HELP [Tamat]

By TintaBiru26

303K 23.5K 2.9K

Aksa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Hidupnya hanya di isi dengan luka,kecewa dan air mata. Dirinya... More

Tokoh
Awal dari semuanya
Keluarga baru Dika
keluarga baru Mona
Doa Arya
Terlambat?
Pingsan
Ikut senang
Alergi
Amarah
perundungan
khawatir
Sendirian
hal yang tak di inginkan
Aksa atau Rayyan?
bagaimana caranya?
Darren
haruskah?
andai Dika tau
Rencana tuhan
kenapa selalu aku?
Pertanda?
Sakit.
kenapa?
Harus kemana?
yang selalu ada
Haruskah berkorban?
haruskah berkorban? 2
jadi seperti ini rasanya?
Rasa yang tak biasa
Birthday Keenan
niat menolong
belum usai
Rayyan
sama-sama tumbang
tidak ada rasa kasihan
istirahat sejenak
Trauma
Kecewa
Sekedar Info
Bullying
di pendam sendiri
ternyata?
sama-sama takut
salah?
pertanda? 2
Kesakitannya
amarah?
berhenti berdetak?
Arka Bodoh
Mimpi dan kabar baik
satu kesakitannya terbongkar
tawanya
aku lagi?
siapa sebenarnya Calista?
Pergi.
jadi?
berawal
menyesal?
mulai mencari?
menghilang bak di telan bumi.
Baru
Dami-nya Rio
Akhir?
kepergiannya
Selesai
Good Bye
Cerita baru
GaReNdra
Baca dulu yukk

Kilas balik

13.7K 507 4
By TintaBiru26




"Ibu! Ibu mau kemana?"

Bocah laki-laki berusia lima tahun itu memeluk kedua kaki ibunya yang hendak pergi keluar rumah. Kepalanya mendongak, menatap sang ibu dengan tatapan polosnya. Ada sorot khawatir di netra hitam legam itu.

Mona--- wanita cantik yang kini sedang memakai dress berwarna merah maroon di atas lutut itu berjongkok untuk menyetarakan tingginya dengan sang anak seraya  tersenyum, tangannya terangkat  mengusap lembut Surai anaknya.

"Arya sayang, ibu mau pergi sebentar ya. Ibu ada urusan," kata wanita itu, menatap mata sang anak dengan tatapan lembut.

"Pelgi? Alya ikut ya?" Ucap Arya. Wanita itu tersenyum, menggenggam lembut tangan mungil anak laki-laki di hadapannya.

"Arya sama ayah sama adek aja ya di rumah? Ibu cuma pergi sebentar."

Arya menggeleng kuat, kedua matanya berkaca-kaca.

"Alya mau ikut ibu," lirihnya, entahlah ada apa. Tapi intinya, anak itu tidak ingin di tinggal.

"Sayang, ibu hanya pergi sebentar. Ibu akan pulang cepat, ibu janji." Wanita itu terus mengusap Surai anaknya.

"Mona? Kamu jadi pergi?"

Wanita itu menoleh ke arah sumber suara, terlihat seorang laki-laki tengah menuruni anak tangga sembari menggendong bocah laki-laki berusia dua tahun. Wanita itu tersenyum.

"Iya mas, kapan lagi aku bisa kumpul sama teman-teman sekolah ku?"

Laki-laki itu menghela nafas. "Muka kamu terlihat pucat Mona, apa gak sebaiknya kita kerumah sakit saja?"

Wanita itu menggeleng ribut, "ayolah mas, kapan lagi aku bisa kumpul sama mereka? Tahun-tahun kemarin aku gak bisa datang karena mengurusi anak kita."

Laki-laki itu terdiam. Pasalnya, sekitar 10 menit yang lalu, wanita yang bernama lengkap MONA ADELICIA itu terus bolak-balik kamar mandi memuntahkan sesuatu yang hanya berupa cairan bening.

"Tapi mona---"

"Mas? Please... Aku Janji, setelah aku pulang reuni, aku akan memeriksakan diri ke dokter."

Laki-laki itu menghela nafas. Mona--wanita itu sangat keras kepala. Padahal laki-laki itu hanya khawatir.

"CK, yasudah. Tapi janji yaa, setelah itu kita ke rumah sakit. Aku takut kamu kenapa-kenapa sayang."

Mona tersenyum seraya mengangguk. "Oke,ahh terimakasih mas Dika."

Wanita itu segera menghambur memeluk tubuh sang suami-- Mahardika Adhitama. Wanita itu segera beralih menatap kedua anaknya. Si sulung Arya dan si bungsu Arka.

"Ya ibu ya..Alya ikut," lirih nya, Mona tersenyum.

"Arya, Arya disini ya sama ayah sama adek. Ibu janji akan pulang cepat, "

Arya terdiam, matanya masih berkaca-kaca. Kepalanya mendongak menatap sang ayah.

"Gini deh, Arya mau apa? Nanti ibu pulang ibu belikan, heum?"

Arya masih terdiam, air matanya menetes. "Lobot-lobotan," lirihnya.

Mona tersenyum, "Aish lucu sekali anak ibu ini, oke nanti ibu beli robot-robotan ya? Arya disini sama ayah sama adek gak papa kan?"

Arya mengangguk ragu, "tapi janji ya Bu, beli lobot-lobotan. Untuk adek juga."

Lagi, tangan Mona terangkat untuk menguasai lembut kepala anak pertamanya itu.

"Iya sayang ibu janji,"

"Yasudah ya mas, aku berangkat. Aku titip anak-anak."

Dika mengangguk, mengecup kening istrinya singkat.

"Sayang nya ibu, jangan nakal ya sama ayah." Mona mencium kedua kening anaknya sebelum benar-benar pergi.

"Ibuuu..." itu Arya, ia terisak. Entahlah ada apa dengan anak itu.

"Cup cup sayang, sini nak, sama ayah. Ibu hanya pergi sebentar oke? Arya jangan nangis, kalo nangis nanti matanya hilang."

Refleks, bocah laki-laki itu memegang kedua matanya. "Ayaaahh... Alya gak mau mata Alya hilang..."

Dika sontak tertawa, kenapa anak-anak begitu menggemaskan? Dika mengangkat Arya keatas pangkuannya. Ia menciumi puncak kepala kedua anaknya.

"Makanya jangan nangis kalo matanya tidak mau hilang, hapus air matanya sayang?"

Arya segera menghapus air matanya, walau sesekali isakan kecil lolos keluar dari bibir mungilnya.

*

Entahlah perasaan apa ini, tapi intinya perasaan Dika benar-benar tidak enak. Kemana istrinya itu pergi?mengapa belum pulang juga sampe sekarang?

Sesekali laki-laki itu melirik arloji di tangannya. Sudah pukul 11 malam, tetapi Mona belum juga pulang. Ahh--kemana Mona pergi? Apa ada acara reuni sampai selarut ini. Pikirnya.

Ting.

Dika menoleh ke arah nakasnya, ponselnya berbunyi. Segeralah ia meraihnya. Dua detik setelah itu, tangannya mengepal kuat, wajahnya memerah, urat-urat di lehernya begitu tampak.

Sial!

Ia membanting ponselnya begitu saja, segeralah ia menyambar kunci mobil. Sebelum ia beranjak, ia sempatkan menoleh ke arah kedua anaknya. Dua bocah laki-laki itu sedang tertidur pulas.

Apa tak apa aku tinggal? Pikirnya. Tapi Dika tetap beranjak meninggalkan kedua anaknya. Rasa kecewa,marah,kesal menjadi satu di dalam dirinya. Keterlaluan.

*

Brak!

Pintu kamar hotel itu terbuka begitu saja setelah di dobrak paksa oleh seseorang.

Sial!

Apa-apaan ini?!

Seorang wanita yang sudah bersuami, tidur satu ranjang dengan lelaki lain tanpa sehelai pakaian satu pun.

"MONA!"

Eugh..

"M-mas D-dika?" Wanita itu melirih, matanya perlahan terbuka.

"SIALAN! BRENGSEK!"

Mona---wanita itu bergetar ketakutan, apa-apaan ini? Mengapa dirinya bisa ada disini? Dengan laki-laki yang bukan suaminya?

"M-mas.."

"Apa maksud kamu Mona? Pemandangan macam apa ini?"

Mona menggeleng.

"Aggrrhhh.." Dika--laki-laki itu mengacak rambut nya kasar. Setelah itu ia berjalan perlahan menghampiri Mona--ralat-- Dika menghampiri laki-laki yang masih tidak terusik dalam pejamnya.

"Bajingan,"

Bugh!

Mona berteriak refleks saat Dika membogem mentah laki-laki yang sudah dengan laknatnya tertidur bersama istrinya.

"Bangun bajingan,"

"Mas sudah hiks, sudah."

"Bangun sialan!"

Bugh!

Lagi, Dika membogem laki-laki itu yang sama sekali tak terusik.

"Mas!"

"DIAM MONA! SIALAN!"

Brak!

Dika membanting pintu kamar hotel itu kasar. Buru-buru Mona memakai dress ya kembali dengan keadaan yang sangat kacau.

Plak!

Sebelum pergi, Mona sempatkan untuk menampar laki-laki bajingan itu.

Aish, bagaimana ini? Apakah rumah tangganya akan hancur gara-gara laki-laki bejat itu? Pikir Mona.

*

"Mas Dika, mas. Dengarkan aku dulu, ini semua tidak seperti apa yang kamu lihat."

"Apa Mona? Apa, apa yang seperti apa yang tidak aku lihat? Mata aku tidak minus Mona! Mata aku normal! Kamu tidur dengan laki-laki itu, apalagi yang harus di jelaskan? Apalagi?!"

Mona terdiam.

"Apa Mona?!"

"A-aku..."

Plak!

Satu tamparan keras mendarat tepat di pipi mulus Mona. Ya--Dika, untuk pertama kalinya ia menampar istrinya.

"M-mas.."

"Aku mau kita ce..."

"AYAAHH..HIKS.."

*

"Mas, aku hamil." ucap Mona takut-takut.

Brak!

"Sialan! Gugurkan kandungan itu. Kalau tidak,kita cerai!"

Deg!

Ahh bagaimana ini?

"T-tidak mas, k-kamu tega m-mau menggugurkan a-anak kan.."

"Dia bukan anakku, dia anak bajingan itu Mona!"

"Demi tuhan, aku tidak ngapa-ngapain dengan laki-laki itu mas. A-aku..aku..aku bersumpah ini anak kamu mas, darah daging kamu."

"Aku tidak mau tau, gugurkan kandungan itu kalau enggak kita ce.."

"Okay, aku akan coba. Tapi aku mohon jangan ceraikan aku. Aku sayang sama kamu mas."

"Terserah! Sialan! Seharus aku bunuh bajingan itu waktu itu. Agrhhh..." Dika mengacak rambutnya kasar, meninggalkan Mona begitu saja.

"Hiks," air mata Mona lolos begitu saja, mengalir membasahi pipinya. Demi tuhan, dia tidak ingin bercerai dengan Dika, tapi bagaimana dengan  anak yang sedang ia kandung? Ia pun ragu, ini anak Dika apa anak dari laki-laki bajingan itu.

Tangan Mona terangkat mengelus perutnya yang masih rata, perlahan tapi pasti elusan itu menjadi sebuah cengkeraman yang kuat.

Agrhh...

Ia kesal, ia marah.. tapi tak tau dengan siapa.

*

Bulan demi bulan berlalu, kandungan Mona kini sudah memasuki usia 7 bulan. Hey...dia sudah mencoba segala cara untuk menggugurkan kandungannya, namun nihil, anak itu begitu betah di dalam rahimnya.

Sial!

Hubungannya dengan Dika semakin hari semakin hancur. Dika yang jarang pulang, Dika yang tak pernah lagi berbicara halus. Sekarang hanya ada Dika dengan segala ketempramental-nya.

"Ibu..."

Mona berjengkit kaget, itu suara Arya. Ahh ada apa dengan Arya? Mona segera berlari menghampiri anaknya di lantai bawah itu.

"Ibu..."

Ah tidak, sekarang anak keduanya. Ada apa? Apa mereka bertengkar? Mona semakin cepat melangkahkan kakinya. Tak peduli dengan kandungannya, yang terpenting kedua anaknya baik-baik saja.

"Ibu..."

"Iya sayang,kenapa kalian menangis? Kalian bertengkar hah?" Mona berteriak seraya menuruni anak tangga dengan cepat.

"Ibu... Hiks,"

Entah bagaimana kejadiannya..tubuh Mona menggelinding begitu saja bersahut-sahutan dengan suara Isak tangis kedua anaknya.

"MONA..."

*

"Aku tidak mau anak itu Bu, buang anak itu." Mona terus saja membuang muka, sementara di sampingnya, seorang wanita paruh baya tengah menggendong bayi laki-laki yang begitu mungil dan tampan.

"Sayang, dia anakmu."

Yaa, bayi laki-laki itu terpaksa harus di keluarkan dari dalam rahim Mona karena pendarahan. Dengan operasi sesar, bayi laki-laki itu dapat di selamatkan.

"Bukan, dia bukan anakku. Dia anak sial. Hidup aku hancur gara-gara anak itu Bu."

"Istighfar Mona, dia darah daging kamu."

"Tapi hidup aku hancur karena dia ibu,"

"Mona.."

"Stop Bu! Aku bilang buang anak itu, aku tidak menginginkannya!"

"MO.."

Brak!

"Ibu buang anak itu atau aku bunuh anak itu?" Itu--Dika.

"Dika?"

"Buang Bu," lirih Mona.

Sarah---ibu dari Mona itu mengusap air matanya yang menetes. Bagaimana Mona tega tidak menginginkan bayi mungil ini? Bayi ini anaknya.

"Ibu.."

"Kalau kalian tidak mau merawatnya, biar ibu yang merawatnya. Bagaimana kalian tega dengan bayi tak berdosa ini? Kalian orang tua tak punya hati. Suatu saat, kalian akan menyesal. Entah cepat atau lambat."

Hening.

"Anak ini akan ibu beri nama Aksa Damian Adhi---"

"Jangan pakai nama belakang aku Bu, dia bukan anakku."

Sarah menghela nafas. "Aksa Damian."

Sarah--wanita itu segera beranjak setelah memberitahu nama bayi laki-laki itu. Ahh--malang sekali nasibnya.

Setelah Sarah tidak ada,Dika mengeluarkan sesuatu dalam tasnya, memberikannya kepada Mona.

Mata Mona melebar, Surat dari pengadilan.

"M-mas.."

"Aku mau kita cerai."

"Enggak mas, aku gak mau. Aku cinta dan sayang sama kamu. Aku gak mau cerai mas."

"Ini sudah keputusanku Mona."

Mona menggeleng ribut, demi tuhan dia tidak ingin berpisah dengan Dika.

"B-bagaimana dengan anak-anak mas? Hiks."

"Jangan khawatir, anak-anao akan ikut dengan ku."

"Kamu tega, kamu jahat. Setelah ingin berpisah dari aku, kamu akan menjauhkan aku dengan anak-anak hah? Aku ini ibunya, aku yang mengandung, aku yang melahirkan, aku yang merawatnya hiks."

Dika menghela nafas, ia tidak tega.

"Huft baiklah, Arya ikut denganku dan Arka ikut dengan mu." Dika beranjak meninggalkan Mona yang masih terisak.

Itulah keputusannya.




Alohhaaaaaaa.....

Aishh udah lama enggak bikin cerita hehe...

Baru permulaan nih, gimana? Gak jelas yaa? Emang wk. Tapi gkpapa, niat aku kan hanya ingin menghibur kalian para kaum rebahan (canda kaum rebahan)

Baru pertama kali buat cerita, ehh enggak deng..enggak pertama.. masih awam, jadi jangan di bully yaa...untuk typo dan kesalahan dalam penulisan lainnya tolong di kasih tahu yaa..

Vote dan komennya jangan lupa.. saya tidak butuh siders

Continue Reading

You'll Also Like

21.5K 3.7K 61
Devano anggara adalah adik kakak yang sama sama memiliki sifat keras kepala dan bertindak sesuka hati yang berujung sebuah penyesalan.
42.5K 2.7K 38
[END] Raga tahu, kesalahannya di masa lalu itu sangat fatal. Namun, mengapa? Mengapa harus Ayahnya yang membencinya? Disaat yang dirinya punya hanya...
465K 45.2K 66
Katanya, anak sulung bahunya harus kuat. Katanya, anak bungsu harus jadi penutup yang berbakat. Lantas, anak tengah harus berperan sebagai apa? Katan...
7.6K 720 22
Pulau bagian timur Korea selatan akhirnya menjadi pemburuan sengit tokoh-tokoh besar. Disanalah akhirnya perang besar pecah yang mengakibatkan pertum...