Darling Of Mine

By zonaniken

62.5K 14.1K 3K

Baca aja More

/1/ Masa Lalu Gala
/2/ Tentang Keysha
/3/ Buah Bibir
/4/ Pria Kesayangan
/5/ Cobaan Terberat
/6/ Terusik
/7/ Terjerat
/8/ Tidak Terduga
/9/ Tentang Rasa
/10/ Kegelisahan
/11/ Babak Baru
/13/ Percobaan
/14/ Kalah dan Menang
/15/ Selamat Pagi
/16/ Yang Sebenarnya
/17/ Secepatnya
/18/ Janji
/19/ Panik!
MAKANYA BACA

/12/ Mulai Menerima

2.7K 812 278
By zonaniken

Thanks yg NGGAK komen NEXT.

Thanks yg udah rajin vote dan komen, apalagi sampe banyak dan panjang komennya, i luv u so much hahah

Semoga kalian yg udah bikin gue seneng dikasih kesehatan, dilindungi dan dijauhkan dari virus coronce varian apapun, dilimpahkan rezekinya, terhindar dari marabahaya. Aamiin 🙏

Dan buat yg bikin bete nax nex nax nex... maaf ya aku bakal block 👉👈

****

Galawira Abimanyu bukanlah pria casanova yang dengan mudah bergonta-ganti kekasih. Dirinya tidak pernah mencoba untuk mendapatkan perhatian dari banyak wanita, meski pada akhirnya ada banyak sekali wanita yang berusaha dekat dengannya.

Berbeda dengan sang adik yang selalu terang-terangan, Gala cenderung tertutup untuk urusan hati. Kebiasaan memendam segalanya membuat Gala lupa bahwa ada beberapa hal yang harus diutarakan secara langsung dengan kata-kata alih-alih menunjukkan bukti nyata dari berbagai macam perhatian.

Meski sebenarnya ia lebih nyaman dengan sebuah tindakan daripada membuat untaian kalimat manis seperti puisi atau kata-kata mutiara.

Tidak, lidah Galawira terlalu kaku untuk melakukan itu.

"Boss... Hello Boss Gala, earth calling...."

Gala tersentak begitu mendapati Raya sudah berada di depannya sambil mengetuk meja dengan dokumen yang ia bawa. "Ray...."

"Yes, it's me, Raya. Belum ganti nama dan belum resign juga." Wanita yang sudah kebal dengan sikap dingin Gala terhadap banyak perempuan itu sekarang duduk di nyaman di seberang Gala.

"Mau resign?" tanya pria itu.

Raya mengangkat bahu santai. "Nanti, kalau udah dilamar laki gue," ucap Raya yang baru-baru ini menjalin hubungan dengan seorang pria.

"Oh...."

Ya, memang apa lagi yang Raya harapkan selain respons singkat-singkat seperti itu. Aneh kalau seorang Galawira mau ngomong panjang lebar di luar lingkup pekerjaan.

"Aku denger dari anak-anak, katanya Keysha nangis setelah keluar dari ruangan kamu. Kenapa lagi?" tanya Raya yang tidak bisa menghentikan rasa penasarannya.

"Nggak diapa-apain, anaknya aja yang cengeng." Gala meminum kopinya yang tersisa sedikit.

"Kamu sadar nggak sih, kamu aneh banget belakangan ini." Raya menyipitkan mata, ia yakin ada yang mencurigakan dari pria itu.

"Aneh gimana?"

"Aneh, pokoknya aneh. Suka marah-marah nggak jelas, maaf ya... maaf nih, bukan bermaksud kurang ajar, kita udah lama kerja di sini, tapi Galawira yang kukenal nggak akan pernah sudi buang-buang energi buat marahin anak baru. Ngomong aja irit, ini malah tiap hari ada aja yang dijadiin bahan ghibah sama anak-anak."

Pria itu menatap Raya datar, merasa tidak ada yang salah dari dirinya. Mengangkat dagu, mempersilakan Raya melanjutkan kata-kata.

"Setiap hari, Gal. Sebulan Keysha masuk sini dan selama itu juga kamu berubah jadi atasan super galak. Aku kadang suka kasian ngeliat Keysha, kesalahan sepele aja bisa kamu gede-gedein."

Namun Raya tidak mendapatkan alasan yang ia inginkan, melainkan pertanyaan balik dari pria​ itu. "Kenapa terima dia?"

"Keysha?"

Gala mengangguk.

"Well, dia memenuhi syarat. Kita kekurangan staff marketing, dan dia punya pengalaman kerja yang baik sebelumnya."

Ya, tidak ada yang salah dari jawaban Raya. Yang salah itu kamu, Gala. Kamu yang kenapa?

"Kalau boleh request malam ini jangan ada lembur dadakan lagi, ya, Boss. Aku mau dinner sama cowokku. Kerja mulu lama-lama jodoh malah semakin jauh."

Raya beranjak, tapi suara Gala selanjutnya membuat ia berhenti.

"Ray, I need help." Pria itu berdeham beberapa kali, terlihat gamang tapi akhirnya tetap mengatakannya. "Gimana cara ... ngebujuk perempuan yang lagi ngambek?"

****

"Capek gue caper ke Boss Gal. Bukannya di-notice malah kena semprot." Tika mengaduk nasi soto di piringnya tanpa semangat. "Padahal ya, dulu Boss Gal tuh nggak segalak itu tauk. Tiap ada karyawan yang caper paling dia melengos doang atau bagi senyum penuh keberkahan."

Keysha pasang telinga. Ternyata banyak juga penggemar Gala.

"Sebulan ini nggak sih dia berubah kayak gitu? Ngalah-ngalahin pas dia gagal kawin dulu." David menyahut.

"Ah, pas gagal kawin malah dia lempeng-lempeng aja tuh, ini doang nih dia beda. Kerasukan jin kantor kayanya." Tiara menimpali sebelum menyendok satu suap ketoprak.

Keysha menarik napas, ingin ikut nimbrung juga. "Emang, sebelumnya Pak Gala itu sosok boss yang kayak gimana?"

Teman-teman satu divisi Keysha langsung menatap dirinya, membuat Keysha salah tingkah dan menggaruk pipi yang tidak gatal. "Kepo aja sih, hehe...," ujarnya tertawa sumbang.

Tika yang biang gosip dan huru hara pun dengan semangat menjelaskan. "Beda banget, Keys! Elo datengnya belakangan sih, jadi nggak ngerasain kebaikan dan kemurahan hati Boss Gal. Dulu, dia itu kayak malaekat tak bersayap, dingin, sejuk, kayak ruangan ber-AC di tengah cuaca panas. Nggak ada ngomel, jarang lembur, sering nraktir. Baik deh meskipun irit ngomong."

David dan yang lain mengangguk setuju. "Dia juga sering ngingetin senior yang lain, jangan terlalu keras sama anak baru. Biasanya kan ada tradisi ngerjain junior tuh, nah yang tukang ngebela anak baru ya si Boss. Kalau sekarang udah nggak ada lagi, makanya kita-kita nggak ada ngerjain elu, udah kasian duluan soalnya."

Tiara terkekeh sambil mengusap bahu Keysha. "Sekarang bukan kita-kita yang ngerjain, tapi langsung si Boss yang turun tangan. Sabar ya, Keys."

Duh, apa rasanya dibelain Gala? Apa nggak baper anak baru yang pernah dia bela kemarin-kemarin?

"Oh, gitu. Berati gue apes dong, ya. Cuma kebagian galaknya doang," kata Keysha yang sebentar lagi akan menyesali keputusannya melamar pekerjaan di perusahaan itu.

Yaaa, gimana ya. Keysha juga nggak berniat melamar di perusahaan yang sama dengan Gala. Itu opsi terakhir. Keysha sudah masukin lamaran ke sana ke mari, dari yang kerjaannya dia suka sampai dia nggak suka.

Terakhir, Keysha sampai ikut casting sinetron azab di Indosiar, tapi nggak lolos. Ikut ajang pencarian bakat, tapi nggak punya bakat. Lamaran di perusahaan lain pun nggak ada yang menerima, dan hanya tersisa perusahaan pria itu yang meloloskannya hingga melewati tahap interview.

Semesta seolah menggiringnya kembali kepada Gala, pria yang sudah membuat uring-uringan hatinya.

"Lo tadi diapain lagi sama Boss Gal, Keys? Sampai mewek gitu." Ibram bertanya.

"Asli, feeling gue langsung nggak enak. Jangan-jangan Boss Gal bad mood lagi, terus ntar malem kita disuruh lembur!"

Keysha jadi tidak berselera menyantap makan siangnya. Otaknya memutar kembali bagaimana ia menampar pria itu tadi pagi.

Keysha kesal, bukan hanya karena kata-kata Gala, tapi karena dirinya yang selalu cengeng dan lemah jika sudah berhadapan dengan pria itu. Padahal, Keysha udah request sama authornya, dia nggak mau jadi karakter yang menye-menye.

Ini semua tuntutan peran!

Ah, kan, makin ngelantur. Sabar Key, sabar... demi sesuap nasi dan album NCT!

****

Keysha kembali ke kantor setelah jam makan siang usai, Tika dan Tiara masih di toilet, sibuk membenahi riasan di wajah mereka setelah tersapu air wudhu sementara David dan yang lain belum terlihat batang hidungnya. Mungkin membeli kopi.

"Eh, apa ini? Lucuuuk!"

Keysha terkejut saat menemukan sebuah snack box serba pink berada di depan komputernya, ia melihat ke sekeliling dan tidak ada siapa pun di sana.

Ada Hello Panda juga...," gumamnya dengan mata berbinar, hingga ia menemukan secarik kertas yang mencuat di antara snack tersebut.

'Sorry....'

Keysha membaca notes singkat itu, sebuah tulisan tangan yang sangat dikenalnya sejak dulu.

Pintu di seberang dibuka, Galawira keluar dengan membawa cangkir kopi yang sudah kosong, berniat ke pantry untuk membuat satu lagi.

Pandangan mereka bertemu, Keysha langsung menunduk hormat.

"Sudah makan?"

Keysha membelalak, lalu mengangkat pandangan lagi. Ternyata pria itu masih di sana. "Su...dah."

Galawira mengangguk, "Oh, dan itu buat kamu." Pria itu menunjuk kotak snack di pelukan Keysha dengan dagunya. "Maaf kalau tadi aku keterlaluan. Kamu tau, aku nggak pernah berniat membuat kamu menangis."

Gadis itu mengangguk kecil. "Nggak pa-pa, kok, Pak. Lagian Bapak bukan satu-satunya orang yang pernah bikin saya nangis. Sebelumnya ada banyak cowok yang bikin saya nangis, tapi cowok fiksi."

"Aku benar-benar minta maaf, Keysha." Pria itu terdengar menyesal. "Bukan hanya untuk hari ini, tapi... semuanya. Itu pasti sulit untuk kamu."

Tahan, tahan... jangan langsung kayang.

Keysha menatap pria itu lagi, mengerjap beberapa kali. "Ini lagi mode atasan dan bawahan atau abang adek?"

"Both." Galawira tersenyum, lalu berjalan ke arah Keysha yang langsung pasang mode waspada. "Kamu nggak liat cermin?"

Pertanyaan itu membuat Keysha bingung. Gala menjulurkan tangan, sedikit menunduk untuk menyentuh sudut bibir Keysha dan berkata, "lipstick kamu berantakan."

Keysha terjengat, refleks mendorong dada pria itu. Berada dalam jarak sedekat ini tentu tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

"M-maaf," kata Keysha yang bingung sendiri kenapa ia harus meminta maaf.

Gadis itu langsung duduk, mengobrak-abrik isi tas guna mengambil cermin kecil dan peralatan make up yang selalu dibawa ke mana-mana.

Benar saja, warna merah itu sedikit melewati sudut bibir. Wajah Keysha langsung memerah karena malu, merutuki kekonyolannya sambil menghapus cemong tersebut.

"Gimana kabar Tabby?"

Keysha tersentak ketika suara bariton itu setengah berbisik di telinganya. Bahkan, Keysha bisa merasakan embusan napas pria itu juga.

"Mas kenapa jadi suka ngagetin sih sekarang?!"

Bodo amatlah, udah males bapak-bapak'an.

Gimana nggak kaget? Galawira ikut-ikutan ngintip ke cermin kecil di depan Keysha, sementara satu tangannya bertengger di sandaran kursi gadis itu dan satu lagi menjulur ke depan meja, melewati badan Keysha.

"Aku kangen Tabby," bisik Gala lagi, tanpa melepas tatap dari pantulan wajah Keysha di cermin.

"Kalau kangen ya ditengok dong anaknya, jangan gengsi doang digedein."

"Bukan gengsi, tapi nggak enak aja sama ibunya, beberapa bulan yang lalu Tabby cerita. Dia bilang ibunya lagi ngambek sama bapaknya."

Pipi Keysha semakin memerah, mengingat bagaimana ia mengira Kiana sebagai kekasih baru Gala, padahal bukan.

"A-apaan sih, kucing mana bisa ngomong." Gadis itu hendak memajukan kursinya, tapi Gala menahannya dan membuat Keysha terdorong lagi ke dekat Gala. "Mas, cangkir kamu tuh, nanti tumpah di mejaku. Bawa ke pantry sana!"

"Kalau cuma gara-gara itu harusnya nggak selama ini ngambeknya." Sekarang Gala bersikeras membicarakan hal itu. "Setelah putus dari Gisela aku nggak pernah berhubungan sama wanita mana pun kecuali kamu."

"Kita nggak punya hubungan apa pun." Keysha menyahut cepat, menolak baper. "Mas nggak perlu repot-repot ngejelasin."

"Terus kenapa kamu selalu menghindar?"

"Udah bosen aja ngejar-ngejar."

"Key...."

"Mas, tolong ya. Ini di kantor, jangan bawa masalah pribadi ke tempat kerja. Lagian aku udah mulai belajar menerima ... memang sebaiknya hubungan ini hanya sebatas kakak-adek atau atasan dan bawahan aja. Nggak boleh lebih."

****

Continue Reading

You'll Also Like

860K 74.8K 56
Shana begitu ia akrab disapa. Si paling advokasi begitu julukannya. Bagaimana tidak, ini tahun keduanya menjabat sebagai staff bidang Advokasi di Him...
1.9M 194K 48
Dibantu temannya, Juwi bertekad move on dan mencari pengganti setelah putus dari pacar sejak SMP-nya. Targetnya sebulan. Mulai dari berkenalan dengan...
155K 8.8K 53
Niat hati kabur dari perjodohan yang diatur orang tuanya dengan duda anak 1 yang sialnya masih tampan itu, Herna malah harus terjebak menikahi pria k...
1.1M 53.5K 38
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...