When You Lost It

By Delzy1

3.3K 1.9K 1.7K

Berawal dari mimpi buruk. Hari-hari yang seharusnya terdengar wajar bagi gadis itu mulai berubah sejak beber... More

Pengantar
Character List!
Opening
Malam tanpa Ketenangan
Hari yang Indah
Teman
Pertanda Pertama
Kenapa harus meminta maaf?
Pelukan Seorang Dewi
Sekali lagi, Hari yang Indah
Pertanda Kedua
Tak lagi bersama
Penyesalan dan Tuan berwajah teduh
Kartu Nama
Pergi untuk Sementara
Khayalan atau Penglihatan?
Mulai menginap
Sosok kedua
Hampir saja!
Pertanda Ketiga
Kupu-kupu Hitam
Akhirnya, mereka tahu
Apa aku tidak pantas untuk tau?
Tidak ada Keberuntungan (1)
Tidak ada Keberuntungan (2)
Tidak ada Keberuntungan (3)
Dunia baru untukmu
Malam Perekrutan
Tekad dan Rencana
Pelatihan Pertama
Suara yang memanggil
Bertemu
Ucapan yang berguna
Bersaing!
Berkumpul
Di tengah kekacauan
Memperluas relasi
Dua golongan
Season 2 : The Beginning (1)
Season 2 : The Beginning (2)
Season 2 : The Beginning (3)
Season 2 : Awal yang buruk
Season 2 : Di Masa yang mana?
Season 2 : Sebuah Foto
Season 2 : Pesta Malam
Season 2 : Kucing dan Kupu-kupu yang berwarna hitam
Season 2 : Foto itu Menghilang!
Season 2 : Pembuat Onar
Season 2 : Seseorang yang tak terduga
Season 2 : Dia yang tidak pernah disangka
Season 2 : Asap hitam
Season 2 : Di suatu malam sehabis kekacauan
Season 2 : Kedatangan pelanggar

Tidak ada Keberuntungan (4)

43 36 83
By Delzy1

Dalam keadaan kacau itu kemudian terdengar suara dari telinga Hazel.

Ketika gadis itu menoleh, dia membulatkan mata melihat adiknya yang berusaha memecahkan kaca mobil tua itu dengan tangannya sendiri sampai lecet.

Adiknya mempersiapkan diri lalu membenturkan sikunya agar jendela mobil tua itu pecah, karena pembukanya dikunci oleh Ayah.

Namun, melihat luka lecet itu semakin parah dan meninggalkan cairan bekas luka pada jendela mobil itu, akhirnya membuat Hazel beranjak dan menghentikan apa yang diperbuat Liam.

"Liam! Jangan!" Teriak Hazel sambil menarik pundak Liam menjauh.

Hazel menarik tangan adiknya, lalu melihat luka di tangan Liam. Gadis itu mencoba menekan bagian sekitar luka tersebut, agar darahnya tidak tersumbat.

"Aw, aduh...sakit." Ringis Liam kesakitan.

"Tahan." Ucap Hazel tegas lalu merobek lengan seragamnya.

Dengan cekatan lengan berdarah tersebut, telah terbalut rapat. Hazel sedikit gugup dia harus cepat-cepat keluar dari sini.

Pupil Hazel bergetar ketika melihat ayahnya mulai sadar setelah pingsan karena jarinya yang robek hampir patah, karena gigitan Hazel.

Hazel menarik tubuh adiknya ke belakang.
Setelah itu, Hazel melihat jendela yang berusaha dipecahkan oleh Liam itu tadi. Gadis itu dapat bernafas sedikit lebih lega karena sudah banyak jejak rusak disana. Mungkin satu tendangan kuat akan bisa menghancurkan jendela mobil tersebut.

Sementara itu pria tersebut, berusaha bangun dari tangannya yang benar-benar terluka, ngilu sekali jika dilihat.

"Sial." Ujar Ayah Hazel meringis kesakitan.

Bola mata Hazel melihat kesempatan. Hazel mengambil ancang-ancang lalu dengan kuat menendang kaca mobil tersebut.

Tetapi perkiraan Hazel sedikit melenceng, mobil itu malah terbalik 90 derajat. Sehingga pintu mobil sisi Hazel berada berada di bawah. Mobil itu miring sekarang.

Hazel menghela nafas kasar, lalu berusaha bangkit dan menapakkan sepatunya pada kursi tempat dia bisa memanjat untuk keluar dari mobil itu sekarang.

Kemudian gadis itu menahan tubuhnya sendiri agar tidak terjatuh dan menendang jendelanya.

Satu tendangan...

Dua tendangan.....

Prangg!!

Jendela itu pecah, dengan cepat gadis itu mengangkat tubuh Liam, dan membiarkan adiknya itu keluar dahulu.

"Kakak! Bagaimana denganmu?!" Teriak adiknya dari atas.

"Turunlah terlebih dahulu, Liam! Menjauhlah dari mobil ini." Ucap Hazel.

"Tapi..."

"Turun, Liam!!" Teriak kakaknya lebih kencang, membuat adiknya terkejut.

Ayah Hazel tidak kehabisan ide, dia menahan pergerakan Hazel yang akan naik.

Gadis itu menyikut muka ayahnya, membuat pria itu terjatuh dan mengerang kesakitan.

Liam yang berada di atas awalnya ragu, namun pada akhirnya dia berusaha meyakinkan diri

"Kakak pasti selamat, aku harus menurutinya." Pikir Liam yakin dan turun dari mobil, lalu berusaha berjalan cepat menjauh dari mobil itu.

Sementara itu didalam mobil, Hazel berusaha menyusul adiknya dan naik melewati jendela itu. Tetapi, entah bagaimana, pria itu bangkit dan menahan kakinya.

Walaupun begitu Hazel dengan emosi menendang jari ayah yang terluka sehingga membuat satu genggaman tangannya terlepas dari kaki Hazel.

Hazel berusaha memanjat jendela mobil itu kemudian melihat dari atas, pandangan gadis itu menoleh ke arah kanan dan kiri.

Belum selesai Hazel berfikir tentang adiknya itu, kaki Hazel kemudian ditarik oleh Ayahnya, membuat pegangan Hazel sedikit mengendur. Hazel panik, jika dia terjatuh, maka semuanya akan berakhir, karena ayahnya juga tidak akan tinggal diam.

Hazel berusaha naik ke jendela mobil itu.

"Jangan berfikir kamu bisa lari Hazel!!" Teriak ayahnya.

"Ayah, sudahlah biarkan kami pergi!" Teriak Hazel, dengan mata berair.

Rupanya hujan kali itu, tidak bisa menyembunyikan mata Hazel yang sembab karena terus menangis.

"Kumohon..." Ucap Hazel dari atas.

Ayahnya menggila, dengan cepat suntik itu berada di tangannya dan

Jleb....

"Akhhh!!!" Teriak Hazel.

Suntik itu menusuk kakinya, membuat cairannya perlahan masuk kedalam gadis itu.

Hazel menangis kemudian merasakan sakit yang amat sangat. Meskipun begitu Hazel menendang tangan ayahnya dan wajahnya, sehingga tangan pria itu bisa terlepas, Hazel kini bisa keluar.

Namun, karena kehilangan keseimbangan, gadis itu jatuh ke jalan, untuk sudah diluar.

Dia menengok ke kanan dan ke kiri, kemudian mata satunya membulat, melihat Liam menghampirinya.

"Liam! Aku sudah memperingatkan mu untuk lari! Apa yang kamu lakukan disini?!" Teriak Hazel berusaha membuat adiknya mendengar ucapannya di hujan yang deras itu.

Liam tidak merespons apapun, dia mencoba melingkarkan tangan Hazel pada pundaknya dan membantu gadis itu untuk berdiri sebelum ayahnya bisa keluar dari sana.

Satu langkah, dua langkah, perlahan, mereka meninggalkan lokasi, dan berjalan mulai masuk ke area hutan.

Ketika berjalan disana.

"Berhenti..." Lirih Hazel.

Liam tetap menuntunnya untuk berjalan terus.

"Liam, berhenti..." Ucap Hazel.

Liam tidak meresponsnya.

"Aku bilang berhenti! Liam!" Teriak Hazel. Membuatnya adiknya benar-benar berhenti saat itu.

Gadis itu menatap lelaki itu keheranan, dia mensejajarkan tingginya dengan Liam, menelusuri raut muka Liam, kemudian mulai berbicara.

"Kenapa kamu tidak lari? Ha? Kamu pikir kakak melakukan ini semua hanya untuk membuatmu jatuh ke tangan ayah?!" Ucap gadis itu.

Liam berjalan cepat,
"Kalau kakak ingin menanyakan hal tidak berguna itu sekarang, maka ayah mungkin akan segera keluar dari mobil itu dan mengejar kita."

Hazel naik pitam, dia mengepalkan tangannya, tidak percaya apa yang telah dikatakan adiknya itu. Apa dia bilang? Hal tidak berguna? Apa gadis itu salah untuk menyuruh adiknya menyelamatkan diri? Dia hanya ingin adiknya bisa lepas dari genggaman ayahnya. Dan apa yang ia dapat dari perlakuannya itu?

Hazel menghela nafas kasar, dahinya berkerut, dia marah sekarang. Gadis itu menyusul langkah cepat adiknya kemudian menarik pundak lelaki itu.

"Apa maksudmu tidak penting? Kamu pikir, Kakak melakukan ini untuk siapa? Ini semua untuk kamu! Agar kamu bisa keluar, dan pergi sejauh mungkin, kenapa Liam? Saat ada kesempatan itu, kamu malah tidak memanfaatkannya? Apa kamu membuang kepercayaan kakak begitu saja?" Ucap Hazel berusaha menyadarkan adiknya.

Liam mengepalkan tangannya kemudian menatap manik mata Hazel, dalam. Air mata mulai keluar dari pelupuknya.

"Lalu bagaimana denganmu?!" Bentak Liam, apakah kakaknya tidak peka sekali.

Hazel mengernyitkan dahi, bingung.
"Apa?!" Teriak Hazel.

"Kakak kira Liam mau membuang kepercayaan itu? Membuat kakak kecewa karena Liam tidak memanfaatkan kesempatan yang telah kakak berikan dengan baik? Kakak kira Liam mau? Tidak!" Ucap Liam.

"Hah.." Pikir Hazel mulai menyadari.

"Aku juga ingin kakak selamat!" Teriak Liam, kemudian memejamkan matanya.

"Kakak selalu menyelamatkan aku, dari mimpi buruk, bahkan saat ini ketika ayah memukulku, kakak membelaku! Untuk itulah aku melakukan itu kepada kakak! Aku ingin bisa membantu juga! Aku tidak ingin menjadi beban!" Teriak Liam menjelaskan.

"Kakak bisa memarahiku, atau melakukan apapun padaku sekarang, namun sungguh aku tidak menyesal ketika melakukan itu."

Hujan itu semakin deras, hutan itu seperti berkabut, banyaknya tetesan hujan yang jatuh ke tanah, mereka benar-benar basah, kuyup.

Liam menutup matanya, dia tidak berani berhadapan dengan wajah kakaknya saat ini. Dia takut, kakaknya akan marah. Apalagi setelah cara menjelaskannya yang seperti itu.

Ditengah suhu dingin, dari hujan yang mengguyur deras, kemudian tubuh Liam merasakan sedikit kehangatan. Bagaimana bisa? Di tengah badai ini? Siapakah yang dapat melakukannya selain kakaknya saat ini.

Punggungnya terasa penuh oleh telapak tangan halus itu.

Ketika Liam membuka mata, dia terkejut. Kakaknya memeluknya dengan erat.

Terdengar suara isakan dari bibir gadis itu.

"Kakak, tidak mengira kamu akan sangat mempedulikan keselamatan kakak, terimakasih banyak.....Liam." Lirih Hazel membuat Liam menangis.

Dengan cepat Hazel kembali berdiri dan menarik tangan Liam untuk berlari kedalam hutan itu menyusul ke arah tempat yang telah di sebutkan oleh Reza.

Hazel menengok ke kanan dan ke kiri. Mencari pohon yang dimaksud. Kedua remaja itu semakin dalam menelusuri hutan ditengah guyuran hujan yang bukan main.

Di tengah perjalanan, kening Hazel berkunang-kunang, langkahnya sedikit sempoyongan.

Liam yang menyadari hal itu, kemudian menahan tubuh kakaknya agar tidak jatuh.
"Kakak! Sadarlah!!" Teriak Liam menyadarkan.

Mata Hazel sayu, dia berusaha untuk tetap berjalan. Meskipun kesadarannya lama kelamaan menghilang.

Dalam pandangan yang perlahan mulai mengabur itu. Kemudian gadis itu mencoba mengembalikan kesadarannya berusaha untuk memimpin jalan kembali, dia tidak mau sampai pria itu menangkap mereka berdua kembali.

Nafas Hazel semakin berat, namun dia harus tetap berjalan.
"Apa efeknya sudah bekerja...secepat inikah?" Pikir Hazel kalut.

Gadis itu kemudian berusaha tetap menjaga adiknya itu.

Sementara Liam khawatir dengan kondisi kakaknya saat ini.
"Kakak? Ada apa denganmu?!"

Kemudian lutut Hazel melemas, dia terjatuh.

Gadis itu bernafas sebanyak yang dia bisa.
"Li...Liam, Jalanlah terlebih dahulu."

Liam menggelengkan kepalanya, berusaha membuat kakaknya berjalan kembali.

Memang bisa, namun, benar-benar tergantung kekuatan kakaknya, Liam tidak tau apa yang terjadi di dalam Mobil, kenapa? Kakak apakah terkena sesuatu? Kenapa kakak menjadi pucat seperti ini.

"Kakak....apa yang terjadi padamu?" Lirih Liam mengusap matanya yang sembab karena menangis, menuntun Hazel untuk berjalan.

Kemudian di beberapa kelokan disana. Kesadaran Hazel sesaat kembali,
"Ah, lewat sini, Liam...." Ucap gadis itu dengan mata yang sayu, seperti orang akan tertidur.

Liam mengangguk, mencoba menarik lengan Hazel, menahan tubuh setengah sadar kakaknya itu.

Ketika, lelaki itu kelelahan, gadis itu kemudian ambruk, Liam membulatkan matanya.
"Kakak!!" Teriak Liam

Hazel masih tersadar, alisnya berkerut, gadis itu nampak kesakitan.

Liam menarik kedua lengan Hazel dan mendudukkannya di batang pohon terdekat. Liam kemudian duduk disampingnya dan mencoba mencari titik dimana Hazel kesakitan ini.

Liam mencoba membuka kaos lengan, namun, tidak ada apapun,

Leher, tidak ada.

Namun, ketika sampai di kaki, Liam mulai menyadari, kaki kakaknya membiru, bengkak,
"Maafkan aku, kak." Ucap Liam, lalu membuka sedikit rok Hazel dan melihat pusatnya luka tersebut berupa bekas titik luka,

Liam menyadari,
"Kakak, apakah..." Lelaki itu menoleh ke arah Hazel.

Tanpa disadari Liam, Hazel telah menatapnya dengan sayu, matanya berkaca-kaca. Hazel tidak dapat menyembunyikannya sekarang. Memang tidak ada respons, namun, tatapan kakaknya sudah seperti mengerti apa yang dipikirkan oleh Liam.

Lelaki itu menunduk menatap luka di kaki kakaknya itu.

Dia mencoba untuk menahan isakannya.

Hazel kemudian mencoba untuk berdiri.
"Ayo, Liam....kita tidak mau sampai kerumah itu lagi...bukan?" Ucap Hazel dengan muka pucat, meskipun gadis itu tersenyum, entahlah Liam tidak kuat menahannya, dia melihat ke arah lain dan mengikuti tarikan tangan dari kakaknya itu.

Barulah setelah mereka melihat dari kejauhan Reza terduduk di batang pohon itu, menutup mukanya. Mereka berteriak memanggil lelaki itu.

"Reza!!"

"Kak Reza!!!"

Kemudian Reza dengan cepat mengangkat kepalanya dan berdiri, terkejut dia menoleh ke kanan dan ke kiri. Kemudian menemukan lokasi mereka setelah Liam melambaikan tangannya untuk memfokuskan pandangannya.

"Hazel!! Liam!!" Teriak Reza tersenyum, terharu.

Mereka berdua berlari menuju Reza, sementara Reza melebarkan tangannya bersiap memeluk mereka, setelah dekat.

Kemudian.

Jleb....

Petir itu seakan mendukung suasana saat itu. Darah mulai menggenang di sekitar tubuh gadis itu yang tergeletak.

Liam dan Reza membelalakkan matanya.

"Hazel!!!!" Teriak Reza pilu,

Sementara pelakunya, ayahnya berdiri di hadapan mereka dengan pandangan menanar tidak percaya.

"A..aku...tidak berniat sampai seperti ini.." ucap ayahnya menyadari.

Ternyata pria ini sudah mengikuti mereka sejak tadi.

Liam menatap tubuh kakaknya yang bersimbah darah, punggungnya tertancap pisau.

Pikiran Liam mulai kalut, dia terdiam.

Sementara ayahnya hanya bisa menatap tubuh Hazel.
"Ke-kembalilah, Liam, ayah mohon..."

"Kenapa..." Lirih Liam, menyadarkan Reza dan ayahnya.

"Kenapa ayah bertindak sejauh ini." Lirih Liam.

"Li-liam.." Ucap pria itu ketakutan.

"Kenapa!!!!!" Teriak Liam membuat pria itu terdiam.

Nafas Liam, mulai memburu, dia menangis, lelaki itu mengepalkan tangannya kuat, kemudian menatap ayahnya tajam.

"Kenapa ayah?! Kami hanya ingin bebas!" Teriak Liam.

Di dalam hutan itu, hujan semakin menderas. Pohon-pohon menggugurkan banyak daun karena hembusan angin yang kencang, mereka sudah tidak tau jam berapa ini.

Liam terduduk lemah. Dia menatap kakaknya yang tergeletak di pelukan Reza. Kemudian mulai menangis berteriak dengan kencang.

"Akhhhhhh, kakakkk" teriak Liam merengek, pilu, dia benar-benar tidak bisa, bagaimana seseorang yang begitu melindunginya kini pergi.

Dia kembali berteriak lagi, kini dengan emosi yang sangat kuat, dia tidak tahan dengan tangisannya kini, terdengar di berbagai penjuru.

Kemudian tanah hutan itu mulai terdengar. Ayah Hazel dan Reza panik, Reza melihat ke belakang pohon, lelaki itu membulatkan mata terkejut.

Beberapa hewan buas datang, mereka mendatangi tempat mereka.
"Gawat...apa yang baru saja Liam lakukan?"

Liam terus berteriak.
"Liam...berhenti..." Lirih Reza.

Namun, karena emosi Liam sedang berkobar. Kini tidak ada yang bisa menghentikan, Reza pun mengusap muka Hazel berusaha membuat kenyamanan yang benar-benar diperlukan oleh gadis itu.

Anehnya hewan-hewan buas itu tidak berkumpul ke arah mereka. Namun, ke arah ayah Hazel.

Reza menatap pemandangan itu dengan bingung yang amat sangat di pikirannya. Bagaimana bisa?

Hewan-hewan itu menyerang ayah Hazel dan membiarkan mereka bertiga di depannya.

Baiklah, Reza tidak tau, apapun itu, dia akan memikirkannya nanti. Dia harus cepat-cepat masuk ke dalam portal itu.

Reza mengeluarkan kartu di sakunya kemudian mengarahkannya ke lubang yang terbuka secara tidak terkira dalam pohon itu, ajaibnya pohon itu menelan kartu Reza.

Kemudian sinar mulai terbentuk di dalam pohon itu, pohon itu terbelah menjadi dua.

Membuat jarak diantaranya menjadi portal Dengan sinar yang sangat menyilaukan mata.

Reza mengangkat tubuh lemah Hazel dan menarik lengan Liam yang kemudian berhenti berteriak, untuk masuk kedalamnya.

"Akhhhhhh Kalian!!! Jangan lari!!" Ucap pria itu diantara kerumunan hewan-hewan buas itu.

Kemudian portal itu tertutup, pohon itu kembali ke bentuk semula.
__________________________________

Burung itu berkicau dengan merdu, angin sepoi-sepoi yang berhembus, menghangatkan suasana pondok itu.

"Apakah nona sudah bangun?"

"Aku tidak tau, nona harus segera berkunjung ke rumah besar Tuan Bahuwirya."

"Setidaknya biarkan nona beristirahat dahulu, nona telah melewati neraka bersama dua tuan lain yang datang bersamanya."

Jari-jemari gadis itu bergerak, dahinya mengernyit. Dia mencoba mengerjapkan matanya.

"Ah, tunggu-tunggu, nona sudah sadar! Tolong beritau pada tuan besar!"

"Baik!"

Gadis itu kemudian dengan pelan membuka matanya. Gadis itu tersenyum. Menoleh ke arah perempuan lebih tua darinya yang menawarinya minum setelah mengetahui dia sadar.

"Kakak...apakah saya sudah berada di surga?" Ucap Gadis itu terkekeh kecil.

Perempuan itu tersenyum, menggelengkan kepalanya.
"Banyak yang bilang begitu ketika pertama kali datang ke tempat ini. Sadarkanlah dirimu terlebih dahulu, minumlah, nona."

Gadis itu kemudian beranjak, dan menghadap perempuan itu untuk mengambil minuman yang berada di tangannya.

"Bersiaplah, nona, tuan besar akan segera datang ke ruangan anda."

"Siapakah tuan besar itu, kak?"

"Siapa lagi, orang yang sudah memberimu kartu untuk datang ke padepokan ini? Tuan Bahuwirya Cakrasugaha." Ucap perempuan itu tersenyum.
__________________________________
Thanksss for your support!!

Continue Reading

You'll Also Like

17.5K 2.8K 13
[ SHORT STORY ] Semuanya bermula ketika mereka berlibur di villa itu.
4.2K 481 40
Cewek centil itu cocoknya dapet cowok yg badboy dan galak
36.7K 2.3K 12
Haechan yang di jual dan harus menjadi budak darah bagi putra putra Jung, yang merupakan bangsa vampir. #jaehyuck #markhyuck #nohyuck #nahyuck #jihyu...
4.5K 576 45
Up : Setiap hari Penderitaan besar apa yang sedang kalian alami... kehilangan keluarga? perundungan? kekerasan? pelecehan? atau wabah zombie yang sek...