RUMAH DUKUN

Oleh Ramdan_Nahdi

322K 28K 1.6K

Warga sekitar menyebutnya Rumah Dukun. Rumah yang pernah ditinggali oleh Dukun terkenal desa ini. Rumah terku... Lebih Banyak

Rumah Dukun
Hamid
Belakang Rumah
Tanah Terkutuk
Kamar Mandi
Cerita Risa
Anak Yang Meninggal
Kamu Akan Mati
Ditumbalkan
Ayah
Tamu
Pohon Mangga
Kami Ingin Darah
Dia Menyerupai Ayah
Sudah Saatnya!
Anak Iblis
Ibu
Bos Ayah
Ayah Datang
Suara Dari Gudang
Wajah di Tembok
Amarah
Bisikan
Air Hitam
Tugas Terakhir
Akhir Sebuah Cerita
Alternatif Ending

Tersangka Utama

7.9K 774 25
Oleh Ramdan_Nahdi

Ibu mengajakku dan Hamid ke luar rumah, duduk di teras. Aku mengintip melalui sela-sela gordin, melihat situasi di dalam. Terlihat ayah beberapa kali terjatuh ke lantai. Ustad Juned pun sempat terseret cukup jauh.

Makhluk macam apa yang sedang mereka hadapi? Di pagi hari saja, kekuatannya begitu menakutkan. Mungkinkah itu si Kakek Tua dan Anak Iblis?

"Syad," panggil Ibu.

Aku menoleh, "Ya, Bu."

"Kamu bilang kemaren itu gara-gara Risa."

"Iya, Bu."

"Emangnya kamu dikasih minuman apa sama dia?"

"Arsyad gak liat, Bu. Soalnya di sana gelap. Tapi rasanya kaya teh gitu, cuman pait banget."

"Abis minum itu apa yang kamu rasain."

"Antara sadar gak sadar, Arsyad ngikutin perintah dia. Sama ada suara di kepala gitu."

Ibu bangkit dari kursi.

"Ibu mau ke mana?" tanyaku.

"Mau ke rumahnya."

"Jangan, Bu. Nunggu ayah sama Ustad Juned aja."

"Dari pertama dateng ke sini, pengen banget ketemu ibunya dia." Ibu melangkah pergi. "Kamu jangan ke mana-mana. Jagain Hamid!" Sekarang hanya bisa berharap ibu tidak membuat keributan di rumah Risa.

Selang beberapa menit kemudian, terlihat ibu sedang berjalan pulang. "Kok cepet banget, Bu?" tanyaku saat ia melewati pagar.

"Orangnya gak ada."

"Lagi pergi kali, Bu."

"Masa pergi bawa tas gede."

"Ibu tau dari mana?"

"Tetangganya yang bilang. Katanya semalem pergi, dijemput mobil."

Jujur, aku masih menaruh harapan kalau yang kemarin memberiku minuman itu Jin yang menyerupai Risa. Namun, kalau begini, kecurigaanku terhadapnya malah semakin besar. Sekarang yang menjadi pertanyaan, apakah dia melakukannya atas kemauannya sendiri atau atas paksaan ibunya.

__________

Ayah menghampiri kami. Bajunya tampak begitu kotor. Ada luka goresan di siku dan lututnya. Melihat hal itu, ibu langsung bangkit dari duduknya.

"Ayah gak apa-apa?" tanya Ibu.

"Alhamdulillah, gak apa-apa, Bu."

"Udah beres semua?"

"Masih belum tau. Sekarang kondisinya sih udah aman. Yuk masuk! Ada yang mau Ustad Juned omongin." Ayah mengajak kami masuk.

Ustad Juned sedang duduk di ruang tengah. Baju putihnya sudah agak menghitam, penuh dengan debu yang pekat. Ditambah ada noda berwarna merah di bagian tangan.

"Sini Arsyad duduk deket Om," ucap Ustad Juned seraya mengembangkan senyumnya.

Aku pun menghampiri, duduk di sampingnya. "Pak Ustad sama ayah kenapa bajunya kotor banget?" tanyaku.

"Debu dari gudang, Syad. Tebel banget," sahut Ayah.

"Iya. Kayanya itu gudang udah lama gak dibersihin."

"Apa Pak Ustad ketemu sama si Anak Iblis?" tanyaku.

"Yang badannya besar dan item, ya?"

Aku mengangguk.

"Itu namanya Genderuwo, bukan Anak Iblis. Kamu dikerjain dia, ya?"

"Iya."

"Genderuwo itu pintar berubah wujud. Bahkan bisa menirukan suara orang," ucapnya.

"Man, boleh minta pulpen sama kertas." Ustad Juned meminta kertas dan pulpen pada ayah — Abdulrahman.

"Biar ibu aja." Ibu berinisiatif mengambilnya. Kemudian diserahkan pada Ustad Juned.

Pak Ustad menulis huruf arab pada kertas tersebut. "Kamu hapalkan doa ini. Baca di saat situasi ragu antara nyata atau bukan. Insya Allah, nanti akan diberikan petunjuk," ucapnya seraya menyerahkan kertas tersebut. Kubaca sebentar, lalu menaruhnya di kantung celana.

"Kamu tuh mirip banget sama bapakmu waktu di pesantren dulu. Sekarang kelas berapa?" sambungnya.

"Kelas tiga SMP."

"Berarti tahun ini masuk SMA. Mau coba masuk pesantren Om?"

Aku melirik ayah, "Nah tuh ditawarin masuk ke pesantren," ucap Ayah.

Dari kecil, aku selalu menolak permintaan ayah untuk masuk pesantren. "Dipikir-pikir dulu ya, Pak Ustad," ucapku.

"Di pesantren kamu bisa belajar agama lebih dalam. Biar bisa kaya ayah kamu tuh. Dulu jagoan banget, bukan cuman orang yang dihajar, bangsa jin juga. Makanya dia berani banget tinggal di rumah ini," ucap Pak Ustad.

"Tali kayanya ayah kamu udah gak jagoan lagi, sampe kerepotan hadapain Jin di rumah ini. Mana  dituduh ngelakuin pesugihan juga," sindir Ustad Juned sambil melirik ke arahku.

"Maaf." Tak ada kata lain selain maaf yang bisa kuucapkan, karena memang itu semua salahku yang terlalu percaya dengan permain setan.

"Itu bisa kamu ambil pelajaran, biar kedepannya jangan terlalu mudah percaya dengan bisikan setan. Sekalian bisa menjadi motivasi kamu, untuk mempertebal iman."

"Iya, Pak Ustad."

"Coba ceritain sama Om. Dari awal kamu datang ke sini, sampe kejadian kemarin itu."

Aku menceritakan semua yang kuingat.

__________

"Dari awal dah curiga ada orang yang bermain di belakang ini. Jadi sekarang, tersangka utamanya Risa sama ibunya," ucap Ustad Juned setelah mendengarkan ceritaku.

"Kita ke rumahnya sekarang aja, Ned!" ajak Ayah.

"Percuma, mereka udah pergi," sahut Ibu.

"Dari mana ibu tau?"

"Tadi ibu ke sana, Yah."

"Berarti emang bener mereka pelakunya. Cuman buat apa mereka ngelakuin itu. Kan ini bukan rumah mereka?"

"Bisa jadi mereka ada dendam sama Bos ente, Man," sahut Ustad Juned.

"Kemaren emang bos ane nyusuh jauhin mereka sih."

"Nahkan, berarti dari awal bos ente dah tau, kalau tetangga itu gak beres."

"Iya sih, tapi ... kenapa gak diberesin dari dulu. Malah katanya warga sini aja pada gak berani."

"Biasanya kalau begitu, ada orang kuat juga di belakangnya. Makanya pada warga sini pada takut macem-macem."

"Siapa kira-kira?"

"Nah ane gak tau, Man. Mungkin dukun sakti kota ini."

"Bisa jadi sih."

"Soalnya kalau dipikir ulang, cerita Arsyad tadi. Jin di sini bisa dibilang cerdik banget. Mereka udah sangat berpengalaman dan tau apa yang bakal terjadi ke depan. Makanya pas rukyah rumah kemarin, gampang banget diusir. Eh, ternyata mereka udah sembunyi duluan di badan Arsyad," ucap Ustad Juned.

"Apa sekarang masih ada di badan Arsyad, Pak Ustad?" tanyaku.

"Insya Allah udah gak ada. Sekarang tinggal kamu jaga baik-baik supaya mereka gak masuk lagi ke badan kamu. Perbanyak dzikir dan jangan takut sama mereka."

"Pak Ustad, kenapa cuman Arsyad aja yang diteror?" tanyaku.

"Mungkin waktu pertama kali datang ke sini, kamu yang terlihat paling lemah. Biasanya bangsa Jin akan mengincar orang yang lebih lemah untuk ditakut-takuti dan dikelabuhi."

"Ayah bilang bangsa Jin gak bisa membunuh manusia. Kenapa mereka beberapa kali nyoba bunuh Arysad?" tanyaku.

Pak Ustad melirik ayah, lalu tersenyum. "Harusnya ayah kamu tau kalau Jin juga bisa nyelakain atau sampai membunuh manusia secara tidak langsung."

"Kemarin itu, biar dia gak takut aja, Ned," sahut Ayah sambil tersenyum.

"Gini, Syad. Ketika kamu takut dan iman kamu sedang lemah. Mereka bisa bertindak ekstrem, sampai bermain fisik pada kita. Apalagi Jin di sini berbeda. Jin yang biasa digunakan untuk ilmu hitam. Mereka sudah terbiasa diberi makan sama si dukun. Makanya jauh lebih kuat dari Jin biasa," jelas Ustad Juned.

"Oh begitu. Soalnya ayah gak pernah ngejelasin itu," sindirku.

Ustad Juned malah tertawa, "Emang dia dari dulu begitu. Jarang mau cerita, selalu dipendem sendiri. Giliran gak kuat, eh nelpon minta bantuan."

BRUG!

Terdengar suara benda terjatuh dari arah gudang. Sontak kami melihat ke sana. "Barang-barang yang ada di sana sebaiknya enta buang, Man," ucap Ustad Juned.

"Iya, nanti ane buang," sahut Ayah.

"Emangnya barang-barang apa?" tanyaku.

"Barang-barang bekas praktik ilmu hitam," balas Ustad Juned. "Kamu mau liat?"

"Iya, Pak Ustad."

BERSAMBUNG

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

24.1K 16K 72
WARNING!!! SEBELUM BACA INI MARI KITA BERTEMAN DAN SESUDAH BACA SILAHKAN TINGGALKAN JEJAK AGAR KITA TRUS BERTEMAN. Yup terimakasih! Desa ini terletak...
211K 22.9K 24
"Semenjak nenek meninggal, suasana rumah jadi menyeramkan. Nenek suka datang di waktu malam, mengetuk pintu dan jendela. Kadang juga bernyanyi dan me...
36.8K 1.5K 36
Cerita ini menceritakan aku , teman - temanku, serta kekasihku yang melakukan pendakian. Pendakian kali ini hanya untuk hiburan, tapi karena kecerobo...
53.8K 4.5K 19
Safira dan Kaivan baru saja pindah ke sebuah rumah dinas di tengah perkebunan sawit. Rumah yang berdiri sendiri, tanpa ada satupun tetangga. Mereka t...