Start Over Again [End]

By yunitayana535

22.6K 2.1K 228

(Reinkarnasi #2) Palsu, sakit, bodoh dan.... dendam Itu yang naeun rasakan saat ini. naeun harap, jika boleh... More

catatan penulis
Prolog
🍁.1
🍁.2
🍁.3
🍁. 4
🍁. 5
🍁. 6
🍁.7
🍁. 8
Switch Of
🍁. 9
🍁. 10
🍁. 11
🍁. 12
🍁. 13
🍁. 14
🍁. 15
🍁. 16
🍁. 17
🍁. 18
🍁. 19
🍁. 20
🍁. 22
🍁. 23
🍁. 24
🍁Side Story Pangeran Sehun🍁
🍁 25: Ending🍁
REWRITE
🍁. Epilog
🍁. BonChap

🍁. 21

461 53 5
By yunitayana535


"Dugaan"








Hawa di sekitar terasa mencekam dan menyesakkan namun bagi mereka yang menginginkan ke adilan itu bukanlah sebuah halangan. Putra Mahkota dan Putri Mahkota, di kehidupan sebelumnya tidak ada yang memberikan keadilan bagi mereka, bahkan hingga akhir kisah Son Naeun Michelles sekalipun, keadilan masih tertimbun.

Dan di kehidupan saat ini, Naeun ingin memastikan ke tidak adilan itu tidak terulang kembali agar dirinya bisa hidup dengan berbeda dari sebelumnya. Yang paling Naeun inginkan adalah terlepas takdir dari sosok Pangeran kedua di kerajaan Delsen ini.

Laki-laki muda yang memiliki bola mata abu ciri khas keluarga kerajaan Delsen itu berjalan dengan berat, mendekat kearah Naeun dengan sorot mata yang terasa dingin dan menusuk.

Ketika keduanya telah berhadapan, Naeun tetap berdiri dengan tegap dan menatap penuh keberanian, tidak ada sorot ketakutan atau malu-malu dari mata coklatnya karena kebenciannya telah ia perlihatkan tanpa ragu.

"Lady Son Naeun Michelles, apa yang telah Anda rencanakan?" pertanyaan itu terdengar amat lirih namun penuh dengan penekanan. Naeun kira sepertinya hanya dirinyalah yang bisa mendengar pertanyaan itu.

Naeun menatap Jongin disisi kanannya lalu beralih ke Mijoo yang menatapnya dengan tidak mengerti. Kembali menatap wajah rupawan yang dulu sangat ia puja, sebelum berucap dengan dinginnya, "Saya tidak sedang merencanakan apapun Yang Mulia, memangnya apa yang bisa di lakukan oleh nona muda yang memiliki rumor bodoh ini? Maafkan saya jika saya menyinggung anda Yang Mulia, saya hanya tidak ingin melihat ketidak adilan yang nyata."

Naeun melempar senyum tipis kepada Pangeran Sehun dikala mata coklatnya menangkap kilatan tajam dari mata abu itu. Sorot mata itu, Naeun tidak takut lagi karena di kehidupan sebelumnya dia sudah sering mendapatkannya dan itu membuatnya tidak merasakan takutnya.

"Lady Michelles, mengapa anda berbeda? Seharusnya bukan seperti ini, anda tidak seharusnya bertingkah seperti ini."

Sesaat Naeun merasa tubuhnya memaku, suara desisan Pangeran Sehun itu terdengar aneh di telinganya. Mengapa ia merasa jika penggunaan kalimat tanya itu terdengar seperti sebuah rahasia?

Naeun berusaha untuk tetap tenang lalu bertanya dengan bingung. "apa maksut anda Yang Mulia? Lady ini tidak mengerti."

Dengan jantung yang berdegup kencang Naeun menunggu.

Pangeran Sehun dengan mata abu yang menyorot tajam lebih mendekatkan wajahnya lalu mendesis dengan geram, seperti ia telah hilang kendali. "Mengapa bisa kau mengenal Putra Mahkota? Ini bukan yang harusnya terjadi. Alih-alih menerima lamaranku kau malah menjauh dengan pedang yang kau hunuskan, mengapa kau berbeda dari dirimu yang sebelumnya?"

Walau Naeun sudah terbiasa dengan mata tajam itu namun tubuhnya tetap tidak bisa berbohong, dia masih bisa terintimidasi. Rasa takut dan gugup hampir mengambil alih tubuhnya sebelum Mijoo dengan cepat menarik tangannya dan membawa tubuhnya di belakang tubuh nona muda itu. Mata biru milik nona muda dari kediaman Duke Ferldick menatap dengan tanpa rasa takut pada Pangeran kedua kerajaan Delsen ini.

"Maaf atas kelancangan saya Yang Mulia, tapi menurut saya anda tidak memiliki hak untuk menyudutkan saudari saya. Disini ada saya dan tuan muda Bence yang juga memberikan kesaksian atas Yang Mulia Putri Mahkota lalu mengapa hanya Lady Naeun yang anda pertanyakan?"

Di tempatnya Putri Mahkota tampak menutup bibirnya dengan salah satu tangannya, cukup terkejut dengan keberanian nona muda dari kediaman Duke Ferldick itu.

"Sepertinya Lady Mijoo tidak terintimidasi dengan auranya Pangeran Sehun," bisiknya pelan pada Putra Mahkota yang di balas dengan anggukan kecil.

Naeun bisa melihat ketidak sukaan Pangeran Sehun atas sikap berani Mijoo dalam menghadapinya. Naeun tahu jika Pangeran Sehun senang mengintimidasi lawannya, ia sangat menyukai atas ketidak berdayaan itu, namun saat ia berhadapan dengan Mijoo yang dengan angkuh dan tanpa rasa takut menghadapinya tentu saja itu tidak menyenangkan.

"Maaf Lady Ferldick, saya tidak bermaksut mengintimidasi Lady Michelles, saya hanya sedang khawatir saja akan Ibunda Permaisuri."

Dengan beraninya Mijoo menaikkan sebelah alisnya dan berucap, "saya tahu anda pasti mengkhawatirkan keadaan Yang Mulia Permaisuri, namun ini terasa aneh jika anda terlihat menentang rencana Lady Naeun. Bukankah dengan melakukan penggeledahan kepada yang berada di tempat akan lebih cepat menemukan pelakunya dari pada melakukan penggeledahan kamar? Bagaimana jika disaat kita sibuk mengirim seseorang untuk melakukan penggeledahan kamar membuat pelaku aslinya merasa terancam dan memutuskan mencari orang untuk di jadikan kambing hitam? Disaat kita mengirim orang untuk menggeledah kamar, maka fokus orang-orang bukan kepada sesama tapi fokus kepada dugaan-dugaan, sehingga orang itu memanfaatkannya untuk melempar perbuatannya."

Mijoo menatap satu-persatu anggota kerajaan yang berada di sana lalu melanjutkan ucapannya yang terhenti, "sebaiknya lekas perketat pengawasan kepada setiap yang mengikuti perjamuan minum teh lalu undang orang dari Majlis Hakim Delsen untuk menjadi saksi dan melakukan penggeledahan sekarang juga. Itu jalan keluar yang terbaik, kecuali jika ini semua memang sudah direncanakan oleh seseorang."

Mijoo sudah berusaha keras untuk menahan seringai miliknya agar tidak muncul di akhir ucapannya namun karena situasinya yang bisa membungkam Pangeran Sehun itu membuatnya tidak bisa menahannya. Mijoo tidak memperdulikan tatapan marah dan benci yang bisa ia tangkap dengan jelas itu, karena kini menurutnya yang lebih pantas marah dan membenci itu dirinya dan orang-orang yang tidak mendapat keadilan di kehidupan sebelumnya.

"Panglima Zey, panggil orang-orang dari Majlis Hakim Delsen untuk menghadap kesini, katakan jika kerajaan membutuhkan keadilan mereka, dan panggil anak buahmu yang berkuasa untuk mengawasi kami yang mengikuti acara minum teh itu," titah Putra Mahkota.

"Yang Mulia..."

"Pangeran Sehun, saran dari Lady Michelles dan Lady Ferldick tidaklah salah. Dan aku masih memiliki hak untuk memberi perintah karena disini akulah Putra Mahkotanya !!" potong Putra Mahkota dengan tegas.

Jongin mendengus kecil lalu sesaat kemudian senyum sinis muncul di wajah tampannya. Dia berharap jika orang itu lah yang akan datang dan membantu mereka memberi keadilan.

Sebenarnya, tanpa memanggil orang-orang Majlis Hakim Delsen Jongin bisa mengungkap kebenaran ini, karena sejak Naeun menceritakan kisahnya Jongin langsung mengawasi orang-orang itu lalu menyuruh prajurit bayangannya untuk mencari bukti dan saksi. Apakah ia memilikinya? Tentu saja !! Dia ini Jongin Marcello Bence, putra tunggal dari panglima perang nomer satu di perbatasan timur, Grand Duke Axel Lino Bence. Bagaimana mungkin mencari bukti dia tidak bisa? Namun Jongin memilih diam dan membiarkan orang-orang Majlis Hakim Delsen ikut campur, bukankah dengan begitu masalah ini akan di buka secara publik? Akan semakin mempermudah untuk menghancurkan orang-orang itu.

~~

Satu jam telah berlalu sejak orang-orang dari Majlis Hakim Delsen tiba. Sesuai yang di sarankan oleh Naeun, orang-orang yang mengikuti acara minum teh di periksa beserta para pelayan dan prajurit yang berada di sana, tak lupa juga para koki istana.

Dan sesuai dengan perkiraan mereka, seorang pelayan yang di ketahui dari paviliun belakang memiliki bungkusan racun itu.

"Katakan siapa yang menyuruhmu untuk meracuni Yang Mulia Permaisuri?"

Jongin memutar matanya malas saat salah seorang dari Majlis Hakim Delsen itu bertanya, sosok yang ia kenal tentu saja.

Pelayan itu menampakkan raut ketakutan lalu dengan tergagap ia mengatakan, "mohon ampuni saya Yang Mulia, s-saya hanya mengikuti perintah...."

Pangeran Sehun maju dan berkata dengan dingin, "maka katakanlah, siapa yang menyuruhmu."

"Sa... saya hanya mengikuti perintah Y-Yang Mulia Putra Mahkota, mohon ampuni saya Yang Mulia Pangeran."

Semua orang melihat kearah Putra Mahkota yang terlihat masih duduk santai sambil membelai pipi Putri Mahkota, seolah beliau tidak tahu apa-apa. Dengan polos ia bertanya, "ada apa? Apakah barang bukti telah di temukan?"

Mijoo di tempatnya terlihat berusaha menahan tawanya dengan menutup bibirnya menggunakan tangan kanannya, lalu merapatkan dirinya terhadap Naeun dan berbisik, "Lihatlah ekspresi Pangeran Sehun itu, wajah yang menahan marahnya terlihat lucu."

Naeun menanggapinya hanya dengan gelengan kecil dan senyum tipis lalu kembali melihat kearah panggung drama di hadapannya.

"Yang Mulia, kami menemukan sebuah bungkusan yang kami cek baunya itu memang racun yang meracuni Yang Mulia Permaisuri, dan pelayan ini berasal dari paviliun belakang, dia juga mengaku jika Anda lah yang menyuruhnya meracuni Yang Mulia Permaisuri," jelas salah seorang lelaki berambut merah muda pudar, anggota Majlis Hakim Delsen.

Putra Mahkota mengangguk mengerti lalu menatap dengan santai kepada si pelayan.

"Dia memang salah satu pelayan paviliunku," ucapnya lalu berjalan pelan menghampiri pelayan itu.

"Kapan aku memerintahkanmu untuk meracuni Yang Mulia Permaisuri? Dimana? Waktu apa? Dan Putri Mahkota sedang berada dimana?"

Pelayan itu tampak bergetar, meremat tangannya satu sama lain, ia merasa terintimidasi dengan pertanyaan dari Putra Mahkota. Padahal selama ini yang ia tahu Putra Mahkota itu hanya lelaki bodoh yang tidak memperdulikan martabatnya, lalu mengapa kini aura orang di depannya ini berbeda?

"Kau tak ingin menjawabnya? Padahal semua orang menantinya lho," sambung Putra Mahkota sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Pelayan itu menjawab dengan suara tersendat, "Anda memberi perintah dua hari la-lalu di k-kamar anda setelah makan si-siang Yang Mulia, saat itu P-Putri Mahkota te-tengah melihat kebun an-anggur."

Putra Mahkota tersenyum tipis, "kau memiliki bukti tidak?"

Pelayan itu bergegas bersujud lalu dengan heboh ia berkata, "mohon ampuni saya Yang Mulia, tolong jangan hukum saya. Saya tidak memiliki bukti apapun karena saat itu anda mengancam saya !! Mohon ampuni saya Yang Mulia !!"

"Waah anda licik juga ya ternyata Yang Mulia Putra Mahkota," celetuk Pangeran ke empat, Pangeran Vando.

Putra Mahkota mendengus kecil lalu kembali berada disisi Putri Mahkota dan menyahuti ucapan dari adik satu ayahnya itu, "padahal saat itu aku tidak berada di kamar."

Semua orang yang berada disana terkejut, bagaimana mungkin Putra Mahkota tidak berada di kamar? Padahal pelayan itu menjelaskan jika ia menerima perintah itu atas nama Putra Mahkota.

"Tidak mungkin !! Apakah anda berusaha lari dari masalah karena anda sudah ketahuan Yang Mulia? Disini telah ada saksinya !!" tutur Pangeran Sehun.

Putra Mahkota menaikkan sebelah alisnya lalu menatap Pangeran Sehun dengan geli dan berucap, "untuk apa aku harus mengakui sebuah kesalahan yang tidak aku perbuat? Pada kenyataannya aku memang tidak berada di kamar, jika sesuai dengan waktu yang di katakan oleh pelayan itu, saat itu aku berada di luar istana untuk berburu."

Urat di leher Pangeran Sehun sedikit terlihat saat lelaki itu mengepalkan tangannya, tatapan matanyapun semakin tajam.

"Apakah anda memiliki saksi?" desisnya.

"Tentu saja ada."

"Dan akulah saksi itu."

Semua mata tertuju kepada lelaki berambut merah muda pucat yang saat ini tengah tersenyum dengan lebarnya.

"Senior Baekhyun?!" kejut salah satu orang dari Majlis Hakim Delsen.

Naeun menatap sosok berambut merah muda pucat itu dengan kening mengerut, ia sepertinya mengenal lelaki itu.

"Casey Baekhyun Albern," bisik Jongin.

Naeun menatap Jongin yang juga tengah menatapnya, ahh Naeun ingat. Casey Baekhyun Albern, putra sulung dari kediaman Marquess Albern. Seseorang yang sangat menyukai keadilan, sosok humoris yang suka menolong dan salah satu dari sahabat Putra Mahkota yang memutuskan untuk masuk ke Majlis Hakim Delsen untuk memberikan ke adilan kepada sahabatnya itu.

Di kehidupan sebelumnya, nasib laki-laki muda itu pun tidak berbeda jauh dari ketiga sahabatnya. Saat setelah menerima kabar tentang meninggalnya Putra Mahkota dan Putri Mahkota, dia menjadi pribadi yang dingin dan Naeun ingat, lelaki itu pernah berjuang untuk memberikan ke adilan terhadap sahabatnya itu namun Pangeran Sehun dengan liciknya menghabisi orang-orang dari Majlis Hakim Delsen dan memasukkan orang-orangnya. Pada akhirnya Casey Baekhyun Albern harus bersembunyi agar tidak tertangkap oleh Pangeran Sehun.

Tak lama dari itu, tuan muda ini harus kembali menerima kenyataan menyakitkan, keluarganya di bantai habis oleh orang tak di kenal, yang Naeun yakini jika itu adalah orang-orang dari organisasi milik Charlie. Naeun tidak tahu apa yang terjadi dengan tuan muda itu selanjutnya, yang ia dengar tuan muda itu memutuskan meninggalkan Delsen setelah sahabat satu-satunya yang tersisa gugur dalam perang. Mungkin hati lelaki muda yang telah hancur itu akan semakin hancur jika memilih tetap di Delsen, jadi ia memutuskan untuk meninggalkan tempat yang banyak memberinya luka itu.

Puk.

Naeun mengerjabkan mata bulatnya lalu menatap Mijoo yang juga tengah menatapnya dengan bingung, "kau tak apa? Mengapa melamun?"

Naeun menghela nafas pelan, "aku tidak apa, hanya mengingat sedikit masalalu." Mijoo mengangguk mengerti lalu keduanya kembali melihat ke arah drama itu.

"Dua hari lalu saya dan Yang Mulia Putra Mahkota tengah berburu di hutan timur, kami bersama sejak sebelum jam makan siang dan kembali ke istana saat matahari tenggelam. Jadi pelayan, sebenarnya kau itu suruhannya siapa?" Seru Baekhyun dengan ekspresi bingung.

Pelayan itu tampak bergetar ketakutan, sepertinya ia tidak menyangka jika kala itu Putra Mahkota tidak berada di kamarnya karena yang ia dengar Putra Mahkota sedang tidak enak badan jadi memutuskan untuk beristirahat di kamar tanpa ingin di jenguk, bahkan yang mengantar makan siang Putra Mahkota itu Putri Mahkota sendiri. Siapa yang menyangka jika ternyata Putra Mahkota tidak berada di tempat !!

Karena merasa tidak ada pilihan lain, terlebih lagi sebelumnya ia telah di ancam jika membuka mulut tentang si pelaku maka keluarganyalah yang akan di habisi, maka dengan cepat dia mengambil pisau kecil yang dia sembunyikan dan menggoreskannya ke lehernya dengan amat dalam.

Tubuh itu bergetar dengan darah yang mengalir deras dari leher sebelum pada akhirnya terdiam kaku. Semua orang masih diam, kalau sudah begini harus apa?

Baekhyun mendesah lirih lalu menatap ke arah Pangeran Sehun sejenak sebelum memalingkannya ke arah Putra Mahkota, "Karena pelaku telah meninggal dan kita tidak mengetahui siapa yang memerintahkannya, kami dari Majlis Hakim Delsen akan menyelidikinya Yang Mulia."

Putra Mahkota mengurut pelan keningnya, "padahal akan lebih mudah jika pelayan itu di beri ramuan kejujuran. Huft~ tolong bantuannya tuan muda Albern."

Dengan itu perkumpulan dadakan itu pun berakhir dengan pelaku yang tak di temukan.

Naeun masih diam, menatap kosong pada mayat pelayan itu. Satu pemikiran tiba-tiba memasuki otaknya saat mengingat kembali ucapan dan emosi Pangeran Sehun.

"Dia tidak mungkin kembali ke masalalu juga sepertiku kan?"












T.B.C


Lady Son Naeun Michelles.

Lady Mijoo Lynelle Ferldick.

Pangeran Oh Sehun Delsen.

Jenderal Muda Jongin Marcello Bence.

Putra Mahkota Axian Chanyeol Delsen.


Byun Baekhyun as Casey Baekhyun Albern. Tiga tahun lebih tua dari Naeun, karakter: humoris, meyukai panahan, suka berburu kelinci tapi untuk di pelihara bulan di hidangkan, sangat menguasai ilmu hukum terutama hukum delsen, keunggulannya ada di otak, menyukai memasak dan tidak begitu tertarik ilmu pedang.







Salam Hangat, Yana.

14 Maret 2022.

Continue Reading

You'll Also Like

101K 10.9K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
430K 34.5K 65
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuhπŸ’«"
222K 33.3K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
58.6K 6.1K 21
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...