When You Lost It

By Delzy1

3.3K 1.9K 1.7K

Berawal dari mimpi buruk. Hari-hari yang seharusnya terdengar wajar bagi gadis itu mulai berubah sejak beber... More

Pengantar
Character List!
Opening
Malam tanpa Ketenangan
Hari yang Indah
Teman
Pertanda Pertama
Kenapa harus meminta maaf?
Pelukan Seorang Dewi
Sekali lagi, Hari yang Indah
Pertanda Kedua
Tak lagi bersama
Penyesalan dan Tuan berwajah teduh
Kartu Nama
Pergi untuk Sementara
Khayalan atau Penglihatan?
Mulai menginap
Sosok kedua
Hampir saja!
Pertanda Ketiga
Kupu-kupu Hitam
Akhirnya, mereka tahu
Apa aku tidak pantas untuk tau?
Tidak ada Keberuntungan (1)
Tidak ada Keberuntungan (2)
Tidak ada Keberuntungan (4)
Dunia baru untukmu
Malam Perekrutan
Tekad dan Rencana
Pelatihan Pertama
Suara yang memanggil
Bertemu
Ucapan yang berguna
Bersaing!
Berkumpul
Di tengah kekacauan
Memperluas relasi
Dua golongan
Season 2 : The Beginning (1)
Season 2 : The Beginning (2)
Season 2 : The Beginning (3)
Season 2 : Awal yang buruk
Season 2 : Di Masa yang mana?
Season 2 : Sebuah Foto
Season 2 : Pesta Malam
Season 2 : Kucing dan Kupu-kupu yang berwarna hitam
Season 2 : Foto itu Menghilang!
Season 2 : Pembuat Onar
Season 2 : Seseorang yang tak terduga
Season 2 : Dia yang tidak pernah disangka
Season 2 : Asap hitam
Season 2 : Di suatu malam sehabis kekacauan
Season 2 : Kedatangan pelanggar

Tidak ada Keberuntungan (3)

43 34 44
By Delzy1

Mobil ayah Hazel berhenti tepat di tepi jalan tersebut.

Suasana yang begitu dingin dengan angin yang bertiup cukup kencang dan hujan yang mengguyur jalanan tersebut dengan deras.

Tetapi, semua hal itu seakan tidak mengganggu suasana yang saat ini dialami oleh pengendara di dalam mobil tersebut.

Atmosfer yang berat itu membuat Keringatnya bercucuran dari kening dan tengkuknya itu. Pria tersebut hanya menghadap depan dengan pandangan yang tidak dapat dideskripsikan. Kedua tangannya memegang setir mobil walaupun mobil tidak berjalan. Nafas pria itu terdengar berat. Sepertinya beliau gugup.

Sementara itu di belakangnya ada Hazel yang duduk dan melipat tangannya dengan santai di dada serta menatap pemandangan di luar.

Pohon itu bergoyang-goyang mengikuti hembusan angin kencang, pas sekali dengan hujan deras yang membuat hari tersebut semakin suram. Jendela mobil bahkan semakin berembun karena suhu dingin dari luar mobil itu.

Setelah menyadari tidak ada percakapan apapun dari ayah, Hazel menghela nafasnya kasar dan menatap ayahnya masam.

"Apa ayah tidak punya cara lain untuk membawaku dan Liam ke rumah? Apa ayah meremehkan kami?" Ucap Hazel.

Ayah Hazel kemudian fokus menatap pemandangan di depannya. Menghindari kontak mata dengan putrinya. Takut jika pikirannya akan terbaca. Dengan berat beliau berusaha menenangkan diri walaupun di otaknya sudah kacau, dan memiliki keinginan untuk segera menghilangkan ingatan putrinya tersebut.

Setelah beberapa saat, akhirnya pria itu menjawab dengan senyuman kaku di wajahnya, beliau panik. Jari-jari tangannya di setir bergerak mengetuk-ngetuk setir tersebut.

"Hah...benar, sebaiknya aku rantai saja kalian berdua di rumah, dan tidak membiarkan kalian sekolah hari ini." Ucap pria tersebut tidak menghadap ke arah Hazel.

Kening Hazel berkerut, dia tidak terlalu senang dengan jawaban ayahnya.

Sementara laki-laki itu terdiam, dia memainkan kuku jari tangannya dengan gugup. Liam tidak dapat bergabung dengan pembicaraan mereka.

"Lalu, apa yang akan terjadi jika aku tidak menyadari kekuatan ini? Aku mungkin dengan senang hati mengikuti skenario yang sudah ayah buat selama beberapa tahun silam untuk menghilangkan ingatan itu."

Tidak terdapat jawaban dari ayahnya setelah itu, tetapi saat Hazel melihat ke arah tangan ayahnya.

Ayahnya terlihat meremas dengan kuat setirnya membuat urat otot tangannya terlihat.

"Benar...memang benar kata mereka," Gumam ayahnya.

"Aku hanya ingin memastikan beberapa hal ayah sebelum aku pergi, ayah tau bukan? Aku tidak akan dengan bodohnya duduk manis bersama Liam disini sampai ayah menghapus semua ingatanku?" Ucap Hazel lalu menatap ayahnya fokus.

Hujan semakin deras diluar, karena cuaca mendung, Hazel tidak bisa mengira apakah ini sudah sore? Atau masih siang? Dia lupa memakai jam tangan. Dia harus cepat atau Reza akan menunggunya lebih lama disana.

"Apa ibu...meninggal karena salah satu perjanjian itu?" Ujar gadis tersebut.

Tidak ada reaksi, Hazel berusaha membaca pikiran ayahnya.

Aku menyesal

Hanya itu yang ada dalam fikiran ayahnya saat ini, maka dengan cepat Hazel menyimpulkannya.

"Apa aku dan Reza ke ruang bawah tanah juga untuk syarat kedamaian perkumpulan tersebut? Agar tidak ada lagi yang melawan kalian? tumbal?" Ucap Hazel lebih fokus.

Hazel memperhatikan gerak-gerik ayahnya, tangannya dengan lebih keras menggenggam setir mobil itu. Seharusnya telah ada luka yang tergores di telapak tangannya saat ini.

Hazel mencoba membaca pikiran ayahnya kembali.

Aku menyesal! Aku menyesal!

Hanya itu yang dapat Hazel baca. Hazel mengernyitkan dahinya. Gadis itu mulai menarik tubuh Liam agar berdekatan dengannya.

Liam mendongak ke arah Hazel. Sementara Gadis itu meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya. Mengisyaratkan Liam untuk tidak berbicara apapun.

Hazel menganggap semua jawaban atas pertanyaannya tadi adalah benar.

Kini pertanyaan terakhir, gadis tersebut menatap pria itu intens. Bersiap. Sebenarnya juga pertanyaan ini bisa ayah perkirakan, tetapi, sungguh gadis ini ingin memastikan.

"Apakah Bahuwirya Cakrasugaha....berhubungan....dengan ini semua?" Ucap gadis itu perlahan.

Suasana menjadi hening, tiba-tiba saja suara nafas berat ayahnya tidaklah begitu keras lagi untuk dapat terdengar oleh Hazel. Inikah pemicunya? Apakah ayah akan melampiaskannya sekarang?

Kemudian untuk memantau situasi gadis itu membaca dalam pikiran pria tersebut.

Namun, bukan lagi perkataan "aku menyesal" lagi yang ada. Namun, kacau.

Semua memori muncul, entah apa saja itu. Benar-benar acak. Seperti air mancur yang kehilangan kendali, atau mesinnya rusak.

Sementara dalam pandangan kasat mata sekarang, ayah Hazel yang tadinya sempat tenang kembali bernafas dengan cepat. Dadanya naik turun.

Pria itu, kemudian menatap tajam kebelakang ke arah putra-putrinya membuat kefokusan Hazel dalam membaca pikirannya buyar.

"Tidak...apa ayah membawanya? Sekarang?!" Pikir gadis itu panik.

Pria itu kemudian tersenyum kecil lalu menghadap depan dengan cepat mengunci pintu jendela mobil. Kemudian pria itu secara spontan mencoba untuk berdiri dengan menunduk menghadap Hazel dan Liam dengan ekspresinya yang tidak dapat tertebak.

Hazel tidak fokus, dia terkejut, melihat barang yang dikeluarkan dalam saku jaket pria tersebut.

Setelah itu gadis itu membelalakkan mata,

"Tidak..." Pikir gadis itu.

Itu lah suntik dan toples yang dia lihat dalam fikiran Reza. Suntik yang berefek menghilangkan kesadarannya untuk sementara sebelum akhirnya sesuatu akan dilakukan untuk memasukkan "hal-hal" itu kedalam toples.

Namun, bagaimana bisa? Bukankah upacara ini harus dilakukan di bawah tanah.

"Kamu kira aku bodoh?" Ucap ayah tersenyum, puas sekali.

"Aku menyiapkan ini semua di perjalanan jikalau putra-putriku tercinta mencoba untuk kabur." Ucap Pria itu tersenyum kemudian mengambil dari laci mobil, sebuah tali tambang.

Salah satu tangan ayah menekan leher Hazel, sehingga Hazel kesulitan untuk bernafas.

Liam membelalakkan matanya.
"Ayah! Apa yang ayah lakukan?"

Ayahnya menjawab sambil menggenggam tangan Hazel dengan keras.
"Tentu saja, melaksanakan tugas ayah."

Hazel dalam keadaan sudah panik tersebut, mencoba menatap manik ayahnya dalam.

"Akh. Sial! Tidak.....seharusnya ini bekerja?! Kenapa disaat seperti ini?" Pikir gadis itu terus mencoba memanipulasi pikiran ayahnya.

Padahal pandangan mata mereka sudah bertemu, namun kenapa Hazel tidak bisa melakukan hal tersebut pada pikiran ayahnya?

Hazel bingung, Reza bilang dia punya kekuatan ini? Apa yang terjadi? Apa dia hanya bisa melihat isi pikiran saja. Perkiraannya salah kah?

Ayah Hazel yang menyadari tingkah laku putrinya, di sela mengikat tubuh gadis tersebut dengan tali akhirnya menjitak kepala gadis itu sedikit keras.

Ctakk.....

"Kekuatanmu baru saja tumbuh, kamu mau menggunakannya secepat itu? Sayang sekali, huh? Ingatanmu," Ujar pria itu kemudian tertawa kecil sambil mengetuk-ngetuk kening Hazel.

Hazel yang sekarang berhadapan dengannya tidak ada pilihan lain, dengan cepat gadis itu meludahi mata pria itu.

Gadis itu kemudian tersenyum, melihat reaksi pria itu sekarang. Dia memiringkan kepalanya, puas.

Pria tersebut kemudian berhenti. Untuk sementara membersihkan matanya dari cairan mulut Hazel.

"AKU TIDAK BUTUH PENJELASAN DARI ORANG SEPERTIMU!!" Ucap Hazel emosi dengan senyuman yang terukir di wajahnya.

Secepat kilat, sesuatu terjadi dan..

Plak!!!

Suara tamparan keras tersebut ternyata berasal dari pukulan tangan ayah yang mengenai pipi tembam Hazel dengan keras.

Benar, Hazel ditampar.

Gadis itu kemudian memejamkan matanya, merasakan perihnya tamparan tersebut, namun, ini tidak sebanding dengan apa yang telah diperbuat olehnya.

Benar, rasa sakit ini bukan apa-apa jika dibandingkan dengan dirinya yang menciptakan segala mimpi buruk ini.

"Kamu membuatmu makin semangat untuk menghilangkan ingatanmu saat ini juga. Agar kamu juga menurut padaku, benar, kan, Liam?" Ucap Ayah Hazel menoleh ke arah Liam.

Namun, Liam dengan cepat menggelengkan kepalanya dengan air mata yang siap untuk jatuh kapan saja.

Tanpa ada peringatan apapun, tangan kosong ayah Hazel langsung memukul wajah Liam, sampai Liam terpojok ke arah pintu mobil yang sempit itu dengan keras.

Kemudian ayah kembali menoleh ke arah Hazel dengan pandangan berkilat-kilat seperti orang kelaparan. Satu tangannya menggenggam leher Hazel sedangkan yang lainnya menggenggam suntikan tersebut.

"Sepertinya hari dimana ayah datang terluka setelah memancing dengan Ayah Reza, tidak cukup meyakinkanmu huh?" Ucap Pria tersebut.

Bibir sobek Hazel berusaha berbicara di tengah keadaan kacau tersebut, Hazel melirik ke arah Liam dan kembali ke manik mata pria itu.

"Jadi itu semua rencanamu?" Ucap gadis tersebut menatap pria itu tajam.

Pria itu tersenyum, gadis itu tidak habis pikir.

"Kemudian ingatan yang aku lihat pada hari itu, ingatan itu asli, atau palsu?" Tanya gadis itu serak.

"Bagaimana menurutmu? Ayah sudah rela melukai kaki ayah sendiri, semua untuk mendapat kepercayaanmu, si pemilik kekuatan istimewa." Ucap Pria tersebut.

Gadis itu menghela nafasnya, jadi memang dari awal ini semua sudah direncanakan. Tanpa terasa mata gadis itu menghangat.

"Ayah bahkan berpura-pura menolong ibu untuk dijadikan tumbal, agar perdamaian ini tetap berjalan. Dan kamu bisa bangga memiliki ayah sepertiku."

Ini benar-benar sudah diluar akal sehat Hazel, ayah yang begitu dia sayangi dari kecil, walau mungkin rasa sayang itu juga karena pengaruh hubungan darah keturunan itu. Namun, ayah dari dahulu tetaplah ayah yang sangat Hazel cintai sampai sekarang. Satu tetes bulir air mata jatuh dari pelupuk mata Hazel.

"Engkau...apakah memang sudah benar-benar kehilangan akal sehatmu? Ayah." Lirih gadis tersebut.

Urat di pelipis ayahnya kembali mencuat, pria itu marah.

Pria itu kemudian kembali menampar gadis itu.

"Ayah lelah! Ini semua demi kebaikanmu dan keluarga kita agar tidak ada lagi yang perlu dikorbankan!! Namun, pertemuanmu dengan pria itu sangat membuatku geram! Apa kau mengerti?! Ha?!" Ucap ayah mendekatkan wajahnya ke arah Hazel dan berteriak di hadapannya.

Gadis itu menatap pria itu dengan sayu.

Kemudian tangan kecil itu ada di atas tangan pria yang mencengkram leher gadis itu dengan kuat.

Liam duduk setelah apa yang barusan terjadi padanya, bahkan sesekali Liam menghapus air mata yang jatuh beberapa kali dari pipinya yang sakit itu.

Liam menunduk,
"Ayah bilang ayah akan membebaskan kakak."

Ayah Hazel menoleh ke arah Liam, pria itu tersenyum kecil. Senyum aneh. Hazel terpaku melihatnya dalam posisi harus mencari sebanyak mungkin nafas. Mencari cara.

Ayah beranjak sedikit memberikan perhatiannya kepada Liam, namun, tidak melepaskan cengkraman kuat itu dari leher Hazel.

"Hey, apa pukulan tadi tidak cukup kuat untukmu, Liam?" Ujar pria tersebut menatap Liam tajam dan bersiap untuk memukulnya lagi.

Kemudian Liam mengangkat kepalanya dan menatap manik mata ayah Hazel dengan dalam.

"Ayah bilang, kakak akan dibebaskan kalau aku mengikuti apa yang ayah bilang?! Aku sudah menuruti apa yang ayah katakan, bahkan kakak sekarang sudah ikut bersama ayah."

Pria itu terdiam.

Gadis itu menatap Liam, terkejut. Apa maksudnya? Apa yang Liam katakan?

"Ah, benar, terimakasih sebelumnya untuk itu. Ayah berhutang Budi padamu."

Liam kemudian mengeratkan cengkeramannya pada tangan besar ayah. Berharap agar genggamannya terlepas dari leher kakaknya itu.

Liam menatap ayahnya tajam.
"Sekarang bisa kah ayah melepaskan Kakak? Ayah bilang aku lebih berharga daripada dia?" Ucap lelaki itu menunjuk ke arah Hazel.

"Liam..." Lirih Hazel.

Apa...beberapa waktu lalu, Liam mencoba menyelamatkan dirinya?

Menjadi penggantinya?

Liam menggelengkan kepalanya di hadapan ayah.

"Cukup ibu saja, jangan kakak juga, Ayah." Ucap Liam serak air mata kini telah menetes di pipinya.

"Biar aku yang pergi ke ruang itu ayah. Kumohon lepaskan kakak." Ujar lelaki itu meremas erat pergelangan tangan pria itu yang menggenggam kuat leher Hazel.

Ayahnya terdiam sementara.

Atmosfer Berat itu berhenti. Hazel juga masih mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh Liam.

Namun sesaat kemudian, gerakan cepat ayahnya kembali membuat tubuh Liam terlempar ke pojok pintu. Pukulan ayah kini mengenai ulu hati Liam.

Hazel juga terkejut bukan main. Gadis itu menatap tubuh ringkih laki-laki tersebut yang terbatuk,

Hazel berteriak.

Setelah menutup batuk tersebut, Liam membuka mulutnya. Telapak tangannya penuh dengan bercak-

Darah.

Hazel membelalakkan matanya. Gadis itu semakin berteriak dengan keras lalu berusaha melepaskan dirinya dari genggaman pria itu.

"Bodoh, dimanapun juga kekuatan kakakmu yang lebih penting dibandingkan dengan dirimu, Liam."

Hazel mencoba menggigit ujung jari ayahnya tersebut, selanjutnya ayahnya menggerang kesakitan dan berbalik memukul gadis tersebut.

Entahlah wajah Hazel benar-benar babak belur sekarang, bibirnya berdarah, pipinya nyeri, rasa sakit di bagian matanya. Dia tidak penuh dengan persiapan.

Sementara monster didepannya ini telah siap dengan suntik di tangannya. Hazel harus memikirkan cara untuk keluar dari mobil ini secepat mungkin. Salah bergerak sedikit, dia akan tertusuk, dan usaha Liam maupun Reza sejauh ini akan sangat tidak bermakna. Hazel tidak mau hal itu sampai terjadi melebihi siapapun.

Di tengah kekacauan tersebut. Sebuah tiang listrik dekat dengan mobil itu bergoyah, sepertinya tiang itu akan terjatuh.

"Aku bodoh sekali, kekuatanku sekarang tentu saja, tidak bisa digunakan untuk melawannya."

Hazel mulai lelah, cengkraman ayahnya begitu kuat apalagi di bagian lehernya.

"Kumohon...aku hanya ingin segera bertemu dengannya." Pikir gadis itu.

Saat itu, sepertinya doa Hazel terkabul, sekelebat, Hazel melihat bayangan putih itu mengelilingi mobilnya secara tiba-tiba.

Kemudian mobilnya bergetar, semua yang ada disana hanya bisa terdiam. Memandang tidak percaya, ketika Ayah Hazel mencoba melihat keadaan.

Sepertinya benda besar akan jatuh dan itu adalah tiang listrik tepat di depan mobil itu.

Tanpa disadari cengkraman ayahnya mengendur, dengan segala kekuatannya, Hazel menggigit jari itu lalu menendang lukanya. Mengakibatkan tangan pria itu terlepas dari leher Hazel.

Sesaat kemudian tiang listrik itu terjatuh, tepat di sebelah mobil tersebut mengakibatkan percikan api yang kemudian membumbung menjadi percikan yang besar.

Hazel kemudian terkejut, dia memeriksa pintu samping tempat Liam berada, dan menemukan api yang sudah menjalar. Namun, air hujan tidak membantu pemadamannya, benar-benar aneh.

Ah, Hazel tidak mau mati konyol disini, dia ingin keluar, gadis itu menoleh ke sana-sini namun, dia tidak menemukan celah.

"Apa yang harus aku lakukan?" Pikir gadis itu mencoba untuk fokus ditengah kepanikannya saat ini.
__________________________________


Continue Reading

You'll Also Like

3.1K 698 12
Hanya karena satu malam itu membuat kehidupan seorang perempuan itu menjadi malapekata. Dia Oline chey mahendra gadis yang introvert yang susah untuk...
4K 514 15
UPDATE [ SABTU & SENIN] There was something behind the room _______________________________________ Ketujuh anak muda yang diantaranya baru saja naik...
46.6K 4.7K 39
¡! BACA DESKRIPSI TERLEBIH DAHULU!¡ Berhati-hatilah kalian. Jika belum pulang ketika jam menunjukkan pukul lima sore. Maka kalian akan hilang. Mencer...
116K 1.3K 42
Kumpulan cerita pendek horror dan misteri dari seluruh penjuru negeri