Comfortable With You | Seungh...

By kikiyay

2.5K 415 176

Tentang Seungheon, yang ingin menjalani hidupnya dengan nyaman. Tentang Hana, yang ingin keluar dari zona nya... More

1. Kehidupan yang Nyaman
2. Zona Nyamannya
3. Tidak Berawal dari Nyaman
4. Rumah yang Nyaman
5. Panggilan yang Nyaman
6. Pelukan yang Menenangkan
7. Hidup Tanpa Ambisi
8. Berbaring Bersama
9. Satu Gedung Lebih Dekat
10. Yang Pertama Ada Saat Membuka Mata
11. Hidup Penuh Ambisi
13. Satu Panggilan Lebih Dekat
14. Acara Keluarga
15. Makan Sore dan Hujan Musim Panas
16. Satu Langkah Lebih Dekat
17. Rumah Pohon dan Cerita Masa Remaja
18. Barrel Cactus
19. Display Name
20. Kopi Terakhir Vending Machine Pinggir Jalan
21. Rooftop di Jam Makan Siang
22. Hubungan Jarak Jauh
23. Berpisah Itu Mudah
24. Berbagi Cerita, Berbagi Rasa
25. Kunjungan Kerja

12. Sup dan Kenangan

85 17 9
By kikiyay


"Hana, aku boleh minta sesuatu darimu?"

Hari ini, ada surat yang datang dari partner lama Seungheon, dari Pulau Munseom, satu pulau kecil di Jeju. Rekan lamanya itu saat ini sedang ditugaskan ke Pulau Munseom untuk meliput perkembangan proyek terumbu karang tahunan. Bukan surat juga, sih. Lebih tepat disebut kartu ucapan. Isinya hanya dua buah foto dan sedikit kalimat di kartu ucapan.

Foto pertama diambil di bawah laut, temannya mengacungkan jempol di samping terumbu karang yang masih sangat kecil dengan tag kecil yang seperti mengalungi terumbu karangnya. Foto kedua adalah foto yang lebih jelas dari terumbu karangnya. Terlihat tulisan di tag: S. Song & H. Lee.


Selamat berbahagia Seungheon! Maaf terlambat. Hadiah kecil dariku. Kata anak-anak, kalian berdua sudah sering mengadopsi pohon sampai hewan langka berdua, semoga ini menyenangkan hati kalian. Kapan-kapan bawa istrimu ke Munseom lalu mari kita makan haemultang dengan bahan segar yang kita ambil langsung dari laut, seperti 5 tahun yang lalu.

~ Kwon Sangwoo


Seungheon tersenyum membaca kartu ucapan dari teman dan rekan lamanya itu. Lima tahun lalu mereka adalah rekan seperjuangan dari divisi berbeda, yang terdampar di Pulau Munseom bersama dan akhirnya berteman baik sampai saat ini.

"Minta apa?"

Seungheon mengalihkan pandangannya dari kartu ucapan ke Hana, yang duduk bersila di depan pot-pot tanamannya di halaman, habis menggunting daun-daun tua. Seungheon ikut duduk bersila di samping Hana. Dia menyerahkan foto dan kartu ucapan itu pada Hana.

"Hadiah pernikahan dari Sangwoo."

Hana tersenyum melihat foto-foto dari Sangwoo lalu ia membaca kartu ucapannya dan matanya melebar. Dia menatap Seungheon mengonfirmasi dengan senyum yang mengembang. Seungheon tersenyum dan mengangguk.

Hana tertawa senang. Tahun lalu, pembicaraan mau mengadopsi baby coral bersama baru sekedar celetukan yang keluar dari mulut Hana, lalu diiyakan oleh Seungheon, tapi belum sempat terealisasikan.

Hana menatap gemas foto baby coral di tangannya, tidak bisa berhenti tersenyum. "Bilang terima kasih dariku juga, ya."

Seungheon masih hanya membalas dengan senyum dan anggukan.

"Ah, Oppa tadi mau minta apa?" Hana mengalihkan perhatiannya pada Seungheon.

Seungheon menunjuk kartu ucapan dari Sangwoo. Hana membaca ulang, lalu menatap Seungheon ragu-ragu. "Jalan-jalan?"

"Bukan," lalu Seungheon kembali menunjuk kartu ucapannya, menunjuk satu kata.

"Haemultang?"

Haemultang adalah sup seafood pedas yang berisi kepiting, udang, cumi-cumi, kerang, gurita, pokoknya semua hewan laut bisa dimasukkan ke sana, dengan kuah gochujang dan tambahan tahu juga sayuran hijau.

Seungheon mengangguk. "Aku sedang rindu makanan yang aku makan dengan Sangwoo di sana. Jadi, bisa masakkan itu buatku?"

Hana mengangguk-angguk lalu menoleh tajam menatap Seungheon dengan panik. "Hah?!"

Melihat ekspresi Hana, Seungheon tertawa. "Maksudnya, kamu belajar masak haemultang dulu. Tidak harus hari ini, besok, atau minggu ini. Sebisanya saja."

Hana mengerucutkan mulutnya dan membaca lagi kartu ucapan dari Sangwoo.

"Dulu aku dan Sangwoo cuma masak haemultang dengan sedikit rempah dan bahan yang kami tangkap sendiri di laut."

Hana lalu kembali menatap Seungheon yang sedang mengingat-ingat masa-masanya di pulau bersama Sangwoo.

"Waktu itu sedang badai, kami cuma dapat gurita dan kerang sisa berenang waktu sore, jadi isinya hanya itu tanpa bawang-bawangan dan hijau-hijau, ditambah mi instan dari tempat menginap di Jeju. Tapi rasanya tetap enak sekali. Mungkin karena sedang lapar, ya?"

Hana tersenyum mendengarkan Seungheon yang terus berceloteh tentang pengalamannya di Pulau Munseom.


*****


Sejak Seungheon menunjukkan kartu ucapan juga permintaannya pada Hana, menu sehari-hari mereka jadi seafood dan olahannya. Hana sedang mencoba-coba berbagai cara memasak gurita, kerang, kepiting, abalone, dan hewan laut lainnya.

Kadang saat Seungheon mau mencicip, Hana akan mengambil sendoknya duluan.

"Enggak enak?" Seungheon bertanya, dan Hana menggelengkan kepala.

"Kan aku sudah bilang, aku terbiasa makan daun."

"Tapi kalau terus-terusan makan yang enggak enak, nanti jadi lupa rasa masakan aslinya."

Seungheon tersenyum. "Tahu apa formula masakan yang membuat rasanya tidak terlupakan?"

Hana tidak menggeleng, tidak mengangguk, hanya menunggu Seungheon.

"Resep cuma lima puluh persen, sisanya adalah momen. Momen yang berkesan bisa membuat makanan yang tadinya enak jadi tidak enak, dan yang biasa-biasa saja jadi sangat lezat."

Seungheon mengambil sendok lain dari tempatnya dan menyendok sedikit kuah kaldu yang masih panas. Dia meniup-niup kuah di sendoknya. "Aku tidak perlu yang rasanya sangat enak. Bisa dimakan saja sudah cuku— uhuk uhuk!"

Hana dengan cekatan memberikan Seungheon segelas air dan menepuk-nepuk punggungnya. "Kan sudah dibilang tidak enak."


*****


"Gwajangnim."

Seungheon menoleh sebentar pada sekretarisnya sebelum kembali ke tumpukan kertas di hadapannya. "Masuk."

"Ada titipan dari Nyonya Lee."

Seungheon mendongak. "Nyonya Lee? Nyonya Lee kementerian atau Nyonya Lee istriku?"

"Istri Anda," sekretaris Seungheon tersenyum dan meletakkan satu tas yang Seungheon tahu berisi kotak makan. Sudut bibir Seungheon naik sedikit.

"Dan Nyonya Lee kementerian," sekretarisnya sekarang meletakkan sebuah dokumen tebal di samping tumpukan yang sedang dikerjakannya.

Seungheon menghela napasnya, lalu berterima kasih pada sekretarisnya. Dia menatap kotak makan dari Hana sebentar sebelum mengambil dokumen dari Nyonya Hana yang bukan Nyonya Hana-nya.

Beberapa waktu kemudian, sekretaris Seungheon kembali mengetuk pintu ruang kantornya. "Ya?"

"Mau mengingatkan, istirahat akan selesai 30 menit lagi, Gwajangnim."

Seungheon melihat jam tangannya. "Ah..." dia menghela napasnya sebelum berterima kasih pada sekretarisnya. Dia menyisir meja kerjanya yang berantakan, memproses apa yang harus dilakukan, lalu matanya menangkap tas kotak makan dari Hana. "Oh iya, makan."


*****


Seungheon bersandar pada dinding pembatas di rooftop gedung redaksi. Yang dipelajarinya setelah menikah dengan Hana adalah, makan sendiri di rooftop adalah sebuah alternatif untuk mencegah pertanyaan yang tidak diinginkan dari rekan-rekannya atas ekspresinya setelah mencicip makanan dari Hana. Dia membuka tas dari Hana, ada dua kotak makan. Di atasnya ada sebuah sticky note.

Versi lebih lengkapnya ada di rumah. Kalau tidak enak, makan buahnya saja lalu bawa pulang.

Seungheon mendengus tersenyum melihat note dari Hana. Lalu ia membuka kotak makan teratas. Berbagai macam buah segar. Selanjutnya, ia membuka kotak terakhir yang masih agak hangat.

Haemultang.

Seungheon tersenyum, tanpa sadar tertawa kecil. Gurita, kerang, dan mi tanpa bawang-bawangan. Persis seperti yang ia masak dulu bersama Sangwoo. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya masih sambil tertawa. Hana benar-benar ingat cerita Seungheon hampir sebulan lalu.

Menyendok kuah, Seungheon menarik napas seperti bersiap merasakan yang tidak terduga. Lalu mencicip sedikit. "Hmm."

Seungheon tersenyum lagi. Rempahnya terasa lebih kuat. Dia jadi ingat, saat makan bersama Sangwoo, dia memasukkan terlalu banyak gochujang instan yang membuat kuahnya jadi lebih kental. Lalu ia mengambil sepotong gurita dan memakannya. Empuk, agak asin, tapi tidak mengganggu rasa kuahnya.

Hana memang sering bermasalah dengan asin dan hambar. Kalau tidak terlalu hambar, hampir selalu terlalu asin. Lidah Seungheon sudah terbiasa.

Seungheon mengambil satu kerang dan menyeruputnya. Dia kembali tersenyum, mengingat pertama kali Hana memasak kerang, dia mencucinya terlalu bersih sampai saat direbus, bagian dalamnya keluar ke mana-mana. Sekarang sudah bisa memasak kerang dengan baik.

Sepanjang makan, Seungheon sadar kalau dirinya sudah seperti orang gila. Senyum-senyum sendiri, tertawa sendiri, geleng-geleng sendiri. Tapi masa bodoh. Haemultang ini mengingatkannya pada perjalanan dinasnya di Pulau Munseom, dia rindu masa-masa kerja di lapangan.

Seungheon juga ingat bagaimana Hana hampir menghabiskan uang yang disisihkannya untuk 'leisure' bulan ini dengan membeli banyak hewan laut yang harganya pasti jauh di atas daging biasa. Dari yang bingung memasak gurita hidup-hidup, ribet mengolah kepiting, sampai jadi masakan yang makan-able seperti saat ini.

Ah, sial. Seungheon kembali terkekeh. Sekarang kalau makan haemultang, ia bukan hanya akan teringat Munseom, tapi juga Hana.


-|-|-|-|-|-


Halooooo aku dah balik lagi hehehe. Semoga mulai bisa rutin posting seminggu sekali. Kalau gak Jumat malam, Sabtu malam.

Selama kita hidup, setidaknya ada satu makanan yang kita makan waktu lagi jalan-jalan, dan berbekas di hati. Dalam kasusku sate ayam yang aku makan tiap jalan-jalan ke pantai yang cuma setahun sekali wkwk. Dan jadilah part ini.

Sebulan terakhir lumayan dapet banyak ide dan nyetok beberapa part. Mau spoiler dikit ide yang udah ada di kepala tapi belum terealisasikan dengan tulisan wkwkwk. Ga tau apa semua bakal jadi tulisan atau gak hohoho.

Ditunggu ya! Ada beberapa part favorit aku wkwkwkwk semoga bisa jadi pelepas penat dari hari kerja yang padat!

Terima kasih udah baca dan meninggalkan jejak! See you di next part :D

Continue Reading

You'll Also Like

87.2K 10.5K 34
'benci bisa jadi cinta loh, cantik' 'apaan, diem lu' 'aduh, malu malu ih si geulis' 'gue laki ya, jangan main cantik-cantik lu' 'tapi lu emang cantik...
275K 23.5K 35
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
105K 8.7K 84
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
269K 21.2K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...