi tapi yang ada di depan mata Wendy sekarang adalah sosok Satya. Yang ia rindukan?

Cowok itu turun dari sepedanya, mendekati Wendy. Satya mengenakan jas hujan, sepertinya double? Entahlah. Intinya Wendy merasa sangat senag, seketika ia lupa perlakuan Kaisar terhadapnya tadi.

Wendy menghapus air matanya yang tertutupi air hujan.

"Kesian deh loe di turunin! Hahaha," Satya terbahak melihat seragam sekolah Wendy yang sudah basah kuyup.

Wendy menggigit bibir bawahnya. Perasaan nya senag tapi entah mengapa hasratnya untuk menangis malah bertambah. Satya berhenti tertawa lalu tersenyum. Memiringkan kepalanya. "Nangis aja cil, gak usah di tahan... haha."

Wendy benar-benar menangis setelah itu, bahkan ia refleks memeluk Satya. "Kaisar, brengs*k! Huaaaaaaa...."

Satya tertawa. Dengan senang hati membalas memeluk Wendy. "Cengeng ya kamu?" Satya mengusap rambut Wendy.

Wendy menangis di pelukan Satya lima menit lamanya. Hujan deras mengguyur keduanya. Wendy merasa tidak asing dengan sosok Satya sejak mereka bertemu kemarin. Malah saat bertemu dengan Satya, Wendy merasa ada suatu kerinduan yang terobati. Entah kerinduan apa itu, yang pasti Wendy merasa pernah mengenal Satya sebelumnya.

Wendy melepaskan pelukannya. "Udah nangisnya?"

Wendy memegang keningnya. "Sat, tolong ambilin obat di tas aku paling depan."

Satya mengerutkan dahinya. "Maksud?"

"Akh... ambilin aja!" Wendy berjongkok menekan kepalanya. Kepalanya terasa pusing dan seperti mau pecah. "Cepet sat!"

Melihat Wendy yang sepertinya sangat kesakitan, Satya langsung membanting sepedanya. Ia membuka tas Wendy bagian depan dan menemukan banyak obat-obatan disana. "Yang mana?"

"Bo-botolnya yang bening," jawab Wendy terbata.

Bening? Yang mana?

Satya menatap bimbang botol-botol obat itu. Ia tidak tahu yang mana yang berwarna bening. Namun setelah menatap cukup lama, Satya memilih yang warna botolnya paling terang diantara yang lain.

"Yang ini?" Wendy tidak menjawab pertanyaan Satya. Ia langsung merebut botol obat itu dari tangan Satya, membuka botol obat tersebut lalu mengambil dua kapsul dan langsung menelannya tanpa bantuan air setetes pun.

Satya terdiam, menatap Wendy yang perlahan terlihat tenang dan berhenti menekan kepalanya. Namun tidak sampai disitu, tiba-tiba saja keluar cairan merah dari hidung Wendy. Mimisan.

"Wen?!" Satya panik melihat wajah Wendy yang malah tersenyum. "Gila, ayo ke rumah sakit!"

Namun setelahnya tangis Wendy kembali pecah. "Hiks, anterin aku pulang.... Satya. Huaaaaa.... anterin aku pulang....."

Satya mengangguk, mengelap darah dihidung Wendy dengan lengan seragamnya. "Hidungnya di pencet ya?"
Wendy mengangguk patah-patah.

Kemudian satya melepas jas hujan double-nya lalu ia kenakan pada Wendy. "Ayo, berdiri....


Kita pulang."

~o0o~














~o0o~

~Isabella Sindari~

~o0o~






















Tokoh akan bertambah seiring berjalannya cerita.






















See you next chapter!
♡♡Love you♡♡

Continue Reading

You'll Also Like

203K 31.1K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
15.3K 2.8K 32
Di bawah rintiknya hujan, Yuan bertemu dengan seseorang yang membuat seluruh perhatiannya tertuju pada gadis itu. Tentang segala sendu dan pahitnya k...
51.9K 9.3K 33
𝙨𝙚𝙦𝙪𝙚𝙡 𝙤𝙛 𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝 15+ harsh words cuma cerita klasik completed ✔️ ©2019, suckolah
54.7K 11.1K 33
ㅡSequel of The Narendra ❝ Tentang Jihoon dan Ryujin yang mau coba so relationship goal karena keseharian mereka umpatan semua. ❞ [DALAM TAHAP REVISI]...