COLORS [SELESAI]

By keyzry_123

24.8K 3.7K 610

"Awas saja kau Poni!" "Seenaknya menyuruh-nyuruhku!" "Dia kira, dia siapa? Mentang-mentang banyak uangnya. Se... More

Blurb
PART 1. Mereka
PART 2. Pertemuan
CHAP 3. Bekerja Sama
CHAP 4. Dunia yang berbeda
CHAP 5. Tingkah
CHAP 6. Makan malam
CHAP 7. Dia Yang Aneh
CHAP 8. Mantra Ajaib
CHAP 9. Rasa Sakit Pertama
CHAP 10. Hari Acara
CHAP 11. Salah Sangka
CHAP 12. Cara Masing-masing
CHAP 13. Tidak Memerlukannya
CHAP 14. Gadis Lemah
CHAP 15. Tak Terduga
CHAP 16. Tidak Sendiri
CHAP 18. Menerima Pesan
CHAP 19. Tiga Lawan Satu
CHAP 20. Kenyataan Lain
CHAP 21. Kenangan Terburuk
CHAP 22. Luka Setelahnya
CHAP 23. Perhatian Satu Sama Lain
CHAP 24. Tetap Menjadi Rahasia
CHAP 25. Harapan Itu Ada
CHAP 26. Terbuka
CHAP 27. Marah
CHAP 28. Kegoyahan
CHAP 29. Pergi dan Menghilang
CHAP 30. Mencari Jejak
CHAP 31. Siapa Sebenarnya
CHAP 32. Belum Saatnya
CHAP 33. Berita Mengejutkan
CHAP 34. Buat Sesuatu
CHAP 35. Mengembalikan Ikatan
CHAP 36. Aku Merindukanmu
CHAP 37. Warna Yang Paling Cerah
Hidup Terus Berjalan [SELESAI]

CHAP 17. Waktu Berbelanja

522 88 10
By keyzry_123

Hai?



***



Author POV

"Bagaimana hasil pertemuan kemarin Tuan Jung-ah? Lalisa melontarkan pertanyaan kepada Tuan Jung disela perjalanan mereka menuju kemobilnya.

Tepat tiga puluh menit lalu, gadis tersebut telah kembali mendarat sepulang dari Roma. Dijemput oleh sang asisten, mereka akan langsung menuju LS GROUP untuk membahas kembali apa yang harus mereka lakukan dengan langkah berikutnya mengenai Perusahaan milik Jisoo.

"Kemarin memang cukup menegangkan. Saya benar-benar salut dengan Nona Shin Jennie. Anda memilih orang yang tepat Nona!"Jawab Jung.

Lalisa menyunggingkan senyuman puas. Ternyata penilaiannya terhadap Jennie sangat membantunya kali ini. Gadis itu memang memiliki bakat dalam bisnis dibantu dengan kharismanya yang kuat. Jadi, Lalisa tidak akan salah dengan meminta bantuan gadis bermata kucing itu.

"Ya aku tahu ini, semenjak aku mengetahui informasi tentang dia merupakan salah satu Lulusan terbaik dalam ilmu bisnis. Aku sudah memperkirakan dia bisa melakukan ini. Disamping, Jennie eonnie benar-benar memiliki aura yang kuat dan mengintimidasi. Apa kau juga merasakan juga Tuan Jung?"

Tuan Jung terkekeh sambil mengangguk setuju."Nee Nona, saya merasakannya juga. Anda tahu? Seluruh peserta pertemuan mendadak membatu ditempatnya saat Nona Jennie memulai pidatonya. Bahkan Tuan Cho sekalipun yang tidak berkutik."Ujar Jung. Menceritakan kembali suasana kemarin saat terjadinya pertemuan. Bagaimana seorang gadis Ruby Jennie bisa menguasai pembicaraan tersebut seolah-olah dia sudah terbiasa menangani hal semacam ini.

"Andai saja aku bisa melihatnya! Pasti seru kkkkk" Lalisa terkikik pelan membayangkan yang barusan Jung katakan. Mungkin akan lebih menyenangkan Lisa bisa melihat secara langsung ekspresi-ekspresi yang diintimidasi oleh seorang Ruby Jennie.

"Mungkin anda sebaiknya merekrut Nona Jennie masuk ke salah satu perusahaan anda Nona Lisa."

Lalisa bergeming memikirkan usulan Tuan Jung tersebut. Memang tidak ada salahnya dia mencoba kembali menawari Jennie pekerjaan di perusahaannya. Mungkin, setelah ini dia akan membicarakannya dengan Jennie.

"Hmmm... aku akan mempertimbangkannya. Lagipula, kita memerlukan seseorang untuk mengisi posisi Tuan Cho. Benarkan Tuan Jung?" Setelah mereka sampai didepan mobil yang sudah menunggu mereka. Lalisa membalikkan tubuhnya dan menatap Tuan Cho dengan seringai.

Mengerti apa yang coba dimaksudkan bossnya itu. Tuan Jung balas mengangguk."Benar Nona, posisi Tuan Cho akan segera kosong dan kita butuh penggantinya yang lebih kompeten" Ucap Jung setuju.

Lisa menjentrikan jarinya senang."Itu yang aku maksudkan! Kau memang selalu tahu diriku ini Tuan Jung. Haruskan aku menaikkan gajimu? Hmmm?" Kata Lalisa kepada pria didepannya."Ahh... sepertinya jangan! Lagipula Gajimu sudah besar! Yang ada kau akan semakin kaya dan malah bisa-bisa nanti kau jadi lebih kaya dariku. That not good" Jawab Lalisa berkata kepada dirinya sendiri. Tidak memberi kesempatan Tuan Jung membalas.

"Sudahlah, kita lebih baik kembali bekerja! Nanti Tuan Jung kuberikan eskrim saja dijalan!" Sambungnya lagi. Memasuki pintu penumpang mobilnya. Meninggalkan Tuang Jung yang masih terbengong.

Selepas menutupkan pintu mobil Nonanya. Tuan Jung hanya menggelengkan kepalanya. Sudah sangat terbiasa menghadapi Nona muda satu itu. Jadi, dia tidak terlalu aneh. Berbeda saat tahun pertama ia harus bekerja dengan Lisa, Tuan Jung hampir-hampir ingin menyerah dan berhenti karena tekanan batin menghadapi perangai Nona muda tersebut.

***

Seperti yang sudah direncanakan oleh Jisoo. Siang ini dia bersama Irene mengajak kedua saudari Jennie dan Rosé untuk mentraktir mereka berbelanja di salah satu pusat perbelanjaan terkenal dikota.

Awalnya mereka berdua memang sempat menolak. Tapi, Jisoo tetap kekeh untuk mengajak keduanya belanja sebagai ucapan tanda terimakasihnya atas bantuan kemarin dan secara tidak langsung mereka sudah membuat Jisoo tersadar dengan sesuatu.

Karena bukan weekend, Saat ini yang memenuhi tempat belanja tersebut tidak terlalu ramai. Kebanyakan dari mereka hanya sekedar menikmati waktu istirahat makan siang atau hanya jalan-jalan saja.

Jisoo berjalan diampit oleh Rosé. Entah kenapa gadis itu senang sekali menempel pada Jisoo. Sepanjang perjalanan, Rosé terus saja mengoceh memberitahu Jisoo apa-apa saja yang mereka lewati. Berbeda dengan dua lainnya, Jennie dan Irene hanya mengekori dari belakang dan sesekali ikut dalam obrolan Rosé.

Jisoo tidak keberatan sama sekali sebenarnya. Dia malah merasa senang memiliki satu lagi seseorang yang penuh dengan energi positif seperti adiknya Lalisa. Ahhh, mengingat gadis itu. Jisoo baru sadar belum mendapatkan kembali kabar dari adiknya. Terakhir kali, Lisa memberitahunya bahwa dia baru saja terbang kembali menuju Korea Selatan.

"Irene-ah!" Dia menghentikan langkahnya untuk sekedar memanggil Irene yang berada tepat dibelakangnya.

"Ya, ada apa Sooya? Kau butuh sesuatu?" Tanya Irene melangkah kesamping Jisoo.

"Tolong kirim pesan kepada Nalalisa!, apa dia telah mendarat dari Roma atau belum. Aku belum mendapatkan kabarnya hari ini." Ujar Jisoo. Meminta Irene mengirim pesan kepada Lalisa.

Irene mengangguk mengerti. Dia lantas mengambil ponsel yang berada didalam tasnya. Mengetikkan pesan sesuai dengan keinginan Jisoo kepada Lalisa.

"Aku sudah mengirimkan pesan kepada Lisa. Jika dia membalas, segera ku beritahu kepadamu Jisoo-ah" Terang Irene.

Jisoo hanya mengangguk."Terimakasih!" Ucapnya.

"Nee. Sama-sama!" Balas Irene. Merekapun kembali melanjutkan perjalanan menuju salah satu toko yang akan mereka ambangi.

"Lisa pulang hari ini eonnie?" Rosé bertanya kepada Jisoo.

"Nee, sebenarnya dia take off dari kemarin sore. Hanya saja, hari ini dia belum memberikanku kabar bahwa dia telah sampai disini."Jelas Jisoo memberitahu kepada Rosé.

Rosé mengangguk."Apa yang dia lakukan di Roma? Apakah dia menjual Foto kucing lagi?" tanya Rosé sedikit jengkel menyebutkan kata kucing didalamnya. Rasa ingin memberikan Lalisa pelajaran masih menggebu-gebu pada dirinya.

Jisoo malah terkekeh mendengarkan penuturan Rosé itu. Dia menggelengkan kepalanya pelan."Aniya, dia tidak sedang menjual foto kucing. Hanya saja ada beberapa urusan yang harus dia selesaikan disana." Balas Jisoo.

"Memangnya kenapa kau sampai berpikiran seperti itu Rosé-ah? bahwa dia menjual foto kucing?" Ucapnya lagi.

Rosé mencebikkan bibirnya kesal sebelum menjawab." Eonnie, adik eonnie itu sangat menyebalkan. Kau tahu eonnie? Gara-gara satu foto milik Lalisa itu aku sampai kekurangan jam tidur dan makanku eonnie!" Adu Rosé kepada Jisoo tentang masalah yang membebani Rosé hingga berhari-hari. Meski padahal dia sendiri yang mencari ulah.

Jisoo menaikkan alisnya."Wae? memangnya ada apa dengan Fotonya?" Tanya Jisoo yang semakin bingung. Mengapa dari sebuah foto saja membuat seseorang susah makan dan tidur. Sebegitu berartinya kah bagi Rosé? Pikir Jisoo dalam benaknya.

Jennie hanya terkekeh dibelakangnya mendengar Rosé malah curhat perihal foto itu kepada Jisoo. Kalau dipikir-pikir memang ini sebenarnya salahnya dan Rosé yang terlalu cepat menilai.

Sementara Irene yang tidak tahu, hanya melongo dan bingung dengan pembicaraan ini.

Rosé mendengus sebal."Huh, awalnya aku dan Jennie eonnie menolak foto itu yaa karena kami pikir memang foto itu hanya foto biasa saja dan tidak ternilai. Tapi eonnie, saat kami tahu foto itu sudah sampai senilai 5000$ sontak saja membuatku dan Jennie eonnie menyesal. Karena kami sempat salah menilai, dan menganggap Lalisa hanya membual."

"Lalu?"

"Yaa itu... singkat cerita, Foto itu Lalisa akhirnya memberikannya kepada kami. Dan dia mengirimkannya langsung kemarin sore ke Toko. Disitulah aku tahu, karya yang aku tangisi dan ratapi selama berhari-hari hanyalah sebuah gambar kucing gendut yang jelek. Eoh rasanya aku ingin membakarnya kalau tidak ingat harga jual Foto itu!!!"

"Pufft! BWAHAHAHAHAHAA..." Pecahlah tawa Irene setelah Rosé menjelaskan seluruh cerita. Irene tertawa dengan lepas menertawakan tingkah konyol Rosé.

Rosé semakin mencemberutkan bibirnya lucu. Dia sudah memperkirakan akan mendapat reaksi seperti ini. Jadi, Rosé hanya bisa merona karena malu.

Jisoo terkekeh hingga bahunya bergetar."Benarkah? aku tebak kucing itu berbulu abu-abu putih" Ucap Jisoo diselingi kekehannya.

Rosé langsung mengangguk "Nee eon! Dari mana eonnie tahu?" Tanya Rosé terkejut. Apa Lisa sudah menceritakan ini kepada Jisoo?.

"Itu kucing milik Lisa. Namanya Leo, dia memang sangat memuja kucing gendut itu!" Seloroh Jisoo.

"Kau juga memuja peliharaanmu itu! Dalgom kau jadikan anak kesayanganmu tuh" Celetuk Irene.

"Eoh, Jisoo eonnie memiliki kucing juga?" Tanya Jennie bergabung dalam percakapan.

Jisoo refleks menggelengkan kepalanya."Aniya, Dalgomie adalah anak anjing kesayanganku. Dia bukan kucing, enak saja!" Sangkal Jisoo langsung menjelaskan siapa sebenarnya Dalgom yang juga anak kesayangannya.

Jennie mengangguk mengerti."Ahhh, anak anjing! Pasti sangat menyenangkan memiliki hewan peliharaan."

Setelah mendengar kakaknya berkata seperti itu. Rosé berbalik menghadap Jennie yang berada tepat dibelakangnya. Tindakan tersebut sedikit membuat Jennie tersentak tentunya terkejut."Untuk itu eonnie! Ayo kita pelihara anjing eonnie!! Please... pasti akan menyenangkan!" Ucap Rosé dengan nada memohon. Matanya bersinar mencoba membujuk Jennie.

Jennie yang disogrongi sikap demikian malah memutarkan matanya."Tidak! ingat terakhir kali kau membuat ikanmu dan hamstermu mati? Eonnie tidak akan mengambil resiko!" Tolak Jennie tegas. Mengingat bagaimana adiknya membuat dua hewan peliharaannya mati secara mengenaskan membuat Jennie ragu memberikan kepercayaan lagi kepada Rosé untuk mengurus seekor hewan peliharaan.

Bahu Rosé merosot."Yah... itukan sudah takdir mereka berdua eonnie! Kali ini Rosé akan menjaganya dengan bersungguh-sungguh. Janji!" Ucap Rosé masih membujuk Jennie untuk memberi izin.

"Kita lihat saja nanti Rosé-ah!" Putus Jennie akhirnya.

Karena merasa ada harapan. Rosé memekik girang dan memeluk kakaknya senang."Yeeyy!!! Gumawo eonnieku!"

Jennie hanya tersenyum kikuk menanggapi sikap berlebihan dari adiknya."Hmmm. eonnie belum menyetujuinya loh!"

"Tidak apa! Yang penting eonnie akan memikirkan kembali permintaan Rosé yang ini! Heheh"

Irene yang memperhatikan drama adik kakak tersebut berdehem keras. Agar mendapatkan perhatian kembali dari keduanya."Oke girls, aku ikut senang dengan hal apapun yang sedang kalian sepakati. Tapi, kita sudah sampai ditujuan kita. So, let's in!"

Rosé melepaskan pelukannya dari Jennie. Mereka berdua berbalik mengahadap Irene dan juga Jisoo yang sudah berdiri didepan store yang sudah terkenal, Dior.

Mereka memang tidak menyadari bahwa sedari tadi sebenarnya mereka telah sampai ditempat tujuan mereka dan malah keasikan mengobrol didepan Toko itu sendiri. Untung saja, tidak terlalu banyak orang. Kalau tidak, mereka akan menjadi bahan tontonan saat ini karena mengobrol ditengah jalan.

Jennie, Rosé tersenyum kaku dan menyusul Irene masuk kedalam toko.

Begitu melangkahkan kaki kedalam toko, mereka semua disambut dengan hangat oleh salah satu pelayan disana.

"Selamat siang Nona-Nona! Ada yang bisa saya bantu?" Ujar seorang Pelayan tersebut. Menyambut keempat gadis dengan ramah.

"Rosé, Jennie, ambillah apa yang kalian inginkan! Jangan sungkan! Aku yang akan membayar semuanya tenang saja." Ucap Jisoo. Mempersilahkan keduanya untuk berbelanja sesuka hati.

Irene sedikit mendongkan tubuhnya kearah Jisoo. Berbisik."Apakah aku dapat traktiranmu juga Sooya? Masa aku hanya berdiam diri melihat Jennie dan Rosé berbelanja? Kau tidak setega itukan?"

Jisoo menyunggingkan senyuman."Eoh, kalau eonnie mau berbelanja silahkan saja! Aku tidak melarangmu sama sekali. Dan ya, kau bisa menggunakan uangku terlebih dahulu. Biar nanti gajimu kupotong saja. Mudahkan?" Ucap Jisoo usil.

Irene mengerucutkan bibirnya."Yah, apa itu! Shirro! Aku maunya kau mentraktirku bukannya dari uangku-uangku juga Sooya!" Seka Irene merajuk.

Jisoo terkekeh mendengar gadis disebelahnya yang kesal."Arra eonnie! Kalau begitu mengapa bertanya lagi kepadaku. Kau tinggal berbelanja saja, toh kartu Debitku berada ditanganmu ini! Kau meminta seperti itu seperti aku adalah orang yang perhitungan dan pelit eon!"

"Jadi boleh?" Tanya Irene memastikan. Dan disambut anggukkan dari Jisoo.

"Yess!!" Serunya kegirangan.

"Let's go Rosie, Jennie. Kita jajah seluruh toko dan barang-barang yang ada disini. Whoa... aku sudah sangat lama tidak shopping seperti ini." Pekik Irene kegirangan.

Dia dengan semangat menarik Jisoo kearah tempat yang ingin dia lihat-lihat. Diikuti Rosé, Jennie dan pelayan Toko. Mereka siap berburu hari ini dan memoroti kartu Debit Jisoo yang tidak habis-habis.











"Irene eonnie!" Rosé berseru dengan suara pelannya kepada Irene.

Gadis yang tengah dipanggil itu mengalihkan perhatiannya sebentar dari baju yang tengah ia lihat-lihat untuk melirik kearah Rosé dengan tampang yang juga bertanya."Ada apa?"

Rosé melirik terlebih dahulu kearah sekitar sebelum berbicara."Eonnie, bagaimana Jisoo eonnie....berganti baju?" katanya dengan suara amat pelan agar Irene saja yang mendengar pertanyaannya barusan. Gadis ini terlampau penasaran bagaimana Jisoo menjalani aktivitas sehari-harinya dirumah?. Apakah Jisoo selalu menggunakan insting untuk berganti baju atau Jisoo memiliki kekuatan khusus?. Itulah yang ada dikepala ajaib Rosé saat ini memikirkan Jisoo dengan keadaannya.

Gadis yang diberi pertanyaan hanya menatap Rosé dengan wajah takjub. Karena keterus terangannya."Astaga Rosie... kalau kau bertanya hal ini kepada Lalisa, sudah dipastikan dia akan memukul kepalamu itu. Kau sangat ingin tahu hmmm?" Jawab Irene yang malah membalikkan pertanyaan.

Dan dengan polosnya Rosé tetap mengangguk mengiyakan."Eum... Aku ingin tahu eonnie!" ucapnya tanpa ragu.

Irene menghembuskan nafas panjang."Baiklah, karena kamu gadis manis aku akan menjawabnya. Kebanyakan dia melakukan seluruh aktivitasnya sendiri. Dari bangun tidur hingga pulang dari tempat kerjanya. Maidnya hanya menyiapkan kebutuhan Jisoo seperti makanan dan baju-baju yang sudah siap pakaikan. Sisanya Jisoo yang melakukannya sendiri. Paling-paling jika dia menemukan kesulitan, Jisoo akan memanggil salah satu Maid untuk membantunya. Dirumahnya juga dilengkapi sensor suara dan setiap ruangan memiliki tombol panggilan agar jika sewaktu-waktu Jisoo memiliki masalah, dia bisa memanggil orang disekitarnya tanpa harus berjalan mencari-cari atau berteriak." Ujar Irene menjelaskan secara panjang lebar mengenai kehidupan sehari-hari dari boss sekaligus sahabatnya itu.

Rosé mengangguk mengerti."Ahh... syukurlah kalau seperti itu. Berarti Jisoo eonnie tidak kesulitan menjalani kesehariannya. Aku sedikit khawatir dia hanya mau sendirian saja ditempatnya melihat bagaimana tertutupnya kepribadian Jisoo eonnie." Balas Rosé menyampaikan alasan sebenarnya dia bertanya seperti itu kepada Irene.

Irene tersenyum simpul. Ternyata Rosé sebegitu khawatir kepada Jisoo. Irene merasa bersyukur kini semakin banyak yang menyanyangi Jisoo. Jadi, dia bisa lega jika suatu hari nanti dia tidak bisa terus-terus mengawasi Jisoo. 

tbc.



I Warn You guys, kita sudahi have fun nya sampai part ini :)

betewe aku bisa masuk lagi, bcz ubek2 dulu catatan email akun ini dan ganti pass lagi... duh

Continue Reading

You'll Also Like

429K 44K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
82.9K 9.5K 40
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
60.3K 6.5K 47
"jangan Unnie, ini tas kesayangan ku" isak Jenni sambil memeluk erat tas Branded kesayangan nya yang di minta paksa oleh jiso. "Unnie aku tak tega pa...
842K 40.6K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...