ALGRAFI

By queenliiiiiii

32.9M 2.6M 1.1M

[SEGERA DI FILMKAN] Berawal dari keinginan bocah laki-laki berusia 7 tahun bernama Algrafi Zayyan Danadyaksa... More

Prolog
ALGRAFI 01
ALGRAFI 02
ALGRAFI 03
ALGRAFI 04
ALGRAFI 05
ALGRAFI 06
ALGRAFI 07
ALGRAFI 08
ALGRAFI 09
ALGRAFI 10
ALGRAFI 11
ALGRAFI 12
ALGRAFI 13
ALGRAFI 14
ALGRAFI 15
ALGRAFI 16
ALGRAFI 17
ALGRAFI 18
ALGRAFI 19
ALGRAFI 20
ALGRAFI 21
ALGRAFI 22
ALGRAFI 23
ALGRAFI 24
ALGRAFI 25
ALGRAFI 26
ALGRAFI 27
ALGRAFI 28
ALGRAFI 29
ALGRAFI 30
ALGRAFI 31
ALGRAFI 32
ALGRAFI 33
ALGRAFI 34
ALGRAFI 35
ALGRAFI 36
ALGRAFI 43
ALGRAFI 47
ALGRAFI 48
ALGRAFI 49
ALGRAFI 50
ALGRAFI 51
ALGRAFI 52
53 : Hidup dan Mati
54 : Empeng
55 : PACAR
56 : TANDA-TANDA
57 : BUKAN
58 : MENUJU
59 : ?
61 : Masih
62 : AWAL!!!?
Algra Naya Chat + Info
VOTE COVER & GIVEAWAY
63 : Kuburan
64 : Babak Baru
65 : Wajarkah?
66 : Bagaimana-
67 : Pisah/Jangan?
68 : Menyesal?
69 : Akhir Bahagia
PO + CERITA BARU
EXTRA PART
MAU GAK?
Epilog
Extra Chapter Books
Kenangan
ALGRAFI SEASON 2
ALGRAFI FILM 🎬

60 : I Love You

257K 29K 39.7K
By queenliiiiiii

Chapter 60 : I Love You

Haii

INTIP PART SEBELUMNYA KUY, BIAR ENAK.
....

A L G R A F I  6 0

.
.
.

VOTE-NYA JANLUP ❤️

.
.
.

Ayang/Uang?

Bunga/Cokelat?

Jumlah mantan ada berapa?

.
.
.

BERI ☁️

15K+ & 11K+

.
.
.

Bintang (Abang kandung Naya, sahabat Raya)
Raya (Kakak kandung Algra)
Rayyan, Rahayu (Ayah dan Bundanya Algra)
Ale Aza (Si kembar cewek, adeknya Algra)

Naya (istri Algra)
Algra (suami Naya)

Algrafi Zayyan Danadyaksa (karakter fiksi)

.
.
.

OKE, MAKASIH.

SELAMAT MEMBACA 🐑

•••

•••

"DASAR JALANG MURAHAN!"

Raya dengan emosinya yang penuh maju beberapa langkah untuk meraih Naya yang sedang berdiri mematung.

Melihat tangan Raya yang melayang di udara seperti hendak menampar, Naya sudah siap mengambil ancang-ancang untuk melindungi diri. Perempuan 17 tahun itu menunduk dan menutupi wajahnya dengan tangan.

"Cukup kak, dia istri gue, bukan jalang murahan," kata Algra setelah berhasil menahan tangan Raya yang ingin menjadikan tubuh Naya sasaran.

"Al?"

"Iya, dia is—"

"KAMU JAHAT, AL!"

PLAK!!!

Kalau tadi hanya sebagian, kini seluruh atensi tamu yang hadir sudah tertuju pada mereka kala suara tamparan yang keras terdengar. Asalnya dari Raya yang menampar adik kesayangannya.

Seusai melayangkan tamparan itu, Raya histeris luar biasa. Bagaimana mungkin orang yang selalu ada disisinya sedari dulu mengklaim orang lain sebagai miliknya? Itu kenyataan yang pahit.

"Gra, lo—"

Algra tersenyum getir. "Gapapa Nay, gue memang sayang banget sama Kak Raya, tapi gue gak bisa mengenyampingkan istri gue," ucapnya lembut. "Apalagi lo lagi hamil anak gue," imbuh orang yang sama.

"Tapi—"

"1 kali protes sama dengan 1 ronde," ucap Algra mampu membungkam Naya dengan sendirinya.

Selanjutnya atas instruksi Sergio, tangan kanan Rayyan, pesta malam itu dibubarkan.

Pandangan Algra masih tertuju pada Raya yang sedang ditenangkan Bintang dibantu dua perawat. Darah ditubuhnya serasa mengalir lebih cepat dari biasanya. Terlebih melihat Raya yang keringatnya bercucuran lantaran histerisnya tadi tidak main-main.

"Bin, kamu nggak jahat kan?" Di sisa tenaganya, Raya menatap Bintang sendu.

Bintang menggeleng sebagai jawaban.

"Jangan seperti Al yang lebih memilih jalang," ucap Raya yang hanya bisa dibalas wajah datar dari Bintang.

Lantaran salah satu mata kuliahnya dulu ada yang berbau psikologi, sedikit banyak Bintang paham apa yang terjadi. Tidak mungkin untuk menyangkal pernyataan Raya walau yang dikatakan sebagai jalang adalah adik kandungnya.

"Raya sama gue," ujar Bintang sembari mengisyaratkan agar Algra membawa Naya untuk istirahat.

Dari posisinya yang sedang ada dipangkuan Bintang, Raya mengarahkan matanya pada Algra dan Naya yang berjalan berdampingan.

"Bin, apa salah kalau aku sayang sama adikku?" tanya Raya. Berkat bantuan obat penenang, Raya bisa lebih kalem dalam bersikap.

"Nggak, kamu nggak salah." Lagi, Bintang tersenyum.

"Iya Bin, aku nggak salah, karena yang salah hanya jalang itu. Iya kan?" Raya menggelantungkan tangannya di leher Bintang, tatapannya sangat dalam.

"Mbak Raya, kita kembali ke kamar ya," ajak salah seorang perawat. Bersamaan dengan itu Rayyan yang sejak tadi sibuk dengan pekerjaannya turut menghampiri.

"Aku nggak mau!" tolak Raya mentah-mentah.

"Apa yang perawat bilang benar, Nak," sahut Rayyan dari posisi berdirinya.

"Aku ingin bersama Bintang ayah," lirih Raya sambil mengeratkan pelukannya pada cowok itu.

Netra Rayyan dan Bintang saling bertaut.

"Bintang, om minta kamu temani Raya malam ini, kamu mau kan?" pinta Rayyan.

Bak gayung bersambut Bintang menyetujuinya. Laki-laki 23 tahun itu menggendong Raya dan membawanya ke kamar sesuai arahan dari perawat.

"Kalian berdua ngapain masih disini?" protes Raya pada dua perawatnya.

"Kami—"

"Keluar, aku hanya mau berdua dengan Bintang!" titah Raya yang agaknya sangat sulit ditolak.

Dua perawat itu menjuruskan pandangannya pada Bintang dan langsung mendapat anggukan tanda persetujuan.

"Raya aman bersama saya, kalian boleh keluar."

Raya tersenyum lebar, baginya sikap Bintang sangatlah ber-damage. Dia suka.

"Bin, ayo tidur sekarang," ajak Raya seakan lupa berbagai norma yang berlaku dalam masyarakat.

Beda dengan Raya yang sepertinya lupa, Bintang sangat paham. Cowok itu paham, berdua saja di suatu ruangan di malam hari adalah hal yang tidak etis. Namun, Bintang juga paham situasi dan kondisi yang ada saat ini.

Dengan telaten, Bintang melepas sepatu yang dipakai Raya. Lalu dinaikkan lah sepasang kaki itu ke atas ranjang. Setelahnya ia menyelimuti tubuh wanita itu sampai leher.

"Bin, apa aku harus tidur dengan gaun pesta?" Raya menyingkap selimutnya dan kembali duduk.

"Kamu mau pakai piyama, hm?" tanya Bintang perhatian.

"Iya, ambil di sana." Raya menunjuk ke arah lemarinya. Tak membuang waktu Bintang langsung mendatangi lemari itu.

"Yang warna apa, Ray?"

"Merah!" jawab Raya antusias.

"Ini, pakai." Bintang menyerahkan piyama itu dan selanjutnya memilih berdiri di depan pintu membelakangi Raya.

"Bantu, Bin. Aku nggak bisa pakai sendiri," rengek Raya namun kali ini tak digubris Bintang.

"Sudah Bin," ucap Raya 7 menit setelahnya, membuat Bintang membalikkan tubuh lantaran mengira Raya sudah selesai dengan urusannya.

"Astaghfirullah, mata gue," batin Bintang yang dengan cepat membalikkan tubuhnya lagi.

"Raya, jangan bercanda malam-malam," peringat Bintang yang walau bagaimanapun juga tetap laki-laki.

"Iya, sekarang sudah, Bin. Ayo ke sini."

Tidak ingin terjebak dua kali, Bintang menoleh tipis-tipis. Dan ketika melihat semuanya benar-benar oke, dia baru menghampirinya. 

"Sudah larut, sebaiknya kamu tidur."

"Di peluk kamu?"

"Iya, Raya."

"Sampai pagi?"

"Iya, sampai pagi."

Bintang tau ini tidak semestinya, tapi tidak ada salahnya juga kalau hanya sebatas tidur berpelukan.

Raya yang sudah ada di balik selimut menunjukkan gigi ratanya dan menunjuk keningnya.

"Kenapa?"

"Cium dulu supaya aku bisa tidur."

Cup

Bintang langsung menurutinya. Ia mengecup kening Raya, selanjutnya membiarkan perempuan itu memeluknya sangat erat.

Tiga puluh menit berlalu, Raya belum juga tidur. Perempuan itu malah asik memainkan jakun Bintang yang ia anggap lucu.

"Bin, ayo menikah."

Di lain sisi, ada Naya dan Algra yang tumben-tumbenan saling diam tanpa pembicaraan. Masing-masing dari mereka masih memikirkan yang terjadi di acara tadi.

Naya senang karena Algra membelanya, namun tak dapat dipungkiri kalau ia sedikit merasa tidak enak dengan iparnya itu.

"Gra...."

"Nay...."

Kalau tadi saling diam, sekarang keduanya saling panggil.

"Ladies first."

"Gue cuma gak mau lo kayak tadi ke Kak Raya," kata Naya.

"Nay, lo istri gue kalo lo lupa." Algra menggeser posisi jadi lebih dekat dengan Naya.

Lelaki itu memberi tatapan meyakinkan. "Gue memang sayang banget sama Kak Raya, tapi gue tau gimana caranya harus bersikap. Selama ini gue memang kurang tegas dan gue gak mau ketidaktegasan itu ngebuat lo terluka."

"Gra—"

"Udah cukup air mata lo yang jatuh karena gue, jangan sampe ke ulang," kata Algra cepat.

Keduanya hanya saling menatap sampai salah satu diantaranya kembali bersuara.

"Nay!"

"Kenapa?"

"Sebentar lagi gue bakal jadi Papa kan?" Algra merubah posisi, kali ini cowok itu menempatkan kepalanya di paha Naya sambil sesekali mengelus perut sang istri.

"Iya Gra, lo bakal jadi Papa dan gue jadi Mama." Naya tersenyum, melupakan apa yang terjadi hari ini dan membayangkan momen-momen indah ketika bayinya nanti bisa melihat apa yang orang sebut sebagai dunia.

"Kalo misalnya gue gak kesampaian jadi Papa—" 

"Gra?!" sela Naya cepat. Naya adalah orang yang sama sekali tidak suka kalau orang-orang disekitarnya membicarakan hal buruk yang belum pasti.

"Nay, gue belum selesai, kalem dong." Algra menyengir kuda untuk mencairkan ekspresi Naya yang benar-benar membeku karena kalimatnya tadi.  

"Belum selesai apa? Yang jelas kalo jadi manusia!" kesal Naya, hatinya sudah terjungkal ke palung terdalam karena perkataannya, eh malah si penutur bisa-bisanya cengar-cengir tidak jelas.

Algra menarik napasnya dalam, selanjutnya mengalihkan pandangan ke perut Naya. "Kalimat gue tadi, kalo gue gak kesampaian jadi Papa dari bayi kembar 3 gimana?" ulangnya seraya perlahan membawa pandangan ke Naya.

"Gimana-gimana? Ngelag nih otak gue," ujar Naya, bersamaan dengan itu ia membuat kepala Algra menjauh dari pahanya.

"Hem, maksudnya, kalo yang lahir nanti kembar 2 atau bahkan cuma 1 gimana?" kata Algra memperjelas.

"Harus 3 banget ya? Kalo 2 apalagi cuma 1 lo gak terima gitu?" tanya Naya memikirkan kemungkinan.

"Ya gak gitu, maksud gue—"

"Dih, bilang aja lo mau jadi penerus bapak-bapak di sinetron Indosiar! Gak dapet anak cowok nikah sama yang baru, gak dapet lagi nikah lagi, begitu seterusnya sampe dapet anak cowok. Setelah itu baru tobat, itu pun tobatnya gegara ke puter-puter dulu di dalem truk molen!" sewot Naya.

"Ngadi-ngadi, gue itu orangnya setia, Nay!" protes Algra tak terima disamakan dengan bapak-bapak di sinetron.

"Lah terus, kalo gak dapet kembar 3 lo bakal gimana?" Naya balik bertanya.

"Buat lagi kan bisa. Life is very simple, belum jadi 3 buat lagi, belum jadi lagi, buat lagi, belum jadi-jadi juga? Tetep buat lagi sampe anak kita berjumlah 30 sesuai permintaan lo dulu...."

"Maunya lo itu!"

"Gak, itu maunya kita...." Algra mengukir senyum, lalu mengikis jarak sampai membuat Naya sulit bernapas.

"Nay, i love you," bisik Algra membuat kedua bola mata Naya membesar.

"Hah? Apa Gra?" Naya memegangi dadanya, agak syok mendengar kata 'i love you' tersebut.

"Selama ini gue terlalu bodoh, tapi nggak untuk sekarang." Kedua mata hitam itu tepat menyorot pada mata Naya.

"Gra?" Bersama keningnya yang berkerut, mata cantik itu berkaca-kaca. Penantiannya selama ini telah mencapai titik akhir?

"Yes, babe. I love you since then, now, later and so on."

Naya kesulitan mengatupkan bibirnya. Napasnya sangat-sangat tidak karuan walaupun Algra tidak melakukan apapun alias diam dan hanya menatap saja.

"One more, forever will be like that."

Cup

"Lo mau terima cinta gue?" tanya Algra setelah mengecup singkat bibir istrinya.

"Ini yang gue tunggu, Gra. Lantas wajar kah kalo gue nolak?"

"No, baby. Once again... I love you....."

"Thanks, husband, i love you too...."

05.15 WIB

Dibalik selimut itu, Raya masih betah memeluk tubuh seorang lelaki yang sedari malam menemaninya. Dua pasang mata milik mereka sama-sama belum terbuka.

Bintang agak tersentak ketika membuka matanya dan melihat Raya ada di dekapannya. Wajar, ini pertama kalinya dia tidur seranjang dengan wanita selain mama dan adiknya.

Buru-buru cowok itu menarik tangannya untuk melihat arloji yang tidak ia lepas saat tidur malam tadi. "Hampir setengah enam," gumamnya.

"Kasian kalo dibangunin," lirih Bintang mengingat malam tadi tidur Raya tidak maksimal karena terus merengek.

Alhasil Abang kandung dari Naya itu memilih membiarkan lengannya menjadi bantal Raya lebih lama lagi agar tidur wanita itu tidak terganggu.

"Nghh...." Perlahan Raya menampakkan tanda-tanda kalau ingin bangun.

"Morning, my best friend," sambut Bintang agar hari baru Raya menyenangkan.

"Bin? Kamu masih disini?" Raya tersenyum lebar, baginya ini adalah salah satu pagi terindah yang pernah ia alami.

Dari arah luar tidak sengaja Algra lewat. Dan karena pintu kamar Raya terbuka lebar, Algra bisa melihat dengan jelas ke arah Raya dan Bintang.

"Kenapa harus Bintang, Kak?" batin Algra. "Lo lupa kalo dia adalah orang yang ngenalin lo ke Felix si cowok brengsek itu?"

"Dor!!! Ngap—" kalimat tanya yang ingin dilontarkan Naya tergantung, atensinya ikut terfokus pada apa yang Algra lihat.

"Gemes banget sih, ternyata bisa juga Abang gue romantis." Naya mengulum senyum, selanjutnya menepuk pundak Algra.

"Kenapa Gra? Lo masih gak yakin sama Abang gue karena dia yang udah ngenalin Kak Raya ke Felix?" tebak Naya.

"Pelan-pelan Nay."

"Apanya?"

"Pelan-pelan pasti gue bisa lupain perkara itu, gue janji."

"Gue dukung."

"Thanks, Nay. Sejauh ini gue juga tau kalo Abang lo adalah kebahagiaan bagi kakak gue."

"Naya, Algra, ayo ke meja makan, ayah sudah menunggu," ini Bunda yang bicara. Auranya kelihatan lebih positif entah karena apa. Mungkin saja karena Rayyan benar-benar sudah taubat.

"Iya Bunda, kita ke sana." 

Di ruang makan ternyata benar kalau Rayyan sudah menunggu. Selain Rayyan, di sana juga ada si kembar, tapi tidak untuk Alvi yang kemungkinan sibuk sendiri dengan kehidupannya.

Lantaran sudah lumayan lama tidak bertemu, Algra dan Naya memilih menghabiskan waktu bersama si kembar Ale dan Aza sembari menunggu Bunda kembali.

"Gra, gue baru kepikiran," bisik Naya tiba-tiba.

"Apa, Nay?"

"Kalo Kak Raya liat gue, kira-kira bakal gi—"

"Ck, Bundaaa.... Kenapa ada Al dan jalang nya di meja makan sih?" protes Raya memampang wajah tak suka. Tapi kali ini bukan untuk Naya saja, melainkan Algra juga.

"Kak, gue sa—"

"Diam kamu, adik durhaka!" umpat Raya masih kesal karena malam tadi Algra tidak berpihak padanya.

Walaupun begitu, setidaknya Algra lebih suka Raya yang seperti ini. "Iya kak maaf, gue pe—"

"Iya sana pergi, gak usah pamit. Kakak sudah bahagia kok sama Bintang," sela Raya, senyumnya mengembang ketika mendongak dan melihat wajah menawan Bintang.

*Bintang*

Hari ini agaknya kesehatan mental Raya membaik sekitar 30% dengan hadirnya Bintang. Sesuatu yang baik bagi anak adalah hal yang sangat membahagiakan bagi seorang ibu, termasuk Rahayu. Seharian melihat kedekatan antara Raya dan Bintang berhasil membuatnya yakin dengan tekadnya.

Di pinggir kolam renang, Rahayu sedang mengobrol dengan Bintang mumpung Raya sedang tidur siang di kamar.

"Anak-anaknya Pak Syafi'i dan Bu Susan memang nggak pernah gagal jadi mantu ya, Bin," Rahayu terbahak setelah sebelumnya bercanda ria bersama Bintang.

"Iya Tan." Bintang ikut terbahak. "Eh—" Bahakan Bintang berhenti menyadari sesuatu.

"Maaf, Tante, maksudnya gimana? Anak-anaknya Pak Syafi'i dan Bu Susan, berarti...."

"Iya, Bin. Kamu juga, kamu dan Naya memang benar-benar mantuable," kata Rahayu.

Bintang menyengir canggung. "Hehe iya Tan."

"Iya apanya Bintang?" todong Rahayu mempertegas.

Bintang menggaruk tengkuknya, rada bingung ke mana arah pembicaraan kali ini. "Iya itu Tante, Naya anaknya memang pantas dapat gelar mantuable."

Rahayu mengangguk-angguk. "Iya, Tante tau, Bin. Tapi yang sekarang Tante bicarakan lebih berfokus ke kamu."

Diam. Bintang kelimpungan mau jawab apa kalau sudah mengarah ke hal serius seperti ini.

"Oke, Bin. Tante mau to the point ke kamu." Rahayu menerbitkan senyum.

Perempuan setengah baya itu menarik napas dalam dan berucap, "Bismillahirrahmanirrahim, M. Bintang Praaksara, apa kamu mau menjadi suami untuk anak saya yang bernama Raya Syahriza?"

•••

2100 words

Semoga gak terlalu panjang ya....

Kabar baik : ALGRA SUDAH SADAR AKAN RASA CINTANYA KE NAYA 🌱

. . .

Raya menikah/jangan?

. . .

15K+ VOTE & 11K+ KOMEN FOR NEXT ❤️

Spam 1,5K ☁️

Spam 1K+ ❤️

Spam next sebanyak-banyaknya 🔥

. . .

Follow aku di Instagram dengan username @queenliiiiiii_ ( i nya 7 )

Anak-anakku juga @algrafizay dll

. . .

OKE, THANKS YA ☁️

SEE YOU ✨

•••

20 Februari 2022

Salam Sukses

Queenliiiiiii

Fyi, tanggal 22 Februari besok aku mau publish cerita baru. Tenang, aku gak akan menelantarkan Algrafi kok 🌱

Mampir ya guys, dijamin lebih seru wkwk

.
.
.

M. Bintang Praaksara

"Gimana gaes, gue boleh menikahi Raya Syahriza?"

.
.
.

Algrafi Zayyan Danadyaksa

"Jangan lupa nabung 🌚👍🏻"

.
.
.

A L G R A F I

Continue Reading

You'll Also Like

6.2M 265K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
5.1M 379K 53
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
6.6M 215K 74
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
372K 20.6K 70
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...