ARSENIO

By bilasalmon

4.2M 355K 43.1K

[Sudah terbit dan part masih lengkap] Tersedia di Gramedia dan TBO (Versi lengkap + remake ada di novel) Apa... More

1. Arsenio Aderald Bhalendra
2. Kantin
3. Cerita masa lalu
4. Planning
5. Pengawasan
6. Toko mainan
7. Alanna Azkadina Carabella
8. Terlambat
9. Bola basket
10. Penyerangan
11. Posesif
12. Feel safe
13. Past
14. Straight!
15. Terbongkar
16. Dinner
17. Secret file
18. Morning kiss
19. Official
20. Warung Bu Luk
21. Pizza 1 meter
22. Love or plan?
23. Miss
24. Balap motor dan insiden
25. Rumah Sakit
26. Cantiknya Arsen
27. Together
28. Kesepakatan
29. Teror
30. Curiga
31. Taruhan
32. Gagal marah
33. Salah sasaran
34. Kegiatan bulanan
35. Pangeran ganggu
36. Semangat latihan, Arsen!
37. Falcon Cup (1)
38. Falcon Cup (2)
39. Falcon Cup Final (3)
40. A massive lie
41. Ruangan bawah tanah
42. Confused
43. Bukan orang baik
44. Tragedi keroyokan
45. Criminal history
46. Bad party
47. Butterflies & 9x - 7i > 3(3x - 7u)
48. Exam
49. Peringkat tertinggi
50. Holiday with Ascencio
51. Night with Ascencio
52. Queen Ascencio
53. Feelings
54. Assumption
55. Opsi
56. Pelacakan
57. Terpuruk
58. Reason why Ily
59. Dendam kesumat
60. Perang awal
61. Sisi gelap dan egois
62. Night date
63. Bersaing
64. Bertemu untuk keputusan akhir
65. Ketakutan dan perjanjian
66. Kericuhan
67. Kejanggalan
68. Worried
69. Hospital information
71. Mansion Bhalendra
72. The truth
73. Berjuang
74. Massacre
GIVEAWAY & VOTE COVER!
75. Tugasnya selesai
Seputar Pre-Order!
ARSENIO S2?

70. Terungkap

28.8K 3.1K 1.2K
By bilasalmon

Ramaikan lagi 1k vote + 1k komen untuk detik-detik menuju ending🎉

•••

Keadaan markas Ascencio di malam hari ini sangat ramai. Area parkir markas telah di penuhi dengan motor anggota Ascencio dan juga Alenoz. Malam ini dua kubu mengadakan rapat tertutup pembedahan kasus yang sebenarnya yang sudah hampir satu bulan lebih tertunda. Rapat malam ini di bantu dengan hadirnya 3 gadis yang telah di resmikan menjadi anggota baru Alenoz.

Masing-masing membawa barang yang sudah mereka temukan. Banyak sekali barang asing yang mereka temukan di sana. Di letakkannya barang-barang itu di atas meja, di data, dan di susun sesuai urutan lokasi berdasarkan map yang Alanna gambar berbulan-bulan lalu.

Semua barang sudah di data rapi oleh Samudra. Sebelum rapat di mulai, Samudra memastikan kembali satu per satu data yang di catatnya itu lengkap.

"Aman?" tanya Panji.

Samudra mengacungkan jempol. "Aman. Tinggal Arsen doang, belum dateng?"

Panji menggeleng. "Bentar lagi mungkin. Di grup bilangnya izin telat,"

"Tumben? Gue ngiranya tadi sama Alanna, ternyata Alanna bawa motor," ucap Samudra heran.

Panji mengendikkan bahu. "Udah biarin aja. Kalo bukan urusan penting, Arsen nggak bakal telat juga kali,"

Sementara Alenoz, Alanna yang berposisi sebagai ketua itu tengah duduk bersama Rizky dan Gentha. Membicarakan perihal barang sekaligus beberapa kejanggalan yang pernah Alanna bahas saat di sekolah bersama inti Ascencio saat itu.

Tampang wajah Rizky dan Gentha menggambarkan bahwa mereka semakin yakin, semakin lama masalah mencari keadilan ini seperti bermain teka-teki yang jawabannya sama sekali sulit untuk di tebak. Bahkan, menuduh secara sepihak saja tidak mungkin. Segala bukti yang mereka dapatkan itu pun masih banyak yang tidak akurat dan patut di curigai.

"Kemungkinan besar hasil lacakan kita secara diam-diam kemarin termasuk sia-sia," ujar Rizky.

Gentha mengangguk setuju. "Ini bukan sembarang adu domba sih, Na. Coba lo putar lagi kasusnya, ada banyak hal yang kita semua nggak tau seluk beluk dan ujung kasus ini itu dari siapa,"

Rizky mengalihkan pandangan menatap Alanna. "Soal peri kecil, Arsen tau?"

Alanna menggeleng pelan. "Nggak mungkin kan, Ky, gue punya kakak? Tapi, almarhumah Mama bilang kalo gue itu anak tunggal,"

"Udah coba tanya Om Armando?" tanya Rizky lagi.

"Setelah rapat ini selesai. Kalopun gue nggak dapet jawaban dari Papa, setidaknya gue bisa dapet petunjuk dari foto kecil itu. Dan gue yakin ini semua ada kaitannya dengan keluarga gue."

Gentha mengusap dagu menggunakan dua jarinya pertanda berpikir. "Sebelum tanya Om Armando, lo coba cek Kartu Keluarga lo dulu. Siapa tau ada nama lain di sana, kalo bukan nama lain bisa jadi itu pemalsuan atau duplikat dan yang asli bener-bener di sembunyikan."

Rizky mengangguk setuju. "Tapi, Na, sebelumnya lo pernah sakit?"

Dahi Alanna mengerut mendengarnya. "Gue juga nggak tau, Ky. Tapi, akhir-akhir ini kepala gue suka pening saat gue memikirkan hal yang berat, contohnya kasus ini dan foto kecil itu. Akhir-akhir ini gue juga selalu mimpi buruk,"

"Ada riwayat sakit apa gitu yang berhubungan sama ingatan lo?" tanya Rizky memastikan. Sejujurnya ia khawatir.

Lumayan lama Alanna menatap Rizky, Alanna mencoba mengingat kembali beberapa kejadian kecil yang kemungkinan ada kaitannya dengan apa Rizky pertanyakan, tapi hasilnya tetap nihil.

Lantas Alanna menggeleng. "Gue nggak tau pasti."

Pintu markas terbuka kembali. Arsen datang membawa sesuatu, lalu ia meletakkan helmnya di rak khusus. Mengambil posisi dan memulai rapat pembedahan kasus satu per satu.

"Kita mulai?" tanya Arsen.

Semua orang mengangguk tanpa ragu. Samudra memberikan kertas yang tadinya ia catat mengenai barang yang di dapat dari salah satu di antara mereka. Segera Alanna mengambil posisi duduk di samping Arsen, ikut mengamati dan berdiskusi ringan bersama dengan Arsen.

Barang pertama yang akan mereka bedah adalah Surat dari Rumah Sakit.

"Rald, surat?"

Gerald meraba saku celana, di berikannya surat yang ia temukan itu pada Arsen.

Saat Arsen meletakkan surat itu di atas meja, sorot pandang Rizky menjadi tidak asing. Ia mendekat membaca lengkap isi surat dari berasal dari Rumah Sakit itu.

"Suratnya emang kayak gini? Emang udah robek gini?" tanya Panji.

"Iya. Gue nemuin surat ini bentukannya udah robek gitu. Robek di bagian nama," jawab Gerald.

"Tunggu," Rizky meraba saku celananya. Terdapat kertas kecil yang kemungkinan saat itu ia temukan saat ia memasuki salah satu gudang di markas besar Cyclops.

Lalu, Rizky menyatukan potongan kertas itu dengan surat yang ada di meja. Dan benar, potongan kertas itu sangat cocok. Rasa penasaran mereka akhirnya terbayar.

"Farhan Aditama?" beo Gerald.

"Udah gue duga surat ini tentang sembuhnya Farhan," ujar Alanna.

"Lo tau sesuatu tentang dia?" tanya Rizky pada Alanna.

Alanna mengangguk samar. "Gue dapet banyak informasi dari nomor nggak di kenal itu. Selain identitas, dia juga misahin diri dan dia nggak ada di kota ini. Itu yang gue dapet dari Revan."

"Udah lo pastiin kan Revan bener-bener tutup mulut?" tanya Geri.

"Kalopun terungkap, perang di mulai, Ger. Gue yakin Revan nggak akan berani bongkar gitu aja karena dia tau konsekuensi yang akan di terima oleh dia itu apa." perjelas Alanna.

"Nggak semua orang bisa di percaya, Na. Lo yakin dia bisa tutup mulut gitu aja? Segampang itu?" tanya Panji.

Alanna menatap Panji serius. "Kalo lo ragu sama gue, nggak papa. Gue nggak maksa siapapun untuk percaya sama gue, Njul."

Panji bergeming. Samudra menepuk bahu Panji dua kali. "Selama kita percaya sesama tim, semuanya aman." kata Samudra sebagai penenang. Panji mengangguk samar.

Barang bukti pertama, selesai. Lanjut menuju ke barang bukti yang kedua, yaitu kamera GoPro yang di temukan oleh Rizky. Kamera itu terlihat seperti sudah rusak, pada saat Arsen mencoba menghidupkan kamera, ternyata kamera itu menyala.

Ketika kamera itu menyala tiba-tiba layar kecil kamera itu berjalan sendiri memutar satu cuplikan video selama 15 detik. Semuanya mendekat penasaran apa isi dari video 15 detik itu.

Di dalam video itu terdapat 2 seorang lelaki mengenakan pakaian serba hitam yang tengah membicarakan sesuatu. Namun sayang wajah 2 lelaki itu sama sekali tak terlihat dan itu sangat membuat mereka penasaran hebat.

"Kita harus segera bertindak, karena cepat atau lambat mereka akan tau siapa kita yang sebenarnya dan sudah di pastikan mereka sulit menerima ini semua. Terlebih lagi tentang kema..."

Suara video terpotong dari video 15 detik hanya suara itu yang mereka dengar jelas. Selebihnya hanya terdengar suara gemersakan bahkan layar kamera itu berubah hitam.

"Kameranya nggak beres nih. Belum juga nyampe 15 detik," kata Pangeran kesal.

"Videonya di putar lagi bisa nggak?" tanya Jihan.

Arsen mencoba menghidupkan kembali kamera itu, namun hasilnya nihil. Kamera itu tidak bisa di hidupkan lagi. Jihan menghela napas pasrah.

"Dua orang itu siapa, ya? Terus tadi kepotong kan dia ngomong apa?" tanya Samudra penasaran.

Geri mengangguk samar. "Tentang kema... kema apa?"

"Kematian." jawab Arsen cepat. "Semua ini tentang kematian."

Alanna bergeming, lalu ia berkata. "Kematian si kembar. Bisa juga kematian dari Almarhumah Mama."

"Ada hubungannya sama kematian nyokap lo?" tanya Rio.

Alanna mengendikkan bahu. "Gue rasa gitu. Jangka waktu kematian Mama dan Samira nggak beda jauh. Terlebih lagi penyebab kematian mereka itu ada pada orang dan keluarga yang sama."

Mereka semua mengangguk mengerti. Barang bukti kedua selesai. Lanjut ke barang bukti yang ketiga, yaitu anting-anting kecil yang di temukan oleh Gentha dan Geri. Barang bukti ini mereka masukkan ke dalam plastic bags agar barang yang katanya milik Samira itu aman.

Setelah itu lanjut ke barang bukti yang keempat, yaitu kaos kusut milik Samuel. Kaos kusut itu di temukan oleh Samudra dan Jihan. Mereka tidak mengupas tuntas lagi kaos itu karena sewaktu menjalankan misi perihal kaos itu sudah jelas.

Barang bukti terakhir, yaitu kalung liontin yang di temukan langsung oleh Arsen. Kalung liontin ini di luar konteks tentang Samuel. Saat Arsen membuka liontin tersebut, Alanna mengerutkan dahi. Foto yang ada di dalam kalung liontin itu sama persis seperti foto yang ia dapat melalui pesan dari nomor yang tidak di kenal.

Alanna mengambil kalung itu dari Arsen. Mencermati foto, ia meraba saku mengambil foto yang sudah ia cetak lalu ia samakan foto tersebut. Dan benar, foto itu sama persis seperti foto yang ada di kalung itu.

"Foto anak kecil ini mirip banget sama lo, Na. Tapi wajahnya kurang jelas," ujar Rahma.

Alanna bergeming. "Anak kecil ini emang gue, tapi untuk cowok yang di sebelah gue ini gue nggak tau dia siapa,"

"Coba lo inget-inget lagi, Na. Siapa tau ada sesuatu yang lo inget, meskipun sekilas," usul Gerald.

Alanna bergeleng. "Kalo gue coba mengingat kembali momen foto ini, kepala gue selalu gue pusing, Rald."

Arsen terus menatap foto tersebut. Ia sempat berpikir, jika memang benar Alanna memiliki saudara kemungkinan besar foto yang ada di dalam kalung liontin ini kalung milik Alanna atau mungkin bukan.

Alanna membuka suara lagi. "Saat gue masuk ke ruang berkas mereka, gue nggak sengaja denger tentang peri kecil yang sempat bikin gue bingung di sana, tapi gue yakin pasti ada hubungannya sama foto ini. Dan dia juga membicarakan sesuatu tentang rencana melalui telpon, dan gue nggak tau rencana yang dia bicarakan itu apa."

Mendengar penjelasan dari Alanna membuat mereka semakin bingung. Bahkan Alanna sendiri pun juga di buat bingung.

Arsen menatap Alanna serius. "Kalo memang kamu punya saudara, apa kamu percaya dan bisa menerima ini semua?"

Alanna langsung menoleh. Tatapannya bingung. Sangat bingung. Tatapan Arsen menandakan hal lain. Alanna diam tidak menjawab. Jika memang benar Alanna memiliki saudara, ia tidak tahu bisa menerima atau tidak.

Rapat malam ini hanya terjawab sebagian tentang Samuel dan Samira. Bahkan barang yang mereka temukan itu pun hanya barang kecil yang jumlahnya tidak banyak.

Rapat di tutup. Masing-masing di antara mereka bubar meninggalkan tempat. Arsen masih setia duduk di samping Alanna yang terus memandangi foto yang ada kalung liontin itu. Alanna terus mencoba mengingat kembali memori masa kecilnya, tapi tetap saja tidak ada tanda-tanda.

Arsen menggenggam tangan kiri Alanna. "Jangan di paksa. Kalo kamu nggak yakin, jalan satu-satunya ada di Papa kamu. Pelan-pelan, ya? You can do it."

•••

Usai rapat, Arsen bergegas menuju ke tempat restoran yang lokasinya tidak jauh dari markas menunggu seseorang. Di atas meja sudah ada sebuah map yang sengaja Arsen sembunyikan di tempat rahasia ketika rapat berlangsung. Hampir 15 menit lamanya ia menunggu, akhirnya seseorang yang ia tunggu itu datang.

Rizky segera duduk seraya merapikan jaket. "Sorry lama,"

Tanpa banyak kata, Arsen menggeser map tersebut mempersilahkan Rizky untuk membacanya. Rizky mengambil map tersebut lalu ia baca. Rizky membelalakkan mata terkejut saat membaca isi yang ada di dalam map tersebut.

Tatapan Rizky menatap Arsen untuk meminta penjelasan. "Sen?"

Arsen mengangguk samar. "Data check up dia tadi siang. Ini alasan kenapa gue datang terlambat."

Rizky bergeming. Ia masih tidak percaya akan fakta yang tertulis di dalam map sana.

"Gue menyaksikan sendiri dan sembunyi saat dia check up di Rumah Sakit. Gue nggak bisa kasih tau perihal ini ke siapapun karena gue tau mereka nggak akan percaya,"

"Lo yakin ini beneran dia?" tanya Rizky memastikan kembali karena ia tidak tahu harus percaya atau tidak.

Arsen mengangguk tanpa ragu. "Cuma lo di sini yang bisa gue percaya, Ky."

"Alanna tau?" tanya Rizky. Arsen menggeleng pelan. "Keluarganya dia?"

"Nggak ada tanda-tanda. Dia sendirian," Arsen memejamkan mata sejenak, lalu ia menarik napas kemudian ia buang perlahan. "Lo percaya gue kan, Ky?"

Rizky menghela napas panjang, lalu ia tutup kembali map itu dan ia berikan kepada Arsen. "Karena lo membawa bukti ini..." Rizky menggantung ucapannya.

"...gue percaya Samuel masih hidup."

•••

to be continue...

komen 1k aku update lagi ya doain biar cepet selesai😩

siap menuju ending?

Mengingatkan kembali jangan lupa nabung🥳

xoxo🍓
see u!

Continue Reading

You'll Also Like

Arion By Chikz

Teen Fiction

12K 3.9K 27
"Ketika rasa gengsi bertemu dengan hati." Amazing Cover by Seulwoonbi *** Arion Aksa Jaya. Si tukang pembuat onar di sekolah, juga ketua Geng Motor (...
2.1K 175 11
[SEBELUM BACA FOLLOW DULU] Mengandung kata-kata kasar, dan adegan kekerasan. - Cowo yang di segani banyak orang itu akan menjadi seorang ayah. - Alva...
8.5K 653 46
[ CERITA SUDAH DIREVISI! BACA DESKRIPSI SEBELUM MEMBACA! ] Devandra Aditya Wijaya, seorang remaja yang memimpin suatu geng motor bernama D'Eagle. Dev...
376K 22.9K 31
Sagara Bagaskara Putra, Cowok Imut nan mengemaskan. Menjelang kedewasaannya berubah menjadi pemberontak tak tertandingi. Namanya di kenal di kalangan...