My Posesif Dosen | SUDAH DITE...

By diaryjeje

6.2M 426K 101K

SUDAH DITERBITKAN ✔️ TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU ONLINE INDONESIA ✔️ PART MASIH LENGKAP | HAPPY READING! ⚠... More

01- PEMANASAN
02- KANCING BAJU
03- MULUTMU HARIMAUMU
04- EDITAN AL
05- NYANYIAN AL
06- RAWRR 🦖
07- HARI AYAH SEDUNIA
08- KADO DARI PASANGAN
09- TUNANGAN RANGGA
10- BERTENGKAR
11- PAST
12- SAH
13- AIKO NYA RANGGA
14- KESALAHAN KECIL
15- KISSMARK
16- AL BERTINGKAH LAGI
17- MAS, GAWAT, GAWAT!
18- AL YANG HANGAT
19- HAPPY BIRTHDAY BOY
20- BUNGA TERAKHIR ♥
21- RETAK
22- ANA UHIBBUKI (ILY)
23- WARNING FULL OF BUCIN⚠️
24- BOCIL KESAYANGAN
25- MR.NGOMEL
26- KECELAKAAN
27- MI AMOR
28- MALAM DAN CINTA
29- FULL NIGHT WITH MY GIRL
30- PAYPHONE
31- BABY RANGGA?
32- BLACKPINK IN YOUR AREA!
33- GIFT FOR US
35- PEREMPUAN SAYA?
36- RUJAK BUMBU SATE?
37- JATUH CINTA LAGI?
38- KOYAK
39- DRAMA SATE BUMBU RUJAK
40- BERTAHAN TERLUKA
41- BILLIAR
42- NAUGHTY GIRL
43- SARAF KEJEPIT
44- CERITA TALI TOGA
45- BORGOL CINTA
46- WILLIAM DIRGANTARA
47- KITA DAN ARUM MANIS
48. LIAM DAN CEKER!
49. NAMANYA MAI!
50- THIS IS MY PAST | SPESIAL BAB
51- NGIDAM MIE JERUK
52- CEREALS?
53- OUR LOVE STORY
54- LIORA LOSE
55- UNCONDITIONALLY
56- PROMISE?
57- MERMED 🧜
58- MESSY GIRL?
59- PAKET UNTUK BIDADARI?
60- THE TRUTH!
61- PUING-PUING RINDU
62- LOVE IS BLIND
63- SEPASANG
64- BAHAGIA
65- 365 HARI
66- HAPPY NEW YEAR
67- THE END!
SEGERA TERBIT!!
SAVE THE DATE AND PRIZE!
ABOUT NOVEL!

34- THE POWER OF LOVE

86.8K 5.2K 1.4K
By diaryjeje


"Konsepnya gini sayang, yang bukan istri saya, gak akan saya sentuh."
~Rangga~

<3

"GAK BOLEH!" Kompak ke-tiga orang itu membuat Ai terkejut.

"K-kenapa? Kok pada marah-marah?" Gadis itu mulai mewek, gadis itu benar-benar sensitif, menganggap orang-orang yang berbicara nada besar sedang memarahi nya.

"Durian dapat menyebabkan keguguran karena mengandung senyawa yang merangsang kontraksi, apalagi pada kehamilan muda yang baru segumpal darah, Lo mau keguguran?" Protes Amanda, Dimas dan Rangga mengacungkan jempol mendengar repetan Manda yang begitu cepat.

"Kan gak tau." Rangga mengusap kepalanya.

"Makanya di kasih tau sama Manda sayang."

"Mau makan apa?"

"Mau ikut mas aja, makan apa aja."

"Ngidam nih bumil, bawa pak, culik sana, biar saya berduaan dengan pacar saya," Protes Dimas.

"Ya udah ayok." Rangga menggenggam tangan kecil Ai untuk pergi bersamanya mencari makan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Ai tadi kamu bilang gak mau makan, sekali makan jatah saya juga kamu habisin?" Ai menoleh ke Rangga dengan tatapan tajam.

"Ya udah Ai muntahin lagi, tapi mas makan sampai habis ya? Tadi gak mau makan dipaksa makan, udah selera di protes?" Ai malah ngomel.

"Buset lebih galak dia." Gumam Rangga dalam hati.

"Iya, iya maaf, heran aja ini laper atau doyan?"

"Dua-dua nya."

"Bumil galak."

Ai tak menjawab dan lanjut makan.

Rangga tersenyum melihat Ai yang lahap makan.

Ai menoleh dan terdiam melihat tatapan mata nya.

"Jangan liatin Ai terus, deg-degan tau!?"

"Sengaja, biar anak-anak saya di dalam perut kamu, juga ngerasain cinta saya."

"Ya udah masuk aja ke perut Ai."

"Muat?" Ai langsung menoleh.

"Muat gak ya?" Tanya nya bercanda membuat Rangga gemas dan mencubit pipinya, keduanya tertawa geli dengan tingkah masing-masing.

Tak lama seorang wanita sepantaran dengan Ai mendekati Rangga, gadis itu berpakaian seperti wanita penghibur, bahkan belahan dadanya terpampang jelas.

Ai menutup mata Rangga, namun Rangga menepikan nya dan menatap wajah wanita itu.

"Mas?!" Ai mulai kesal karena Rangga tidak mau menutup matanya.

"Hai ganteng, sendiri aja?" Rangga terkekeh.

"Buta? Atau gak punya mata?" Tanya Rangga tajam.

"Pacarnya ya?" Rangga menarik tangan istri nya.

"Istri saya!" Rangga memamerkan cincin pernikahan mereka.

"Owh, boleh minta nomor nya?" Rangga terdiam sejenak lalu meraih ponselnya dan menuliskan 12 angka nomor telfon nya di sana, Ai ikut melihat Rangga yang menuliskan 12 nomor dengan kening berkerut.

Ai berpikir keras, Rangga mengembalikan ponselnya

"Thanks!" Saat perempuan itu ingin menyentuh bahu Rangga, Rangga langsung menyiramkan tangan nya dengan air.

"Haram sentuh-sentuhan sama kamu."

"Really?" Perempuan itu mendekati Rangga dengan lancang.

*Cup

Ai terdiam, banyak pasang mata yang menatap mereka, dia menempelkan bibirnya ke pipi tegas Rangga.

*PLAKKK

Rangga menampar perempuan itu membuat orang-orang tersentak, bahkan perempuan itu terdiam, Rangga langsung berdiri.

"BERHENTI BERSIKAP MURAHAN, SAYA UDAH PUNYA ISTRI, JIKA KAMU PIKIR DENGAN KAMU MENCIUM SAYA, SAYA AKAN BERDEBAR, KAMU SALAH!"

Rangga membuka sebotol air mineral dan di siramkan ke kepala nya lantas menggeleng kan kepalanya agar air itu mengalir, perempuan itu terdiam, kenapa Rangga jadi begitu memesona, Rangga membersihkan pipi nya dari bekas ciuman perempuan itu.

"Bibir kamu, bau busuk."

"Sialan!"

"Kenapa? Mau saya beli? Berapa harga kamu? 5 juta? Terlalu murah? 5 milyar? Terlalu murah? Atau 500 milyar? Saya bisa bayar harga diri kamu." Perempuan itu terdiam.

"Kamu gak usah lah nolak aku." Saat perempuan itu ingin menyentuh Rangga, Rangga langsung menggenggam tangan Ai.

Rangga mendekati perempuan itu dan berbisik di telinganya.

"Lobang kamu haram, gak limited, gak kayak istri saya!"

*JLEBB

Rangga segera menarik Ai pergi, tak peduli pada gadis itu dan tak peduli bajunya basah atau segala macam lagi.

"Sial, seumur-umur gue baru pertama kali liat cowok nolak ciuman gue dan malahan nampar gue? Parahnya hina gue?" Batin gadis itu dalam hati.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Kamu kenapa!?" Sampai di mobil Ai malah kesal ke Rangga, karena Rangga sempat tersenyum ke perempuan itu.

"Ngapain sih senyam-senyum ke cewek lain? Senyum mas itu bikin jantung orang pindah ke lutut, udah Ai aja yang di senyumin, jangan perempuan lain!" Ngomel Ai, dia benar-benar terdengar bawel.

"Cemburu?" Rangga mengeringkan rambut nya dengan handuk kecil yang ada di mobil.

"Iya!" Rangga tersenyum dan menyentuh puncak kepala Ai, membuat Ai kembali mengomel melihat senyum nya.

"Udah di bilangin senyumnya bikin jantung Ai pindah ke lutut." Rangga justru tertawa membuat Ai tersenyum kecil.

"Konsepnya gini sayang, yang bukan istri saya, gak akan saya sentuh." Rangga mengacak rambut nya lalu menarik kepala Ai pelan untuk dicium puncak kepala nya.

"Udah?"

"Hm, janji ya, gak ada yang boleh sentuh mas Rangga selain Ai."

"Iyaaaa."

"Ya udah."

Tiba-tiba Rangga terdiam.

"Kenapa?" Rangga menyentuh pipi kanan nya yang tadi sempat di cium perempuan tadi.

"Halam." Rangga malah sengaja bicara cadel.

"Sayang cium pipi saya, diemut juga, gak mau bekas bibil dia." Rangga memanyunkan bibirnya seperti anak kecil, Ai menggelengkan kepalanya.

"Gak mau juga, kena bibir dia."

"Tapi pipi saya kotol di cium dia, ayok sayang, pweasee." Rangga memanyunkan bibirnya.

Ai berpikir sejenak, Rangga mendekatkan pipi nya ke bibir Ai.

"Ai ayok!"

*Cup

Ai hanya mencium nya sekilas.

"Aaaaaa gak mau, mau kamu emut pipi saya, ih haram di cium perempuan lain." Rangga benar-benar seperti anak kecil membuat Ai tersenyum.

Ai langsung memegangi kepala Ai dan mencium pipi nya lantas mengecup pipi nya untuk diemut bahkan di jilat membuat Rangga nafsuan.

Rangga menggeser pipi nya ke mulut dan melumat bibir Ai, Ai memainkan lidahnya mengikuti permainan Rangga, sekarang dia sudah lihai dalam bermain bibir berkat Rangga.

Ai melepaskan bibirnya.

"Udah ah." Rangga tersenyum dan menyentuh pipinya yang sudah kering.

"Oke, ya udah ke rumah sakit ya cek kandungan."

"Otei!" Ai mengangguk kan kepalanya, Rangga kembali mengacak rambut nya gemas.

"Bentar!" Ai tiba-tiba menghentikan Rangga.

"Apa?"

"Tadi itu nomor siapa yang mas tulis di hp perempuan itu, itu bukan nomor mas!" Rangga mengigit bibir bawah nya menahan tawa.

"Itu ...."
.
.
.
.
.
.
.
.

Gadis yang tadi meminta nomor Rangga kini tersenyum mengingat senyum Rangga tadi, dia merasa tertantang untuk mencoba mendekati pria setia seperti Rangga, meski ditampar dia tidak malu, tangan nya menekan nomor yang diberikan Rangga tadi.

"Halo ganteng."

"Halo penyedot WC umum?" Gadis itu langsung mematikan ponselnya.

"KURANG AJAR!"
.
.
.
.
.
.
.
.

"HAHAHAHA." Ai tertawa ketika tau ternyata Rangga mengerjai nya dan memberikan nomor pelayanan penyedot WC umum.

Rangga tersenyum lebar melihat Ai yang tertawa puas.

"HAHA, Aduh mas, sakit perut Ai."

"Udah ah, gak pergi-pergi kita kalau bahas itu Mulu." Ai masih terkekeh geli, Rangga menatap nya dan membulatkan matanya, spontan dia maju dan meletakkan tangan nya di belakang kepala Ai saat kepala Ai hampir membentur jendela, tatapan kedua nya saling menatap, Ai terdiam menatap Rangga, aroma maskulin Rangga terbawa ke penciuman Ai akibat angin AC yang menyala.

"M-mas." Rangga menaikkan sebelah alisnya.

"Hati-hati cinta, nanti sakit." Rangga tersenyum dan melepaskan tangannya, Ai terdiam gugup, Rangga malah tersenyum melihat wajah istrinya yang begitu lucu.

Ai menoleh ke Rangga yang diam menyandarkan kepalanya di stiur dan menatapnya.

"Apa liatin Ai?"

"Suka-suka saya lah, kan kamu milik saya!"

"Milik siapa?" Tanya Ai menantang.

"Kamu ... Milik ... Saya ... Bocil!" Ai menggelengkan kepalanya.

"Ha? Kamu gak mau jadi milik saya?"

"Bukan itu! Ai bukan bocil lagi mas Rangga, ini udah bisa hamil lho, di dalem nya udah ada dedek bayi." Rangga memajukan wajahnya membuat Ai memundurkan wajahnya.

"Masa sih?"

"Iya." Rangga mengangguk kan kepalanya.

"Berarti saya gak perlu beliin boneka lagi ya? Berarti boneka kamu yang di kamar nanti saya buang!"

*PLAKK

Ai malah menampar Rangga membuat Rangga tersentak.

"Kepala mas, Ai potong kalau sentuh boneka Ai." Rangga mencembikkan bibir nya dan mengelus pipinya.

"Hiks ditampar." Rangga malah menangis membuat Ai tercengang.

"Ih mas suami, Ai minta maaf, tadi spontan aja." Ai mengusap pipi nya dan menghapus air mata Rangga.

"Hiks, kamu jahat berani nampar saya."

"Malu sama roti sobek mas, masa nangis sih?"

"Hwaaa saya diejek!" Ai menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Rangga mengucek mata nya membuat air matanya jatuh deras.

"Maafin ya?" Ai langsung minta maaf, Rangga menggeleng kan kepalanya.

"Ish Ai harus gimana?" Rangga bersandar di bahu istrinya.

"Cuddle!" Rangga memajukan bibir bawahnya dan kembali duduk biasa lalu merentangkan tangannya, Ai menghela nafas nya lalu berdiri dan berpindah ke pangkuan Rangga membiarkan Rangga merengkuh tubuh nya.

Rangga tersenyum tipis, sangat tipis.

"Jangan kasar-kasar Ai."

"Iyaaaaa maaf mas suami."

"Elus-elus kepala nya." Ai mengikuti mau nya, nyaman berdekatan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Amanda menatap Dimas yang terlihat sempoyongan.

"Ay kamu istirahat aja!"

"Aku gpp!" Wajah Dimas pucat pasi.

Dimas menggeleng kan kepalanya beberapa kali.

Amanda yang duduk di sofa memperhatikan kekasih nya yang di dapur menyiapkan minum untuk nya.

*PRANG

*BRUAKK

"AY!"

...
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Sebentar saya tanya dokter perempuan nya ada atau gak."

"Sus."

"Iya mas?"

"Dokter Dinda ada?"

"Tidak ada yang ada hanya dokter junior, dokter Mahdy dan dokter Roberts, untuk yang spesialis kandungan."

"Cowok semua? Gak jadi deh." Rangga langsung menolak.

"Mas gpp, t-tapi Ai malu juga." Ai memanyunkan bibirnya.

"Tuh kan ya udah gak usah, tunggu dokter Dinda ada aja."

"Yeah, gak jadi, yuk pulang."

"Yuk." Suster yang ada di sana ternganga melihat kedua suami istri itu.

"Pasangan prik." Cibir salah satu suster berbisik pada temannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Mas puding coklat!" Ucap Ai tiba-tiba saat suaminya sedang menyetir.

"Ngidam?"

"Iya, mau!"

"Ya udah kita cari."

"Tapi mas kan harus ker--"

"Sstt." Rangga meletakkan telunjuk nya di bibir Ai.

"Jangan melawan terus, mau jadi istri durhaka? Saya kutuk jadi batu kayak Malin Kundang!" Ai menggelengkan kepalanya.

"Jangan!" Ai menggelengkan kepalanya kuat.

"Makanya ikutin aja." Ai menganggukkan kepalanya, betapa gemasnya perempuan itu menuruti perkataan suaminya, ya kali Rangga mengutuk nya, bisa-bisa Rangga akan mati jika Ai hilang dari hidup nya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Pak coklat nya banyak."

"Iya neng."

"Kasih 2 porsi pak," Pinta Rangga membuat Ai tersenyum.

"Makan yang banyak!"

"Iya kalau gak habis, mas habisin ya?"

"Buang, saya gak suka manis."

"Kalau Ai, suka?" Gadis itu malah menangkup wajahnya sendiri dan narsis di depan suaminya.

"Kamu cantik, saya suka, bahkan jatuh cinta." Rangga mengacak rambut nya dan tersenyum manis.

Sebentar ada yang salah, yang diacak adalah rambutnya tapi kenapa yang berantakan malah hatinya?

Ai terdiam memandang suaminya.

"Mas bisa berhenti gak?"

"Berhenti? Maksud kamu berhenti bikin kamu salah tingkah? Gak bisa, saya suka."

"Euy anak muda jaman sekarang! Mesra-mesraan di depan orang tua, ndak sopan."

"Maaf pak, tapi suami saya bapak-bapak." Rangga sontak melirik istrinya dan dibalas cengiran.

"Canda mas Rangga."

"Pak puding satu." Rangga dan Ai melihat sekilas ke arah pembeli pria itu, mata pria itu terus memandang tubuh langsing Ai, Rangga dengan Posesif melingkarkan tangannya ke pinggang istri nya dan berganti posisi agar Rangga yang berdiri di samping pria itu.

"Apa? Ngapain liat-liat istri saya?"

"Mas--"

"Saya gak suka!" Rangga menghentikan ucapan Ai.

"Mau saya colok mata kamu!?" Rangga malah mengajak pria itu bertengkar, dengan songong pria itu menarik keras baju Rangga, Rangga langsung mempritil tangan nya dan menendang perut nya sampai dia terjatuh, Ai menarik Rangga untuk menjauh.

"Mas--"

"YANG BOLEH NATAP ISTRI SAYA SEPERTI ITU, CUMA SAYA! PAHAM!?" Pria itu pergi, nafas Rangga tak beraturan, Ai tiba-tiba kehilangan mood makan.

"Ai gak jadi deh pudding nya!" Ai langsung pergi, Rangga mengeluarkan 3 lembar uang warna merah untuk penjual itu.

"Sama pembeli yang gak jadi tadi, harusnya rejeki bapak." Rangga langsung pergi mengejar Ai. Penjual itu terdiam, Rangga membayar 300 ribu untuk 3 puding? Itu terlalu banyak.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"AI!"

"MAS MALU-MALUIN, KAYAK ANAK KECIL!" Ai membentak suaminya.

Rangga terdiam, dia mengepalkan tangannya, dia cemburu, kau paham kata cemburu!? Pria tadi menatap tubuh Ai seolah tubuh Ai santapan, apa menurutmu mungkin Rangga tidak cemburu?!

"Ai saya cemburu orang liatin--"

"MALU MAS RANGGA, DILIATIN ORANG!" Ai membentak nya lagi, hormon nya meledak-ledak, Rangga menundukkan kepalanya.

"Maaf!" Air mata nya jatuh.

"Seandainya kamu paham cemburu saya." Ai berdiri di ujung tak mempedulikan Rangga sampai dia melihat bahu Rangga yang bergetar.

"Mas?"

"S-saya cemburu, hiks hiks, kamu punya saya ... Hiks, gak ada yang boleh liat, hiks, kenapa kamu marah sama saya, kamu bentak-bentak saya, hiks."

"Ai tau mas cemburu, tapi gak harus marah!" Ai memelankan suaranya.

"Saya gak suka tubuh kamu dilihat kayak gitu, mereka nafsuan sama kamu, hiks." Ai terdiam, Rangga mengangkat kepalanya, air mata nya jatuh lagi, dia benar-benar seperti anak kecil, kalau istrinya bernada besar dia akan menangis.

Ai mendekati Rangga dan menjijitkan kakinya untuk memeluk nya.
.
.
.
.
.
.
.

*Tes

Air mata Amanda jatuh menatap Dimas yang baru saja terbangun setelah pingsan berjam-jam.

"Ay aku gpp."

"Kamu itu kecapean kata dokter!" Amanda tau akhir-akhir ini Dimas belajar keras.

"Ay aku--"

"Tanya aku kalau kamu gak bisa, aku pasti bantu!"

"Iya ay, aku cuma--"

"Aku gak mau kamu pergi, tolong di sini aja."

"Huss, siapa yang pergi? Gak boleh ngomong gitu!" Dimas menggelengkan kepalanya, Amanda terdiam.

"Dim, aku benar-benar ngerasa capek sama hidup aku sendiri, aku ngurus Ananda, ngurus ayah, sampai aku sendiri berantakan."

"Aku gpp, dokter bilang kecapean aja kan? Nanti aku istirahat!" Dimas memeluk nya.

"AY, HIKS HIKS ..." Dimas memeluk nya erat.

"Ssttt ... Sstt ... Its okay ya ay? Oke? Semua oke aja, Dimas janji, Dimas akan di sini, gak akan pergi, bahkan di usir sekalipun, Dimas akan disini, mencintai Amanda, menemani Amanda, dan ada di samping Amanda." Kata-kata itu terdengar menenangkan.

"Hiks hiks, tolong aku Dimas, aku hampir gak nemuin jalan pulang, jangan kenapa-kenapa." Dimas yang masih mendekap nya mengangguk kan kepalanya sambil mengelus kepala Amanda.

"Aku di sini, Dimas akan di sini, sampai kita nikah." Amanda memeluk nya erat dan mencium pipi nya, sudut mata nya kembali menjatuhkan air mata.

Dimas melepaskan pelukannya.

Dimas menopang dagunya.

"Babe, you are my favorite person, oleh sebab itu, aku gak akan kemana-mana untuk nemenin favorite person aku!" Amanda menganggukkan kepalanya dan memeluk nya lagi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ai dan Rangga kini ada di atas rooftop, rooftop sebuah gedung kosong atas permintaan Ai yang ingin melihat matahari tenggelam.

Rangga benar-benar pulang dari kantor secepat itu, setelah menangis tadi Rangga masih ingat untuk meeting nya setelah selesai dia langsung pulang untuk menemani Ai yang mengeluh mereka jarang punya waktu bersama.

"Mas, semenjak Ai kenal sama mas Rangga, itu buat hidup Ai jauh lebih berarti dan jauh lebih indah ketika jatuh cinta sama mas."

"Menurut kamu jatuh cinta itu apa?" Tanya Rangga pada istri nya, Ai menggelengkan kepalanya.

"Gak bisa deskripsiin, yang pastinya indah dan selalu bikin Ai candu, candu sama aroma tubuh mas, ciuman mas, pelukan mas, suara mas, dan semuanya tentang mas." Ai menatap suaminya, Rangga memutar badannya agar berdiri berhadapan dengan istrinya.

"Begitu?"

"Iya, menurut mas perasaan apa yang jauh lebih indah dari jatuh cinta?"

Rangga tersenyum dan mendekati istri nya selangkah lantas melingkarkan satu tangannya ke pinggang Ai.

"Dan bagian terindah dari jatuh cinta itu, kamu!" Ai masih diam, angin menerpa halus menampar mereka.

"Kamu adalah satu-satunya nafas yang saya temukan ikut berhembus bersama saya, satu-satunya nama yang mengalir bersamaan dengan aliran darah saya, menuju jantung sampai jantung saya selalu mengatakan dia jatuh cinta setiap hari bahkan tanpa melihat kamu secara langsung, kita akan terus bersama."

"Caranya?"

Rangga berbisik pelan.

"Saya hidup hanya untuk kamu, dan Seandainya kamu mati saya juga akan berhenti."

*Deg deg deg

*Cup

Rangga mengecup kening nya lama sambil memeluk nya, Ai mengangkat tangannya untuk diletakkan di bahu suaminya, berbicara berdua di tempat seperti itu benar-benar sangat menyenangkan.

"Jangan bicara dengan nada besar kalau sama saya, atau saya akan nangis lagi?"

"Sama orang lain galak, giliran sama Ai malah nangis."

"The power of love." Singkat, jelas dan padat.
.


.
.
.
.
.
.
.
.
.

Rangga menghentikan mobilnya ke tepi lalu menggeser tempat duduk Ai menjadi tidur, setelah melihat matahari tenggelam mereka pulang, tapi Ai ketiduran, Rangga menghentikan tatapan nya di wajah Ai dan tersenyum.

"Cantik, melebihi Tiffany!" Rangga sudah bisa melepaskan Tiffany dengan ikhlas, sekarang semuanya jauh terasa lebih mudah untuk nya.

Rangga menyelipkan anak rambut Ai ke belakang telinga lantas mengecup pipi nya dan memegangi Perut rata Ai.

"Di dalam cowok atau cewek sih?" Tanya Rangga polos lalu tersenyum seperti orang gila.

Rangga kembali menyetir dengan fokus membiarkan istrinya tidur.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Lio?" Liora sejak pagi setelah kemoterapi terus tidur.

Andre datang dan mengelus kepala nya.

"Liora?" Gadis itu mulai terbangun sebelum mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Lio makan obat."

Liora menggelengkan kepalanya.

"Gak mau."

"Lio." Andre tau apa yang membuat liora lemah, sehelai rambut pun liora tidak tersisa.

"Ayok makan obat!"

"Ngapain? Gak bisa sembuh!"

"Kamu gak percaya aku? Aku dokter liora, aku gak akan bohong, kamu akan sembuh, kamu harus sembuh, katanya kamu mau ketemu Rangga, 2 bulan lagi di balik ke Jakarta."

"Serius?"

"Iya, makanya kamu harus makan obat, katanya mau minta maaf langsung." Liora mengangguk kan kepalanya membuat Andre tersenyum.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"MASSSSS!" Rangga berjalan ke arah kamar mandi mendengar teriakan Ai.

"Kenapa sayang?"

"Tolong ambilin br* Ai."

Rangga menuju ke lemari nya.

"Warna apa? Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, atau ungu?" Tanya Rangga seperti jualan.

"Mas, serius apa aja." Rangga mengambil br*a warna hitam untuk diserahkan ke istri nya itu.

Tak lama Ai keluar ternyata pria itu masih setia berdiri di depan kamar mandi.

"Hai!"

"Hm."

"Ngapain?"

"Besok dokter Dinda udah ada, kita cek."

"Mas kok tau ada dokter Dinda?"

"Suami kamu ini bukan tukang cimol, punya uang banyak, tinggal cari tau lewat hp."

"Oh." Ai berjalan meninggalkan suaminya membuat Rangga memanyunkan bibirnya dan melipatkan tangannya di depan dada.

Ai merasa aneh karena Rangga diam saja.

"Mas ngapain masih diam?" Rangga merasa gadis itu tidak peka.

Ai menoleh.

"Kamu lupa sesuatu gak?" Ai mengerutkan keningnya dan tersenyum.

"Iya ingat!" Rangga tersenyum.

"Kita beli boneka kan? Kata mas Rangga tadi pagi kalau Ai mau makan, mas bakal beliin boneka apapun, aduh baik banget sih di ingetin?"

"Argghh, bukan itu, kamu belum peluk saya! Ayokkkk!" Ai tercengang karena pria itu bisa-bisanya berteriak frustrasi perkara belum di peluk.

"Gak mau!" Ai menantang nya dan berjalan ke arah ranjang, Rangga langsung cemberut, dan melipatkan tangannya seperti anak kecil, Ai terkekeh.

"Sini sayang!" Ai menepuk paha nya, Rangga langsung menghampiri nya dan duduk di pangkuan istri nya untuk dipeluk, pria itu balas memeluk Ai membuat Rangga tersenyum senang.

"Udah?" Tanya Ai tapi Rangga menggelengkan kepalanya.

"Capek."

"Capek kenapa? Kerjaan banyak ya? Maaf ya Ai gak bisa bantu?"

"Gpp sayang, Kelonin saya bobok aja cukup kok." Ai tersenyum dan membiarkan Rangga tidur di paha nya.

"Bayi besar!"

Rangga tak mempedulikan Ai, dia ingin Ai mengelus kepalanya saja.

Rangga menggenggam satu tangan Ai.

"Gak boleh di lepas ya sayang!"

"Iya!"

*Cup

Rangga mencium tangan Ai lalu di genggam erat.

Rangga hanya butuh sebentar untuk lelap, beberapa hari ini dia sering lembur karena menyelesaikan berkas meeting untuk lusa.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ai ditinggal Rangga di tengah malam, pria itu pasti bekerja lagi di ruang tamu, Ai terbangun dan memeluk Boneka nya sambil memainkan jemarinya di pantat Boneka nya sampai tersadarkan buntut boneka nya lepas, kapas boneka itu keluar karena ulah jari nya.

Gadis itu benar-benar sensitif, dia menangis perkara kapas boneka nya keluar dan boneka nya koyak, dengan kilat gadis itu lari dan mengadu pada suaminya.

"Hiks hiks ... MASSSS!" Rangga mendengar suara tangis istri nya langsung bangkit, Ai menghampiri nya dengan boneka Teddy bear nya.

"Kenapa sayang?" Tanya Rangga panik.

"Ada yang sakit? Atau ngidam? Laper? Ay--"

"Hiks boneka Ai koyak, hiks hiks ... Kapasnya keluar!"

"Astaghfirullah, saya kira kenapa? Kamu nangis karena boneka kamu koyak?"

"Hiks hiks ...."

"Ai ini tengah malam."

"Ini gimana? Hiks hiks ..." Pria itu tersenyum kecil dan mengambil boneka itu lantas meminta istrinya untuk duduk di sofa itu.

Ai melihat Rangga yang meraih jarum dan benang jahit di bawah meja lalu duduk di samping nya.

"Ekor boneka nya mana?" Ai memberikan ekor boneka Teddy bear nya ke Rangga, dengan telaten pria itu menjahit nya pelan-pelan agar sempurna.

Ai menatap nya dalam diam, Rangga menyandarkan tubuhnya dan menepuk bahu nya.

"Sini!"

"Tapi--"

"Bisa kok sambil jahit, jangan nangis lagi." Ai menganggukkan kepalanya, Rangga tersenyum kecil, melayani Ai yang sering menangis karena hal kecil seperti ini kadang membuat Rangga gemas tapi bahagia juga, karena dengan itu Rangga akan merasa penting.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jahitan terakhir diikat sempurna agar tidak lepas. Rangga mengigit benang nya agar tidak ketarik.

"Sayang---" Rangga terdiam melihat Ai yang sudah ketiduran, pria itu membuka tangan Ai dan memberikan boneka itu agar dipeluk.

Rangga tak membangunkan nya dan meraih laptop nya yang ada di sampingnya, membiarkan Ai tidur di samping nya sambil menemani nya kerja.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Setengah jam setelahnya Rangga Kembali ke kamar sambil membopong Ai agar ikut tidur, Rangga dengan ciri khas nya, tidur tanpa pakaian, pria itu menyelimuti Ai lantas memeluk Ai erat tanpa melepaskan nya.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Huek huek ..." Rutinitas baru untuk bumil kesayangan Rangga, muntah, mual dan lemas!

Rangga mengusap punggung dan tengkuk istrinya.

Gadis itu memeluk Rangga.

"Udah?" Tanya Rangga pelan.

"Huek ... Huek ..."

"Cek dokter ya? Saya udah bikin janji sama Dokter Dinda." Ai mengangguk kan kepalanya.

"Mandi gih." Rangga ingin keluar tapi Ai dengan sigap menahannya dan menutup pintu.

"Mandi bareng!"

"Enggak, gak boleh berhubungan, paling minimal sampai kandungan kamu 4 bulan."

"Yang nyuruh mas minta jatah siapa? Aiko mau mandi sama mas, M.A.N.D.I!" Ucap Ai penuh penekanan.

Rangga tersenyum smirk dan mendekatkan mulutnya ke mulut Ai, namun dia kalah cepat, Ai langsung sigap melumat bibir nya sambil melingkarkan tangannya ke leher pria itu, Rangga tersentak sejenak tapi dia segera melingkarkan tangannya ke pinggang Ai.

Apa itu yang kita sebut hormon ibu hamil?

Rangga melepaskan kimono Ai dan pakaian nya lalu menyalakan air shower membiarkan mandi mereka lebih memiliki sensasi.

Ai melepaskan lumatan nya, Rangga menatap nya dan kembali mendekatkan bibirnya ke bibir perempuan nya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Jadi gimana dok?"

"Semua nya sehat."

"Yakin?"

"Why not?" Tanya dokter Dinda.

"Morning sickness nya lebih parah dari pada kehamilan wanita pada umumnya."

"Mungkin karena usia kandungan nya baru satu bulan, dan juga rentan untuk keguguran, jadi pastikan banyak istirahat, jangan stress, dan bahagia, kalau nanti usia kandungan nya, nanti saat kandungan nya memasuki 8 Minggu, datang lagi, kita cek sama-sama."

Yang gak tau 8 Minggu berapa bulan, itu 2 bulan!

"Ada vitamin buat cegah morning sickness istri saya?"

"Sebenarnya gak perlu tapi kalau bapak minta ada."

"Di kasih aja resepnya, yang penting baik buat dia."

"Beruntung banget ya dapetin suami kayak suami kamu." Ucap dokter Dinda tersenyum ramah Ai tentu saja membalas ucapan nya.

"Iya dong, kesayangan dan satu-satunya harta berharga milik Ai."

Rangga melihat ke arah istrinya yang tiba-tiba memeluknya, Rangga mengecup kening nya.

"Gini amat saya ngontrak?" Ucap dokter Dinda dan dibalas gelak tawa pasutri itu.

"Haha ..." Ai melepaskan pelukannya, Rangga memindahkan tangan nya ke belakang pinggang Ai lalu berbisik di telinganya.

"I love you!"

"Bucin di depan saya berarti harus berbagi suami!" Canda dokter Dinda membisingi Ai langsung memeluk suaminya.

"Gak bisa, dia punya Ai seorang!"

Dokter Dinda memasang wajah memelas.

"Saya iri dengan kamu." Dokter Dinda menyerahkan resep vitamin ke mereka.

Rangga tersenyum lebar ke arah dokter Dinda membuat Ai langsung menutup mulutnya.

"Gak boleh senyum-senyum ke perempuan lain!"

"Cemburu kan? Itu yang saya rasain kemarin." Bisik Rangga ke telinga nya.

Dokter Dinda hanya tersenyum kecil.

"Kenapa sih sayang?"

"Gak boleh!"

"Masa saya marah-marah sama dokter Dinda karena dia udah kasih resep." Dokter Dinda berdehem sejenak melihat pasutri di depan nya yang tidak tau tempat.

"M-maaf dokter Dinda."

"Iya gpp saya udah biasa ngontrak, saya permisi dulu." Dokter Dinda meninggalkan ruangan menyisakan dua orang itu, Ai justru cemberut dan melipatkan tangannya di depan dada membuat Rangga berdiri memundurkan kursi nya dan jongkok di hadapan Ai, membuat Ai menoleh.

"Ngapain?" Pria itu tiba-tiba menempelkan telinganya di perut rata Ai.

"Hai anak papa, hari ini gimana?"

*Deg deg deg

Tangan Rangga mengusap perut Ai lalu menatap wajah istrinya sambil tersenyum, pria itu meletakkan tangannya di belakang kepala Ai lalu menarik kepalanya pelan untuk turun dan dicium keningnya, Ai menatap mata suaminya.

"Seribu orang boleh terpesona dengan saya, tapi saya hanya terpesona sama kamu Aiko, cuma kamu, Aiko Tiffany Raditya.

*Deg deg deg

Rangga diam sejenak.

"Rawr!" Debaran jantung Ai berpacu semakin tak karuan.

Rangga mencium pipi Ai dan mengemut pipinya, tangan Rangga melingkar ke pinggang Ai dan mendekatkan tubuh Ai agar memudahkan nya untuk mengemut pipi Ai.

Tau? Indahnya taman dengan bunga mawar, dan ribuan kupu-kupu? Seperti itu lah cinta menyerbu mereka.

MALU SAMA ROTI SOBEK PAK 😔
MASA NANGIS GARA-GARA GAK SENGAJA DITAMPAR, DIBENTAK SAMA CEMBURU?


BYE-BYE 👻

FOLLOW IG :

Continue Reading

You'll Also Like

328K 22.8K 32
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
5.5M 292K 56
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
4.9M 180K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
6.6M 333K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...