Playlist ~ Dunia Tipu-tipu (Yura Yunita)
__________ __________
Happy reading, jangan lupa vote dan komen biar update ga ngaret😁
____________
Napas Naqiya tercekat mendengar pertanyaan yang suaminya barusan ucapkan. Buru-buru ia membalikkan punggung untuk menatap gerangan di balik badannya.
Kakinya melangkah, mendekati Bara yang berdiri tegak dengan tatapan tajamnya pada ibu dari bayinya itu. Kedipan mata itu bahkan tak dapat Naqiya tangkap satupun.
"Kok Mas ngomongnya begitu?" Tanya Naqiya dengan sorot mata puppy eyes nya menatap netra milik Bara.
Sebelum Bara sempat menjawabnya, perempuan itu sudah memeluk tubuh tegap suaminya. Menghirup wangi yang begitu ia sukai, rasanya tak bosan ia berada di samping Bara karena bisa dengan mudah menemukan aroma favoritnya.
Dalam dekapannya, Naqiya menggeleng pelan, "Mas nggak boleh ngomong begitu. Itu udah masa lalu kita." Kepalanya mendongak, "Apalagi ada Gaza di sini." Tambahnya.
Ah ya, Bara lupa.
Bayinya terlelap dengan tenangnya di ranjang. Tak ia pedulikan sedikitpun konflik yang menerjang orangtuanya.
Nyatanya, Bara tak pernah berubah. Setiap sentuhan istrinya berhasil membuat Bara mampu meredam amarahnya, meredam ego dalam dirinya dan kembali mengingatkan siapa dan apa posisinya sekarang.
Kepala keluarga. Ya, ia adalah kepala keluarga saat ini. Bersikap dewasa adalah satu-satunya jalan memecahkan masalah.
Jemari besar Bara terangkat dan merengkuh balik punggung istrinya. Dikecupnya hijab yang Naqiya kenakan saat ini. "Maaf, Sayang."
"Mas mungkin salah denger tadi, mana mungkin aku takut sama suamiku sendiri 'kan?" Tanya Naqiya dengan sumringah raut wajahnya. "Kalo aku takut, nggak akan nempel begini."
Ah Naqiya, kamu pandai sekali menjilat.
Bara mengangguk, "Nggeh, Sayang. Mungkin Mas salah denger tadi." Tuturnya. "Kalo ada apa-apa bilang sama Mas ya?"
Dengan netra lurus menatap indahnya manik milik suaminya, Naqiya mengangguk pelan. "Iya, Mas."
Kebohongan akan selalu ditutupi dengan kebohongan yang lain bukan?
Cup.
Kecupan kecil itu mendarat di bibir ranum Naqiya sebelum Bara masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tanpa sadar Naqiya menyentuh bibirnya, seperti pemeran utama di drama yang untuk pertama kalinya mendapat kecupan dari pasangannya.
Nay sadar kamu udah jadi ibu! Batinnya.
Sontak saja tatapannya terpaku pada gemasnya bayi yang lelap dalam tidurnya itu. Naqiya melangkah ke sana dan mengecup ringan pipi bayinya itu.
"Mama dicium Papa, Gaza dicium Mama," Celotehnya pada bayi yang masih lelap. Bahkan ia tak dapat mengerti apa yang Naqiya katakan.
Melihat bayinya adalah salah satu jalan keluar terbaik. Wajah polos tanpa dosa itu berhasil menyihir siapapun yang menatapnya. Hangat dan teduh, membuat hati Naqiya mampu melunak seketika.
"Bobonya lelap banget sih, Nak? Kamu mimpi apa?" Monolognya. "Gaza dulu di perut Mama kecil pas trisemester awal. Pas lahir Gaza gedenya se-Papa pas dilahirin sama Uti Seruni hihihi."
Jemari lentiknya mengelus lembut wajah bayi itu. Astaga benar-benar Gaza ini jiplakan Bara. Bahkan hanya matanya saja yang ia perhatikan mirip dengannya.
Perlahan seakan merespon sang Mama, bayi itu mengerjapkan mata. Kaki dan tangannya mengulat begitu menggemaskan sebelum kedua mata belonya terbuka.
"Mama pas hamil kamu kayanya nggak ngidam ngeliatin Papa terus deh, kenapa Gaza mirip banget Papa sih?" Tanyanya dengan raut sedih. "Loh udah bangun anak Mama?"
"Pinter banget anak Mama bangun nggak nangis ya." Lagi, monolognya dengan bayi yang menatap Naqiya polos itu. "Gaza itu.. Mama yang ngandung, Mama yang lahirin, Mama yang ng-ASI-hin, kok Mama cuma dibagi mata sama alis Gaza aja?" Protes Naqiya dengan wajah kesal yang dibuat-buat.
Telunjuknya menyentuh hidung, bibir, pipi bayi mungil yang memandang ibunya dengan serius. "Ini semua mirip Papa. Gaza kok gitu? huuu."
Melihat ekspresi bayinya yang begitu polos membuat Naqiya gemas sendiri. Ia menunduk dan menciumi pipi putra sulungnya itu.
"Gaza enen sama Papa aja ya?" Tanya Naqiya. Mata bayi Gaza menyipit, bibir tipis merah mudahnya mengerut, "Abisan Mama nggak dibagi banyak. Semuanya mirip Papa," Tutur Naqiya berpura-pura tidak terima.
Suara pintu kamar mandi terbuka, menampakkan Bara yang basah dengan handuk putih melilit bagian bawah pusarnya. "Iyalah mirip Papa gantengnya." Sahut Bara. "Gen Papa 'kan dominan."
Iya ganteng sih, tapi setidaknya bagilah sedikit buat Mamanya.
"Hish Papa kamu kepedean," Tutur Naqiya sembari membuang wajah dari Bara. "Kebiasaan Mas mah nggak bajuan."
Bara mengangkat satu alisnya. Ada masalahkah dengannya tidak mengenakan kaos? Ia telanjang bulat sekalipun, Naqiya berhak akan hal itu bukan?
"Hilih biasanya doyan," Goda Bara. Ia mendekati Naqiya hingga istrinya melirik ke arahnya, "Maunya dicopot ini?" Tanyanya sembari menggenggam handuk putih yang melingkar di pinggangnya.
"Ganti celana ih!" Protes Naqiya yang tanpa sadar pipinya memerah.
Bahkan setelah melahirkan Gaza pun Naqiya masih malu-malu dengan suaminya sendiri. Macam rasa seorang perawan aja kamu Nay!
"Gantiin dong.." Goda Bara. Jangan lupa akan hobinya menjahili Naqiya.
"Sini jadi Gaza aku gantiin popoknya," Sahut Naqiya yang mulai kesal menahan malu.
Bara tertawa pelan, ia masih heran. Bahkan urat malu Bara di depan Naqiya bisa dibilang sudah kandas. Percayalah apapun yang Naqiya lakukan pada tubuhnya akan ia terima dengan senang hati.
"Yaudah nggak usah ganti deh," Jawab Bara yang memilih duduk di samping Naqiya. "Hii anak Papa kok udah bangun aja? Mama berisik ya?" Tanyanya pada bayi itu.
"Nggak, Papa yang biciik soalnya mandi gebyur-gebyur kedengeran," Celetuk Naqiya. "Lagian 'kan ada shower, Mas, kenapa pake gayung sih."
Bara menyengir, "Lebih seger pake gayung tau, shower di rumah sampe rusak juga yang pake 'kan kamu doang. Kalo dingin baru Mas pake heater-nya."
Ah benar juga. Naqiya lebih suka mandi dengan shower daripada gayung, berbeda dengan Bara. Matanya menangkap suaminya itu sedang memainkan tangan Gaza dan bermonolog.
"Kamu itu anak pilihan, Nak, tebak kenapa?" Tanya Bara pada bayi gembil itu.
Naqiya menaikkan satu alisnya, "Semua anak ya pilihan, Papa," Ucapnya seakan menjadi suara Gaza.
"Beda," Jawab Bara. "Di antara berjuta-juta sperma Papa, jadilah Argaza Aqsabian dalam satu kali proses singkat."
"HEH!" Tegur Naqiya yang langsung melotot. "Mas jangan mesum depan bayi," Peringatnya.
Bara terkekeh, "Edukasi seks namanya," Ucapnya. "Dan satu dari sekian sperma ketemu lah sama sel telur Mama, sayangnya sel Papa bawa gen yang lebih dominan dari Mama."
Wanita itu dibuat melongo. Bisa-bisanya Bapak satu anak itu memberikan edukasi pada seorang bayi.
"Mangkanya Mama tuh iri pengen Gaza mirip sama Mama 70% sisanya baru mirip Papa." Celoteh Bara lagi. "Tapi maaf ya, Ma, gennya Papa lebih dominan."
Bara menekankan kata 'dominan' dalam ucapannya barusan. Melirik Naqiya yang tampak menggemaskan. Pintar sekali Bara membuat Naqiya kesal.
"Nggak papa nanti adeknya Gaza mirip aku." Bela Naqiya tak mau kalah. "Biar orang-orang bilang, Nay anaknya mirip kamu, bukan mirip Papanya mulu."
"Oh begitu..." Bara mengangguk-anggukan kepalanya, sebelum ia memajukan kepala untuk membisikkan sesuatu di telinga Naqiya.
"Emang rencana mau dibuat kapan adeknya Gaza, Mama?"
Demi Tuhan suara seksi suaminya berhasil membuat bulu kuduk Naqiya bangkit.
[ B A Y I D O S E N K U 2 ]
Hanya kamu yang mengerti,
Gelombang kepala ini,
Puja puji tanpa kita,
Mata kita yang bicara,
Selalu nyaman bersama.
Sekarang aja lah Pak🙏😁 tp Gaza masih bayi kesiaann
langsung wa atau ke ig atau ke shopee aja yuuu, oiya aku mau ngucapin...
Doa yang baik untuk kita semua di pergantian tahun hijriah ini, semoga dosa dosa tahun lalu diampuni dan tahun ini jadi pribadi yang lebih baik lagi, aamiin aamiin allahuma aamiin