The Truth Behind The Secret

By Nathania1721

20.4K 1.3K 102

END (Yang Tersembunyi) Meanie 18+ M-PREG More

Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5

Chapter 1

7.3K 317 17
By Nathania1721

Republish
Dari FFN dengan judul
'Yang Tersembunyi'
Hanya edit sedikit di beberapa bagian.

Content Warning:
18+
M-PREG

Happy reading!

_________♥_________

Seorang pemuda manis berdiri di depan rak buku. Mata tajam di balik bingkai kaca matanya terus memperhatikan buku di tangannya. Sesekali tangan lentik nan putih miliknya membalik setiap halaman. Ia begitu serius membaca. Hingga tidak menyadari seorang pemuda tampan yang sedari tadi memerhatikannya.

Kepalanya dialihkan dari buku di tangannya. Menghadap rak di hadapannya. Kembali mencari buku lainnya yang akan ia baca. Terus seperti itu hingga sang pemuda tampan itu mendekatinya.

"Wonwoo." Pemuda manis itu menoleh. Senyum tipis tersungging saat melihat seseorang yang menyapanya.

"Sepertinya sangat sibuk," ucap pemuda itu.

"Tidak juga. Hanya mengisi waktu luang," jawab Wonwoo sambil menggeser langkahnya. Bukan untuk menghindari, tapi ingin mencari buku di rak sebelahnya.

"Aah ... iya, kau kan sangat suka membaca," gumam pemuda yang lebih tinggi.

"Kau mengatakan sesuatu, Kim Mingyu?" tanya Wonwoo. Ia mencoba memastikan karena suara Mingyu terdengar samar.

"Lupakan! Aku hanya bergumam saja!"

Setelahnya tidak ada percakapan di antara mereka. Terasa begitu canggung. Tapi tidak ada yang ingin memulai percakapan. Wonwoo terlarut dalam bukunya. Sedangkan Mingyu terlarut memandangi wajah manis itu.

Wonwoo menolehkan kepalanya saat mendengar suara yang mendekat. Ia langsung menghadap ke arah Mingyu.

"Kim Mingyu, aku harus pergi. Sampai jumpa!" ucap Wonwoo setelah meletakkan bukunya. Senyum tipis mengiringi langkahnya.

Mingyu membuka mulutnya. Ingin mengatakan sesuatu pada Wonwoo. Tapi melihat seseorang yang mendekatinya sambil tersenyum sangat manis, Mingyu mengurungkan niatnya. Ia membalas senyuman pemuda berparas cantik di hadapannya.

"Sudah selesai, Hyung?"

"Sudah. Ayo kita pulang! Masakkan aku sesuatu Mingyu-ya," ucap pemuda cantik sambil melingkarkan tangannya ke lengan Mingyu.

"Apapun yang kau mau Hyung."

_________♥_________

Mingyu berjalan sambil memegangi leher belakangnya. Seusai berolahraga, ia merasa kelelahan dan lapar yang menjadi satu. Masih dengan memakai baju yang tampak basah karena keringat, Mingyu berjalan ke kantin.

Pemuda tampan pemilik tubuh tinggi itu memilih duduk di salah satu kursi yang kosong. Di tangannya nampan berisi penuh makanan. Namun belum sempat Mingyu mendudukkan dirinya, perhatiannya teralihkan pada seorang duduk menyendiri. Kepala menunduk dengan mengaduk-aduk ramen di hadapannya.

Tanpa pikir panjang, ia mengangkat nampan yang sudah ia letakkan di meja. Berjalan mendekati si pemuda manis.

"Sendiri?" tanya Mingyu basa-basi.

"Em ...," jawab pemuda manis itu sambil mengangguk. Setelahnya ia kembali menunduk. Memandang mie berkuah di hadapannya tanpa minat.

"Tidak apa-apa kan kalau aku duduk di sini, Wonwoo-ya?" tanya Mingyu setelah menelan suapan pertama di mulutnya.

"Em ...." Lagi-lagi Wonwoo mengangguk. Tanpa berminat memandangnya balik. Seolah ramen di hadapannya lebih menarik.

Mingyu dan Wonwoo tidak ada yang membuka suara. Sama-sama asyik dengan kegiatannya. Namun sesekali Mingyu mencuri pandang ke arah Wonwoo.

"Wonwoo, kau tidak terganggu kan?" tanya Mingyu setelah menyelesaikan makanannya. Nampan berisi makanan miliknya sudah bersih.

"Maksudmu?" tanya Wonwoo balik. Kali ini pemuda manis berkulit putih itu mau menatap Mingyu.

"Seperti yang kau lihat, aku berkeringat. Kau tidak risih denganku?"

Wonwoo tersenyum dan menggeleng menanggapi pertanyaan Mingyu. Namun lagi-lagi ia menunduk. Membuat Mingyu diam-diam menghela nafasnya. Terlalu sulit berinteraksi dengan Wonwoo. Pemuda itu lebih banyak diam. Menjawab pertanyaannya seadanya.

"Wonwoo a—"

"Mingyu."

Ucapan Mingyu terpotong saat ada yang menyerukan namanya. Ia langsung menoleh ke sumber suara. Tampak seorang pemuda cantik melambaikan tangan padanya. Membuatnya menyunggingkan sebuah senyuman.

"Kau di sini ternyata, aku mencarimu kemana-mana." Pemuda cantik itu mengambil tempat tepat di sebelah Mingyu.

"Maaf Hyung, tadi aku kelaparan."

"Wonwoo-ya, kau sendiri saja? kenapa belum pulang?" tanya pemuda cantik pada Wonwoo. Si pemuda manis mendongakkan kepalanya. Memandang sepasang kekasih di hadapannya.

"Sedang ingin saja Jeonghan Hyung," jawab Wonwoo seadanya. Meski Wonwoo adalah juniornya, tapi Wonwoo lebih dulu menyelesaikan kuliahnya. Wonwoo hanya mengurus beberapa hal penting di kampus.

"Mingyu, ayo kita pergi! Kau berjanji akan menamaniku kan?" Jeonghan memandang Mingyu yang tengah memainkan ponselnya. Pemuda tampan itu mengangguk dan tersenyum. Membuat wajah Jeonghan tampak berbinar.

"Tentu saja aku akan menamanimu kemanapun, Hyung."

"Kekasihku baik sekali," ucap Jeonghan senang. Ia langsung berdiri dari duduknya yang diikuti Mingyu.

"Wonwoo-ya, kami pergi dulu." Wonwoo tersenyum dan mengangguk. Dan entah untuk ke berapa kalinya ia kembali menunduk. Ramen di hadapannya sudah benar-benar mengembang. Sama sekali tidak ada niatnya untuk melahapnya lagi.

Beberapa menit setelah sepasang kekasih itu pergi, Wonwoo beranjak dari duduknya. Ransel berwarna hitam miliknya ia sampirkan di sebelah pundaknya. Kaki jenjangnya ia langkahkan di koridor.

Saat akan keluar dari gerbang, Wonwoo bisa melihat Mingyu dan Jeonghan yang akan memasuki mobil. Entah apa yang sepasang kekasih itu bicarakan. Yang pasti ke duanya sangat terlihat bahagia. Namun Wonwoo hanya memandanganya sekilas. Terlalu terbiasa dengan pemandangan seperti itu.

Sampai Wonwoo menjauh dari area kampus, Mingyu dan Jeonghan belum beranjak. Mingyu masih menunggu kekasih cantiknya membalas pesan.

"Jadi bagaimana?" tanya Mingyu saat Jeonghan sudah mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Sepertinya aku harus pergi Mingyu-ya," sesal Jeonghan.

"Tidak apa Hyung. Aku akan menemanimu lain waktu," balas Mingyu sambil tersenyum.

"Kau memang kekasih terbaik. Kalau aku sudah selesai, aku akan menghubungimu." Jeonghan mendekati Mingyu. Mengecup pipi kekasihnya dan mulai beranjak menjauh. Mendekati sebuah mobil yang sudah datang menjemputnya.

Mingyu berlari ke arah gerbang kampus. Bukan untuk mengejar Jeonghan. Ia ingin mencari seseorang yang beberapa menit yang lalu tampak di penglihatannya. Senyumnya mengembang karena menemukan seseorang yang dicari. Seorang pemuda manis yang tengah duduk di halte.

"Jeon Wonwoo." Pemuda manis itu menoleh. Mendapati Mingyu yang berjalan ke arahnya dengan nafas yang sedikit tersengal.

"Kau mau pulang?" tanya Mingyu. Wonwoo hanya mengangguk. Tanpa mengatakan sepatah katapun. Membiarkan Mingyu mengambil tempat di sebelahnya. Pandangannya kembali ia alihkan pada jalanan. Seolah enggan menatap lawan bicaranya.

"Bagaimana kalau pulang bersamaku? Kebetulan aku akan pulang juga." Mingyu memberikan tawarannya. Masih menatap Wonwoo yang akhirnya mau memandangnya. Tapi yang ia dapat justru gelengan dengan senyuman tipis.

"Kenapa?" tanya Mingyu.

"Bukannya kau seharusnya pergi dengan Jeonghan hyung?" Wonwoo balik bertanya.

"Tidak jadi. Jeonghan ada keperluan keluarga yang mendesak. Jadi—"

"Aku pulang dengan bus saja. Terima kasih tawarannya Kim Mingyu." Wonwoo langsung memutus ucapan Mingyu. Ia berdiri dari duduknya saat bus yang ia tunggu sudah terlihat.

"Tapi—"

"Sampai bertemu besok Kim Mingyu," ucap Wonwoo tanpa mau mendengar lanjutan kalimat Mingyu. Ia langsung masuk ke dalam bus. Sama sekali tidak menolehkan kepalanya. Sedangkan Mingyu hanya bisa menghela nafasnya.

"Seandainya … haaaah."

Mingyu mengusap wajahnya kasar. Ia memutar tubuhnya. Kembali ke kampus untuk mengambil mobilnya. Langkahnya tampak sangat tidak bersemangat.

_________♥_________

"Mingyu, malam ini ada film bagus. Kau tidak mau menonton?"

"Film apa, Hyung? horror? Aku tidak mau!"

Jeonghan terkekeh sambil menganduk-aduk minuman di hadapannya. Kekasihnya memang terkenal penakut. Rasa takutnya dengan film horror tidak sesuai dengan tinggi badannya.

"Bukan horror. Aku sedang ingin menonton film yang menyentuh saja." Mingyu mengangguk-anggukkan kepalanya. Fokusnya terbagi. Matanya menatap kekasihnya. Namun tidak dengan pikirannya. Dan sesekali ia melirik pemuda yang duduk tidak jauh darinya.

"Hyung hanya perlu bersiap-siap. Nanti malam akan aku jemput."

Jeonghan langsung tersenyum senang. Mingyu memang kekasih terbaik untuknya. Selalu ada untuknya. Bahkan selalu menuruti keinginannya. Ia tidak perlu mengkhawatirkan apapun selama ada Mingyu di sisinya.

Perhatian Mingyu benar-benar teralihkan saat seorang pemuda tampan berjalan mendekat. Bukan mendekat ke arahnya. Tapi menuju pemuda manis yang sedari tadi larut dengan buku di tangannya.

Dari jarak mereka yang dekat, Mingyu bisa mendengar apa yang pemuda tampan itu ucapkan. Bahkan ia melihat dengan jelas saat pemuda yang menjadi seniornya itu mengusap tangan pemuda manis itu dengan lembut.

"Kenapa kau tidak pesan makanan? Kau bilang tadi pagi tidak sempat sarapan kan?" tanya pemuda tampan itu.

"Aku tidak lapar Hyung. Aku cuma menemani Hyung makan saja."

"Tidak-tidak. Hyung tidak mengizinkannya. Kau harus makan Wonwoo-ya. Kau tunggu di sini. Hyung akan pesankan makanan."

Mingyu tersentak saat Jeonghan melambaikan tangan di wajahnya. "Kau melamun?" tanya Jeonghan.

"Tidak Hyung. Hanya teringat tugas yang belum selesai." Mingyu berbohong. Bahkan ia sama sekali tidak memikirkan tentang tugasnya. Yang ia perhatikan justru interaksi ke dua pemuda yang duduk tidak jauh darinya.

"Oi ... Seungcheol-ah, kau banyak sekali membawa makanan! Apa kau selapar itu?"

Mingyu memutar kepalanya saat Jeonghan menyapa teman sekelas kekasihnya itu. Tampak Seungcheol membawa nampan dengan penuh makanan.

"Bukan hanya untukku. Kami berdua." Seungcheol menunjuk Wonwoo yang masih betah di tempat duduknya.

"Kalian romantis sekali," ucap Jeonghan yang hanya dibalas senyuman Seungcheol. Pemuda bermarga Choi itu mengambil tempat di sebelah kekasihnya. Menghadap punggung Jeonghan dan tepat menhadap Mingyu. Meski tidak bisa di katakan menghadap tepat. Karena Mingyu dan Jeonghan duduk di barisan pertama. Sedangkan Seungcheol di sisi lainnya di bangku ke dua.

"Hyung—"

"Tidak ada penolakan!" Wonwoo cemberut saat Seungcheol mengarahkan sesendok nasi ke mulutnya. Tapi ia tetap membuka mulutnya. Mengunyah dengan malas sambil kembali membaca buku.

"Apa buku ini lebih tampan dari pada kekasihmu?" tanya Seungcheol sambil merebut buku dari tangan Wonwoo. Menutupnya dan meletakkannya di meja. Wonwoo kembali cemberut. Tapi ia sama sekali tidak protes.

Wonwoo memundurkan kepalanya saat Seungcheol memberikan suapan ke duanya.

"Tidak ada seafood-nya kan Hyung?"

"Choi Seungcheol yang tampan ini masih mengingat dengan jelas kalau kekasih manisnya ini alergi dengan seafood." Wonwoo tersenyum sangat manis. Ia membuka mulutnya untuk menerima suapan dari Seungcheol. Menimbulkan tatapan iri dari mahasiswa lainnya.

Tangan Seungcheol terangkat ke bibir Wonwoo. Mengusap dengan ibu jarinya. Sedangkan Wonwoo sama sekali tidak terganggu. Ia mengotak-atik ponsel kekasihnya.

Tingkah sepasang kekasih itu tidak luput dari pandangan Mingyu. Ia bisa melihat dengan jelas bagaimana Wonwoo tersenyum dan Seungcheol yang tampak sangat lembut. Meski ia masih tersenyum dan menanggapi kalimat Jeonghan. Tapi Mingyu sama sekali tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari Wonwoo dan Seungcheol.

_________♥_________

"Hyung, kita sebenarnya mau ke mana?" tanya Mingyu yang masih fokus pada setirnya.

"Ke apartemen Wonwoo."

Mingyu langsung menghela nafas lega karena tidak menginjak rem tiba-tiba. Jawaban dari kekasihnya hampir membuat jantungnya meledak.

"Ke apartemen Wonwoo? Untuk apa, Hyung?"

"Ada sesuatu yang harus kami kerjakan. Seungcheol tidak ingin mengerjakan di tempat lain. Dengan keras kepalanya ia kekeh ingin di apartemen Wonwoo. Mungkin dia sekarang masih tidur." Mingyu ingin menanyakan maksud kalimat terakhir Jeonghan. Namun ia urungkan dan memilih diam.

Sesampainya di apartemen Wonwoo, sepasang kekasih itu langsung berjalan beriringan. Tidak jarang mereka melempar candaan selama perjalanan. Saat sudah berada di depan pintu apartemen Wonwoo, Jeonghan langsung menekan bel. Tanpa membutuhkan waktu lama, pintu berwarna coklat itu terbuka. Menampilkan pemuda tampan dengan rambut acak-acakan.

"Apa yang baru saja kalian lakukan?" tanya Jeonghan yang langsung melenggang masuk.

"Apa? Ya tentu saja tidur."

Jawaban Seungcheol membuat raut wajah Mingyu berubah. Namun pemuda bertubuh tinggi itu menahannya. Memilih duduk di sofa meski belum di persilahkan.

"Mana Wonwoo?" tanya Jeonghan sambil mengambil tempat duduk di sebelah Mingyu.

"Aku tidak tahu! Mungkin di dapur. Mungkin juga di kamar mandi. Sedari pagi aku tidur." Jawab Seungcheol sambil menguap.

"Memang apa yang kau kerjakan?" tanya Jeonghan sambil menaik turunkan alisnya. Sedangkan Mingyu langsung membuang mukanya. Memandang ke arah lain. Menyembunyikan raut wajahnya yang semakin keruh.

"Tanpa bertanya kau pasti tahu," jawab Seungcheol sambil tersenyum jahil. Membuat Jeonghan menganggukkan kepalanya. Tersenyum lebar tanpa menyadari perubahan raut wajah Mingyu.

"Aku mandi dulu. Kalian tunggulah di sini!" Tanpa menunggu jawaban Jeonghan, Seungcheol langsung meninggalkan ke duanya.

"Kalau kalian butuh sesuatu, cari saja sendiri. Kalau haus, ambil sendiri," teriak Seungcheol yang sudah memasuki kamar. Lagi-lagi Jeonghan tersenyum. Menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan tingkah teman sekelasnya.

"Bagaimana Wonwoo bisa tahan selama itu dengan makhluk berisik itu?" monolog Jeonghan.

Mingyu yang duduk di sebelahnya tidak menjawab. Meski Mingyu mendengarnya dengan jelas, tapi pemuda pemilik kulit tan itu tidak berniat menjawab.

Mingyu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Memperhatikan apartemen Wonwoo yang baru pertama kali ia kunjungi. Tatapanya terhenti pada sebuah figura. Wonwoo yang tengah mengenakan beanie berwarna merah. Senyumnya yang terkembang membuat pemuda di photo itu terlihat sangat manis. Membuat Mingyu betah memandanginya berlama-lama.

Jeonghan dan Mingyu menolehkan kepalanya saat mendengar pintu yang terbuka. Tampak Wonwoo dengan dua kantung belanjaan di tangan kanan dan kirinya.

"Kalian sudah datang," ucap Wonwoo.

"Kau dari mana Wonwoo-ya?" Jeonghan bertanya.

"Dari swalayan Hyung. Mencari makanan dan minuman ringan untuk kalian!" Wonwoo langsung meletakkan belanjaan yang ia bawa ke meja.

"Kenapa kau sampai serepot ini?" tanya Jeonghan. Meski begitu, tapi tangannya tetap mengobak-abrik belanjaan Wonwoo. Mencari minuman soda dan mengambilnya satu.

Saat Jeonghan asyik dengan kegiatannya, Mingyu justru fokus pada dunianya sendiri. Memandangi Wonwoo yang sibuk menata tumpukan kertas yang berserakan.

Tidak berapa lama, Seungcheol muncul. Pemuda tampan itu sudah tampak begitu segar. Ia mengambil tempat duduk di seberang Jeonghan. Sambil membuka laptop yang ia bawa dari kamar.

"Hyung, tolong lihatkan air di dapur. Aku sedang memasak air. Aku mau mandi." Wonwoo langsung masuk ke dalam kamarnya. Tanpa perlu menunggu jawaban kekasihnya.

"Ya Tuhan!"

Mata lebar Seungcheol semakin lebar saat membaca pesan yang masuk. Ia memandangi ponselnya dengan tampang horror.

"Kau kenapa?" tanya Jeonghan heran.

"Kita harus bertemu dengan professor sekarang juga." Seungcheol langsung melompat dari duduknya. Masuk ke kamar Wonwoo yang menimbulkan suara berisik. Beberapa detik kemudian, Seungcheol keluar dengan terburu-buru.

"Ayo cepat!" perintah Seungheol pada Jeonghan. Pemuda cantik itu ikut-ikutan panik. Dengan tergesa-gesa ia langsung menyambar tasnya.

"Mingyu-ya, kau tunggulah di sini sebentar. Aku dan Seungcheol harus mendapat persetujuan dari penelitian kami. Tidak akan lama." Meski bingung, Mingyu tetap mengangguk.

"Tolong katakan pada Wonwoo aku pergi."

Untuk ke dua kalinya Mingyu mengangguk. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menuruti perintah ke duanya. Mingyu beranjak setelah ke dapur. mematikan kompor saat air yang Wonwoo masak sudah mendidih.

Mingyu kembali duduk ke tempatnya semula. Kepalanya menoleh saat Wonwoo keluar dari kamar. Mengenakan kaos berwarna kuning dan celana pendek berwarna putih. Di pundaknya tersampir handuk kecil. Rambut hitam kelamnya tampak basah. Membuat Mingyu memandangi pemuda manis itu tanpa berkedip.

"Kemana mereka?" tanya Wonwoo yang sudah duduk di depan Mingyu. Tangannya sibuk mengeringkan rambutnya.

"Bertemu dengan professor," jawab Mingyu tanpa mengalihkan pandangannya. Namun matanya teralihkan saat ponselnya bergetar.

"Dari mereka?" tanya Wonwoo saat Mingyu diam memandangi ponselnya. Tanpa menjawab, Mingyu hanya menunjukkan layarnya pada Wonwoo. Membuat pemuda bermarga Jeon itu mencongdongkan tubuhnya. Matanya semakin menyipit untuk membaca pesan di ponsel Mingyu.

"Jadi mereka ada kelas mendadak ya," gumam Wonwoo sambil menyandarkan punggungnya ke sofa. Kakinya ia tarik untuk bersila. Membuat pahanya terpampang dengan jelas. Namun tangannya masih belum berhenti untuk mengeringkan rambutnya.

"Kau tidak takut?" Wonwoo mendongak mendengar pertanyaan Mingyu.

"Takut? Takut apa?"

"Kalau saja mereka berbohong."

"Berbohong?"

"Bisa saja mereka tidak benar-benar bertemu profesor."

"Mereka sudah terlalu dewasa untuk tidak memikirkan resiko yang mereka lakukan." Wonwoo menjawab setelah diam beberapa detik.

Mingyu mengangguk. Membenarkan ucapan Wonwoo. Mereka sudah cukup dewasa untuk bisa membedakan yang beresiko atau tidak.

Mingyu dan Wonwoo terdiam di ruangan itu. Wonwoo masih sibuk dengan rambut basahnya, sedangkan Mingyu mengalihkan pandangan ke segala aran. Sesekali mencuri pandang ke arah Wonwoo.

"Menurutmu apa yang akan kita lakukan berdua seperti ini? Jeonghan dan Seungcheol hyung tidak ada," tanya Mingyu bercanda.

Ia hanya mencoba menghilangkan kecanggungan. Karena kalau tidak diajak berbicara, Wonwoo tidak akan pernah mau berbicara.

"Apa saja bisa kita lakukan. Kita sudah dewasa."

Balasan dari Wonwoo membuat Mingyu terkejut. Ia masih mematung meski Wonwoo sudah beranjak ke kamar. Mingyu masih berusaha mencerna kalimat Wonwoo.

Akal sehatnya menolak. Namun tidak dengan hatinya. Ia lebih mendahulukan nalurinya sebagai laki-laki. Dengan mengumpulkan keberanian yang entah dari mana, Mingyu mengikuti Wonwoo. Pemuda bermata sipit itu tampak tengah membuka lemari. Seperti mencari sesuatu.

Seolah menghilangkan rasa malunya, perlahan Mingyu mendekati Wonwoo. Melingkarkan tangannya ke perut pemuda manis itu.

"Kita sudah dewasa kan? aku ingin tahu apa saja yang bisa kita lakukan?" bisik Mingyu tepat di telinga Wonwoo.

Ia kira Wonwoo akan memukulnya atau menamparnya. Ternyata tidak. Wonwoo justru diam saja. Bahkan saat dengan beraninya Mingyu mengecup bahu Wonwoo.

Seolah mendapatkan lampu hijau, Mingyu meneruskan aksinya. Ia semakin merapatkan pelukannya. Aroma tubuh Wonwoo membuatnya kehilangan akal sehatnya. Dengan berani ia menciumi pipi Wonwoo. Dan lagi-lagi sang empunya tidak menolak.

Mingyu mengumpat dalam hati. Hanya dengan mencium Wonwoo saja sudah membuat darahnya berdesir hebat. Ia bisa merasakan pemberontakan dari bawah sana.

Mingyu yakin Wonwoo bisa merasakannya dengan jelas. Dengan sengaja ia tekan yang hanya beralaskan kain. Sebelah tangan Mingyu perlahan turun ke paha Wonwoo. Menyingkap celana pendek itu dan menelusupkan tangannya. mengelus paha dalam Wonwoo yang menghasilkna desahan kecil.

Mingyu semakin menggila. Ia tidak lagi bisa berpikir jernih. Yang ia tahu, ia menginginkan Wonwoo saat ini. Tidak perduli kalau saja Seungcheol dan Jeonghan muncul tiba-tiba.

"Bagaimana kalau mereka melihat kita seperti ini?" tanya Mingyu sambil mengecupi leher Wonwoo.

"Kita sudah dewasa untuk mengambil resikonya," ucap Wonwoo dengan nafasnya sedikit tersengal.

Lidah dan tangan Mingyu yang menari-nari di tubuhnya membuat badannya terasa panas. Mendengar jawaban Wonwoo membuat Mingyu tersenyum senang. Bahkan tangan Mingyu semakin bergerak liar. Menyapa semua yang ada di balik celana putih itu.

Wonwoo menggigit bibirnya. Ia tidak bisa tidak gila dengan sentuhan Mingyu. Dengan posisi yang sangat menempel membuatnya bisa merasakan milik Mingyu semakin mengeras.

Tangan sebelah Mingyu menelusup ke baju Wonwoo. Meraba tonjolan kecil yang membuat Wonwoo mengeluarkan desahannya. Yang lagi-lagi membuat Mingyu semakin lupa diri. Semakin bersemangat menjelajahi tubuh Wonwoo.

Tanpa aba-aba, Mingyu langsung membopong Wonwoo setelah menendeng pintu agar tertutup dengan kakinya. Mingyu membaringkan Wonwoo perlahan. Mata pemuda manis itu tampak sayu.

Pemuda yang lebih tinggi itu menindih pemuda yang lebih kecil. Mereka masih mengenakan pakaian lengkap. Mingyu tidak langsung melanjutkan aksinya. Ia memandangi makhluk indah yang sudah berada di bawah kuasanya.

Tangannya membelai wajah Wonwoo dengan lembut. Membuat Wonwoo langsung memejamkan matanya. Menikmati sentuhan lembut dari tangan hangat Mingyu. Ibu jari Mingyu beralih ke bibir Wonwoo. Yang lagi-lagi mengusapnya dengan sangat lembut.

"Tidak tahu kenapa, tapi aku sangat ingin melakukannya denganmu," ucap Mingyu. Wonwoo tidak menjawab. Ikut memandangi wajah sempurna Mingyu yang berada di atasnya.

Perlahan, Mingyu menundukkan wajahnya. Menepis jarak di antara mereka. Wonwoo langsung memejamkan matanya saat benda lembut dan kenyal menyapa bibirnya.

Sampai beberapa detik, Mingyu masih menempelkan bibir ke duanya. Menggesek-gesekkan bibirnya dengan sangat perlahan. Kepalanya miring ke kiri dan ke kanan. Mencari posisi sambil memulai melumat bibir bawah Wonwoo. Mingyu melumat dan menjilat bibir Wonwoo dengan sangat lembut. Seolah takut bibir itu akan terluka. Memberikan Wonwoo kenyamanan di setiap sentuhannya.

"Akhirnya aku benar-benar bisa melakukannya denganmu. Tidak hanya dalam mimpi atau khayalanku saja," batin Mingyu.

_________♥_________

Mingyu mengerang frustasi. Ia melempar botol minuman di tangannya. Pikirannya benar-benar kacau. Semua tentang Wonwoo menari-nari di kepalanya. Semua yang Mingyu lakukan tidak berjalan dengan baik. Ada saja yang salah atau yang kurang.

Pemuda tampan itu mendudukkan dirinya di salah satu bangku taman. Ke dua tangannya meremat rambutnya sendiri. Kepalanya terasa mau pecah. Tapi tidak ada yang bisa ia lakukan.

Kejadian dengan Wonwoo sama sekali tidak bisa ia lupakan. Bahkan saat bersama Jeonghan, justru pemuda manis itu yang Mingyu bayangkan. Mingyu bukan anak kecil. Ia sangat tahu kalau Wonwoo sebelumnya belum pernah melakukannya. Meski itu dengan kekasihnya sendiri.

Pertanyaan-pertanyaan mulai berputar di kepalanya. Kenapa Wonwoo mau melakukan dengannya? Kenapa Wonwoo memberikan hal yang begitu berharga untuknya? kenapa bukan Seungcheol kekasihnya? Kenapa harus ia yang menjadi orang pertama yang melakukannya?

Pertanyaan itu akan terjawab kalau Wonwoo mau memberi tahunya. Tapi jangankan bertanya. Ia sama sekali tidak bisa menemukan keberadaaan pemuda manis itu. Pemuda manis yang lebih banyak diam dengan buku di tangannya.

Sejak kejadian waktu itu, Wonwoo seperti ditelan bumi. Sudah dua minggu, Mingyu tidak melihat Wonwoo di kampus bahkan di apartemennya.

"Wonwoo-ya, sebenarnya kau di mana?" batin Mingyu lelah.

Ia sudah setiap hari berusaha mencari Wonwoo, tapi pemuda manis itu benar-benar tidak terlihat. Bahkan ia tidak pernah melihat Seungcheol bersama Wonwoo.

"Apa dia membenciku?" batin Mingyu lagi.

"Apa dia tidak mau bertemu dengan orang brengsek sepertiku?"

Namun setelahnya Mingyu menggelengkan pikirannya. Ia masih mengingat dengan jelas kalimat pemuda manis itu.

"Lakukan saja Mingyu-ya. Aku tidak akan pernah menyesalinya."

Tidak ingin larut dalam kebingungan, Mingyu memutuskan untuk bertemu dengan Seungcheol. Ia harus bisa mendapatkan informasi tentang Wonwoo. Ia tidak bisa membiarkan Wonwoo pergi begitu saja. Meski mereka telah melakukan kesalahan karena mereka sama-sama sudah ada yang memiliki, tapi ia harus bertemu dengan Wonwoo.

_________♥_________

Mingyu berdiri dengan sedikit mendongak. Menghadap gedung apartemen yang dua minggu lalu ia singgahi. Apartemen yang menjadi saksi semuanya. Tangan Mingyu terkepal erat. Matanya tampak memerah.

Kalimat Seungcheol beberapa waktu yang lalu menari-nari di kepalanya. Dengan sedikit bersandiwara, Mingyu bisa mendapatkan informasi dari Seungcheol.

"Kenapa di ponselmu tidak ada video dewasa, Hyung?" tanya Mingyu saat itu yang tengah memainkan ponsel Seungcheol.

"Untuk apa aku menyimpan video seperti itu?"

"Tentu saja untuk kau belajar."

"Aku tidak butuh yang seperti itu. Kalau ingin melihat ya melihat saja. Tidak perlu menyimpan."

"Aku kira kau belum mahir dan butuh banyak belajar untuk melakukannya dengan Wonwoo." Mingyu langsung menoleh saat Seungcheol justru menghela nafasnya. Pemuda yang lebih tua itu bersandar di sofa dan meregangkan otot-ototnya.

"Justru itu aku tidak membutuhkannya. Wonwoo sama sekali tidak ingin melakukannya denganku."

Mingyu hampir menjatuhkan ponsel Seungcheol. Namun ia sekuat tenaga menahan dirinya. Mencoba untuk bersikap biasa saja. Meski jantungnya berdegup tidak karuan.

"Kenapa?" tanya Mingyu pura-pura sibuk. Namun jari-jarinya yang bergetar tidak bisa menutupi kegugupannya.

"Sepertinya karena dia belum bisa mencintaiku."

Untuk kesekian kalinya Mingyu menahan dirinya sendiri. Ia berdehem dan meneguk air mineral di hadapannya.

"Becandamu tidak lucu, Hyung." Mingyu mencoba terkekeh. Ia memperhatikan wajah Seungcheol yang tampak begitu serius. Sama sekali tidak menunjukkan kalau pemuda bermarga Choi itu tengah melemparkan guyonan.

"Tapi itu kenyatannya."

"Mana ada orang yang tidak mencintai tapi berpacaran hampir dua tahun." Mingyu langsung berdiri dari duduknya. Enggan menatap wajah Seungcheol. Ia memilih memandangi langit sore dari jendela rumah Seungcheol.

"Itu sebenarnya permintaanku. Sedari awal dia tidak mencintaiku. Dulu dia bilang sudah mencintai orang lain. Tapi aku sangat mencintainya dan tidak bisa menunggunya lagi. Meski aku tahu dia mencintai orang lain." Jeda beberapa saat. Sedangkan Mingyu masih berdiam diri. Menunggu Seungcheol melanjutkan kalimatnya.

"Aku tidak tahu siapa yang dia cintai. Karena dia bilang juga tidak akan bisa memiliki orang itu. Jadi aku memutuskan untuk membuatnya mencintaiku. Dan Wonwoo menyutujuinya. Selama kami menjalani hubungan ini, aku selalu berusaha membuat Wonwoo mencintaiku. Dan aku akan mundur kalau dalam jangka waktu lama tapi belum bisa merubah hatinya."

Saat itu tubuh Mingyu langsung menegang. Ia bahkan terasa kesulitan bernafas dengan normal. Tapi lagi-lagi Mingyu mencoba bersikap tenang seolah tidak terjadi apa-apa.

"Lalu di mana Wonwoo sekarang, Hyung? aku tidak pernah melihat kalian bersama lagi?"

"Aku juga tidak tahu. Setelah hari wisudanya, Wonwoo benar-benar menghilang. Dia sama sekali tidak bisa dihubungi. Sepertinya Wonwoo sudah memutuskan untuk menyerah bersamaku. Karena hampir dua tahun ini dia belum bisa membalas cintaku."

Mata Mingyu semakin berkaca-kaca mengingat pembicaraannya dengan Seungcheol. Saat ini, ia seolah tidak memiliki semangat hidup. Ia ingin bertemu dengan Wonwoo, tapi pemuda yang telah mencuri hatinya sejak beberapa tahun yang lalu tidak tampak lagi. Bahkan saat ini, ia benar-benar lupa kalau Jeonghan adalah kekasihnya. Karena yang ada di hati dan pikiran Mingyu hanya ada Wonwoo.

"Aku bahkan belum mengatakan padamu kalau aku juga tidak menyesal. Aku melakukannya dengan segenap cintaku Wonwoo-ya. Maafkan aku Jeonghan Hyung. Maafkan aku yang tidak bisa membalas cintamu."

Sedangkan di tempat lain, Wonwoo terdiam memandangi orang yang berlalu lalang. Meski jam di dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tapi bandara yang ia pijak masih tampak ramai.

Wonwoo beranjak dari duduknya. Menghembuskan nafasnya sebelum melangkahkan kaki rampingnya. Menggeret koper berwarna hitam berukuran sedang.

"Meski aku tidak bisa memilikimu, setidaknya aku sudah memilikinya." Sebelah tangan Wonwoo yang bebas memegang perutnya. Mengusapnya dengan begitu lembut dan tersenyum.

"Aku akan membawanya bersamaku. Izinkan aku untuk menjaga dan merawatnya."

TBC

Sudah diupload sampai selesai ya. Tinggal baca aja

Continue Reading

You'll Also Like

101K 8.6K 84
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
69.3K 4.5K 25
[TAMAT] Sequel dri GSM (Saranghae Saranghae MinahaeS2) . . . Yang bilang kehidupan pernikahan gampang tuh siapa sih?! Heh! Kehidupan pernikahan t...
6.5M 755K 61
{๐Ÿ“๐—ž๐—ฎ๐—ฟ๐˜†๐—ฎ ๐—”๐˜€๐—น๐—ถ ๐—ง๐—ฎ๐—ต๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ ๐——๐—ฒ๐—น๐—ถ๐˜ƒ๐—ถ๐—ฎ ๐Ÿ“} ๐Ÿ“ŒSUDAH DITERBITKAN ๐Ÿ“๐‘“๐‘œ๐‘™๐‘™๐‘œ๐‘ค ๐‘Ž๐‘˜๐‘ข๐‘› ๐‘Ž๐‘ข๐‘กโ„Ž๐‘œ๐‘Ÿ ๐‘‘๐‘ข๐‘™๐‘ข ๐‘ฆ๐‘ข๐‘˜, ๐‘ ๐‘’๐‘™๐‘Ž๐‘š๐‘Ž๐‘ก ๐‘š๐‘’๏ฟฝ...
35.3K 3K 15
Let me tell you some story. Its about love, happiness, selfishness, tears, joy, fallen, and broken. Its about Kim Mingyu and Jeon Wonwoo. Come inside...