Langkah kaki Rafi dan Ayu memasuki ruangan Bara yang tidak tertutup. Mereka mendapati sohibnya itu sedang sibuk menatap layar monitor di hadapannya sembari jemari beruratnya itu menggulirkan mouse ke bawah.
"Sibuk amat. Jam istirahat loh, Bar," Tanpa mengucapkan salam, Rafi main menyelonong masuk saja ke dalam ruangan itu.
Bara melirik sejenak kehadiran dua manusia itu sembari fokus men-scroll mouse tersebut. "Masuk, Yu, Raf," Ucapnya.
"Udah di dalem dari tadi kalee." Sahut Rafi. Pria kemayu itu berjalan ke arah Bara dan tak sengaja melihat apa yang Bara buka di monitor tersebut.
"Astaga, Jeng Ayuuu!" Rafi segera melarikan diri ke dekat Ayu sesaat setelah ia melihat tab pencarian Bara yang belum ditutup tadi.
"Apaan?" Tanya Ayu.
"Si Bara udah kawin tontonannya bokseerrr!" Gosipnya di depan Bara langsung.
Ayu tentu saja melebarkan matanya, "Astaghfirullah, Bar jangan malu-maluin nama baik dosen deh, Bar!" Protesnya pada Bara.
"Tau amsoy Bara bere, kasian Naqi atuh, diem-diem suaminya ngestalk akun bokseer di kampus!"
Mendengar ucapan mereka justru membuat Bara terkekeh. Suasana hati Bara begitu baik pagi ini, percayalah. Setelah dua bulan lebih baru mendapat jatah, rasanya segala penat itu hilang seketika.
Tangan Bara memutar monitor itu sehingga kini terpampang jelas di depan mereka apa yang Bara lihat tadi.
"Nipple moisturizer?" Eja Ayu pada nama produk itu.
Bara mengangguk, "Si Bayi anarkis." Ucapnya singkat yang langsung bisa dimengerti oleh mereka.
"Halah kambing hitam," Celetuk Rafi, "Si Bayi apa Bapaknya?"
"Bapaknya lembut kok," Timpal Bara yang membuat Rafi tak bisa menyaut lagi.
"Udah nggak usah nimpalin, ntar situ kalah. Nikah aja belom pake sok tau," Tambah Ayu yang menyudutkan Rafi.
Rafi berdecak dan menatap kuku-kuku cantiknya. Kalau bicara soal jodoh, memang baginya hal yang sangat sulit dan menyebalkan.
"Kakaknya Naqiya udah nikah, Raf, nggak usah dipikirin terus," Celetuk Bara. Entah dia tidak tau bagaimana seksualitas rekannya itu. Yang ia tahu, Rafi adalah penggemar berat Aufar, Kakak iparnya. "Udah punya anak pula."
"Astagfirullah, Bar tega banget sama adik kecil kita," Timpal Ayu.
"Si Bara bere emang sekalinya ngomong minta digeprek congornya." Tambah Rafi. "Enak aja eke gini-gini masih normal yah. Apa tuh Jeng orang bilang bahasa kerennya?"
"Straight?"
Rafi menjentikkan jemarinya dengan anggun, "Nah itu. Masih suka cewek, Cyn."
Bara tertawa mendapati jawaban bahwa Rafi adalah pria normal. Sama seperti dirinya. "Lagian dikit-dikit yang dibahas Bang Aufar."
Rafi memanyunkan bibirnya, "Nggak tau juga kenapa tuh kharisma manusia galak bisa bikin eke kesemsem gemes gitu loh."
"Si Rafi tipenya yang galak-galak, Bar," Timpal Ayu.
Bara mengangguk-anggukan kepalanya, "Hmm. Itu si Rasel juga galak." Ucapnya menambahkan.
Sementara Rafi menggeleng keras dengan saran yang Bara ucapkan tadi. "Nggak deh. Nggak ada Bayi dosenku kesekian kalinya di kampus ini," Tegas Rafi. "Kayak nggak ada cewek lain aja ewh."
Selain karena Rasel itu mahasiswinya, Rafi masih mengingat jelas apa yang gadis itu pernah lakukan. Hal tersebut jelas membuatnya kecewa. Apapun alasannya, baginya Rasel salah.
"Eh tau nggak sih, Bar," Pekik Rafi tiba-tiba. "Si Ayu mau tunangan, Sayyy."
"Serius, Yu?" Tanya Bara tak percaya.
Ayu mengangguk dengan senyum malunya, "Iya, Bar, Alhamdulillah."
"Dapet orang BUMN, Bar. Aman lah ya masa depannye," Timpal Rafi menjelaskan mengenai calon Ayu.
Sementara Bara yang mendengar itu mengangguk, "Aamiin.."
"Aamiin," Ayu pun menyahut. "By the way, Bar. Tadi Nipple moisturizer nya udah ketemu?" Tanya Ayu pada Bara.
Kepala Bara menggeleng, "Belum, Yu, ini masih dicari merk yang paling oke."
Tangan Ayu merogoh saku dan mengambil ponselnya dari sana. Ia mencari foto produk itu di history chatting dengan adiknya. Adiknya pernah mengirim produk itu saat ia masih menyusui.
"Nah ini," Tangan Ayu menunjukkan ponselnya pada Bara. "Merk ini bagus, adekku nggak lama sembuh."
Bara memperhatikan lekat-lekat produk tersebut dan mengangguk paham. "Di apotek banyak itu ya, Yu?"
Ayu mengiyakan, "Ni depan kampus ada apotek gede 'kan, Bar. Ada mungkin disitu."
"Yaudah tak beli sekarang aja," Ucap Bara sembari melihat jam tangan yang melingkar di pergelangannya. "Sebentar lagi ada kelas aku."
Ayu dan Rafi mengangguk, "Iye udah sono, keburu masuk. Eke numpang ngadem yah, Pak insekyur.... Eh insinyur." Ujar Rafi sembari mengayunkan jemarinya.
"He em." Balas Bara. "Yaudah duluan, Yu, Raf, assalamu'alaikum."
"Waalaikumussalam."
[ B A Y I D O S E N K U 2 ]
Mata Bara mencari merk yang sedari tadi ia hapalkan di luar kepala. Namun, netranya tak juga menemukan produk tersebut. Sampai-sampai pramuniaga apotek itu melangkah mendatanginya.
"Selamat siang, Mas," Sapanya. Saat Bara menoleh, bukan main terkejutnya ia wajah Bara yang sangat begitu tampan.
"Siang, Mba." Jawab Bara dengan suara beratnya.
Tanpa sadar pramuniaga itu terpesona. Ia salah tingkah sendiri melihat ketampanan sosok Bara. "Mau cari obat apa, Mas?"
Bara menggeleng, "Bukan obat kok, Mba, saya cari moisturizer." Jawab Bara.
Pramuniaga muda itu sumringah, "Oh pelembab wajah di sebelah sini, Mas. Mari ikut saya."
"Bukan wajah, Mba." Koreksinya. "Saya cari nipple moisturizer."
Raut wajah pramuniaga itu seperti terlihat bingung. Untuk apa pria seperti pelanggan ini membeli pelembab untuk puting? Puting pria itu kering kah? Gatal?
"Bukan buat saya, Mba," Sahut Bara yang seperti bisa membaca pikiran pramuniaga itu. "Buat istri saya."
"Eh istri?" Tak dapat ia pungkiri, keterkejutan itu nyata. Ia sedikit kecewa menyadari pria tampan di hadapannya ini sudah beristri.
Bara mengangguk, "Iya, barangkali kalo ada obatnya juga nggak papa."
Pramuniaga itu berdehem, menetralkan perasaannya. "Ah iya, Pak, di sebelah sini ada nipple moisturizer dan salep untuk lukanya." Sontak wanita itu mengubah panggilannya pada Bara.
Wanita itu memberikan satu produk kepada Bara, "Ini salepnya, Pak."
"Ini aman?" Tanya Bara. "Maksudnya kalo beberapa menit kemudian buat menyusui bayi saya apa aman? Atau perlu dicuci?"
Gadis itu membaca peraturan kecil di belakang kemasan untuk meyakinkan sepengetahuannya. "Aman kok, Pak. Krim ini tidak mengandung paraben, zat aditif, dan pengawet. Jadi aman langsung digunakan untuk menyusui tanpa dibilas terlebih dahulu."
"Ooh begitu, yaudah ini aja, Mba," Jawab Bara sembari memberikan produk tersebut kepada gadis pramuniaga itu. "Berarti pelembabnya nggak usah?"
Pramuniaga itu menggeleng, "Nggak perlu, Pak, di sini sudah mengandung pelembab sekaligus obat luka untuk putingnya." Pramuniaga itu mengambil produk yang Bara beri tadi kemudian ia letakkan ke meja kasir.
"Totalnya dua ratus lima ribu, Pak," Ucap kasir di sana. "Mau pakai plastik?"
Bara menggeleng, "Nggak usah, Mba."
Ia pikir jarak kampus dan apotek dekat. Benda itu juga sangat kecil jadi daripada mengorbankan lingkungan karena sampah plastiknya, lebih baik ia tidak gunakan.
Bara mengetik tombol ketika pembayaran menggunakan debit. Usai itu ia menerima produk tersebut dan beranjak kembali ke kampus.
Tangannya merogoh saku untuk mengambil ponselnya. Ia menekan tombol telefon ketika berada di kontak Ny. Adichandra.
"Halo asalamu'alaikum, Sayang," Sapanya pada Naqiya yang terdengar suara gemerisik, "Nanti ke ruangan Mas ya."
Tanpa Naqiya ketahui maksud dan tujuan Bara meminta ke ruangannya adalah agar salep puting tersebut lekas melaksanakan tugas yang semestinya. Entahlah, Apakah Naqiya akan menuruti kemauan suaminya?
[ B A Y I D O S E N K U 2 ]
Tebak, Naqiya bakal mau ga disuruh gitu sama suaminya di kampus?🤣
Yok acung tangan yang udah baca Om Gatra (Dara Ajudan)! Yang belum cek profileku yaa🙏
PROMO NGABISIN STOKKK, SIKAT DEH PROMONYA MANTUL
WA 0896032104731
Testimoni dari Kak B yang stress gara-gara BB naik abis lebaran! Kemaren di Dara Ajudan aku post testi turun jd 66.3, sekarang udah 65.7kg aja aww keren bgt Kak B! Semangat terus❤️