ODETTA [TAMAT]

By FreelancerAuthor

377K 73.8K 3.8K

(repost) TERSEDIA EBOOK DI PLAYBOOK, DAN BAB SATUAN SERTA PAKET DI KARYAKARSA. Odetta memang memiliki nama ya... More

Prakata
ODETTA
1. ODETTA
2. ODETTA
3. ODETTA
4. ODETTA
5. ODETTA
6. ODETTA
7. ODETTA
8. ODETTA
9. ODETTA
10. ODETTA
11. ODETTA
12. ODETTA
13. ODETTA
14. ODETTA
15. ODETTA
16. ODETTA
17. ODETTA
18. ODETTA
19. ODETTA
20. ODETTA
21. ODETTA
22. ODETTA
23. ODETTA
24. ODETTA
25. ODETTA
26. ODETTA
27. ODETTA
28. ODETTA
29. ODETTA
30. ODETTA
31. ODETTA
32. ODETTA
33. ODETTA
34. ODETTA
35. ODETTA
VOUCHER ATTACK!!
36. ODETTA
37. ODETTA
38. ODETTA
39. ODETTA
40. ODETTA
41. ODETTA
42. ODETTA
43. ODETTA
44. ODETTA
45. ODETTA
46. ODETTA
47. ODETTA
49. ODETTA
50. ODETTA
51. ODETTA
52. ODETTA
53. ODETTA
KABAR BAPAKNYA ODET
54. ODETTA
55. ODETTA
56. ODETTA
57. ODETTA
58. ODETTA
59. ODETTA

48. ODETTA

3.4K 874 25
By FreelancerAuthor

Odet sempat bingung harus pulang kemana setelah statusnya berubah menjadi istri Bimaskara Yowendra. Sekarang, Odet tidak bisa bersikap sebagai putri dari Seda Dactari yang tanggung jawabnya memang dibawah kepemimpinan keluarga sang ayah. Sekarang Odet memiliki Bima sebagai pria yang bertanggung jawab atas diri Odet. Pria itu pasti tahu bagaimana cara menjadi seorang pemimpin untuk memutuskan pilihan atas anggota keluarganya—Odet adalah anggota keluarga Bima sekarang.

"Kita ke apart aku, ya." Bima memutuskan dan Odet bereaksi.

"Aku oke, aja. Cuma aku agak bingung nasib rumahku gimana, Bim?"

Bima merapikan rambut di kening istrinya dengan pelan. "Kalo aku kasih saran boleh?" tanya Bima. Pria itu bukan tipikal yang akan bertindak semaunya meski sebenarnya bisa. Bima lebih suka bertanya supaya tidak menimbulkan masalah diantara mereka.

"Iya, aku emang nunggu saran kamu."

"Kamu sewain buat orang yang memang butuh tempat tinggal berjangka waktu. Supaya rumah kamu nggak terbengkalai."

Odet menimang saran tersebut. Hanya saja ada beberapa poin yang membuat Odet enggan menyewakan rumah itu.

"Atau kamu kepikiran mau jual, Det?" tanya Bima.

"Awalnya, sih, iya. Aku agak males gitu buat ngurusin komplenan orang kalo nanti ada yang bermasalah sama rumah. Males ributnya. Kalo dijual, kan, nggak mikirin begitu. Pemilik baru yang nanti bersedia renov."

Bima tidak merasa keberatan dengan apa pun keputusan yang akan diambil oleh istrinya. "Aku setuju apa pun yang kamu ambil, Det."

"Kamu nggak mau tinggal di sana, ya, Bim?" tanya Odet dengan hati-hati. Tak mau membuat perdebatan yang nantinya akan melibatkan nama Anggada.

"Nggak," jawab Bima tanpa menutupinya. "Aku tahu dari ayah kalo yang nyariin rumah itu buat kamu, ya, Anggada. Terus aku juga bermasalah sama tetangga kamu yang udah terlanjur akrab sama Anggada. Aku juga dinilai nggak baik sama tetangga kamu. Jadi ... nggak. Aku nggak mau tinggal di sana, Det. Maaf, ya. Untuk pilihan yang itu aku nggak bersedia."

Odet mengangguki penjelasan suaminya dan memeluk pinggang pria itu dengan cepat. Mereka harus keluar dari hotel sore ini, itu sebabnya mereka sudah membahas rencana tinggal di mana. Membahas tempat tinggal memang baru bisa mereka lakukan karena sebelum pernikahan, semuanya serba hectic. Bersyukur sekali pernikahan mereka terlaksana dengan baik.

"Ini meluk-meluk gini ada apanya, nih?" tanya Bima yang mengernyit dengan sikap istrinya.

"Aku males banget angkut barang-barang dari rumahku. Perasaan baru kemaren kita nikah, capeknya belum hilang, udah beberes barang?"

Bima membalas pelukan perempuan itu. "Terus? Mau pake barang-barang aku juga sebenarnya nggak masalah, sih, Det."

Odet menggeleng pelan. "Ada satu opsi yang aku pikirin buat istirahat dulu sebelum pindahan ke apart kamu, Bim."

"Apa?"

Kedua alis Odet digerakkan naik turun seolah Bima mengerti apa maksud dari perempuan itu.

"Apaan, sih, Det? Aku beneran nggak tahu opsi kamu yang sekarang ini."

Mau tak mau Odet menyampaikan apa yang ada di dalam pikirannya sendiri. "Nginep di rumah ayah sama ibu, Bim."

*

Sebenarnya Bima tidak masalah untuk tinggal sementara di rumah mertuanya. Di sana juga masih cukup untuk ditempati keduanya. Hanya saja ada rasa tak percaya diri yang Bima rasakan karena menumpang tinggal di rumah Seda dan Odesaa.

"Masuk, masuk!" Dengan semangat Odesaa menyambut putrinya yang sudah memiliki aura yang berbeda. "Ibu siapin makan, ya. Kalian pasti jarang makan dengan bener karena sibuk."

Odet dan Bima salah tingkah dengan apa yang Odessa ucapkan. Pipi mereka merona membayangkan malam—bahkan pagi, siang, atau sore—bercinta mereka yang terasa luar biasa.

"Kok, malah pada buang muka?" Odesaa tertawa. "Kalian mikir yang aneh-aneh, ya? Padahal ibu bahas kesibukan kalian selama persiapan sampai hari H pernikahan, loh. Pasti bikin capek, kan?"

Bima menggaruk pelipisnya yang tak gatal. Sedangkan Odet berkata, "Ibuuu."

Pasangan yang baru menikah memang rentan mendapatkan candaan dari sekitar. Tentu saja tidak jauh-jauh dari malam pertama atau momen sakral  belah duren yang seringnya dibuat olok-olokkan.

"Mau mandi dulu? Biar nanti ibu panggil kalo makanan udah siap."

"Saya mau beli sesuatu dulu di minimarket, Bu."

Odet langsung menatap suaminya. "Beli apa? Kamu, kan, mau nemenin aku tidur tadi katanya. Aku mau minta dipijetin badan ini, loh, Bim. Kamu udah janji. Aku masih pegel gara-gara kamu!"

Odessa yang mendengar hal itu menyembulkan senyuman yang menyiratkan bahwa putrinya dan Bima tidak main-main dengan urusan ranjang mereka.

"Uuuuuhhh, lucu deh kalian ini. Bikin ibu inget waktu akur sama ayah!"

Bima meringis dan Odet tahu dirinya sudah membuat Bima malu di hadapan Odessa. "Jangan dengerin ibu, Bim. Ayo, ke kamar!"

"Tapi aku mau beli—"

"Nanti suruh Dastari aja. Aku nggak mau nunggu."

Odet buru-buru mendorong tubuh suaminya untuk menuju kamar Odet sendiri dan membiarkan wajah Odessa yang sarat dengan kode 'kotor' yang akan semakin membuat Bima salah tingkah nantinya.

"Jangan keras-keras, ya! Nanti Dastari denger!"

Astaga! Kenapa pikiran wanita itu bisa menjadi sangat kotor dalam situasi seperti ini? Padahal Odet kira ibunya tidak akan sevulgar sekarang ini.

"Anak-anak jaman sekarang. Mau begituan nggak tahu waktu, mana putriku yang mesum lagi. Dasar putrinya Seda!"

Continue Reading

You'll Also Like

620K 41.6K 48
Dia itu seperti air, aku tidak bisa tanpanya, tapi juga bisa mati karenanya.
1.5M 150K 50
Faktanya, pria lebih menyukai kecantikan dibandingkan kebaikan hati wanita. Erika Syudar sudah mengalaminya sendiri. Terlahir dengan wajah pas-pasan...
1.2M 122K 44
Pernikahan Rhea dan Starky hanya berlangsung selama tiga tahun. Meskipun mereka telah dikaruniai seorang putra, ternyata Starky belum juga bisa usai...
612K 73.9K 40
[family-romance] Bagi Sheila, kehadiran Rama kembali di hidupnya membawa bencana. Setelah lima tahun mengakhiri hubungan, Sheila tidak tahu jika tiba...