COLORS [SELESAI]

By keyzry_123

24.8K 3.7K 610

"Awas saja kau Poni!" "Seenaknya menyuruh-nyuruhku!" "Dia kira, dia siapa? Mentang-mentang banyak uangnya. Se... More

Blurb
PART 1. Mereka
PART 2. Pertemuan
CHAP 3. Bekerja Sama
CHAP 4. Dunia yang berbeda
CHAP 5. Tingkah
CHAP 6. Makan malam
CHAP 7. Dia Yang Aneh
CHAP 8. Mantra Ajaib
CHAP 9. Rasa Sakit Pertama
CHAP 11. Salah Sangka
CHAP 12. Cara Masing-masing
CHAP 13. Tidak Memerlukannya
CHAP 14. Gadis Lemah
CHAP 15. Tak Terduga
CHAP 16. Tidak Sendiri
CHAP 17. Waktu Berbelanja
CHAP 18. Menerima Pesan
CHAP 19. Tiga Lawan Satu
CHAP 20. Kenyataan Lain
CHAP 21. Kenangan Terburuk
CHAP 22. Luka Setelahnya
CHAP 23. Perhatian Satu Sama Lain
CHAP 24. Tetap Menjadi Rahasia
CHAP 25. Harapan Itu Ada
CHAP 26. Terbuka
CHAP 27. Marah
CHAP 28. Kegoyahan
CHAP 29. Pergi dan Menghilang
CHAP 30. Mencari Jejak
CHAP 31. Siapa Sebenarnya
CHAP 32. Belum Saatnya
CHAP 33. Berita Mengejutkan
CHAP 34. Buat Sesuatu
CHAP 35. Mengembalikan Ikatan
CHAP 36. Aku Merindukanmu
CHAP 37. Warna Yang Paling Cerah
Hidup Terus Berjalan [SELESAI]

CHAP 10. Hari Acara

601 90 19
By keyzry_123







***

Author POV

Lapangan terbuka Hongdae adalah pilihan Jisoo dan pengatur acara lainnya sebagai tempat acara.

Mereka memutuskan mengadakan acara Penggalangan serta bazar hari ini disana.

Tepat pukul 10.30 KST acara sudah mulai dilaksanakan. Sudah banyak acara dilangsungkan, stan-stan Bazarpun sudah didirikan. Yang nantinya hasil dari semua ini akan diakumulasi kembali untuk disumbangkan kepada salah satu Yayasan sesuai tujuan utama acara ini diselenggarakan.

Jisoo selaku penanggung jawab acara tersebut merasa cukup puas. Mendengar bahwa acara yang dia rencanakan jauh-jauh hari ini berjalan lancar hari ini.

"Duduklah Jisoonnie! Disini panas!" Seru Lalisa menghampiri Jisoo. Lalisa yang tak kalah sibuk dari Jisoo juga harus bolak-balik memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.

Jisoo menyunggingkan senyuman menanggapi perhatian dari adiknya tersebut."Yah, mungkin hanya itu yang bisa kulakukan" Balas Jisoo.

Lalisa yang merasa langsung tak enak hati menjawab dengan cepat."Aniyo!! bukan seperti itu eon! Aish yang benar saja, eonnie jangan baper seperti ini. Aku hanya menyuruhmu istirahat karena sedari tadi kau sudah berkeliling menemui petinggi-petinggi para donatur itu. Ck, eonnie malah berpikir yang tidak-tidak" Ucap Lalisa menjelaskan apa maksud perkatannya barusan.

"Arraso! Eonnie mengerti, eonnie hanya sedikit bergurau saja barusan Lali-ah!" Balas juga Jisoo. Bibir hatinya tetap setia menyunggingkan senyuman manis.

"Yasudah, Jisoonnie cepat kembali lagi ketenda! Dan beristirahatlah sebelum acara utama diselenggarakan!" Ucap Lisa dengan nada otoriternya. Cuaca hari ini memang cukup panas, jadi gadis jangkung itu mengkhawatirkan Jisoo yang sedari tadi diam berdiri di depan tenda panitia.

"Yee, Aku akan kembali ketenda Nona Lalisa!" Seru Jisoo.

Lalisa mendengus mendengar nada suara kakaknya yang tengah berguarau kepadanya itu."yaa...yaa...yaaa terserah eonnie saja, sekarang hush!! Kembalilah kesarangmu!"

Jisoo menggeleng-gelengkan kepalanya gemas. Tapi, gadis itu seakan teringat sesuatu."Apa bunganya sudah sampai Li?" Jisoo baru ingat bahwa dia belum mendengarkan bahwa pesanan bunga mereka belum sampai. Jadi, Jisoo menanyakan hal tersebut kepada gadis yang langsung menangani ini. Lalisa.

"Sudah dalam perjalanan eonnie! Sebentar lagi mereka sampai" Ucap Lalisa. Dia baru saja bertukar pesan dengan salah satu pemiliknya Rosé. Bahwa mereka dalam perjalanan menuju ke lokasi.

Jisoo mengangguk mengerti. Dia mengacungkan jempolnya kearah Lisa."Baguslah!" Sambung Jisoo.

"Hmmm, aku akan kedepan sebentar dan memeriksanya. Barangkali mereka sudah berada diparkiran. Eonnie masuklah!" Ujar Lalisa kembali menyuruh kakaknya itu untuk masuh ke tenda.

"Nee, kau pergilah!"

"Kalau ada apa-apa panggil aku atau irene eonnie nee! Sampai Jumpa!" Pamit Lalisa meninggalkan Jisoo yang masih berdiri didepan tenda panitia tersebut.

***

Langkah panjangnya membawa dia keluar area acara. Lalisa harus menerobos orang-orang yang juga memenuhi tempat tersebut. Karena acara tersebut merupakan acara terbuka untuk umum. Jadi banyak dari kalangan masyarakat juga yang ikut berpartisipasi.

Sangat kebetulan, saat Lalisa sudah sampai ditempat parkiran khusus. Dia melihat Jennie dan Rosé yang juga baru saja keluar dari sebuah mobil box. Lantas gadis itu menghampiri keduanya.

"Siang Nona-nona!" Sapa Lalisa ceria.

Jennie dan Rosé menatap Lalisa yang barusan menyapa mereka. Keduanya membalas dengan menyunggingkan senyuman."Siang!" Balas mereka kompak.

"Luca, buka boxnya!" Seru Jennie kepada salah seorang pria muda yang ia tugaskan untuk menyetir mobil box tersebut. Luca sendiri adalah tetangga Jennie dan Rosé. Dia kerap kali dimintai bantuan oleh dua bersaudara ini.

"Nee noona" Jawab Luca. Dengan patuh pria setengah bule tersebut membuka box mobil dan mulai mengeluarkan keranjang-keranjang berukuran besar yang berisikan mawar-mawar pesanan Lalisa.

Lalisa membatu pria muda itu, dia dengan cekatan ikut menurunkan keranjang bunga tersebut dari mobil."Siapa namamu tadi?" Tanya Lalisa, sambil menurunkan keranjang bunga dari mobil.

"S-Saya Luca Noona" Jawab Luca dengan agak gugup. Pria ini memang kurang bisa bergaul dengan orang baru.

Lalisa menganggukkan kepalanya pelan."Apa dia salah satu kekasih dari kalian?" Kali ini Lalisa menoleh kepada Jennie dan Rosé. Mereka berdua tengah menghitung kembali bunga-bunga tersebut.

Keduanya sontak menatap tajam Lalisa. Seolah mengirimkan belati dalam tatapannya."Yah!! Jangan asal bicara! Dia hanya tetangga kita yang suka kita minta tolong." Rosé langsung membantah perkataan Lalisa barusan.

"Ish, akukan hanya bertanya! Sewot sekali, mana tahukan kalian sukanya yang berondong-berondong seperti anak muda ini!" Ucap Lisa. Diakhir kalimatnya dia mememalankan volume suaranya. Tapi tetap saja kedua gadis yang dimaksudkan itu masih dapat mendengar.

"YAHH!!!" Pekik Rosé geram.

"Astaga! Mianhae...Mianhae!!! aku hanya bercanda!" Seru Lalisa minta ampun saat Rosé menerjang tubuh kurusnya. Dan mengujani Lalisa dengan pukulan-pukulan ringan. Masa bodo dengan sopan santun. Pikir Rosé dalam hati.

Jennie dan Luca sendiri hanya menjadi penonton saja. Lebih baik mereka tidak meladeni sikap absurd Lalisa itu. Karena menurut Jennie, gadis itu akan semakin menjadi saja jika malah diladeni dengan kelakuannya.

"Dia siapa Jennie Noona?" Bisik pelan Luca kepada Jennie. Memastikan orang yang dimaksudkan tidak mendengarnya.

Jennie melirik sekilas kepada pria muda didepannya ini."Dia agak... kau tahu" Ucap Jennie dan memberi isyarat menggunakan tangan kanannya dimiringkan diatas kepala gadis tersebut.

Luca dengan polosnya mengangguk."Pantas." Ucapnya. Dan kembali menatap Lalisa yang masih berduel dengan Rosé. "Kasian, masih muda sudah stress" Sambungnya dengan gumaman.

Jennie yang masih mendengar gumaman dari Luca itu menahan tawanya. Merasa lucu dengan apa yang barusan pria itu ucapkan.

"Aish cukup!!!" Geram Lalisa. Keluar dari kungkungan Rosé.

"Kau!!" unjuk Lalisa menggunakan telunjuknya.

Rosé dengan berani malah menatap Lalisa dengan wajah menangtang."Wae!" Balas Rosé penuh tekanan.

Dari ujung matanya, dia melihat seorang gadis lain menatapnya dengan tajam yang membuat Lalisa jadi ciut seketika. Kakaknya ternyata turun tangan.

Gadis itu kembali menurunkan jemarinya dan menatap sembarang arah.

"K-Kau temuilah Jisoo eonnie, tanyakan kepadanya apakah bunga-bunga ini disimpan diaula atau di tenda panitia saja." Ujar Lalisa. Masih tidak ingin menatap langsung pada Rosé.

"Yang tempo lalu datang bersamamu ke toko?" tanya Rosé memastikan.

Lalisa mengangguk, mengangkat kembali satu keranjang didalam mobil dan mengeluarkannya."Nee dia, kau dari sisini masuk dan akan menemukan tenda panitia. Disanalah eonnieku berada!"

"Kenapa harus aku? Kau sendiri sajalah!"

Lalisa memutarkan matanya kesal."Kau yang akan menurunkan semua keranjang-keranjang ini?" Tantang Lisa. Menunjuk sisa keranjang yang masih banyak didalam mobil box tersebut.

Gadis berambut pirang itu refleks mengelus tangan mulusnya."uhh...B-Baiklah aku akan mencari Jisoo eonniemu itu!" Putusnya. Rosé tidak ingin mengangkat yang berat-berat. Lebih memilih mencari gadis Jisoo saja.

Lisa mendengus. Sudah menebak gadis ini akan berkata demikian."Yasudahlah, pergi sana!" usir Lisa. Diam-diam gadis itu menyunggingkan senyuman miringnya tanpa diketahui yang lain.

("Padahal aku bisa saja langsung menelpon Jisoo eonnie, rasakan pembalasanku! Huh!") Ucap Lisa dalam hati.

Dengan cemberut Rosé melangkah untuk pergi ketengah lapangan sana. Sebelum itu, dia berpamitan terlebih dahulu dengan kakaknya Jennie.

"Eonnie, aku pergi dulu"

"Pergilah Rosie! Hati-hati disana pasti kau akan berdesakan disana!"

Rosé mengangguk dengan perkataan dari kakaknya tersebut. Langkahnya mulai masuk lebih dalam lagi mencari seseorang yang berada dijantung tempat acara sana.



Benar saja apa yang dikatakan kakaknya itu. Baru saja setengah jalan, Rosé harus berdesak-desakkan dengan orang-orang yang memenuhi jalan. Mereka datang sekedar melihat-lihat atau membeli sesuatu dibazar ini. Rosé jadi sedikit menyesal menyetujui Lalisa barusan. Kenapa dia tidak menyuruh Luca saja kalau begini. Jadi, Rosé tidak perlu berdesakkan dengan orang-orang.

"Awas saja kau Poni!"

"Seenaknya menyuruh-nyuruhku!"

"Dia kira, dia siapa? Mentang-mentang banyak uangnya. Seenaknya saja membuatku harus tergencet seperti ini."

"Astaga, bau apa ini? Apa seseorang baru saja buang angin?"

Sepanjang perjalanannya, gadis pirang itu terus menggerutu dan mengumpati Lalisa yang sudah membuat ia dalam posisi sekarang.

"Aws.." Jerit Rosé kala seseorang menginjak kaki mungilnya. Dia lantas sedikit oleng. Tanpa sadar kakinya mencari kembali keseimbangan. Gadis berambut pirang tersebut terhuyung kesamping.

Bruk!

"Yashh!!!" Pekik Rosé kesal. Segelas air tumpah kebaju yang ia kenakan.

"YAHH!!! Apa kau buta atau apa! Lihatlah! Bajuku jadi basah karenamu! Kalau jalan tuh lihat-lihat!" Cerocos Rosé cepat-cepat membersihkan bajunya dari noda tumpahan air menggunakan tangan kosongnya sendiri. Yang tentu saja percuma. Padahal kalau ditelusuri kembali, Rosé lah disini yang bersalah.

"Aku memang buta" Balas seseorang santai.

Rosé menghentikan tangannya yang mengelus bagian baju miliknya tersebut. Dengan perlahan, gadis itu menatap siapakah yang berbicara kepadanya sekaligus melihat pelaku yang membuat Rosé basah kuyup.

"Nona J-Jisoo" Rosé menelan ludahnya gugup. Ternyata orang yang menabraknya adalah orang yang juga ia cari. Tentu saja, Rosé merasa jadi gugup setelah barusan dia berucap dengan kata-kata yang sangat tidak sopan kepada Jisoo.

Jisoo tetap diam ditempatnya. Barusan gadis tersebut akan meminum jus yang Irene telah berikan kepadanya.

Belum sampai ditenggorokannya, minuman itu harus tumpah kepada seseorang yang secara tiba-tiba menubruk tubuh Jisoo. Seharusnya disini yang marah Jisoo, bukan malah sebaliknya.

Rosé membatu ditempatnya. Menutup matanya dan mempersiapkan diri dari amarah Jisoo kepadanya.

Namun, menunggu beberapa saat. Jisoo tidak juga mengucapkan sepatah katapun. Dia dengan tenang tetap berdiri dihadapan Rosé.

"Apa kau sudah pergi?" Ucap Jisoo. Memastikan orang menabraknya masih berada disana atau tidak. Karena sejak tadi dia tidak kembali bersuara.

Rosé menautkan alisnya heran. Apa katanya? Dia bertanya apakah Rosé masih disana atau tidak? Tidakkah gadis ini melihat tubuh jangkungnya?. Rosé jadi bingung sendiri.

Ragu, Rosé mengangkat tangan kanannya. Dia melambai-lambaikan tangannya itu didepan wajah Jisoo yang menggunakan kacamata hitam.

Tidak ada respon. Gadis pirang itu mencoba tidak memekik berteriak. Dia menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya setelah apa yang diucapkan Jisoo tadi memang benar adanya. Astaga, pantas saja waktu itu dia tidak menerima uluran tangan Jennie eonnie. Pikirnya dalam hati.

"Huh... ada-ada saja" Karena tidak ada juga respon. Jisoo menyimpulkan orang yang menabraknya tadi telah pergi. Dia lantas memilih berbalik kembali menuju tenda. Dengan langkah pelan, gadis itu meninggalkan Rosé dibelakang sana dengan wajah pucat pasi.

Setelah pandangannya tidak mendapati lagi tubuh Jisoo. Rosé kini bisa menghembuskan nafasnya panjang. Secara tak sadar, gadis itu telah menahan nafasnya dari tadi.

"Ottoke?" Ucap Rosé dengan lirih. Gadis dengan hati lembut tersebut merasa benar-benar bersalah atas ucapannya barusan kepada Jisoo. Rosé ingin menangis rasanya.

"Dasar Pabo!" Rutuk Rosé memukul pelan kepalanya sendiri.

***

Sementara Lalisa yang telah selesai menurunkan seluruh keranjang bunga bersama Luca. Menatap kearah kerumunan orang-orang yang memadati acaranya tersebut. Wanita itu masih menunggu kedatangan Rosé yang sudah lumayan lama tidak kembali.

Ia menghampiri Jennie, "Apa adik eonnie itu tersesat?" Ujar Lalisa. Berdiri tepat dihadapan Jennie.

Jennie menggidikkan bahunya. Dia sendiri tidak tahu. Besar kemungkinan memang Rosé terjebak didalam kerumunan sana.

Lalisa melirik seluruh bunga yang sekarang bisa saja menghalangi tempat parkir tersebut. Dia lantas mengambil ponselnya untuk menghubungi salah satu orang.

"Ya, ada apa Li?" Jawab orang tersebut pada sambungan pertamanya.

"Apakah Jisoo eonnie disana?" Tanya Lalisa kepada Irene.

"Ya, dia bersamaku. Apa ada masalah?"

"Aniyo, coba berikan telponnya kepada Jisoo eonnie!" Hening beberapa saat. Sepertinya Irene langsung memberikan telponnya itu kepada Jisoo seperti permintaan Lisa barusan.

"Ada apa?" Tanya seseorang dengan suara datar. Yang sudah Lisa tebak adalah Jisoo.

"Eonnie, apa barusan ada seorang gadis yang mencarimu?" Tanya Lalisa. Memastikan apa Rosé sudah bertemu dengan kakaknya itu apa belum.

"Eoh, tidak ada. Aku disekitaran tenda dari tadi! Dan tidak ada yang mencariku." Balas Jisoo.

Lalisa menghela nafasnya pelan. Berarti benar, Rosé sepertinya kesasar."Baiklah eonnie. Oh ya, aku ingin bertanya! Bunga-bunga yang kita pesan ini akan ditaruh dimana?" ucap Lalisa mengutarakan maksud tujuan ia mengubungi Jisoo.

"Bawa saja ketenda, agar saat nanti acaranya kita tidak perlu mengangkatnya kembali" Seru Jisoo menyarankan bunga-bunga tersebut dibawa ke tenda panitia.

Lalisa mengangguk mengerti."Baiklah eonnie! Kami akan membawanya kesana! Dan tolong panggilkan lima orang pria kesini untuk membantuku membawanya!"

"Baiklah" Jawab Jisoo

"Lalisa!" sebelum Lisa menutup sambungannya. Jisoo kembali memanggil nama gadis tersebut."Wae eonnie?"

"Apa orang yang mencariku berbau Lavender?" Tanya Jisoo.

Lalisa mengingat-ngingat kembali parfume yang dikenakan oleh Rosé barusan. Dia sedikit menjauhkan ponselnya. Dan berbisik kepada Jennie selaku kakak dari Rosé.

"Apa adik eonnie memakai parfume Lavender?" Tanya Lalisa pelan.

Jennie mengerutkan wajahnya bingung karena tiba-tiba Lalisa menanyakan parfume yang dikenakan adiknya. Meski begitu, Jennie tetap mengangguk dan membenarkan bahwa Rosé menggunakan parfume Lavender. Wewangian kesukaan adiknya.

Setelah mendapatkan jawaban dari Jennie. Lisa kembali mendekatkan ponselnya ditelinga. Dan menjawab Jisoo yang masih menunggu diujung sana."Nee eonnie, dia menggunakan parfume Lavender. Kakaknya sendiri yang berbicara"

Jisoo mengerti sekarang. Ternyata gadis yang tadi bertubrukkan dengannya adalah gadis yang mencarinya. Tapi, mengapa dia tidak mau berbicara dengan Jisoo. Itulah yang menjadi pertanyaannya.

"Baiklah, kalau begitu tutup saja telponnya! Kalian segeralah kemari, masih banyak acara yang harus kita awasi"

"Eoh, itu saja?" Tanya Lalisa bingung. Bukankah tadi kakaknya menanyakan parfume yang dikenakan Rosé?.

"Ya, kau ingin apalagi? Cepatlah! Dan jangan malas-malasan, kita dikejar waktu Lalisa!"

Lalisa yang mendengar itu mendengus sebal."Baiklah eonnie. Kami akan segera kesana!" Ucapnya dengan malas. Menutup sambungan telpon antaranya dan Jisoo.

"Bagaimana?" Jennie yang sedari tadi menjadi pendengar. Bertanya kepada Lalisa.

"Apanya?" Tanya balik Lisa.

Gadis bermata tajam itu mendelik kesal dengan ketidak pekaan gadis berponi didepannya ini."Adikku, apakah dia berada didalam?" Terang Jennie. Menegaskan kembali pertanyaannya barusan.

Lalisa hanya menggedikkan bahunya acuh."Mola, mungkin dia tersesat" Ucap Lalisa santai. Dan mengangkut salah satu keranjang bunga disana. Membawanya ketenda sesuai keinginan dari Jisoo.

"Tapi tenang saja, adikmu itu tidak akan sampai dilelang!" Ucap Lalisa sebelum berlalu dari hadapan Jennie.

Jennie yang ditinggalkan oleh Lalisa dibelakan itu kesal."Yah!!! apa maksudmu!" Pekik Jennie marah. Bagaimana mungkin gadis itu dengan santainya berbicara bahwa adiknya Rosé tersesat. Bagaimana ini?. Pikir Jennie mulai cemas. Mengkhawatirkan keberadaan Rosé yang entah berada dimana.



"Apa aku perlu memanggil polisi?"



tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

172K 23.6K 72
Aku hidup untuk mempertahankan satu kebahagiaan. Tuhan memberi ku kesempatan untuk membalas kebaikan kalian. Jika sudah tak diinginkan aku memilih k...
58.9K 5.3K 34
Sebuah kejadian dimasa lalu yang merubah sifat seorang gadis yang dulunya sangat ceria, periang bahkan sangat hangat. Gadis itu berubah menjadi sanga...
71.2K 9.2K 30
"Dari awal keberadaanmu tidak diinginkan, kau hanya beban yang selama ini aku tanggung, jadi silahkan menjauh dari kehidupanku" Jennie Kim. "Apa keb...
43.6K 3K 8
Tidak pakai deskripsi:) *Ending* .GxG