COLORS [SELESAI]

By keyzry_123

24.8K 3.7K 610

"Awas saja kau Poni!" "Seenaknya menyuruh-nyuruhku!" "Dia kira, dia siapa? Mentang-mentang banyak uangnya. Se... More

Blurb
PART 1. Mereka
PART 2. Pertemuan
CHAP 3. Bekerja Sama
CHAP 4. Dunia yang berbeda
CHAP 5. Tingkah
CHAP 6. Makan malam
CHAP 7. Dia Yang Aneh
CHAP 8. Mantra Ajaib
CHAP 9. Rasa Sakit Pertama
CHAP 10. Hari Acara
CHAP 11. Salah Sangka
CHAP 12. Cara Masing-masing
CHAP 13. Tidak Memerlukannya
CHAP 14. Gadis Lemah
CHAP 16. Tidak Sendiri
CHAP 17. Waktu Berbelanja
CHAP 18. Menerima Pesan
CHAP 19. Tiga Lawan Satu
CHAP 20. Kenyataan Lain
CHAP 21. Kenangan Terburuk
CHAP 22. Luka Setelahnya
CHAP 23. Perhatian Satu Sama Lain
CHAP 24. Tetap Menjadi Rahasia
CHAP 25. Harapan Itu Ada
CHAP 26. Terbuka
CHAP 27. Marah
CHAP 28. Kegoyahan
CHAP 29. Pergi dan Menghilang
CHAP 30. Mencari Jejak
CHAP 31. Siapa Sebenarnya
CHAP 32. Belum Saatnya
CHAP 33. Berita Mengejutkan
CHAP 34. Buat Sesuatu
CHAP 35. Mengembalikan Ikatan
CHAP 36. Aku Merindukanmu
CHAP 37. Warna Yang Paling Cerah
Hidup Terus Berjalan [SELESAI]

CHAP 15. Tak Terduga

517 100 29
By keyzry_123


udah sampai sini aja tapi gak vote? ck,ck,ck kelupaan apa keblablasan nih???  gakpapa, lain kali jangan begitu yah...kkkk




***


Author POV 

Seperti rencana Cho Seong Ha beberapa hari lalu. Dia telah mengatur pertemuan Direksi dan para Investor yang akan dilaksanakan tepat hari ini. Beberapa dari tamu undangan sudah mulai berdatangan menuju tempat yang sudah disediakan.

Sementara sang CEO sekaligus pemilik perusahaan Rabit Publisher Kim Jisoo, masih bersantai diruangan kerja miliknya, tanpa ada niatan untuk mengikuti rapat besar yang akan terjadi di perusahaannya sendiri. Dia dengan santai mendengarkan lagu Jazz kesukaannya.

Brak!

Seseorang masuk kedalam ruangan kerja milik Jisoo. Dengan langkah kaki yang terdengar tegas, orang tersebut menghampirinya.

"Astaga Sooya! Kau malah bersantai-santai seperti ini! Tidakkah kau merasa khawatir bahwa sekarang ini kau terancam digulingkan?" Tanya Irene dengan gemas. Niat hati wanita itu ingin mengajak Jisoo masuk kepertemuan. Dia malah disuguhkan dengan sikap terlalu santai dari sang CEO.

Jemari lentik Jisoo mematikan musik yang masih menyala diruangannya. Dia lantas menggeserkan sedikit kursinya agar bisa sepenuhnya menghadap kearah suara Irene.

"Khawatir untuk apa Eonnie? tidak ada perlu yang harus ku khawatirkan. Lagipula, jika Tuan Cho memang ingin mengadakan pertemuan untuk menggulingkanku. Silahkan saja! Kalau memang aku harus mundur, aku akan mundur" Ucap Jisoo tanpa beban.

"Apa kau gila? Kau akan menyerah begitu saja Jisoo-ah? dengan serius?" tanya Irene dengan tatapan tak percaya.

Jisoo mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya pelan."Terus apa yang harus ku lakukan eonnie? Kalaupun aku kesana, tidak akan mengubah apapun" Seru Jisoo dengan pelan.

Irene memijit pelipisnya pelan. Dia juga tidak tahu harus bagaimana, ini sebenarnya bukan ranahnya sendiri. Dia juga tidak mengerti urusan orang yang berkedudukan tinggi sebab dia hanya seorang asisten saja.

"Tapi kau tetap harus datang Sooya, bagaimanapun kau masih CEO disini!"

"Aku tidak perduli eonnie, aku akan tetap diruanganku! Jika eonnie akan pergi kepertemuan itu, silahkan saja!" Ucap Jisoo masih dengan keputusannya untuk tidak melawan Tuan Cho."Lagipula kalau aku mundur sekalipun dari jabatanku ini, aku masih pemegang saham tertinggi. Jadi, aku akan tetap kaya meski bukan CEO." Sambungnya lagi yang kali ini diselingi guyonan kepada Irene. Dia membuat suasana agar tidak tegang.

Irene malah mendelik mendengar perkataan Jisoo barusan."Ya, aku tahu kau masih akan kaya walau tidak lagi menjadi CEO. Tapi, ayolah! Setidaknya kau jangan menyerah sebelum berperang Kim Jisoo!" Tekan Irene sekali lagi. Terus membujuk Jisoo.

Jisoo malah mengibaskan tangannya."Sudahlah eon, semua kata motivasimu itu tidak akan mempan kepadaku untuk saat ini. Sekarang, jika eonnie masih ingin pergi kepertemuan silahkan! Aku memilih disini saja menikmati waktu santaiku."Ucap Jisoo tetap pada pendiriannya.

Irene sudah kehabisan akal untuk membujuk gadis keras kepala satu ini. Ia lantas mendesah kalah."Baiklah, terserah padamu! Aku akan tetap pergi kepertemuan ini dan mencari tahu apa yang diinginkan pria tua itu"

Tanpa menunggu jawaban. Irene berbalik kembali melangkah keluar dari ruangan kerja Jisoo. Meninggalkan Jisoo disana sendirian.

Karena merasa sudah tidak ada ganguan lagi. Jisoo lantas kembali memutar musik yang sempat ia matikan tadi. Kembali mendengarkan lantunan musik jazz yang keluar dari pengeras suaranya.



"HOLA?"

"Argh... Apalagi sih!"

Jisoo menggeram kesal. Tidak bisakah dia merasa tenang disaat-saat seperti ini. Tidak ada gangguan dari orang bahkan jelemaan?. Rutuknya dalam hati.


***


Diruangan lain yang berada di gedung perusahaan milik Kim Jisoo. Semua tamu undangan sudah berkumpul dibawah perintah Cho Seong Ha. Kursi yang terisi semuanya berjumlah 10 orang yang merupakan para Direksi dan beberapa perwakilan Investor Perusahaan.

Cho Seong Ha sendiri kini sudah menempati Stand Podium yang sudah dipersiapkan di depan semua tamu undangan kehormatannya. Pria tersebut dengan tegap berdiri dibalik micropone akan memulai pertemuan penting baginya ini.

Irene yang sudah berdiri disamping asisten Tuan Cho, mendelik tidak suka dengan sikap sok berkuasa yang ditunjukkan pria tua tersebut.

Gadis itu sendikit mecondongkan tubuhnya kearah Ju Hwan, berbisik."Apakah bosmu itu tahu apa yang dilakukannya ini hanya akan mempermalukannya sendiri? Setidaknya kau harus memberitahu Tuanmu sebelum membuat hal seperti ini Tuan Ju Hwan-ssi!"

Ju Hwan dengan tetap santai berdiri ditempatnya. Sedikit melirik kearah Asisten dari CEO perusahaan mereka."Tentu dia tahu apa yang dia lakukan Nona Irene-ssi. Tuanku sudah bekerja disini lebih dari siapapun. Apa kau pikir ini hanya lelucon? Kau yang seharusnya membuat Nona Kim sadar dengan kapasitasnya" Balas Ju Hwan mempropokasi Irene.

Wajah Irene memerah. Jelas-jelas tidak terima dengan perkataan Ju Hwan barusan kepada Jisoo. Pria ini seolah-olah meremehkan kemampuan Jisoo dengan perkataannya."Jaga ucapanmu Ju Hwan-ssi! Akan kupastikan setelah pertemuan ini,besok kau tidak akan bisa kembali lagi keruangan kerjamu!"Desis Irene kesal.

Bukannya takut, pria itu malah terkekeh dengan ancaman Irene."Tidak Irene-ssi! Bukan aku yang akan ditendang dari sini. Tapi KAU dan Nona Kim..."Balas Ju Hwan. Menekan kata terakhir, wajahnya hanya menunjukkan keangkuhan.

"KAU!!" Sentak Irene menunjuk dada Ju Hwan marah. Yang malah disambut dengan tatapan meremehkan dari pria itu.

"Ssstt... apa kau ingin dikeluarkan dari ruangan ini? Jika iya, silahkan angkat kaki dari sini dan kembali ke bossmu!"Ucap Ju Hwan menurunkan kembali jari telunjuk gadis mungil dihadapannya.

Pria itu berbalik kembali memusatkan perhatiannya kepada Tuannya yang sudah mulai membicarakan inti dari pertemuan ini setelah kata-kata pembukanya tadi.

Irene juga berbalik dengan kesal. Kalau saja dia tidak ingat tujuannya untuk ikut bergabung disini. Dia sudah akan menonjok wajah sombong dari pria Ju Hwan itu.

Para tamu mendengarkan dengan seksama apa yang Cho Seong Ha sampaikan didepan podium. Apa yang pria itu inginkan, rencanakan, dan menyampaikan kekurangan-kekurangan yang masih belum terpenuhi di Perusahaan ini.

"....20 Tahun saya mengabdi diPerusahaan ini, sayalah yang ikut membangun perusahaan ini menjadi lebih dikenal. Saya khawatir, jika kita tetap mempertahankan kepemimpinan dari Nona Kim Perusahaan ini akan malah jatuh dan tak bisa diperbaiki lagi. Dengan usianya yang masih terlalu belia, apalagi seperti yang kita ketahui bersama dengan keadaan Nona Kim saat ini. Besar kemungkinan, jika dimasa yang akan datang dia bisa menimbulkan masalah untuk Perusahaan kita." Ucap Cho Seong Ha dengan menggebu. Menyampaikan apa yang selama ini didalam pikirannya.

Para Direksi dan Investor saling bergumam. Memikirkan kembali apa yang Cho Seong Ha sampaikan barusan.

Diam-diam Seong Ha tersenyum dibalik Podiumnya. Melihat reaksi para peserta rapat yang mulai terpropokasi.

"Saya tidak akan memaksakan untuk penurunan Kepemimpinan ini secara langsung. Dengan segala Hormat, Tuan dan Nyonya yang sama-sama ingin membangun Perusahaan ini menjadi lebih baik, kita bisa melakukannya secara bertahap. Kita bisa memulainya dari sekarang! Lebih baik sekarang daripada terlambat." Lanjutnya lagi.

"Tapi apakah ini tidak terlalu beresiko?" Tanya seseorang dari jajaran Investor.

Tuan Cho memberikan senyuman ringan."Tidak Tuan Ahn. Sama sekali tidak ada resiko dengan pengalih kepemimpinan perusahaan ini. Memang sepertinya kita akan mengalami Market Crash. Tapi, saya sudah memiliki antisipasi untuk ini. Kita dapat tetap mengendalikannya."

Satu orang lagi mengangkat tangan. Ia bertanya."Apakah kau sudah mendiskusikan ini dengan keluarga Nona Kim? Mau bagaimanapun, mereka adalah salah satu pioner penting di Perusahaan ini?" Ucapnya. Tetap ragu pada Tuan Cho.

Tuan Cho hendak membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan dari Investor tersebut, namun.

"Maaf, Saya terlambat!"

Seru seseorang mengintrupsi Tuan Cho yang baru saja ingin membuka suara.

Tap.

Tap..

Tap...

Tap....

Suara hentakan high heels beradu dengan lantai dingin ruangan bergema diseluruh sudut yang mendadak hening. Dari arah pintu kedatangan, muncullah seorang gadis dengan langkah percaya diri memasuki ruangan dengan seorang pria dibelakangnya yang mengikuti.



Semua yang berada didalam ruangan menatap penasaran. Menatap penuh selidik kearah gadis mungil yang kini sudah melangkah ketengah-tengah ruangan. Tuan Cho yang masih berdiri dibelakang Podium mengernyitkan wajahnya heran.

"Dan siapa anda Nona dengan berani-beraninya memasuki ruangan ini?" Seong Ha berbicara dengan nada angkuh. Dia tidak menyembunyikan tatapan tak sukanya.

Gadis tersebut balas menatap Cho Seong Ha dengan tatapan tajam ciri khasnya. Siapapun yang melihat mata tajam itu akan memiliki pengaruh bagi sang lawan bicara. Tidak terkecuali Cho Seong Ha yang merasa sedikit tak nyaman ditempatnya berdiri.

"ahh my bad..."Ucap gadis tersebut. Berbalik menghadap para Direksi dan Investor yang memenuhi ruangan.

"Perkenalkan semuanya, saya adalah Shin Ruby Jennie" Ucap gadis yang ternyata adalah Jennie dengan percaya diri. Memperkenalkan dirinya dihadapan para orang penting.

"Saya disini mewakilkan atas ketidakhadiran dari Nona Lalisa Lawrace sekaligus Ls Group . Investor dan salah satu penyuntik saham tertinggi di perusahaan Rabbit Publisher." Sambung Jennie. Bukan Jennie pemilik Toko Bunga tetapi Ruby Jennie perwakilan dari dua petinggi lainnya diperusahaan ini.

Jennie melirik sekilas kepada Seong Ha."Meski mereka tidak mendapatkan undangan secara langsung dari anda untuk acara penting seperti ini. Tapi, mereka tidak keberatan sama sekali." Sarkas Jennie menyindir langsung kepada Seong Ha.

Cho Seong Ha memang sengaja tidak mengundang Lalisa apalagi orang tuanya demi melancarkan pertemuan ini. Namun, siapa sangka. Mereka malah mengirim gadis acak kesini.

Seong Ha berdehem melonggarkan kerongkongannya. Pria itu mencoba mendapatkan kembali ketenangan."Ahh begitukah? Lantas apa yang akan anda lakukan Nona? Dengan secara tiba-tiba mengganggu pertemuan penting ini! Apalagi anda hanya orang luar yang tidak tahu apa-apa" Ucap Cho Seong Ha. Seolah mengatakan bahwa ia tidak mengharapkan kedatangan Jennie.

Bukannya tersinggung, gadis dengan setelan Chanel itu menyunggingkan senyuman tipis kepada Tuan Cho. Kembali meminta perhatian dari seluruh orang yang ada disana dengan apa yang akan ia sampaikan.

"Tuan dan Nyonya yang sangat Terhormat. Saya kesini hanya akan menyampaikan pesan dari Ls Group. Sebagaimana kita ketahui, bahwa merekalah para pendiri yang sebenarnya dari Perusahaan penerbitan ini!" Jennie berdiri dengan tegak memulai bersikap menjadi wanita bisnis. Bak seorang CEO sungguhan, gadis ini benar-benar bisa memukau semua orang dengan suara dan aura yang dia bawa.

Sebuah layar muncul dari proyektor yang Jung atau asisten Lalisa ditampilkan tepat dibelakang tubuh Jennie. Disana terpang-pang dengan jelas diagram berbentuk lingkaran. Yang sudah dipersiapkan oleh salah satu karyawan dibelakang Stand atas perintah asisten Jung.

Jennie sedikit menyampingkan tubuhnya, melihat antara proyektor dan para peserta rapat yang sudah memfokuskan matanya kearah layar didepan.

"Rabbit Publisher sudah berdiri 25 Tahun lamanya. Kita juga tahu semenjak pendiri sekaligus pemilik dari perusahaan ini mendiang Tuan Kim Woo Bin meninggal, perusahaan ini dikelola oleh adik iparnya sendiri alias salah satu pemilik LS GROUP. Nyonya Jun Ji Hyun mengelola perusahaan ini dengan sangat baik dari masa kepemimpinan beliau. Tidak lama setelah putri satu-satunya Tuan Kim beranjak dewasa dan siap dalam mengelola Perusahaan peninggalan ayahnya. Kim Jisoo resmi diangkat menjadi CEO Perusahaan." Jelas Jennie. Mengajak kilas balik kembali dari sejarah Perusahaan penerbitan ini.

"18,58% adalah total keseluruhan dari saham kepemilikan dari Nona Kim Jisoo. Sekaligus menjadikan dirinya orang yang memegang saham tertinggi" Dengan Pen Pointer ditangannya. Jennie menunjuk angka-angka dalam data diagram didepannya.

Seong Ha mengepalkan tangannya yang terhalang Podium. Pria itu mulai terusik dengan pembahasan yang Jennie lakukan.

"LS GROUP sendiri memiliki 12,04%. Menempati urutan kedua. Zmedia 9,01%, L STUDIO 5,07%, Technology Mobility Ltd 3,51%. Dan saham dari eksternal 51,79%" Jennie dengan lancar menyebutkan data-data dalam Diagram tersebut.

Wanita itu melangkah lebih maju ketengah. Kembali berujar."Dan apa yang saat ini kita lakukan? Ingin mengganti kepemimpinan begitu saja? Saya yakin Tuan dan Nyonya disini lebih mengerti tentang bagaimana menjalankan sebuah bisnis. Tapi bukankah sebuah bisnis jika selama itu menguntungkan, kalian akan tetap menjalankannya bukan? Lalu lihatlah apa yang dilakukan Nona Kim selama ini! Apakah dia pernah merugikan kalian? Kalian tahu sendiri, bahwa beberapa tahun sejak kepemimpinan Nona Kim. Perusahaan ini semakin berkembang, Perusahaan ini sudah mulai diperhitungkan oleh kawasan luar Korea. Apa kalian pikir Nona Kim ingin perusahaan yang dibangun ayahnya hancur begitu saja karena dia sendiri?"

Semuanya terdiam oleh perkataan Jennie. Dalam hati mereka membenarkan apa yang barusan gadis itu sampaikan. Terlepas dari keadaan Jisoo saat ini, namun dia tetap bisa menjalankan Perusahaannya dengan sangat amat baik.

Cho Seong Ha menahan geramannya. Dia mengintrupsi Jennie untuk berujar."Ya, semua yang kau katakan itu benar! Tapi bisakah kita bertahan sampai Nona Kim melakukan kesalahan? Kau tahu sendiri dengan keadaan dia saat ini"

"Sepertinya andalah satu-satunya yang menunggu Nona Kim berbuat kesalahan?"

Jennie berbalik kearah Seong Ha. Melipat kedua lengannya dengan anggun. Setiap satu langkah kaki yang ia buat entah mengapa Seong Ha merasa terintimidasi.

"Memangnya ada apa dengan Nona Kim?" Tanya Jennie. Tidak melepaskan tatapannya kepada pria tua tersebut.

"Dia buta!! Anda jangan lupakan fakta itu!" Balas Seong Ha lantang.

Jennie memejamkan matanya. mengingat kembali mengapa ia harus berada disini mengahdapi orang-orang kaya ini. Dan bertemu dengan pria menyebalkan seperti Cho Seong Ha.



Sehari sebelumnya...

"Kumohon eonnie!!! Please! Please! Please!" Lalisa dari tadi mengekori Jennie menganggagu aktivitasnya. Wanita itu dengan tiba-tiba menemuinya dan memintanya untuk ikut dalam pertemuan besar yang akan diadakan di Perusahaan Jisoo. Tentu saja Jennie menolak.

"Tidak Lisa! Aku tidak mengerti hal-hal yang seperti itu! Mengapa kau memintaku untuk berurusan dengan orang-orang kaya itu? Cari saja yang lain" Tolak kembali Jennie.

Bahu Lisa merosot."Aku tahu bahwa eonnie adalah lulusan terbaik dalam Managmen Bisnis. Jadi aku pikir eonnie bisa membantuku dalam menangani masalahku ini. Lagi pula, jika aku bisa menghadirinya sendiri aku tidak akan meminta bantuan eonnie. Aku hanya percaya bahwa Jennie eonnielah orang yang tepat untukku minta bantuan. Tapi, jika eonnie tidak ingin membantu dari menumpas kejahatan tak apa! Biarlah gadis lemah dan sendirian seperti Jisoo eonnie menghadapi ini sendiri... sudah ditinggal kedua orang tua, tidak bisa melihat, sekarang perusahaan yang ditinggalkan ayahnya akan diambil oleh pria jahat. Huh, malang sekali nasib kakakku itu" ucap Lisa dengan nada sendunya. kedua tangannya seolah-olah menyeka air mata yang sebenarnyapun tidak ada.

Jennie tercekat dengan perkataan Lisa barusan. Gadis itu memejamkan matanya dan menghela nafas panjang."Baiklah, aku akan membantumu! Tapi sebagai imbalannya kau akan memberikan lukisan yang adikku ingin-inginkan itu. Apa kita punya kesepakatan?"

Yes!. Lalisa memekik girang dalam hati. Ternyata triknya yang satu ini berhasil. Tentu saja Jennie akan luluh dengan aktingnya barusan.

Tanpa ragu Lisa menganggukkan kepalanya. Menyetujui syarat dari Jennie tersebut.

"Call!!!" balasnya. Mengulurkan tangan kanannya sebagai bentuk persetujuan.

Meski masih ada keraguan dalam dirinya. Jennie tetap menerima uluran tangan Lalisa. Dan ikut setuju dengan apa yang mereka sepakati barusan. Jennie berharap, Semoga ia tidak menyesali keputusan ini.



tbc.





CEO Jennie



or Jennie si tukang kembang?


kalau aku sih dua-duanya sabi ajalah... kuy :)

Continue Reading

You'll Also Like

43.6K 3K 8
Tidak pakai deskripsi:) *Ending* .GxG
81K 9.3K 39
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
124K 11.3K 44
"Semua menghilang, mereka tak sama sekali datang menjengukku. sebegitukah mereka malu memiliki adik kriminal seperti ku." gumam Lalice penuh dengan k...
445 66 5
Lexie Nandita memang bukan hamba yang taat tapi ia tau perasaan cintanya terhadap Jeanne adalah sebuah kesalahan.