Teman Sehati [ON GOING]

By fitrins_05

3K 1.8K 11.9K

📌FOLLOW DULU YUK AUTHORNYA SEBELUM BACA 📌PLAGIAT? MENJAUH SANA, BENALU AJA LO🚫 ••••• Bukan kisah cinta seg... More

BAGIAN 1 : PERGI KE KAMPUS [17+]
BAGIAN 2 : CEMBERUT
BAGIAN 3 : PERJODOHAN?
BAGIAN 4 : MEMBATALKAN PERJANJIAN
BAGIAN 5 : WARUNG KOPI
BAGIAN 6 : LOLITA KERAS KEPALA
BAGIAN 7 : KOTAK MAKAN
BAGIAN 8 : PENGAKUAN KENAN
BAGIAN 10 : GAUN

BAGIAN 9 : MAKAN NASI GORENG

172 111 956
By fitrins_05

"Ma, tolong dong balikin semuanya kayak semula, Zio mohon sama Mama." Alzio berucap, ia mengusap punggung tangan Karin demi membuat mamanya itu luluh, walaupun ia tidak sepenuhnya yakin.

Karin menarik tangannya, bersidekap sambil membuang muka, malas rasanya melihat wajah anaknya untuk saat ini. Kekecewaan dirinya terhadap Alzio sangatlah dalam dan sulit sekali untuk dihilangkan walau hanya sesaat.

"Mah...."

"Hm," gumam Karin, Alzio membuang napas gusar, kini posisinya berubah, duduk di samping Karin dengan tatapan memohon andalannya.

"Ayo dong, Ma, jawab," pinta Alzio.

"Mama yakin kamu pasti gak lupa alasan Mama menyita semua barang berharga kamu," jawab Karin sekenanya masih dengan posisi bersidekap.

Alzio menarik napas kesal. "Ma, jangan egois dong, Zio butuh itu semua. Mama gak kasian ya lihat anaknya merana kayak gini." Alzio mengerucutkan bibir, bersikeras menarik perhatian Karin tapi itu semua nihil.

"Mama bilang gak, ya gak!" ketus Karin berdiri, lalu meninggalkan Alzio.

Selepas Karin pergi, Alzio bangkit lalu menendang meja dan bangku yang berada di kamarnya. Berteriak-teriak kesal dan menarik secara paksa rambut lebatnya yang sudah lama tidak ia potong.

Kesal sekali rasanya, begitu susah membujuk mamanya jika sudah marah. Begitulah sikap Karin, lemah lembut tapi jikalau sudah marah susah sekali dibujuk bahkan diajak bicara pun kadang sulit sekali, dan jika sudah marah lama sekali baiknya.

Ah, pusing Alzio memikirkan sikap mamanya itu.

Jikalau begini terus, mau jadi apa Alzio. Gelandangan? Oh, sulit sekali dibayangkan.

🌺🌺🌺

Udara malam yang dingin begitu menusuk dirinya, angin kencang mampu membuat rambut panjang yang terurai itu berkibas kesana-kemari. Ia mencengkram kuat baju yang ia pakai untuk mengurangi rasa dingin itu.

Bibirnya kelu untuk sekedar mengatur napas yang baik, hatinya berdebar kencang tidak karuan. Tidak tinggal pula, kepalanya yang sakit membuat derita hari ini lengkap sekali.

Velly berdiri tanpa ada niat untuk melangkah maju. Ia justru mematung di tempat, rasa dingin yang ia rasakan itu tidak mampu membuat dirinya sadar.

Sampai tepukan seseorang mampu membuat Velly memutar badannya seketika. Menatap orang itu dengan tatapan senang sekaligus sedih. Tanpa aba-aba ia langsung memeluk orang yang berada di hadapannya.

"Kenapa sih gue gak bisa bahagia, rasanya kebahagiaan gak sudi nyentuh kehidupan gue. Capek, gue capek hidup begini terus, hiks...." Velly sesenggukan.

Dia mengelus lembut punggung Velly. "Lo berhak bahagia."

Velly mengusap kasar air matanya yang mengalir. Hidungnya tersumbat sehingga membuatnya sedikit sulit berbicara. "Ngga, lo salah besar."

"Lo harus percaya pepatah, setelah gelap terbitlah terang."

Velly menatap lawan bicaranya dengan sendu. "Itu cuma pepatah, aslinya gak kayak gitu."

"Lo ada masalah lagi sama Kenan?" tanya Alzio, Velly mengangguk.

"Kenan jahat sama gue, Zio...." Velly menunduk sambil memainkan jemarinya yang pucat akibat kedinginan. "Gue mati-matian cinta sama dia, tapi ternyata dia juga mati-matian cinta sama yang lain."

"Maksud lo, Kenan udah punya cewek?" tanya Alzio, ia menyadari Velly yang menggigil kedinginan lalu langsung memberikan jaketnya serta memakaikan ke Velly.

Velly menatap Alzio dengan tatapan penuh arti. Jika dilihat dari dekat ternyata lelaki itu tampan juga, pikirnya. Ia terkekeh sesaat menyadari pikiran konyolnya itu.

"Iya, dia bilang terang-terangan sama gue," jawab Velly.

"Hm, baru tau gue kalau dia udah punya cewek, jadi gimana? Gue tanya deh, lo udah berapa kali disakitin si Kenan?"

"Udah gak ke hitung kayaknya, dari pertama gue suka dia, dari pertama juga dia nyakitin gue."

"Masih mau lanjut perjuangin Kenan lo itu?"

Velly berdecak, "seharusnya lo dukung gue, biar semangat terus bukannya begini."

Alzio menggeleng tidak percaya. "Lo bego banget, sampe kapan lo begini terus? Cowok masih banyak, Vel."

"Si Kenan juga udah punya cewek, jangan ngarep terus, nanti sakit jiwa lo! Pikirin kebahagiaan lo, pikirin kewarasan lo, Vel!" hardik Alzio menggebu-gebu.

"Kalau dia suka sama lo ... jangan suka deh, misalkan ada rasa simpatik sama lo dia gak mungkin nyakitin lo begini! Karena Kenan tau kalo lo itu suka sama dia. Ayo lah, Vel, pikir secara dewasa jangan terlalu kebawa perasaan."

"Mulut lo berisik banget sih, panas kuping gue dengernya!" ketus Velly, ia melangkah menjauh dari Alzio.

"DASAR KECOA SAWAH! DIKASIH NASIHAT MALAH NYOLOT!" teriak Alzio lantang, lelah sekali melihat tingkah Velly, walaupun lagi sedih sikap judes wanita itu masih saja terpampang jelas.

Velly memutar badannya, lalu berteriak kembali menjawab ucapan Alzio. "BODOAMAT!"

"PAK MAMAT MAH DI RUMAH NOH LAGI NYUCI!" balas Alzio sambil terkekeh, walaupun ujungnya Velly tidak membalas, dia tidak peduli.

"Gara-gara satu cewek, gue sampe lupa tadi jalan lewat sini mau ngapain." Dia berpikir keras, penyakit lupanya kambuh lagi.

Suara dari perutnya mengembalikan ingatan Alzio. Ternyata ia ingin membeli nasi goreng karena perutnya yang lapar. Terpaksa harus jalan kaki, karena motornya masih disita mamanya.

Alzio berlari ingin menyusul Velly yang sudah hilang dari balik tembok. Lama berlari akhirnya ia masih bisa menemukan wanita itu. "Velly!" panggil Alzio.

Velly menghentikan langkahnya. "Apaan?"

"Gue laper, temenin gue beli nasi goreng ya," pinta Alzio.

"Ah males gue ngantuk, udah capek juga," tolak Velly kembali melanjutkan jalannya, Alzio mengikuti sekaligus menarik-narik jaket yang dipakai Velly.

"Jahat banget sih, lo tega biarin gue makan sendirian?"

"Panggil Kunti aja biar ada temennya."

Alzio menggerutu, "Jangan nakut-nakutin gue."

"Cowok kok penakut, cupu lo!"

"Ck, Vel, ayo lah temenin ya. Gue traktir, serius!" sahutnya.

"Ada duit lo? Bukannya lagi kere?" Velly meledek. "Yaudah ayok!"

🍁🍁🍁

"Bang, nasi goreng tiga ya, yang dua pedes, satunya lagi sedeng aja," ucap Alzio didapati anggukan penjual nasi goreng, lalu Velly dan dirinya duduk di bangku yang sudah disediakan.

"Pesen tiga buat siapa satunya?" Velly bertanya bingung.

"Buat gue."

Velly menatap Alzio tidak percaya. "Segede gentong kali lambung lo?"

"Habis adu mulut sama lo bikin kelaperan gue kalap," balasnya.

"Awas kebanyakan makan bikin usus buntu loh, Zio!"

"Siapa sih dokter lo, sini gue cekek! Ngadi-ngadi aja, udah lah makan gue udah laper, ladenin mulut rombeng lo mah gak ada beresnya." Alzio mengambil sendok serta garpu setelah pesanannya sudah siap di depan mata, menghiraukan balasan Velly atas ucapannya tadi.

Betul sekali, lelaki itu seperti orang tidak makan 5 tahun, Velly tersenyum menahan tawa melihat Alzio seperti itu. Entah mengapa menggoda Alzio yang tengah kesal seperti itu menjadi hobinya tersendiri.

"Apa lihat-lihat gue?" ketusnya.

"Dih sensi amat sih lo."

Dengan mulut yang mengembung akibat banyaknya makanan yang masuk ke mulut, Alzio menjawab, "gak sensi gak normal."

Velly mengangguk-angguk kepala lalu melanjutkan makannya, ketika suapan terakhir, kepalanya terhuyung ke belakang secara paksa. Terkejut sekaligus marah Velly spontan mendorong bangku lalu memutar badan.

Sudah begitu banyaknya umpatan yang tertahan di tenggorokan, setelah melihat orang itu dia terdiam.

"Bisa-bisanya lo jalan sama cowok gue, jalang!" tuduh Lolita dengan kedua mata yang menampilkan semburat kemarahan.

"Apaan sih, asal nuduh aja!" decak Velly tak suka.

"Bacot lo, rasain nih," jawab Lolita.

Tangan Lolita menarik rambut Velly, tidak mau kalah Velly pun melakukan hal yang sama, dan sekarang mereka berdua saling jambak satu sama lain. Alzio bangkit dari duduknya berniat melerai mereka.

Tapi sialnya, justru ia jatuh tersungkur akibat kakinya tersangkut meja. Menepiskan rasa malunya, ia langsung bangkit kembali dan menghalangi di tengah supaya mereka berhenti.

Alih-alih berhenti Lolita malah menarik kerah baju Alzio untuk menepiskan dia yang menghalangi.

Alzio gagal menghentikan mereka, berpikir sebentar lalu berteriak meminta bantuan, bodohnya sekali mengapa orang banyak seperti ini tidak ada yang berniat melerai, malah acuh tak acuh.

"Bang, Mbak, tolong pisahin mereka dong, saya takut kena cakar," pintanya.

Velly melepaskan cengkeraman ketika seorang menarik tangannya. "Udah Mbak jangan berantem di sini," kata orang itu.

Lolita menggerutu, "Masnya kalo gak mau mati mending awas deh jangan ikut campur!"

Orang itu bergidik ngeri mendapati tatapan nyalang dari Lolita, tapi tidak menepiskan niatnya untuk melerai keributan.

"Sebenernya ada masalah apa sih lo sama gue, Lolita?" bingung Velly ketika sudah menyadari keadaannya kini sedikit tenang.

"Udah ketahuan masih aja pura-pura lugu!" dengus Lolita.

"Gue bener-bener gak habis pikir sama lo, gue sama Zio 'kan akrab dari dulu kita itu tem-"

"Gak ada sejarahnya cewek sama cowok temenan kalau gak ada perasaan satu sama lain!" potong Lolita menarik tangan Alzio dan mengalungkannya.

"Gak usah ngaco, Zio urusin tuh cewek lo, gue mau balik aja. Udah bete lihat muka cabe si Lolita," cemoohnya lalu pergi.

"Setan lo, Velly! Awas aja nanti lo pasti nyesel ngatain gue." Lolita menggerutu sebal, bibirnya mengerucut.

Ketika menatap Alzio kini ia tersenyum manis. "Aku-"

Baru saja Lolita ingin berbicara manis dan mengeluarkan rayuan mautnya. Alzio malah melenggang pergi meninggalkan dirinya yang kini sedang emosi karena mendapati sikap dingin lelaki itu.

"Bangsat! Lihat aja lo Zio, janji gue sama diri sendiri, lo pasti jadi milik gue!" sungut Lolita, ia menendang kursi tempat makan dengan kencang hal itu yang membuat pedagangnya marah.

"Heh kamu! Seenaknya tendang-tendang bangku tempat makan saya, teman kamu belum pada bayar, sini bayar!" serbu bapak-bapak pedagang nasi goreng sambil merapihkan kursinya.

"Dih, siapa yang makan siapa yang disuruh bayar! Ogah banget!" Lolita ingin melangkah pergi, tapi bajunya ditarik bapak pedagang itu.

"Kamu mau saya cium atau bayar semuanya!"

Lolita membelalakkan kedua matanya, tidak habis pikir oleh pria tua di depannya ini.

"Ngarep lo sampe mampus! Berapa totalnya gue bayar!"

"Tujuh puluh delapan ribu," ucap bapak itu ketika selesai menghitung jumlah yang tertera di kertas.

Lolita mengeluarkan uang selembar berwarna merah. "Kembalinya buat lo periksa kewarasan lo, apes banget gue hari ini!"

Pedagang itu terkikik geli melihat Lolita yang melenggang pergi, ia sebetulnya hanya sedikit mengerjai wanita itu karena pakaian yang sangat tidak lazim bagi seorang wanita, apalagi malam-malam seperti ini.

Semoga karena ia kerjain seperti itu, wanita itu sadar diri, dan berpakaian lebih baik lagi.

🌺🌺🌺

Hai, guys, ketemu lagi nih

Rabu, 18-Mei-2022

Kalau ada typo, atau kesalahan mohon tandai ya:)

Next?

Continue Reading

You'll Also Like

500K 53.9K 23
Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6M 335K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
572K 44.4K 29
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
1.8M 129K 49
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...