TERSESAT (Terdampar Season II...

By noismela

54.2K 6.4K 595

Ada yang berbeda dari anak pertama Rimba dan Violetta. Mulai dari warna bola mata yang berbeda, hingga keprib... More

Prolog
2 | Why Are You So Blue
3 | Tamu Tak Diundang
4 | Kacau
5 | Sakit (Reupload)
6 | Kehilangan
7 | Silent Girl
8 | Awkward
9 | Field Trip
10 | Tersesat
11 | Sampai Jumpa Lagi
12 | Ngantuk
13 | Ada yang aneh
14 | Sad Girl
15 | Ternyata...
16 | A Kiss (?)
17 | Terbawa Suasana
18 | Sebelum badai...
19 | Surprise
Apa Kabar Qeith?
20 | Belum Berakhir
21 | Back to The Start (END)
Extra Part (Bagian 1)
Tersesat Full Version

1 | Moving

4K 437 42
By noismela

Jangan lupa masukin cerita ini ke library dan reading list kalian yaa 😁

***

"Anak ayah seneng nggak kita pindah ke Jakarta?" Rimba melirik bangku belakang dari rear view mirror.

"Seneng, Ayah." Jawab anak berambut panjang dari baby car seat. Senyumnya merekah melihat pemandangan dari jendela mobil.

Sudah beberapa bulan, wacana kepindahan mereka dari Surabaya direncanakan oleh Rimba dan Violetta, namun baru sekarang terealisasikan setelah mereka yakin bahwa lingkungan rumah mereka sudah tidak kondusif untuk perkembangan putrinya, Raline.

Raline lahir lebih awal dari jadwal kelahiran seharusnya.

Sejak awal Rimba dan Violetta memang sudah menyiapkan diri jika anak yang mereka lahirkan nantinya akan memiliki kekurangan seperti yang sering mereka dengar dari berbagai sumber bahwa kemungkinan anak yang terlahir dari Ibu yang belum matang rahimnya 70 persen terlahir cacat.

Dan benar saja, putrinya lahir dengan kelainan warna iris mata yang berbeda. Dan kondisi itu cukup langka, belum ada ilmu kedokteran yang bisa menyembuhkannya. Namun mereka bersyukur karena anggota tubuh putrinya yang lain masih normal, ditambah dengan paras putrinya yang menawan.

"Mau roti?" Tanya Violetta sambil menunjukkan roti dengan isian krim dan meses kesukaan Raline.

Dengan senyum cerah Raline menerima roti pemberian Bundanya lalu memakannya dalam gigitan besar.

"Pelan-pelan, sayang." Violetta meraih tisu lalu mengusap sudut bibir Raline yang sudah belepotan krim dan meses.

"Bunda sakit? Ada cahaya merah di badan bunda." Kata Raline setelah menyelesaikan makannya.

Violetta dan Rimba saling berpandangan.

"Bunda nggak sakit kok, sayang." Violetta berusaha meyakinkan putrinya.

Namun Raline menggeleng keras. Dia masih yakin dengan penilaiannya.

"Bunda merah lo. Artinya sakit." Kata Raline dengan mata menghunus tajam. Membuat Violetta seperti masuk ke dalam jurang kebiruan dari sebelah mata Raline.

"Iya, Bunda sakit dikit aja. Kan Kakak Raline mau punya adek." Ucap Violetta akhirnya. Sia-sia saja berbohong dengan putrinya yang berusia lima tahun ini. Sejak ia mengenal warna, gadis cilik itu sering kali mengasosiasikan seseorang dengan warna. Seperti barusan.

"Adek bayinya nakal ya, di dalam perut Bunda?" Tanya Raline polos, membuat Violetta dan Rimba tertawa bersama. Anak lima tahun tetaplah anak lima tahun.

***
"Mah.. itu siapa yang mau tinggal  di sebelah rumah kita?" Tanya Orion, bocah sembilan tahun yang sedang menonton truk yang sedang menurunkan properti rumah tetangganya.

"Rumah tetangga baru lah, Yon." Jawab Mamanya asal. Masih sibuk memilih ikan mana yang paling segar di box mobil sayur langganan di kompleks perumahan.

"Iya.. Orion tahu itu tetangga baru, tapi siapa Mah?" Tanya Orion lagi, kini bocah itu mengalihkan matanya ke dagangan tukang sayur.

"Orion mau ayam aja Mah." Lintang, Mama Orion mendelik.

"Ayam teros! Besoknya bertelor tahu rasa lu Yon." Sahut Bu Endah, Ibu-Ibu yang juga sedang berbelanja.

"Tahu tuh, udah dibilangin masih aja. Maunya cuma makan ayam doang." Keluh Lintang melihat anaknya yang kurus seperti penyakitan karena sulit makan. Namun Ibu muda itu tetap memasukkan ayam potong ke dalam keranjang belanjaannya.

"Sudah sana, main di dalem rumah aja." Tukas Lintang lagi saat sudah menyelesaikan belanja. Dan diangguki Ibu-Ibu yang lain.

Orion mengikuti Mamanya masuk ke rumah, meski sesekali ia melirik ke rumah sebelah yang masih ramai dengan petugas yang kini sedang memasukkan kardus-kardus besar ke dalam rumah.

Keesokan harinya, sepulang sekolah Orion disuruh Mamanya pergi ke sebelah rumah untuk mengantar kue.

Dengan antusias, Orion langsung menyanggupi dan berlari kecil ke rumah sebelah.

"Halo... Ada orang??" Seru Orion sambil memencet tombol interkom.

Beberapa saat kemudian seorang wanita dewasa yang cantik keluar dan membukakan gerbang untuknya.

Untuk sesaat Orion tidak mengedipkan mata, terlalu terpana dengan visual wanita di hadapannya yang terlihat cantik dan misterius di matanya.

"Ada apa ya dek?" Tanya Violetta heran, melihat bocah laki-laki di depan rumahnya dengan mulut terbuka melihatnya.

"Anu kak.. itu.. disuruh Mama." Orion tergagap sambil  mengangkat box kue yang tadi disiapkan Mamanya dengan salah tingkah.

"Oh... Kamu anaknya Bu Lintang, ya?" Tebak Violetta dengan senyum lebar. Tadi pagi sebenarnya dia sudah menyambangi tetangga kanan kiri untuk memperkenalkan diri dan memberi oleh-oleh dari Surabaya. Karena itulah dia sudah sedikit mengenal bocah kurus di depannya dari cerita Bu Lintang.

"Masuk, yuk. Tante kenalin sama anak tante." Kata Violetta dengan antusias.

Orion tertegun dengan fakta yang baru di dengarnya. Tante? Anak?

Sepertinya cinta pertama Orion harus pupus dalam waktu tidak labih dari 5 menit. Sungguh tragis.

Orion hanya bisa meringis dalam hati sambil mengikuti langkah Violetta masuk ke dalam rumah.

"Sayang... Ada anak tetangga nih. Katanya mau main bareng." Seru Violetta ceria. Di ruang keluarga yang cukup luas, seorang anak perempuan dan Ayahnya sedang asik memainkan lego.

Keduanya mendongak memerhatikan orang asing yang tiba-tiba di bawa Violetta.

"Orion, Om." Ucap Orion merasa perlu memperkenalkan diri, apalagi pria yang sedang memegang potongan lego terlihat menatapnya dengan ekspresi curiga.

"Kenapa harus cowok sih?" Sahut Rimba tidak berusaha menyembunyikan nada tak sukanya.

"Kenapa sih? Kan nggak papa. Orion ini rumahnya di sebelah loh." Kata Violetta santai, lalu mendorong punggung Orion untuk mendekati Raline yang kembali asik dengan legonya.

"Raline sayang... Ini namanya Mas Orion." Mas? entah kenapa Orion merasa aneh dengan panggilan itu.

Raline meletakkan mainannya, lalu bangkit dan mengulurkan tangannya yang mungil lebih dulu.

"Raline."

"Orion."

Keduanya berjabat tangan dengan kaku. Raline tersenyum, menampakkan gigi kelincinya yang lucu.

"Raline suka Mas Orio . Warnanya orange kayak buah jeruk." Ucap Raline memberitahu kedua orang tuanya.

Violetta dan Rimba saling berpandangan. Sedetik kemudian Rimba hampir saja bangkit menjauhkan Raline dari bocil bernama Orion namun ditahan oleh istrinya.

"Mas Orion mau kan, jadi temennya Raline?" Tanya Raline dengan mata berbinar terang. Seakan terhipnotis, Orion mengangguk. Warna biru di mata Raline sekali lagi membuat seseorang tersesat di kedalaman birunya.

***

"Siapa tuh?" Tanya Rio saat melihat Orion dibuntuti makhluk kecil berambut panjang.

"Tetangga baru sebelah rumah. Kenalin, namanya Raline." Orion mencoba melepaskan cengkraman tangan Raline dari kaos belakangnya, namun gagal. Gadis cilik itu malah memeluk perutnya dengan begitu erat. Bersembunyi dari tatapan ingin tahu teman-teman Orion.

"Lucu banget sih tetangga lu, Yon." Rio tertawa kecil melihat sahabatnya kesulitan melepas belitan si gadis cilik.

"Nggak tahu nih, jadi nempel terus ama gua." Orion menyerah. Dia membiarkan Raline terus bersembunyi di belakang tubuhnya.

"Emangnya nggak dicariin emaknya tuh, lu ajak main jauh ke sini?" Sahut Igoy menimpali. Teman sekelas Orion itu ikut menyimak meski fokusnya tetap tertuju pada game di ponselnya.

"Raline udah izin kok." Kata Raline dengan suara pelan. Namun suaranya yang merdu itu membuat teman-teman Orion tertarik.

"Imut banget sih deek... Sini sama Abang Rio." Rio berusaha mengintip ke belakang tubuh Orion, namun Raline malah mengubur wajahnya di punggung Orion.

"Jangan bikin dia takut deh." Decak Orion menghalangi tatapan penuh penasaran dari teman-temannya.

"Ya udah deh... Gua pulang aja. Ntar gua mabar dari rumah aja." Putus Orion akhirnya. Bocah laki-laki itu lalu berjongkok, membiarkan Raline menaiki punggungnya.

"Kapan-kapan bawa Raline ikut lagi ya Yon.."

"Pengen denger suaranya lagi."

"Gemes banget" Seruan dari teman-teman Orion saling bersahutan saat Orion berbalik pergi dari taman, tempat mereka janjian untuk main bareng.

"Temennya Mas ada yang mau meninggal loh. Warnanya udah item." Bisik gadis dalam gendongan punggung Orion.

Orion berhenti berjalan, cukup kaget dengan apa yang barusan ia dengar dari tetangga sebelah rumahnya.

***
TBC.



Continue Reading

You'll Also Like

141K 9K 27
Dengan wujudnya yang baru, Karen membalas dendamnya pada mantan suami yang telah menyia-nyiakannya. Karen tidak akan bisa tenang jika dia belum melih...
14.3K 444 15
BACAAN DEWASA! Seperti apa rasanya terdampar di pulau berdua hanya dengan seorang pria super kaya yang merupakan calon kakak iparnya. Tidak ada air t...
1M 96.7K 31
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...